You are on page 1of 10

KESKOM.

2022; 8(2) : 219-228

JURNAL KESEHATAN KOMUNITAS


(J O U R N A L O F C O M M U N I T Y H E A L T H)
http://jurnal.htp.ac.id

Ketika Sisa Letusan Gunung Api Menjadi Komoditi


Wisata: Analisis Risiko Obyek Wisata Lava Tour Merapi
Yogyakarta
When Remaining Volcanic Eruptions Become Tourism
Commodities: A Risk Analysis of Merapi Lava Tour Tourism
Objects in Yogyakarta
Helfi Agustin*1, Muchamad Rifai2, Suryo Ediyono3
1,2 Universitas Ahmad Dahlan
3 Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRACT ABSTRAK
The rest of the eruption of Mount Merapi in Yogyakarta, was Sisa bencana letusan Gunung Merapi di Yogyakarta,
modified by the local community into a natural museum and dimodifikasi oleh masyarakat setempat menjadi museum alam
managed to commemorate the terrible natural disaster that had dan dikelola untuk mengenang bencana alam dahsyat yang
occurred as a tourism commodity. The purpose of this study is to pernah terjadi sebagai komoditas wisata. Tujuan penelitian ini
determine the security conditions and how the risk control has untuk mengetahui kondisi keamanan dan bagaimana
been carried out by Lava Tour tourist destinations. This research
pengendalian risiko yang telah dilakukan oleh pengelola
is a case study in a lava tour destination located at Mount Merapi
destinasi wisata Lava Tour Merapi Yogyakarta. Penelitian ini
which is still active in Yogyakarta D.I Province. Data were
merupakan studi kasus di destinasi wisata yang berada di Gunung
collected by observation using Hazard Identification and Risk
Merapi aktif di D.I Yogyakarta. Data dikumpulkan dengan
Assessment (HIRA) sheets and the As Low As Reasonably
observasi menggunakan lembar Hazard Identification and Risk
Practicable (ALARP) concept, and also in-depth interviews.
There were six informants who were selected purposively. The Assessment (HIRA) dan konsep As Low As Reasonably
results of the identification of hazards in the Lava Tour area Practicable (ALARP) serta wawancara mendalam. Informan
include rocky and sandy roads, close to cliffs, the Rest of My sebanyak 6 orang, dipilih secara purposive. Hasil identifikasi
Treasure Museum which is in an unsafe condition. cliff fence, bahaya di kawasan Wisata Lava Tour meliputi jalan berbatu dan
lack of warning signs. The safety risk assessment at Lava Tour berpasir, dekat dengan tebing, spot wisata Museum Sisa Hartaku
tourist sites is two extreme risk, five high risk, and two moderate dalam kondisi tidak aman karena pagar tebing dan minimnya
risk. Controls that have been carried out include briefings, signs, rambu peringatan. Penilaian risiko keselamatan di lokasi wisata
Standard Operation Procedures for driving, and personal Lava Tour sebanyak dua risiko ekstrem, lima risiko tinggi, dan
protective equipment, First Aid training in Accidents and dua risiko sedang. Pengendalian yang sudah dilakukan meliputi
Emergency First Aid. The risk is still tolerable because tourism briefing, rambu, Standard Operation Procedure mengemudi, dan
activities are opened based on the active status of Mount Merapi. alat pelindung diri, pelatihan Pertolongan Pertama Pada
Recommendations for control efforts are made by making Kecelakaan dan Pertolongan Pertama Gawat Darurat. Risiko
handrails on stairs and providing boundaries for entry and exit masih ditolerir karena kegiatan wisata dibuka berdasarkan status
for tourists, repairing cliff fences, diverting roads for tourist keaktifan Gunung Merapi. Rekomendasi upaya pengendalian
jeeps, increasing routine human resource training, public toilets adalah pengelola perlu membuat pegangan tangan pada tangga
and providing polyclinics.
dan pemberian batas jalur masuk-keluar wisatawan, perbaikan
pagar tebing, pengalihan jalan bagi jeep wisata, peningkatan
pelatihan sumber daya manusia secara rutin, toilet umum dan
disediakannya poliklinik.

Keywords : Hazard control, Residual disaster, Tourism, Mount Kata Kunci : Pengedalian Bahaya, Sisa Bencana, Wisata,
Merapi Gunung Merapi.

Correspondence : Helfi Agustin


Email : helfi.agustin@ikm.uad.ac.id
• Received 07 Januari 2022 • Accepted 25 April 2022 • Published 5 Juli 2022
• p - ISSN : 2088-7612 • e - ISSN : 2548-8538 • DOI: https://doi.org/10.25311/keskom.Vol8.Iss2.1077

Copyright @2017. This is an open-access article distributed under the terms of the Creative
Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/)
which permits unrestricted non-commercial used, distribution and reproduction in any medium
Helfi Agustin, et al
A Risk Analysis of Merapi Lava
Analisis Risiko Obyek Wisata Lava
220
PENDAHULUAN Salah satu objek wisata yang menawarkan
Keselamatan dan keamanan menjadi salah wisata bencana di Yogyakarta adalah Lava tour.
satu faktor penentu daya saing destinasi wisata Kondisi bekas bencana letusan Gunung Merapi
(Antonio et al., 2020). Berdasarkan data dari World yang terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010,
Economic Forum 2019, Indonesia dan beberapa menyisakan hamparan pasir dengan bebatuan
negara di Amerika Selatan seperti Peru, Argentina tajam, bekas rumah dan benda-benda warga yang
dan Kolombia serta Afrika Selatan merupakan tidak habis diterjang oleh awan panas dikelola oleh
negara yang peringkat pariwisata ke 36 hingga 70. masyarakat setempat sebagai museum alam untuk
Pada umumnya negara ini memiliki sumber daya mengenang bencana alam dahsyat yang pernah
alam dan budaya yang bagus, namum masih terjadi. Lava Tour yaitu wisata mengelilingi bekas
memiliki masalah dalam penanganan pariwisata bencana alam letusan Gunung Merapi. Menurut
infrastruktur, kebijakan serta keamanan dan Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, tercatat pada
kesehatan (Calderwood and Soshkin, 2019). tahun 2017 pengunjung Lava tour sebanyak
Kecelakaan lalu-lintas juga cukup sering 320.135. Jumlah wisatawan terus meningkat yaitu
menimpa wisatawan, selain masalah penyakit pada puncaknya mencapai 6000 pengunjung per
infeksi. Kecelakaan yang terjadi di tempat wisata hari.
menimbulkan kerugian bersifat materi dan Hasil observasi yang dilakukan, peneliti
immaterial kepada pengelola dan pengunjung yang mendapati bahwa area Wisata Lava Tour memiliki
merupakan korban. Pengelola mengalami dua medan yang naik turun karena kondisi
kerugian sekaligus yaitu mengganti kerugian geografisnya di daerah gunung dan jalan yang
kepada korban dengan sejumlah uang yang sudah terjal. Adanya potensi bahaya kecelakaan karena
ditentukan, dan kerugian bersifat immaterial yaitu kondisi penerangan jalan yang tidak memadai pada
reputasi. Kerugian immaterial bersifat jangka saat senja atau dini hari untuk menikmati paket
panjang yaitu kelangsungan tempat wisata untuk wisata matahari terbit dan tenggelam. Jalanan yang
kembali memulihkan image positif sehingga naik turun juga kurang dilengkapi rambu-rambu
pengunjung akan melupakan kejadian tersebut ataupun tanda peringatan yang biasanya sangat
(Yudistira and Susanto, 2012). membantu para sopir untuk mengetahui kondisi
Akhir-akhir ini dapat ditemui tempat jalan di depan. Perjalanan Wisata Lava Tour yang
berbahaya dan kawasan bekas bencana alam yang merupakan bekas bencana erupsi Gunung Merapi
dijadikan destinasi wisata alam, seperti di memiliki potensi bahaya di alam pada setiap
Battlefield of Verdun di Prancis (Virgili et al., aktivitas wisata. Atraksi wisata Lava Tour adalah
2018), Anatolia Turki (Topsakal and Ekici, 2014). berpetualang dengan menaiki jeep di sungai yang
Meningkatnya motivasi pengunjung tempat wisata berbatu tajam dan licin, berisiko menimbulkan
yang berhubungan dengan kematian dan tergelincirnya mobil jeep dan menyebabkan
penderitaan akibat bencana menjadi tren wisata penumpang terluka.
baru yang disebut dengan dark tourism (Biran and Tercatat beberapa kali kecelakaan yang
Hyde, 2013; Chang, 2014; Podoshen et al., 2015; mengakibatkan kematian dalam Wisata Lava Tour.
Light, 2017; Hartmann et al., 2018; Mileva and Kecelakaan pada awal tahun 2018 mengakibatkan
Mileva, 2018; Martini and Buda, 2020). Konsep satu dari enam penumpang dinyatakan meninggal
‘dark tourism’ menjadi gaya wisata yang cukup dunia setelah mengalami gegar otak dan
potensial untuk dikembangkan, karena dapat perdarahan hebat. Korban sempat dirawat di
memberikan manfaat pendidikan, psikologis dan Rumah Sakit Panti Rapih. Kecelakaan terjadi
manfaaat sosial kepada wisatawan (Chang, 2014), akibat mobil jeep yang dikemudikan oleh supir
selain itu juga sebagai kenangan, sarana Lava Tour masuk ke dalam jurang setelah
pendidikan, dan menghibur diri (Light, 2017). menabrak bagian belakang bus. Keenam
penumpang langsung terlempar dari mobil dan

Keskom, Vol 8, No 2, 2022


Helfi Agustin, et al
A Risk Analysis of Merapi Lava
Analisis Risiko Obyek Wisata Lava
221
mengalami luka-luka. Kecelakaan juga terjadi pada risiko aktivitas Wisata Lava Tour di Gunung Api
tanggal 19 Juni 2018 yang mengakibatkan seorang Merapi, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.
wisatawan meninggal dunia dan 4 lainnya Obyek penelitian ini adalah area Wisata Lava Tour,
mengalami luka-luka. Kecelakaan ini diduga sedangkan subyek dan objek penelitian adalah
karena kerusakan setir mobil jeep sehingga pengelola wisata Lava tour mencakup petugas
pengemudi tidak dapat mengendalikan laju pemerintah dari Dinas Pariwisata Kabupaten
kendaraan dan jatuh ke jurang sedalam 4 meter. Sleman, NGO Palang Merah Indonesia wilayah
Risiko menggambarkan besarnya potensi Sleman, dan ketua community base tourism di
bahaya untuk dapat menimbulkan insiden atau Lava Tour dan lingkungan di area wisata.
cedera pada manusia. Adanya bahaya dan risiko Instrumen penelitian ini berupa formulir Hazard
tersebut harus dikelola dan dihindari melalui Identification and Risk Assessment (HIRA),
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang matriks penilaian risiko, panduan wawancara, dan
baik (Ramli, 2010). Sejalan dengan konsep lembar observasi. Data primer diperoleh melalui
manajemen risiko, Occupational Health and Safety observasi dan wawancara mendalaman. Sedangkan
Assessment Series (OHSAS) 18001 mensyaratkan data sekunder diperoleh dari data-data arsip yang
organisasi wajib melakukan pengendalian risiko tersimpan di Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman
sesuai hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko dan di kantor Wisata Lava Tour Merapi. Variabel
yang telah dilakukan. Pengendalian risiko dalam penelitian ini adalah identifikasi bahaya,
dilakukan terhadap seluruh bahaya yang ditemukan penilaian risiko dan pengendalian risiko.
dalam proses identifikasi bahaya dan Identifikasi bahaya merupakan pengamatan
mempertimbangkan peringkat risiko untuk terhadap potensi bahaya biologi, fisik, kimia,
menentukan prioritas dan cara pengendaliannya. mekanik yang dilakukan dengan cara observasi.
Hal ini dapat dijadikan dasar dalam melakukan Observasi dan wawancara dilakukan pada Oktober
pendekatan preventif dan promotif untuk 2018.
mengurangi risiko sebelum dan saat wisata. Pengolahan data
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan Setelah melakukan identifikasi bahaya,
bahwa wisata Lava Tour memiliki potensi bahaya peneliti mengkonfirmasi hasil identifikasi bahaya
dan risiko yang memungkinkan terjadinya masalah kepada pengelola wisata melalui wawancara,
kesehatan berupa penularan penyakit dan masalah selanjutnya peneliti melakukan penilaian risiko.
keselamatan berupa kecelakaan. Penelitian ini Penilaian risiko terdiri dari analisis risiko dan
berkontribusi dalam memberikan tinjauan terhadap evaluasi risiko. Analisis risiko dilakukan dengan
aspek keselamatan dan kesehatan berwisata di pemberian nilai pada setiap bahaya yang
Lava Tour, Merapi Yogyakarta. Dari luaran ditemukan tergantung pada besarnya kemungkinan
penelitian ini juga diharapkan dapat membantu dan keparahan. Evaluasi risiko digunakan konsep
pengelola mempersiapkan program manajemen As Low As Reasonable Practicaly (ALARP) untuk
risiko Keselamatan dan Kesehatan berwisata menentukan prioritas risiko dan pengendalian apa
sehingga wisatawan dapat terhindar dari kejadian yang disarankan. Penilaian risiko yaitu dengan
penyakit dan kecelakaan serta mencegah kerugian menentukan tingkat risiko dengan menghitung
immaterial berupa penurunan image terhadap likelihood dan severity. Likelihood menunjukkan
destinasi wisata yang dikelola oleh masyarakat. seberapa mungkin kecelakaan itu terjadi, Severity
menunjukkan seberapa parah dampak dari
METODE kecelakaan tersebut. Tingkat risiko terdiri atas
Jenis penelitian ini adalah kualitatif tingkat risiko rendah, menengah, tinggi, atau
dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini ekstrim (AS/NZS 4360). Acuan yang digunakan
bertujuan untuk mengetahui tingkat keamanan untuk melakukan penilaian resiko dapat dilihat
melalui identifikasi bahaya dan menilai risiko pada tabel 1.

Keskom, Vol 8, No 2, 2022


Helfi Agustin, et al
A Risk Analysis of Merapi Lava
Analisis Risiko Obyek Wisata Lava
222
Tabel 1. Skala “Likelihood” pada menaiki mobil jeep yang sudah disediakan oleh
standar AS/NZS 4360 pengelola. Setiap mobil yang digunakan telah
Deskripsi Keterangan
disediakan helm standard dan kotak Pertolongan
5 (Almost Certain) Terdapat ≥ 1 kejadian dalam setiap shift
4 (Likely) Terdapat ≥ 1 kejadian dalam setiap hari Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Wisatawan akan
3 (Possible) Terdapat ≥ 1 kejadian dalam setiap diajak memasuki desa yang terkena dampak erupsi
minggu
2 (Unlikely) Terdapat ≥ 1 kejadian dalam setiap
Gunung Api Merapi dan menelusuri kaki Gunung
bulan Api Merapi. Museum Sisa Hartaku merupakan
1 (Rare) Terdapat ≥ 1 kejadian dalam setahun salah satu rumah warga yang tersisa akibat erupsi
atau lebih
Gunung Api Merapi. Rumah tersebut menyisakan
puing-puing tanpa atap. Beberapa bagian atap
Hasil wawancara digunakan untuk
diganti dengan seng yang diikat ke kayu. Semua
mengkonfirmasi hasil observasi saat melakukan
sisa-sisa harta warga yang masih berbentuk,
identifikasi bahaya. Dari hasil wawancara juga
dikumpulkan oleh warga mulai dari jam dinding,
diperoleh informasi tentang upaya pengendalian
tulang belulang sapi, kerangka motor, peralatan
yang telah dilakukan oleh pengelola. Selanjutnya
memasak, dan masih banyak lainnya. Bagian teras
transkrip hasil wawancara direduksi dalam bentuk
rumah terdapat batu besar yang merupakan
matriks yang ditampilkan dalam bentuk tabel
material yang keluar dari dalam bumi saat erupsi
identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko.
Gunung Api Merapi 2010.
Matriks tabel identifikasi memuat data aktifitas
Pemandu wisata akan menjelaskan
wisata, hasil identifikasi bahaya, dan risiko yang
bagaimana situasi saat terjadinya erupsi Gunung
mungkin terjadi. Selanjutnya dilakukan analisis
Api Merapi pada tahun 2010 dan barang-barang
risiko dengan cara memverifikasi data hasil
yang tersisa. Selesai berkeliling di Museum Sisa
observasi dan wawancara dengan menggunakan
Hartaku, wisatawan kembali naik mobil jeep untuk
skala peringkat risiko untuk mendapatkan
melanjutkan perjalanan menuju tujuan kedua yaitu
gambaran kesimpulan. Tingkat risiko (risk rating)
Batu Alihan. Batu Alihan yang merupakan sebuah
merupakan perkalian dari kemungkinan risiko
batu besar yang terdapat bentuk wajah. Wisatawan
(Probability) dengan keseriusan dampak risiko
akan diajak berfoto dengan latar belakang tebing,
(Seriousness). Titik pertemuan antara
sungai yang kering akibat lava, dan Gunung Api
kemungkinan (probability) dan keseriusan dampak
Merapi. Selesai berfoto wisatawan kembali ke
(seriousness) menghasilkan tingkat risiko seperti
mobil jeep untuk meneruskan perjalanan menuju
pada table 2.
Bunker Kaliadem. Setiba di Kawasan Wisata
Bunker Kaliadem, wisatawan berjalan kaki menuju
Tabel 2. Skala “Risk Rating” pada
standar AS/NZS 4360 Bunker Kaliadem melalui bebatuan. Bunker
Frekuensi Dampak Risiko Kaliadem sangat gelap. Bunker ini digunakan
Risiko 1 2 3 4 5 untuk saat darurat. Ketika erupi Gunung Api
5 H H E E E Merapi tahun 2010, saat tim penyelamat berusaha
4 M H E E E mengevakuasi masyarakat yang enggan
3 L M H E E dievakuasi, ada 2 orang penyelamat yang
2 L L M H E berlindung di dalam Bunker Kaliadem. Keduanya
1 L L M H H meninggal dunia akibat awan panas saat terkurung
di dalam bunker. Batu material Gunung Merapi ada
HASIL yang masuk hingga ke bunker. Pemandu wisata
menceritakan keadaan saat erupsi Gunung Api
Aktivitas Wisata Merapi tahun 2010 dan yang terjadi pada Bunker
Aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan Kaliadem saat itu. Setelah memasuki bunker,
dalam kegiatan tour di Kawasan Wisata dengan wisatawan diajak berfoto diluar bunker dengan

Keskom, Vol 8, No 2, 2022


Helfi Agustin, et al
A Risk Analysis of Merapi Lava
Analisis Risiko Obyek Wisata Lava
223
pemandangan dekat dengan Gunung Api Merapi. berfoto di pinggir pagar dengan pemandangan
Perjalanan paket pendek Wisata Lava Tour pun tebing, hutan serta Gunung Merapi.
selesai dan wisatawan diajak untuk kembali ke Aspek perilaku wisatawan yang berbahaya
pangkalan mobil jeep. misalnya ditemukan wisatawan yang berdiri di atas
mobil jeep dan duduk santai di pagar tepi tebing.
Tahapan Hazard Identification and Risk Hasil observasi, papan peringatan di lokasi
Asessment (HIRA) sebenarnya sudah ada namun rusak karena banyak
Aspek keselamatan (safety) wisata lava ditempeli stiker oleh wisatawan. Saat di lokasi trip
tour berbahaya di sejumlah titik, karena termasuk Bunker Kaliadem wisatawan juga berisiko
Kawasan Rawan Bencana III (KRB III) dan menabrak batu di tengah karena kondisi
Kawasan Rawan Bencana II (KRB II). Menurut penerangan hanya mengandalkan sinar dari ponsel
informan dari Palang Merah Indonesia, lokasi dan jumlah wisatawan yang masuk cukup banyak.
wisata lava tour cukup berbahaya dan sulit Selain itu kondisi anak tangga yang di tempat ini
dijangkau oleh mobil biasa dan tim kesehatan. yang berpasir dan tanpa disertai hand rail
Proses kegiatan identifikasi bahaya dan penilaian (pegangan tangan) juga menjadi potensi risiko
risiko dimulai dari titik keberangkatan mobil jeep. untuk wisatawan seperti tersandung, terjatuh, dan
Mulai menaiki mobil jeep, terdapat terpeleset.
bahaya apabila wisatawan tidak menggunakan Dari aspek lingkungan (environment)
safetybelt karena medan yang tidak rata akan bergantung pada kondisi alam. Lokasi Wisata Lava
mengakibatkan wisatawan tergoncang dan terjatuh Tour berada di dataran tinggi sehingga memiliki
atau tergores. Jalan yang dilalui memang tidak rata curah hujan lebih tinggi daripada wilayah lainnya.
karena jalanan yang dulu beraspal sudah rusak. Risiko lain di dataran tinggi adalah jalanan yang
Jalan yang rusak ditambah dilalui mobil jeep dan berkelok dan menanjak. Selain itu status keaktifan
truk penambang pasir membuat debu semakin Gunung Merapi menimbulkan bahaya awan panas,
banyak. Debu ini merupakan salah satu bahaya lelehan lava, abu vulkanik, gas beracun dan lahar
kimia dalam lingkungan yang berisiko dingin yang tidak dapat dicegah bahkan
menyebabkan sesak nafas hingga jarak pandang dikendalikan karena aktifitas alam. Maktriks hasil
pendek. identifikasi, penilaian risiko, dan pengendalian
Di lokasi pertama yakni Museum ‘Sisa bahaya dapat dilihat pada tabel 3.
Hartaku’ bahaya yang ditemui adalah lokasi yang
berbatu dan banyak pasir sehingga licin dan dapat PEMBAHASAN
terpeleset. Bebatuan yang tajam juga berisiko Dari hasil penilaian pada tabel risiko
menyebabkan cedera apabila tersandung. Kusen diperlukan tindakan untuk mengurangi risiko
kayu yang rendah di Museum ‘Sisa Hartaku’ sehingga bahaya dapat ditekan sedini mungkin
berpotensi menimbulkan cedera/luka karena agar tidak menimbulkan kerugian baik materil
terbentur bagian atas kusen. Di lokasi tidak ada maupun immaterial baik bagi wisatawan maupun
tanda atau rambu untuk menundukkan kepala pengelola wisata. Bahaya yang paling tidak terduga
ketika melalui pintu ini. Bahaya terakhir adalah kapan akan terjadi namun harus selalu diwaspadai
adanya batasan (sekat) antar ruang yang terbuat adalah awan panas dan letusan Gunung Api Merapi
dari semen yang lebih tinggi dari lantai. Hal ini karena apabila terjadi akan menyebabkan sebuah
merupakan potensi bahaya yang dapat membuat bencana. Selain itu letak wisata yang berada di
wisatawan tersandung apabila tidak diperingatkan dataran tinggi membuat keadaan cuaca yang jelas
oleh pemadu wisata atau tidak mawas diri. Di akan memiliki curah hujan tinggi, jalanan yang
kawasan wisata Batu Alihan, wisatawan juga dapat berkelok dan menanjak. Kesemua bahaya ini
memiliki tingkat risiko tinggi.

Keskom, Vol 8, No 2, 2022


Helfi Agustin, et al
A Risk Analysis of Merapi Lava
Analisis Risiko Obyek Wisata Lava
224
Tabel 3. Tabel Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko
di Wisata Lava Tour (Standar AS/NZS 4360)

PENILAIAN DAN
IDENTIFIKASI BAHAYA PENGENDALIAN
ANALISIS RISIKO
K3 / Kate gori
No Aktifitas Bahaya Risiko (P) (S) PxS Saat Ini Rekomendasi
L Risiko
Lokasi : Museum Sisa Hartaku
1 Naik mobil jeep K3 Berdiri Terjatuh, lecet C 2 S Sedang Adm : larangan Teknik: pemberian seatbelt. Adm :
dari pangkalan berdiri. APD : wajib pemeriksaan penggunaan seatbelt dan APD
mobil jeep helm safety
menuju Museum L Polusi Jarak pandang C 2 S Sedang APD: masker
Sisa Hartaku dekat, sesak nafas
Berjalan kaki K3 Jalan berbatu Terpeleset A 2 T Tinggi APD : gunakan sepatu
2 mengelilingi dan berpasir
Museum Sisa K3 Kusen rendah Terbentur A 2 T Tinggi Adm : diberi tulisan peringatan
Hartaku K3 Sekat ruang Tersandung A 2 T Tinggi Adm : diberi tulisan peringatan
Lokasi : Batu Alihan
1 Naik mobil jeep K3 Berdiri Terjatuh, lecet C 2 S Sedang Adm : larangan Teknik: pemberian seatbelt.
dari Museum Sisa berdiri. APD : wajib Adm : pemeriksaan penggunaan seatbelt dan
Hartaku menuju helm safety APD
Batu Alihan L Polusi Jarak pandang C 2 S Sedang APD:masker
dekat, sesak nafas
2 Berjalan kaki K3 Banyak Tersandung, A 2 T Tinggi APD : gunakan sepatu
menuju Batu bebatuan cedera
Alihan tajam
3 Foto bersama K3 Dekat tebing Terperosok C 4 E Ekstrem Pagar batas. papan Teknik: pembenahan pagar rusak. Adm:
:pagar tebing peringatan tapi rusak penggantian papan peringatan.
rusak
Lokasi : Bunker Kaliadem
1 Naik mobil jeep K3 Berdiri Terjatuh, lecet C 2 S Sedang Larangan berdiri, Teknik: pemberian seatbelt. Adm :
dari Batu Alihan Wajib helm safety pemeriksaan penggunaan seatbelt dan APD
menuju Bunker
Kaliadem L Polusi Jarak pandang C 2 S Sedang APD:masker
dekat, sesak nafas
2 Berjalan kaki K3 Banyak Tersandung, A 2 T Tinggi APD : gunakan sepatu
menuju pintu bebatuan cedera
masuk Bunker tajam
Kaliadem
3 Memasuki K3 Tangga Terpeleset B 2 T Tinggi Teknik: pembuatan handrail dan pemberian
Bunker Kaliadem berpasir dan pembatas jalur masuk dan keluar.
sempit Adm: bergantian masuk-keluar bunker
Lokasi : Kawasan Wisata Lava Tour
1 L Dekat dengan Erupsi E 5 T Tinggi Mematuhi sistem Pengawasan yang ketat oleh pengelola wisata
G.Api Merapi peringatan dini dari terhadap pengunjung yang tidak patuh
BMKG
Awan panas E 5 T Tinggi Mematuhi sistem
peringatan dini
2 L Lokasi di Curah hujan tinggi B 2 T Tinggi APD:mantel hujan Adm: lihat cuaca dan musim
dataran tinggi
Jalan berkelok dan A 2 T Tinggi Adm: ada rambu-
menanjak rambu

Temuan penelitian ini sesuai dengan untuk lebih sering terjadi hujan angin atau hujan
penelitian Sari, bahwa risiko pada aspek natural badai (Sari, 2013).
adalah risiko yang harus diterima (acceptance) Perilaku wisatawan yang di luar kendali
karena merupakan proses alamiah dan merupakan dapat menimbulkan risiko bahaya seperti terjatuh
ancaman dari erupsi Merapi. Dampak dari erupsi atau lecet terkena benda keras. Perilaku wisatawan
Merapi begitu besar dan berbahaya baik bagi yang berisiko juga ditemukan pada hasil penelitian
lingkungan maupun makhluk hidup. Letak lokasi (Muthiah, Muntasib and Meilani, 2018) yang
wisata yang berada dekat gunung memungkinkan menyatakan bahwa keterlibatan pengunjung masih

Keskom, Vol 8, No 2, 2022


Helfi Agustin, et al
A Risk Analysis of Merapi Lava
Analisis Risiko Obyek Wisata Lava
225
minim dalam pengelolaan bahaya, padahal perlu melibatkan pengunjung dengan pemberian
pengunjung merupakan salah satu pemangku informasi, karena persepsi yang dirasakan
kepentingan yang harus berpartisipasi. Perilaku pengunjung terhadap risiko bersifat subjektif
wisatawan tentunya dapat diperbaiki dengan (bergantung pada risiko terkait dengan diri mereka
meningkatkan pemahaman tentang bahaya di sendiri) sehingga kesulitan mengantisipasi
lokasi dan bagaimana pengendaliannya. Walaupun kejadian yang tidak terduga (C. L. Yang and Nair,
pemangku kepentingan lain seperti pemerintah, 2014; E. C. L. Yang and Nair, 2014; Zou and
masyarakat setempat dan komunitas handie talkie Meng, 2020).
telah terlibat dalam pengendalian risiko di Gunung Risiko tinggi di wisata ini masih dapat
Merapi, namun sangat penting melibatkan sopir ditolerir karena hampir keseluruhan kawasan
jeep dan pemandu wisata untuk menginformasikan wisata jalanan berbatu dan rusak akibat erupsi dan
dan melakukan pengawasan jika ada pengunjungan apabila diperbaiki tidak akan bertahan lama karena
yang berperilaku membahayakan selama dalam dilalui oleh truk penambang pasir setiap harinya.
perjalanan wisata. Keadaan ini dapat dikurangi risikonya dengan
Evaluasi risiko Risiko yang sudah tahap keempat dari hirarki pengendalian risiko
diketahui nilainya, yaitu risiko rendah, sedang, yaitu administratif. Tahap administratif dengan
tinggi atau ekstrem kemudian dibuat prioritas. tindakan pembuatan pemetaan alur rute teraman
Prioritas risiko ini memudahkan untuk menentukan yang dapat dilalui dan pemisahan jalur wisata
tindakan selanjutnya untuk kegiatan pengendalian. dengan penambangan pasir, dapat juga dengan
Konsep yang digunakan dalam penentuan prioritas pemberian tanda hati-hati karena banyak batu
risiko adalah As Low As Reasonably Practicable tajam yang membahayakan. Lantai berpasir dapat
(ALARP) (Ramli, 2010) . dikurangi risikonya dengan perancangan seperti
Dari hasil perhitungan, terdapat risiko pembuatan jalur masuk dan keluar melalui keramik
ekstrem yang tidak dapat diterima karena menjadi yang lebih bersih. Tahap administratif dengan
ancaman bagi wisatawan dan pengemudi mobil menggunakan rambu hati-hati atau dengan jadwal
jeep yang terabaikan. Risiko ekstrem ini tidak piket pembersihan pasir. Sedangkan untuk kusen
dapat diterima kecuali risiko sudah berhasil yang rendah, tidak dapat menggunakan ketiga
diturunkan. Hasil analisa risiko bahaya yang hirarki, sehingga langsung ke tahap empat hirarki
termasuk risiko ekstrem adalah lokasi dekat tebing. yaitu administratif. Kegiatan pengendalian dengan
Berdasarkan hirarki pengendalian risiko, keadaan tahap administratif dengan pemberian rambu
tersebut dapat dilakukan dengan tahap substitusi peringatan yang diletakkan sebelum masuk pintu
dengan mengganti pagar yang rusak. Selain itu atau diatas kusen agar telihat oleh wisatawan.
digunakan tahap hirarki ketiga yaitu perancangan. Pengendalian terakhir adalah dengan
Perancangan di sini yang dimaksud adalah dengan menggunakan alat pelindung diri yaitu
dibuat berupa denah lokasi atau pemetaan lokasi menggunakan helm standard selama perjalanan
wisata yang lebih aman. Apabila pengendalian wisata berlangsung. Batas antar ruang atau sekat di
tingkat tiga ini belum bisa terlaksana, maka tujuan kedua Wisata Lava Tour, Musium Sisa
digunakan pengendalian keempat yaitu Hartaku, dapat dikurangi risikonya. Pengurangan
administratif dengan memberi tanda-tanda risiko dengan cara menimbun sejumlah tanah
keselamatan, tanda daerah berbahaya, ijin masuk, sehingga sekat tidak terlalu tinggi atau
atau palang sehingga rute yang seharusnya tidak menghilangkan sekat, maka akan mengubah
dilalui karena berbahaya tidak dilalui lagi. bentuk asli rumah dan diperlukan persetujuan awal
Pengelola wisata Lava tour, sopir jeep dan dari pemilik rumah. Diperlukan tindakan
pemandu wisata perlu lebih fokus mengidentifikasi pengurangan risiko administratif seperti pemberian
potensi bahaya dan segera melakukan rambu sebelum sekat agar wisatawan dapat
pengendalian. Namun demikian pengelola wisata membaca. Selain itu pemandu wisata atau

Keskom, Vol 8, No 2, 2022


Helfi Agustin, et al
A Risk Analysis of Merapi Lava
Analisis Risiko Obyek Wisata Lava
226
pengemudi wajib untuk selalu mengingatkan Kabupaten Sleman beserta pengelola wisata
wisatawan untuk berhati-hati. Pentingnya mengenai aturan wisata di daerah bekas bencana
informasi tentang risiko juga disarankan oleh dan kawasan rawan bencana. Disini banyak dinas
(Huang, Dai and Xu, 2020) untuk mendorong dari Kabupaten Sleman dilibatkan seperti Dinas
pengunjung melakukan perilaku pencegahan. Pariwisata, Dinas Perhubungan, Badan
Terdapat dua risiko level sedang yang Perencanaan Pembangunan Daerah, Palang Merah
masih dapat ditolerir. Dapat ditolerir dengan syarat Indonesia, Badan Penanggulangan Bencana
mengurangi risiko sampai batas yang dapat Daerah hingga pihak Kepolisian Kabupaten
diterima dan sisa risiko dapat diterima apabila bila Sleman. Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 20
dilakukan pengurangan risiko lebih lanjut tidak tahun 2011 tentang kawasan rawan bencana, Dinas
mungkin dilakukan. Risiko sedang terdapat bahaya Kabupaten Sleman mengatur ketentuan kawasan
pada kondisi berdiri saat naik mobil dan polusi. yang dilarang untuk hunian dan yang
Pengurangan risikonya dengan perancangan diperbolehkan secara terbatas untuk hunian pada
seperti pembatasan kecepatan maksimum mobil Kawasan tertentu. Keterlibatan berbagai
dan batas aman jarak antar kendaraan. Solusi pemangku kepentingan ini juga disarankan oleh
selanjutnya adalah administratif dengan pemberian peneliti Tiongkok yakni otoritas pariwisata dan
rambu batas kecepatan untuk mengingatkan pengelola lokasi wisata berperan penting dalam
pengemudi akan bahaya-bahaya yang ada di lokasi perubahan sikap wisatawan dalam beradaptasi
wisata. Kegiatan yang dilakukan seperti pemberian terhadap perilaku lingkungan yang positif (Cheng,
rambu di titik-titik tertentu oleh pihak berwenang. Jin and Wong, 2014).
Namun, tidak semua rambu dalam keadaan baik. Kawasan Rawan Bencana III (KRB III)
Menurut pemaparan informan SM dan M bahwa dan Kawasan Rawan Bencana II (KRB II) masih
ada banyak rambu yang rusak dan belum diperbaiki diperbolehkan untuk kegiatan ilmu pengetahuan,
padahal rambu tersebut sangat dibutuhkan. Selain penelitian dan pariwisata. Kegiatan tersebut harus
itu dipaparkan pula bahwa pengelola Wisata Lava memenuhi syarat bahwa bukan merupakan
Tour juga mengikuti pelatihan demi keamanan dan kegiatan hunian dan tidak dilakukan pada saat
kenyamanan berwisata. Pelatihan yang dibimbing status Gunung Merapi menjadi siaga, kecuali
oleh dinas pariwisata sleman, PMI, dan IOF dalam kegiatan penanggulangan bencana. Oleh
(Indonesian Offroad Federation) ini dilakukan sebab itu Wisata Lava Tour masih dapat
selama tiga bulan dan diikuti oleh seluruh beroperasi, namun dengan syarat tersebut.
pengelola secara rolling. Akan tetapi pelatihan Kawasan ini memang sudah baik pengelolaannya,
sumber daya manusia belum didukung dengan namun masih ada beberapa kekurangan yang perlu
fasilitas yang ada seperti belum tersedianya segera diperbaiki demi keselamatan dan kesehatan
poliklinik di lokasi wisata, namun demikian berwisata. Kekurangan ini dapat menjadi peluang
pengelola selalu sigap menolong apabila terdapat terjadinya kecelakaan yang menimbulkan
korban atau wisatawan yang sakit (Informan S). ketidaknyamanan pada wisatawan maupun
Proses untuk pembangunan dan pengelola Wisata Lava Tour. Kurangnya fasilitas
pengurusan perizinan poliklinik membutuhkan wisata sesuai PERDA DIY No.1 tahun 2012.
dana banyak dan kerjasama dari semua pihak. Jadi Fasilitas yang dibutuhkan seperti gardu pandang,
untuk pengadaan tambahan fasilitas di lokasi tanda atau rambu, jalur track/rute, pedestrian
wisata seperti poliklinik masih dalam proses… shelter, tempat duduk, landmark/ikon Lava Tour,
(Informan J). toilet, gazebo dan vegetasi penunjuk jalan perlu
Pencegahan sudah dilakukan supaya tidak terus diperbaiki utnuk meningkatkan loyalitas
terjadi kecelakaan lagi demi keselamatan bersama. pengunjung. Loyalitas pengunjung secara teoritis
Pencegahan yang sudah dilakukan meliputi berbanding lurus dengan jaminan keselamatan
pembuatan aturan kebijakan Pemerintah wisatawan, namun melihat peningkatan minat

Keskom, Vol 8, No 2, 2022


Helfi Agustin, et al
A Risk Analysis of Merapi Lava
Analisis Risiko Obyek Wisata Lava
227
pengunjung untuk merasakan sensasi tempat yang di Lokasi Wisata Lava Tour adalah dengan adanya
berbahaya menunjukkan bahwa keselamatan pelatihan bagi pengelola yaitu pelatihan
belum menjadi pertimbangan utama bagi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan
wisatawan, hal ini serupa dengan temuan penelitian Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD),
di Gunung api purba Nglanggeran yang berasumsi aturan yang ketat dan sanksi yang tegas terhadap
hal ini disebabkan karena karakteristik wisatawan pengemudi jeep, tersedianya alat pelindung diri
yang berjiwa petualang (Hermawan, 2017). bagi pengemudi dan wisatawan, ada rambu lalu
Besarnya minat wisatawan untuk lintas walau minim, dan tersedianya obat di kotak
mengunjungi Merapi pasca erupsi tidak lepas dari Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
promosi dan publikasi dari masyarakat dan sebagai pertolongan pertama yang selalu ada di
pemerintah untuk membangkitkan kembali sektor setiap mobil. Rekomendasi upaya pengendalian
pariwisata Merapi. Semakin banyak pengunjung, berdasarkan hasil identifikasi adalah dengan dibuat
konsekuensinya juga akan semakin tinggi risiko. handrail atau pegangan tangan pada tangga dan
Meskipun daya Tarik wisata Lava tour pemberian batas jalur masuk- keluar wisatawan,
mengandung unsur kesedihan (dark tourism), perbaikan pagar pembatas tebing, pengalihan jalan
karena mengenang bencana dan kematian akibat (perbedaan rute) bagi jeep wisata dan truk
letusan Gunung Merapi, namun beberapa penambang pasir, peningkatan pelatihan sumber
wisatawan mengunjungi lokasi wisata untuk daya manusia secara rutin, toilet umum disetiap
bersenang-senang. Menurut (Boateng, Okoe and obyek wisata dan disediakannya poliklinik wisata.
Hinson, 2018) komunikasi pemasaran di daya tarik Pelibatan berbagai pemangku kepentingan seperti
wisata bekas bencana harus mampu menarik emosi pemerintah, masyarakat dan komunitas yang sudah
pengunjung tentang penderitaan dan orang-orang cukup baik perlu terus dipertahankan, disamping
yang meninggal di lokasi tersebut serta pesan meningkatkan partisipasi dan keterlibatan
untuk menjaga kehidupan mereka dengan selalu pengunjung dalam pengendalian risiko..
berperilaku selamat selama dalam perjalanan
wisata. KONFLIK KEPENTINGAN
Tidak ada konflik kepentingan dalam
SIMPULAN penelitian ini.
Potensi bahaya di kawasan wisata Lava
Tour Gunung Merapi meliputi jalan berbatu dan UCAPAN TERIMA KASIH
berpasir, dekat dengan tebing, kusen pintu rendah, Ucapan terima kasih kami sampaikan
adanya sekat antar ruang, pasir di lantai keramik, kepada rektor dan kepala LPPM UAD yang telah
banyak debu, gelap, jalan yang menanjak dan memberikan bantuan dana dan dukungan dalam
sempit, atap dari seng, pagar batas tebing rusak, penelitian ini, Dyah Ayu Herlina yang telah
minimnya rambu peringatan. Penilaian risiko membantu pengumpulan lapangan dan semua
keselamatan di lokasi wisata Lava Tour Gunung informan yang telah meluangkan waktu dan
Merapi adalah sebanyak 2 risiko ekstrem, 5 risiko memberikan konfirmasi terhadap observasi potensi
tinggi, dan 2 risiko sedang. Risiko masih bisa bahaya.
ditolerir karena kegiatan wisata dibuka
berdasarkan status keaktifan Gunung Merapi DAFTAR PUSTAKA
(alam). Dari sisi kesehatan masih aman karena Antonio, J. et al. (2020) ‘Determinants of tourism
destination competitiveness in the countries
hanya terdapat bahaya debu yang masih dapat
most visited by international tourists :
diterima oleh pengelola dan wisatawan sebagai Proposal of a synthetic index’, Tourism
keadaan geografis dan efek erupsi yang masih Management Perspectives, 33(October 2018),
terasa hingga kini. Upaya pengendalian risiko p. 100582. doi: 10.1016/j.tmp.2019.100582.
keselamatan dan kesehatan yang telah diterapkan Biran, A. and Hyde, K. F. (2013) ‘Guest editorial

Keskom, Vol 8, No 2, 2022


Helfi Agustin, et al
A Risk Analysis of Merapi Lava
Analisis Risiko Obyek Wisata Lava
228
New perspectives on dark tourism’, 7(3), pp. of development of dark tourism in Bulgaria’.
191–198. doi: 10.1108/IJCTHR-05-2013- doi: 10.1108/IJTC-05-2017-0029.
0032. Muthiah, J., Muntasib, E. K. S. H. and Meilani, R.
Boateng, H., Okoe, A. F. and Hinson, R. E. (2018) (2018) ‘Tourism hazard potentials in Mount
‘Dark tourism: Exploring tourist’s experience Merapi: How to deal with the risk’, IOP
at the Cape Coast Castle, Ghana’, Tourism Conference Series: Earth and Environmental
Management Perspectives, 27(May), pp. 104– Science, 149(1). doi: 10.1088/1755-
110. doi: 10.1016/j.tmp.2018.05.004. 1315/149/1/012020.
Calderwood, L. U. and Soshkin, M. (2019) The Podoshen, J. S. et al. (2015) ‘New approaches to
Travel & Tourism Competitiveness Report dark tourism inquiry: A response to Isaac’,
2019. Geneva: World Economic Forum. Tourism Management, 51, pp. 331–334. doi:
Chang, T. Y. (2014) ‘DARK TOURISM: The 10.1016/j.tourman.2015.05.008.
effects of motivation and environmental Ramli, S. (2010) Pedoman Praktis Manajemen
attitudes on the benefits of experience’, Risiko dalam Prespektif K3 : OHS Risk
Revista Internacional de Sociologia, 72(Extra Management. 1st edn. Jakarta: Dian Rakyat.
2), pp. 69–86. doi: 10.3989/ris.2013.08.06. Sari, M. M. (2013) ‘Studi Manajemen Risiko
Erupsi Merapi’, 5, pp. 8–9.
Cheng, M., Jin, X. and Wong, I. K. A. (2014) Topsakal, Y. and Ekici, R. (2014) ‘Dark Tourism
‘Ecotourism site in relation to tourist attitude as a Type of Special Interest Tourism : Dark
and further behavioural changes’, Current Tourism Potential of Turkey’, Akademik
Issues in Tourism, 17(4), pp. 303–311. doi: Turizm ve Yönetim Araştırmaları Dergisi,
10.1080/13683500.2013.800030. 1(2), pp. 325–330.
Hartmann, R. et al. (2018) ‘The history of dark Virgili, S. et al. (2018) ‘“From the Flames to the
tourism’, Journal of Tourism History, 0(0), Light”: 100 years of the commodification of
pp. 1–27. doi: the dark tourist site around the Verdun
10.1080/1755182X.2018.1545394. battlefield’, Annals of Tourism Research,
Hermawan, H. (2017) ‘Pengaruh Daya Tarik 68(October 2017), pp. 61–72. doi:
Wisata, Keselamatan dan Sarana Wisata 10.1016/j.annals.2017.11.005.
Terhadap Kepuasan serta Dampaknya Yang, C. L. and Nair, V. (2014) ‘Risk Perception
terhadap Loyalitas Wisatawan : Studi Study in Tourism: Are we Really Measuring
Community Based Tourism di Gunung Api Perceived Risk?’, Procedia - Social and
Purba Nglanggeran’, Wahana Informasi Behavioral Sciences, 144(2006), pp. 322–327.
Pariwisata : Media Wisata, 15(1), pp. 562– doi: 10.1016/j.sbspro.2014.07.302.
577. Yang, E. C. L. and Nair, V. (2014) ‘Tourism at
Huang, X., Dai, S. and Xu, H. (2020) ‘Predicting Risk: A Review of Risk and Perceived Risk in
tourists’ health risk preventative behaviour Tourism’, Asia-Pacific Journal of Innovation
and travelling satisfaction in Tibet: in Hospitality and Tourism (APJIHT), 3(2), p.
Combining the theory of planned behaviour 13. doi: 10.7603/s40930-014-0013-z.
and health belief model’, Tourism Yudistira, I. G. A. A. and Susanto, N. A. (2012)
Management Perspectives, 33(February ‘Rancangan Sistem Penilaian Keselamatan
2019), p. 100589. doi: Pengunjung Tempat Wisata’, Jurnal
10.1016/j.tmp.2019.100589. Teknologi, 29(3), pp. 19–24.
Light, D. (2017) ‘Progress in dark tourism and Zou, Y. and Meng, F. (2020) ‘Chinese tourists’
thanatourism research: An uneasy relationship sense of safety: perceptions of expected and
with heritage tourism’, Tourism Management, experienced destination safety’, Current
61, pp. 275–301. doi: Issues in Tourism, 23(15), pp. 1886–1899.
10.1016/j.tourman.2017.01.011. doi: 10.1080/13683500.2019.1681382.
Martini, A. and Buda, D. M. (2020) ‘Dark tourism
and affect: framing places of death and
disaster’, Current Issues in Tourism, 23(6),
pp. 679–692. doi:
10.1080/13683500.2018.1518972.
Mileva, S. V. and Mileva, S. V. (2018) ‘Potential

Keskom, Vol 8, No 2, 2022

You might also like