You are on page 1of 20

Jurnal Kebijakan Ekonomi

Volume 15 Issue 1 Article 9

2019

Leverage dan Partisipasi Ekspor: Studi Empiris pada Perusahaan


Manufaktur di Indonesia
Ilham Perintis
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia

Maddaremmeng A.Panennungi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke

Part of the Economics Commons, Public Affairs, Public Policy and Public Administration Commons,
and the Urban Studies and Planning Commons

Recommended Citation
Perintis, Ilham and A.Panennungi, Maddaremmeng (2019) "Leverage dan Partisipasi Ekspor: Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia," Jurnal Kebijakan Ekonomi: Vol. 15: Iss. 1, Article 9.
Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss1/9

This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Economics & Business at UI Scholars Hub.
It has been accepted for inclusion in Jurnal Kebijakan Ekonomi by an authorized editor of UI Scholars Hub.
Perintis and A.Panennungi: Leverage dan Partisipasi Ekspor: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

Leverage dan Partisipasi Ekspor:


Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia
Ilham Perintisa*, & Maddaremmeng A.Panennungia
a
Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universtas Indonesia
ilhamperintis@gmail.com
Abstract
The study aims to investigate the relationship between leverage on firms' opportunities to participate in export
markets at the levels of aggregate sectors and subsectors of manufacturing of Indonesia by using Industry Survey
data published by Badan Pusat Statistik (BPS) for the period 2007 - 2015. The results of logistic estimation at the
sectoral aggregate level indicate that the higher a firm has the financial capacity to meet obligations or that the
company is not burdened by debt arising from the use of leverage, the firms are not financially constrained and
have greater opportunity for firms to participate in the export market. In addition, at the manufacturing subsector
level, opportunities for firms to enter the export market are different due to the heterogeneity on firms'
characteristics from respective subsectors.
Keywords: Export Participation, Leverage, Manufacturing subsectors, Indonesia
JEL classification: F00, G00, L60

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara leverage pada peluang perusahaan untuk
berpartisipasi dalam pasar ekspor di tingkat sektor agregat dan manufaktur subsektor Indonesia dengan
menggunakan data Survei Industri yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk periode 2007-2015.
Hasil estimasi logistik pada tingkat agregat sektoral menunjukkan bahwa semakin tinggi suatu perusahaan
memiliki kemampuan keuangan untuk memenuhi kewajiban atau perusahaan tidak terbebani oleh beban
utang yang berasal dari penggunaan leverage, perusahaan tersebut tidak terkendala secara finansial dan
semakin besar peluang bagi perusahaan untuk berpartisipasi dalam pasar ekspor. Selain itu, pada tingkat
subsektor manufaktur, peluang bagi perusahaan untuk memasuki pasar ekspor berbeda karena heterogenitas
karakteristik dari subsektor terkait.
Kata kunci: Partisipasi Ekspor, Leverage, Industri Manufaktur, Indonesia
Klasifikasi JEL: F00, G00, L60

negara dalam menghasilkan produk yang


PENDAHULUAN kompetitif untuk dijual di pasar internasional.
Perdagangan internasional adalah Peran penting ekspor di perekonomian telah
pemenuhan kebutuhan domestik suatu membuat pemerintahan di negara-negara
negara yang diperoleh melalui proses interaksi berkembang tergerak untuk memberdayakan
penjualan (ekspor) dan pembelian (impor) potensi sektor industri yang dimiliki untuk bisa
barang dan jasa dengan negara lain yang bersaing di pasar ekspor, termasuk di
memberikan keuntungan bersama-sama. Indonesia.
Seiring waktu, interaksi tersebut telah
Perkembangan ekspor dan impor Indonesia
mengalami pergeseran, yaitu dari keuntungan
selama beberapa tahun terakhir cukup
komparatif menjadi skala ekonomi dan
berfluktuatif. Neraca perdagangan
diferensiasi produk. Pergeseran ini dapat
mengalami surplus pada periode 2007 – 2011,
terlihat dengan adanya kecenderungan suatu

* alamat korespondensi : ilhamperintis@gmail.com

Published by UI Scholars Hub, 2020 1 1


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 1 [2020], Art. 9

defisit pada 2012 – 2014, dan surplus kembali yang sehat akan mampu untuk berpartisipasi
pada 2015 – 2017. Namun, pada tahun 2018, di pasar ekspor karena dapat mengalokasikan
Indonesia kembali mengalami defisit sumber dananya untuk pembiayaan sunk costs
perdagangan hingga US$ 8.5 milyar. tersebut. Pilihan lainnya untuk pembiayaan
Salah satu komponen dari ekspor adalah tersebut adalah dengan mencari sumber
sektor manufaktur. Sektor ini telah menjadi keuangan di luar perusahaan yang dapat
tulang punggung PDB dengan kontribusinya diperoleh dari investor, bank dan lembaga
di atas 20% setiap tahunnya. Sektor ini selalu keuangan. Namun, pilihan ini justru menjadi
menarik untuk dikaji lebih mendalam, mahal jika struktur keuangan perusahaan
terutamanya dengan menggunakan fakta- tidak dalam kondisi sehat atau terkendala.
fakta keheterogenitasan yang dimiliki oleh Investor, bank dan lembaga keuangan akan
perusahaan yang bergerak di manufaktur memperhatikan posisi keuangan internal
ketika ingin berpartisipasi di pasar ekspor. perusahaan, termasuk kemampuan untuk
Menurut Bank Indonesia, perkembangan membayar beban utang dan bunganya
ekspor dan impor untuk sektor manufaktur terlebih dahulu sebelum mereka memberikan
selama 10 tahun terakhir tidak mengalami investasi atau kredit yang akan digunakan
perubahan, dimana nilai komoditas impor oleh perusahaan dalam kegiatan ekspor.
manufaktur terhadap total impor non-migas Keterkaitan antara keuangan perusahaan
selalu lebih besar daripada nilai komoditas dengan berpartisipasi di kegiatan ekspor
ekspor manufaktur terhadap ekspor non- merupakan isu yang menarik untuk
migas. Data dari Survei Industri yang diinvestigasi di Indonesia karena perusahaan
dipublikasikan oleh BPS, jumlah eksportir melihat faktor kemampuan keuangannya
yang terdata dalam survei mengalami terlebih dahulu sebelum melakukan investasi.
perubahan setiap tahunnya berada pada Semakin kuat kemampuan keuangan suatu
sekitar 9-14% dari total perusahaan. perusahaan, maka perusahaan memiliki ruang
Ketika perusahaan ingin berpartisipasi di gerak dalam mengalokasikan sumber daya
pasar ekspor, perusahaan perlu melihat bahwa keuangannya, misalnya untuk pembiayaan
masuk ke pasar dapat dilihat sebagai bentuk operasional dan investasi. Dalam literatur
investasi (Baldwin dan Krugman, 1989, Melitz, keuangan korporasi, salah satu parameter
2003, Robert dan Tybout, 1997;), perusahaan yang digunakan untuk merepresentasikan
perlu memahami hubungan antara keuangan adalah leverage atau solvabilitas,
pembiayaan modal dan keputusan investasi. yaitu penggunaan fasilitas keuangan dari
Artinya adalah perusahaan perlu eksternal perusahaan sebagai bagian dari
mempertimbangkan kapasitas dan struktur keuangan dengan tujuan untuk
kemampuan keuangannya sebelum meningkatkan keuntungan potensial,
mengambil keputusan untuk membiayai misalnya fasilitas untuk modal kerja dan
investasi atau export sunk costs dan masuk ke pembiayaan yang terkait dengan kegiatan
pasar internasional. Perusahaan yang ekspor.
memiliki memiliki struktur keuangan internal

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss1/9 2 2
Perintis and A.Panennungi: Leverage dan Partisipasi Ekspor: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

Pengukuran leverage atau solvabilitas dapat rentan secara keuangan. Sedangkan menurut
dilakukan melalui beberapa pendekatan, salah industri, sektor yang paling berisiko adalah
satunya adalah dengan interest coverage ratio pada sektor sumber daya (termasuk sektor
(ICR) yang akan digunakan dalam penelitian primer, kertas dan kayu, serta produk logam),
ini. ICR adalah kemampuan perusahaan untuk yang diikuti oleh sektor telekomunikasi,
memenuhi fasilitas keuangan yang transportasi dan manufaktur. Nilai ICR yang
diperolehnya dari eksternal perusahaan. mengalami penurunan mengindikasikan
Suatu perusahaan yang memiliki ICR yang bahwa kapasitas atau kemampuan
tinggi menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan terkendala untuk memenuhi
untuk memenuhi fasilitas keuangan atau kewajiban menjadi semakin rendah atau
kewajiban yang baru akan semakin tinggi rentan sehingga ada potensi adanya
sehingga tujuan untuk meningkatkan kegagalan bayar utang.
keuntungan potensial semakin tinggi. Kondisi Mengingat bahwa perusahaan yang ingin
ini bisa dikatakan bahwa perusahaan tersebut berpartisipasi di pasar ekspor harus
tidak mengalami kendala keuangan begitu membayar sunk entry costs sebagai bentuk
juga sebaliknya. Para investor yang ingin investasi awal, maka penurunan ICR
berinvestasi atau lembaga keuangan yang teridentifikasi sebagai adanya kendala
ingin memberikan fasilitas pada suatu unit keuangan internal di perusahaan sehingga
usaha akan melihat nilai ICR karena terbatasnya kemampuan untuk melakukan
mencerminkan kemampuan perusahaan alokasi investasi, termasuk alokasi untuk
dalam memenuhi fasilitas keuangan atau pembiayaan investasi ketika ingin
kewajiban-kewajibannya ketika perusahaan berpartisipasi di pasar ekspor. Di sisi lain, hal
beroperasi normal dan terus-menerus. ini juga akan menjadi hambatan bagi investor
Laporan International Monetary Fund (IMF) dan Lembaga keuangan yang ingin
di tahun 2015 menggunakan ICR untuk berinvestasi di perusahaan karena adanya
mengukur kerentanan suatu perusahaan atau potensi keterbatasan perusahaan dalam
risiko kegagalan membayar kewajiban mengembalikan investasi tersebut.
(default at risk) perusahaan di negara-negara Kondisi ini menarik untuk diinvestigasi lebih
berkembang. IMF mengunakan threshold lanjut dalam kerangka hubungan keuangan
untuk nilai ICR adalah sebesar 1.5. Jika nilai ICR dengan partisipasi ekspor suatu perusahaan,
tidak mencapai standar tersebut, maka terutama yang bergerak di sektor manufaktur
dikategorikan sebagai sinyal bahwa karena sektor ini berkontribusi tinggi pada
perusahaan akan memiliki potensi berisiko PDB setiap tahun. Keuangan sebagai salah
atau kendala keuangan. Dalam laporan satu sumber keheterogenitasan perusahaan
lainnya yang sejenis, IMF (2016) melaporkan bisa dikatakan dapat berhubungan dengan
bahwa ICR Indonesia mengalami penurunan kinerja perusahaan manufaktur dalam hal
dari tahun 2011 hingga 2014 sehingga alokasi pembiayaan operasional perusahaan,
berpotensi terjadi risiko keuangan dan sektor termasuk biaya-biaya yang diperlukan untuk
manufaktur merupakan salah satu sektor yang masuk dan berada di pasar ekspor.

Published by UI Scholars Hub, 2020 3 3


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 1 [2020], Art. 9

Salah satu parameter yang dapat mengukur tidak membahas pada subsektoral
kesehatan keuangan suatu perusahaan adalah manufaktur sehingga berpotensi terjadi
leverage (Greenaway et al., 2007; Cole et al, adanya bias dalam penarikan kesimpulan atau
2008, Nagaraj, 2014; Kim, 2016). Dimensi adanya kecenderungan kebijakan yang
keuangan ini telah digunakan secara umum diambil berlaku untuk semua perusahaan
oleh studi empiris di berbagai negara, baik di sehingga tidak memperhatikan
negara maju maupun di negara berkembang, keheterogenitasan perusahaan, terutamanya
yang menggunakan data pada tingkat yang terkait dengan faktor keuangan.
perusahaan manufaktur. Secara umum, hasil Dengan demikian, mengacu pada studi
dari studi empiris tersebut mengkonfimasi literatur dan empiris mengenai keterkaitan
adanya hubungan antara leverage dan antara leverage dan partisipasi ekspor serta
keputusan ekspor. laporan IMF (2016) mengenai status
Studi empiris yang menggunakan ICR kerentanan keuangan di perusahaan
sebagai alat ukur leverage sebagai variabel Indonesia, penelitian ini melihat adanya
bebas utama penelitian adalah Stiebale (2011) urgensi untuk menginvestigasi keterkaitan
di Perancis dan Kim (2016) di Korea, namun tersebut di dalam industri manufaktur
memberikan hasil penelitian yang berbeda. Indonesia. Celah penelitian yang ingin diisi
Kim (2016) mengkonfirmasi adanya hubungan adalah ruang lingkup analisis tidak hanya pada
negatif dan positif antara leverage dan peluang perusahaan di industri manufaktur
keputusan ekspor perusahaan di Korea, untuk masuk ke pasar ekspor secara agregat,
sedangkan Stiebale (2011) tidak menemukan tetapi juga di tingkat subsektor. Hal ini
adanya hubungan leverage dengan masuk ke berguna untuk memetakan kondisi kendala
pasar ekspor di Prancis. Studi lainnya adalah keuangan di sektor-sektor manufaktur di
penelitian Narjoko dan Atje (2007) mengenai Indonesia sehingga upaya-upaya pemerintah
hubungan sunk costs dan kepemilikian modal dapat disesuaikan dengan karakteristik
asing terhadap ekspor di Indonesia sebelum subsektor manufaktur yang terkait.
dan setelah periode krisis ekonomi 1997/1998.
Mereka menggunakan leverage hanya sebagai TINJAUAN LITERATUR
variabel kontrol saja, bukan sebagai variabel Berpartisipasi ke pasar internasional adalah

bebas utama. Narjoko dan Atje (2007) berisiko dan berasosiasi dengan adanya entry

mengkonfirmasi adanya hubungan antara sunk costs sehingga perusahaan perlu

leverage dan partisipasi ekspor, yaitu bernilai mempertimbangkan kemampuan dan

negatif ketika sebelum dan masa krisis ketersediaan sumber daya keuangan dari

ekonomi (1993-2000) dan bernilai positif di perusahaan sebagai basis keputusannya untuk

masa pemulihan ekonomi (2002-2004). berpartisipasi dalam kegiatan ekspor. Sunk


costs ini dapat berupa membangun jaringan
Namun demikian, penelitian-penelitian
distribusi dan pemasaran, penyesuaian atau
tersebut hanya melihat hubungan leverage
peningkatan kualitas produk, prosedur dan
dan peluang ekspor pada tingkat perusahaan
administrasi ekspor, dan pemasaran.
manufaktur secara agregat atau menyeluruh,

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss1/9 4 4
Perintis and A.Panennungi: Leverage dan Partisipasi Ekspor: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

Perusahaan yang ingin masuk ke pasar ekspor (Bellone et al., 2010; Greenaway et al., 2007;
perlu membiayai sunk costs tersebut sehingga Kim, 2016; Nagaraj, 2014). Leverage adalah
diperlukan biaya yang digunakan sebagai penggunaan aset dan sumber dana oleh
investasi awal. Jika perusahaan terkendala perusahaan yang memiliki beban tetap dan
keuangan, maka hanya perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan
memiliki likuiditas cukup akan ekspor. potensial (Sartono, 2008).
Perusahaan dapat memilih sumber Menurut the trade-off theory (Myers, 1977),
pembiayaan antara internal dan eksternal leverage merupakan indikator bahwa
untuk membiayai investasi tersebut. perusahaan menikmati manfaat dari adanya
Keputusan untuk masuk dan keluar pasar biaya beban utang bunga menjadi instrumen
ekspor adalah keputusan investasi dari pengurang pajak karena perusahaan tersebut
perusahaan yang kemungkinan akan menggunakan utang sebagai penambah
dipengaruhi oleh variabel keuangan. Dengan modalnya. Di sisi lain, the pecking order theory
demikian, kendala keuangan mungkin (Myers dan Majluf, 1984) menyatakan bahwa
menjadi salah satu penentu utama perilaku perusahaan akan memilih untuk
ekspor suatu perusahaan (Baldwin dan menggunakan keuangan internal (laba
Krugman, 1989; Bellone et al, 2010; Chaney, ditahan) untuk membiayai kebutuhan
2005; Greenaway et al., 2007; Manova, 2013; modalnya (investasi) dan jika memang
Melitz, 2003; Muuls, 2015; Nagaraj, 2014; diperlukan untuk memperoleh dari
Robert dan Tybout, 1997). pembiayaan eksternal, maka perusahaan akan
Dengan melihat bahwa sunk costs adalah menggunakan utang dan kemudian sekuritas.
bentuk investasi awal perusahaan untuk Dalam teori ini, leverage dipandang sebagai
masuk ke pasar ekspor (Baldwin dan tingkat ketergantungan pada pembiayaan
Krugman, 1989, Melitz, 2003; Robert dan eksternal setelah perusahaan
Tybout, 1997), perusahaan akan mengkalkulasikan posisi keuangan
mempertimbangkan hubungan antara internalnya (Kim, 2016). Dengan demikian,
pembiayaan dan keputusan investasi. leverage ini berhubungan dengan perilaku
Keputusan pembiayaan dari suatu perusahaan investasi (Bernini, et al., 2013, Nagaraj, 2014;
akan menjadi tidak relevan dengan perilaku Kim, 2016).
investasinya ketika berada dalam kondisi Kiendrebeogo dan Minea (2012)
pasar keuangan yang sempurna (Modigliani memperluas model Robert dan Tybout (1997)
dan Miller, 1958). Kondisi ini tentunya tidak dengan dua cara, yaitu memfleksibelkan
sesuai dengan pasar keuangan di dunia nyata keputusan perusahaan dengan asumsi bahwa
yang tidak sempurna karena kehadiran perusahaan akan melakukan ekspor jika
informasi asimetris sehingga adanya kendala labanya lebih besar daripada laba di pasar
keuangan akan tercermin dalam keputusan domestik dan mengasumsikan adanya
investasi perusahaan (Berman dan Hericourt, ketidaksempurnaan pasar keuangan yang
2010). Salah satu pengukuran kendala dapat mengarahkan pada pembatasan
keuangan yang utama adalah leverage pemberian kredit pada perusahaan yang

Published by UI Scholars Hub, 2020 5 5


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 1 [2020], Art. 9

berpotensi mengekspor. Argumennya adalah membiayai sunk costs tersebut(Kiendrebeogo


bahwa kendala likuiditas keuangan penting dan Minea, 2012; Nagaraj, 2014).
untuk ekspor karena sifatnya yang lebih Salah satu parameter untuk mengukur
berisiko daripada pasar domestik. Atas dasar leverage adalah interest coverage ratio (ICR),
ini, Kiendrebeogo dan Minea (2012) yaitu kemampuan perusahaan untuk
memperhitungkan keuangan di dalam memenuhi kewajiban dalam kondisi normal.
modelnya. ICR yang tinggi menyiratkan bahwa suatu
Kiendrebeogo dan Minea (2012) perusahaan memiliki kemampuan finansial
mengasumsikan produksi untuk pasar untuk memenuhi kewajiban (leverage) atau
domestik tidak tunduk pada kendala tidak mengalami kendala keuangan sehingga
keuangan, modal sebagai satu-satunya faktor memiliki kemampuan yang tinggi untuk
produksi, dan perusahaan memiliki dua mencari kewajiban yang baru. Dengan kata
sumber pembiayaan untuk investasinya, yaitu lain, posisi keuangan perusahaan dalam
internal dan eksternal. Jika suatu perusahaan keadaan sehat sehingga dapat
memiliki akses ke pasar keuangan, maka mengutilisasikan penggunaan sumber dana
penambahan modal akan dibiayai sedemikian sesuai dengan keperluan aktivitas
rupa sehingga pendapatan marjinal dari setiap perusahaan. Para investor yang ingin
sumber pembiayaan akan sama dengan biaya berinvestasi pada suatu unit usaha akan selalu
marjinal dan kedua sumber pembiayaan akan melihat nilai ICR karena mencerminkan
memiliki biaya yang sama. Di sisi lain, jika kemampuan perusahaan dalam memenuhi
perusahaan mengalami kendala keuangan, kewajiban-kewajibannya dari pembiayaan
dua sumber pembiayaan tersebut menjadi eksternal (Guariglia, 1999) ketika perusahaan
subtitusi yang tidak sempurna karena adanya beroperasi normal dan terus-menerus (Jusuf,
asumsi bahwa pendanaan eksternal lebih 2014).
mahal daripada internal karena kehadiran Dengan demikian, terlihat bahwa leverage
permasalahan informasi asimetris dan biaya sebagai salah satu ukuran tingkat kesehatan
agen di pasar keuangan. dan kapasitas keuangan perusahaan dapat
Perusahaan akan memilih berproduksi memicu keputusan investasi perusahaan,
antara pasar internasional atau domestik yang yaitu keputusan membiayai sunk costs untuk
tidak berisiko. Jika diasumsikan tidak ada sunk berpartisipasi di pasar ekspor. Transmisi ini
costs dan kendala keuangan, suatu menarik untuk diteliti agar memperoleh
perusahaan akan ekspor jika laba di pasar informasi bagaimana tingkat leverage
internasional lebih besar daripada laba di perusahaan yang diukur dengan ICR dapat
domestik. Namun, adanya sunk costs yang berhubungan dengan potensi perusahaan
disertai kendala keuangan, suatu perusahaan untuk berpartisipasi di pasar ekspor.
akan ekpor jika laba sekarang dan laba Dengan mengacu pada rumusan masalah,
ekspetasi lebih besar daripada laba di tujuan empiris, tinjauan literatur, dan
domestik, termasuk kemampuan untuk penelitian empiris yang telah dilakukan
sebelumnya, maka penelitian ini

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss1/9 6 6
Perintis and A.Panennungi: Leverage dan Partisipasi Ekspor: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

menghipotesiskan bahwa semakin tinggi Berbagai studi empiris yang menggunakan


kemampuan perusahaan dalam memenuhi leverage sebagai ukuran keuangan
kewajiban sebagai bentuk dari leverage atau perusahaan dan variabel bebas utama untuk
memiliki kendala keuangan yang rendah maka menginvestigasi hubungan dan pengaruhnya
peluang untuk berpartisipasi di pasar ekspor terhadap peluang untuk masuk ke pasar
akan semakin besar. Selain itu, variabel ekspor dengan menggunakan data
control yang digunakan adalah variabel- perusahaan manufaktur telah dilakukan,
variabel yang termasuk unsur namun masih terjadi kontradiksi dari hasil
keheterogenitasan industri, seperti peluang empirisnya. Di satu sisi, leverage memiliki
partisipasi perusahaan akan lebih besar jika hubungan dengan keputusan perusahaan
berproduktivitas tinggi (Brakman, et.al, 2019; untuk berpartisipasi di pasar ekspor karena
Kim, 2016; Melitz, 2003; Nagaraj, 2014; perusahaan yang tidak terkendala keuangan
Stiebale, 2011;), terdapat porsi kepemilikan (leverage) akan berpartisipasi di pasar ekspor.
modal oleh asing (Brakman et al, 2016; Leverage menjelaskan kapasitas keuangan
Nagaraj, 2014;), menggunakan bahan input perusahaan dalam penyediaan dana yang
dari impor (Srinivasan dan Archana, 2011), cukup dalam berinvestasi di pembiayaan sunk
perusahaan berukuran besar (Fazzari et al, costs untuk masuk ke pasar ekspor (Greenway
1988, Nagaraj, 2014), memiliki pengalaman et al, 2007; Cole et al, 2010; Kim, 2016, Qi et al.,
ekspor di waktu sebelumnya (Tybout and 2018). Di sisi lain, tidak terbukti adanya
Robert, 1997), dan berhubungan dengan nilai hubungan kendala keuangan pada keputusan
tukar efektif riil (Cheung dan Sengupta, 2012). perusahaan untuk masuk berpartisipasi di
Sejak dirintis oleh Greenaway et al. (2007), pasar ekspor. Hal ini dikarenakan keberadaan
studi empiris yang menggunakan data pada keberadaan karakteristik yang tidak
tingkat perusahaan manufaktur tentang terobservasi, intervensi publik untuk kegiatan
pengaruh kendala keuangan perusahaan pada ekspor telah mengurangi kendala keuangan
keputusan berpartisipasi di pasar ekspor untuk masuk pasar ekspor, dan perbedaan
memiliki hasil yang relatif sama, namun ada sifat biaya yang terkait dengan ekspor jasa
juga hasil empiris lainnya yang berbeda. menahan dampak keuangan pada ekspor
Sintesis atau temuan umum dari hasil empiris (Lancheros dan Demirel, 2012; Stiebale, 2011).
adalah bahwa eksportir tidak terlalu Untuk penelitian di Indonesia, sejauh
mengalami kendala secara keuangan bila pengetahuan penulis, hanya Narjoko dan Atje
dibandingkan dengan non-eksportir dan (2007) yang menggunakan leverage sebagai
perusahaan yang tidak terlalu mengalami variabel di dalam penelitiannya mengenai
kendala secara keuangan akan masuk ke pasar hubungan sunk costs dan kepemilikan modal
ekspor. Sedangkan hasil empiris lainnya yang asing terhadap keterlibatan perusahaan di
berbeda menunjukkan bahwa adanya kendala dalam kegiatan ekspor pada periode sebelum
keuangan tidak berpengaruh pada keputusan dan sesudah krisis keuangan 1997/1998.
untuk berpartisipasi masuk ke pasar ekspor. Dengan penggunaan variable leverage sebagai
variabel kontrol, mereka menunjukkan bahwa

Published by UI Scholars Hub, 2020 7 7


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 1 [2020], Art. 9

leverage bernilai negatif pada periode 1993- sebaliknya), ICR (Interest coverage ratio
2000 karena perusahaan di Indonesia masih sebagai alat ukur untuk leverage), TFP
bergantung pada sumber pendanaan (produktivitas), dummy FOR (status
eksternal dalam membiayai kegiatan kepemilikan modal asing), SIZE (Ukuran
ekspornya. Pada periode pemulihan ekonomi perusahaan) ImportShare (Persentase impor),
(2002-2004), leverage bernilai positif, artinya EXPit-1 (Status ekspor tahun sebelumnya) dan
perusahaan sudah tidak lagi berada dalam REER (Nilai tukar riil efektif), i (perusahaan),
kendala keuangan. dan t (waktu).
Penelitian ini ingin melihat bagaimana
METODE
perilaku suatu perusahaan dalam kurun waktu
Penelitian ini akan menggunakan regresi
tertentu dalam kaitannya dengan keputusan
logistik untuk mengestimasi bagaimana
untuk partisipasi di pasar ekspor yang
hubungan ICR sebagai alat ukur dari leverage
dipengaruhi oleh perilakunya di masa lalu.
terhadap keputusan perusahaan untuk
Untuk itu, struktur data yang akan digunakan
berpartisipasi di pasar ekspor. Model regresi
dalam model penelitian ini adalah data panel.
logistik digunakan untuk menganalisis data
Penggunaan lebih dari satu pengamatan
apabila peubah respons merupakan peubah
dapat memfasilitasi inferensi kausal dalam
berskala biner dengan satu atau lebih peubah
situasi-situasi di mana menyimpulkan
penjelas yang dapat berbentuk kuantitatif
kausalitas akan sangat sulit jika hanya ada satu
maupun kualitatif dengan menggunakan
cross-section yang tersedia. Selain itu,
peubah dummy. Peubah respons dengan skala
penggunaan data panel memungkinkan untuk
biner dengan menggunakan dua nilai
mempelajari arti penting adanya lags dalam
kategorik, yaitu Y=1 untuk kejadian ‘sukses’
perilaku atau hasil pengambilan keputusan.
dan Y=0 untuk kejadian ‘gagal’ (tidak masuk
Hal ini penting karena banyak kebijakan
dalam kategori). Dengan merujuk pada studi
ekonomi yang diambil akan memperoleh
empiris yang dilakukan oleh Kim (2016),
dampak hanya terjadi setelah beberapa waktu
Nagaraj (2014), dan Kiendrebeago dan Minea
terlewati (Wooldridge, 2013). Model
(2012), penelitian ini akan diestimasi dengan
penelitian ini juga menggunakan bentuk
menggunakan model sebagai berikut:
fungsional logaritma untuk mengukur
Pr(𝐷𝐸𝑋𝑃𝑖𝑡 = 1) persentase perubahan dari variabel bebas
= 𝛽1 log 𝐼𝐶𝑅𝑖𝑡−1 terhadap variabel terikatnya. Penggunaan
+ 𝛽2 𝐷𝑢𝑚𝑚𝑦 𝐹𝑂𝑅𝑖𝑡−1
bentuk logaritma ini bertujuan untuk
+ 𝛽3 𝐼𝑚𝑝𝑜𝑟𝑡𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒𝑖𝑡−1
melakukan penyederhanaan data dengan
+ 𝛽4 log 𝑇𝐹𝑃𝑖𝑡−1
mengurangi adanya fluktuasi data yang
+ 𝛽5 log 𝑆𝐼𝑍𝐸𝑖𝑡−1
berlebihan tanpa melakukan pengubahan
+ 𝛽6 𝐷𝑢𝑚𝑚𝑦𝐸𝑋𝑃𝑖𝑡−1
proporsi dari nilai awal yang sebenarnya.
+ 𝛽7 log 𝑅𝐸𝐸𝑅𝑡−1 + 𝜀𝑖𝑡−1
Penelitian ini menggunakan data sekunder
dimana DEXP (dummy ekspor bernilai 1 jika
pada tingkat perusahaan dari Survei Tahunan
perusahaan melakukan ekspor, bernilai 0 jika
Industri Manufaktur (SI) yang diterbitkan oleh

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss1/9 8 8
Perintis and A.Panennungi: Leverage dan Partisipasi Ekspor: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) sehingga unit deflator, penyamaan tahun dasar dilakukan
analisis yang digunakan adalah perusahaan terlebih dahulu karena IHPB tersebut memiliki
yang terdokumentasi di SI setidak-tidaknya tahun dasar yang berbeda.
selama lima (5) tahun berturut-turut. Survei ini Variabel terikat atau dependen yang
dilakukan oleh BPS kepada perusahaan digunakan dalam penelitian ini adalah
manufaktur yang memperkerjakan 20 atau keputusan untuk ekspor yang diproksikan
lebih karyawan. Berbagai informasi yang dengan dummy bernilai 1 jika perusahaan
tercakup di dalam survei tersebut adalah, mengekspor dan bernilai 0 jika tidak ekspor.
tenaga kerja, pemodalan, bahan bakar, Penelitian ini menggunakan variabel bebas
energi, bahan baku dan bahan penolong, utamanya adalah ICR, yaitu parameter yang
produksi, inventoris, modal tetap, langsung mengukur tingkat kemampuan atau
pengeluaran, pendapatan, dan nilai tambah. kapasitas suatu perusahaan untuk memenuhi
Mengingat bahwa BPS mempublikasikan SI ini kewajiban-kewajiban jangka pendek dengan
terakhir kali pada tahun 2015, maka penelitian menggunakan sumber dana yang berasal dari
ini menggunakan rentang waktu 2007-2015. operasional bisnis. ICR mengukur berapa kali
Secara rata-rata, jumlah perusahaan yang perusahaan dapat menutupi pembayaran
disurvei pada periode tersebut kurang lebih bunga saat ini dengan laba yang tersedia.
24,000 perusahaan setiap tahunnya. Dengan kata lain, ICR mengukur margin
Penelitian ini juga menggunakan Tabel keselamatan yang dimiliki perusahaan untuk
Kesesuaian Lapangan Usaha KBLI 2009 – KBLI membayar bunga atas utangnya selama
2005 Cetakan II yang dipublikasikan oleh BPS. periode tertentu. ICR ini digunakan untuk
Tabel ini berguna untuk mengkonversikan menentukan seberapa mudah perusahaan
kode industri lima (5) digit KBLI 2009 untuk dapat membayar biaya bunga dengan hutang
tahun 2010 – 2015 menjadi kode industri lima yang belum terbayar. Rasio dihitung dengan
(5) digit KBLI 2005. Dengan adanya konversi membagi pendapatan perusahaan sebelum
ini, maka kode industri yang digunakan pada bunga dan pajak (EBIT) dengan biaya bunga
rentang waktu penelitian telah seragam, yaitu perusahaan untuk periode yang sama
dengan KBLI 2005. Lebih lanjut, variabel- 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔𝑠 𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠 (𝐸𝐵𝐼𝑇)
variabel yang terdapat di Publikasi SI sebagian 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
besar menggunakan nilai nominal sehingga Semakin tinggi rasio, semakin perusahaan
penulis perlu mengubah nilai tersebut menjadi tidak terbebani oleh beban utang yang berasal
nilai riil agar dapat merepresentasikan nilai dari penggunaan leverage sehingga mampu
yang aktual. melakukan alokasi sumber dana internal
Langkah yang diambil adalah dengan perusahaan untuk investasi.
menggunakan data Indeks Harga Selain itu, variabel kontrol yang digunakan
Perdagangan Besar (IHPB) yang diterbitkan dalam penelitian ini ada dua kategori, variabel
oleh BPS sebagai deflator harga untuk nilai karakteristik perusahaan dan variabel
variabel-variabel yang digunakan dalam makroekonomi. Variabel karakteristik
penelitian ini. Sebelum digunakan sebagai

Published by UI Scholars Hub, 2020 9 9


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 1 [2020], Art. 9

Tabel 4.1. Persentase Distribusi Eksportir dan Non-Eksportir pada periode 2007-2015
Perusahaan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Eksportir 13.9 11.1 12.3 14.3 15.9 10.7


11.93 5 6 3 9 13.17 8 9.90 7
Non-Eksportir 86.0 88.8 87.6 85.6 86.8 84.0 90.1 89.2
88.07 5 4 9 1 3 2 0 3
Total
100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: SI, BPS, diolah


Tabel 4.2. Deskriptif Statistik Variabel Penelitian.
Variabel Rata-rata Std. Deviasi Min. Maks.
Ekspor (dummy) 0,148 0,355 0 1
ICR (ratio) 585,5 16.879,22 0,00039 1.361.436
FDI (dummy) 0,091 0,288 0 1
Import share(%) 8,052 23.536 0 100
Produktivitas 826,83 13.427,92 0,971 2.351.902
Ukuran perusahaan (milyar Rp) 9.470 20.000 1 4.38e+6
Status ekspor sebelumnya (dummy) 0,150 0,357 0 1

Nilai tukar efektif riil 92,686 5,038 87,11 100

Observasi 47805
Sumber: SI, BPS, diolah

perusahaan antara lain adalah produktivitas


HASIL
(Brakman, et.al, 2019; Kim, 2016; Melitz, 2003;
Berdasarkan Publikasi SI dari BPS untuk kurun
Nagaraj, 2014; Stiebale, 2011;); status
waktu 2007-2015 terlihat bahwa jumlah
kepemilikan modal asing (Brakman et al, 2016;
eksportir adalah berada pada kisaran 9-14%
Nagaraj, 2014,); ukuran perusahaan (Fazzari et
dari total perusahaan dengan jumlah per
al, 1988, Nagaraj, 2014); penggunaan bahan
tahun dapat dilihat pada Table 4.1 dan Tabel
baku dari impor (Srinivasan dan Archana,
4.2 yang menjelaskan mengenai menjelaskan
2011); dan status ekspor (Tybout and Robert,
deskriptif statistik dar variabel-variabel yang
1997). Sedangkan untuk variabel
digunakan dalam penelitian.
makroekonomi, penelitian ini menggunakan
nilai tukar riil efektif (Cheung dan Sengupta, Distribusi antara variabel bebas utama dan

2012). variabel terikat perlu juga dianalisis secara

Tabel 4.3: Persentase Distribusi Jumlah Perusahaan berdasarkan


Nilai ICR dan status ekspor
Nilai ICR
Total
ICR < 1.5 ICR ≥ 1.5
Non-Eksportir 1.97 83.22 85.2
Eksportir 0.63 14.17 14.8
Total 2.6 97.4 100
Sumber: SI, BPS, diolah

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss1/9 10 10
Perintis and A.Panennungi: Leverage dan Partisipasi Ekspor: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

deskriptif. Untuk mengukur nilai ICR, maka finansial perusahaan dalam memenuhi
digunakan benchmark dari IMF, yaitu sebesar kewajiban yang digunakan sebagai leverage
1.5. Jika nilai ICR tidak mencapai standar semakin tinggi dan mengindikasikan
tersebut, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut tidak terkendala
terdapat sinyal bahwa perusahaan akan keuangan untuk mengalokasikan dana, baik
memiliki potensi berisiko atau kendala dari sumber internal maupun potensi dari
keuangan. Seperti terlihat pada Tabel 4.3, eksternal perusahaan, dalam membiayai
perusahaan yang memiliki nilai ICR di bawah investasi awal atau sunk cost di pasar ekspor
1.5 berjumlah sebesar 2.6% dari total (Bellone et al., 2010; Greenaway et al., 2007;
observasi dan yang bernilai lebih besar sama Kim, 2016; Nagaraj, 2014).
dengan 1.5 sebesar 97.4%. Jika dilihat dari Perusahaan dengan nilai ICR yang lebih
kelompok eksportir dan non-eksportir, tinggi akan berada pada posisi yang
perusahaan eksportir yang memiliki nilai ICR menguntungkan dari dua sisi. Di satu sisi,
lebih besar sama dengan 1.5 sebesar 14.17% perusahaan memiliki kesehatan keuangan
dan sedangkan yang kurang dari 1.5 sebesar yang lebih tinggi karena sumber dana
0.63%. Di sisi lain, untuk kelompok non- internalnya menjadi lebih besar yang
eksportir, perusahaan yang memiliki ICR lebih bersumber dari laba operasional yang tinggi.
besar sama dengan 1.5 sebesar 83.22% dan Perusahaan dapat mengutilisasi keuangan
yang kurang dari 1.5 sebesar 1.97%. Tabel 4.3 internalnya untuk pembiayaan investasi. Di
menunjukkan bahwa eksportir pada tingkat sisi lain, perusahaan juga dapat mencari
agregat sektor terindikasi memiliki sumber pembiayaan dari eksternal
kemampuan finansial yang baik. perusahaan, misalnya dari investor dan
Estimasi model penelitian dilakukan dengan lembaga keuangan untuk mengajukan
menggunakan perangkat lunak Stata 14 dan fasilitas yang akan digunakan dalam
hasil outputnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. pembiayaan investasi karena mereka melihat
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa ICR perusahaan yang tinggi sehingga dapat
semua variabe bebas utama (ICR) dalam mempertimbangkan untuk memberikan
beberapa model yang digunakan adalah fasilitas investasi atau leverage kepada
memiliki hubungan positif yang secara perusahaan tersebut.
statistik signifikan dalam menjelaskan Selain variabel bebas utama, dapat pula
keputusan perusahaan untuk masuk ke pasar dilihat hubungan variabel bebas lainnya
ekspor. Dari nilai marginal effect, terlihat juga terhadap partisipasi perusahaan di pasar
bahwa secara rata-rata ketika nilai ICR naik ekspor. Variabel kepemilikan modal asing
sebesar satu satuan maka kemungkinan yang diukur dengan menggunakan FDI yang
perusahaan untuk berpartisipasi di pasar bernilai lebih dari 10% memiliki hubungan
eksopr akan naik sebesar 0.15% pada tingkat yang positif dan secara statistik signifikan
signifikasi 5% dan 10%. Hal ini menunjukkan pada partisipasi perusahaan di pasar ekspor.
bahwa semakin tinggi nilai ICR maka Hasil ini menunjukkan bahwa secara rata-rata
mengandung arti bahwa kemampuan ketika nilai kepemilikan modal asing naik

Published by UI Scholars Hub, 2020 11 11


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 1 [2020], Art. 9

Tabel 4.4: Hasil Estimasi Model Penelitian


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Dummy Dummy Dummy Dummy export = 1 Dummy export = 1 Dummy export Dummy export =
export = 1 export = 1 export = 1 =1 1
d
y
dy/ dy/d
Koef. / Koef. Koef. dy/dx Koef. dy/dx Koef. dy/dx Koef. dy/dx Koef.
dx x
d
x

ICR(t-1) 0.01 0.097 0 0.0539** 0.00 0.04 0.002 0.0171*** 0.001 0.0134** 0.001 0.013 0.001 0.0132
2 *** . * 57 81*** 5 5 2** 5 **
0
0
6
(0.00 (0.0048) (0.00 (0.0054) (0.00568 (0.00 (0.005
45) 48) ) 568) 68)

Dummy FDI(t-1) 0 1.492*** 0.22 1.304 0.19 1.188*** 0.19 1.187*** 0.19 1.187* 0.19 1.187*
. *** ** **
2
6
(0.0352) (0.03 (0.0394) (0.0394) (0.03 (0.039
85) 94) 4)

Imp. Share(t-1) 0.07 0.638 0.063 0.540*** 0.063 0.541*** 0.063 0.541 0.063 0.541*
5 *** *** **
(0.04 (0.05) (0.05) (0.05) (0.05)
95)

Produktivitas(t-1) 0.02 0.154*** 0.02 0.154*** 0.018 0.154 0.018 0.153*


*** **
(0.0116) (0.0116) (0.011 (0.011
6) 6)

Ukuran 0.002 0.0143** 0.001 0.011 0.001 0.0119


Perusahaan(t-1) 3 9* *
(0.0063) (0.00 (0.006
645) 1)

Dummy Status 0.007 0.061 0.007 0.0611


ekspor(t-1) 3**
(0.037 (0.037
2) 2)

Nilai tukar efektif 0.005 0.0410


riil(t-1)
(0.244)

Observations 4780 47805


47805 47805 47805 47805 47805
5
LR chi2(1) 574.8 2104.8 2262.9 2437.9 2431.1 2445.8 2445.8
Prob > chi2 0.000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Pseudo R2 0.012 0.053 0.056 0.061 0.061 0.061 0.061

Standard errors in parentheses; * p < 0.10, ** p < 0.05, *** p < 0.010

sebesar satu persen maka kemungkinan akses untuk pembiayaan eksternal yang lebih
perusahaan untuk masuk ke pasar ekspor akan rendah (Brakman et al, 2016; Nagaraj, 2014;).
naik sebesar 19.22% pada tingkat signifikansi Variabel persentase penggunaan bahan
1%. Perusahaan yang memiliki modal asing input dari impor juga bernilai positif dan
akan terdorong untuk berpartisipasi dalam secara statistik signifikan dalam menjelaskan
kegiatan ekspor karena perusahaan memiliki hubungannya terhadap partisipasi ekspor.
keuntungan positif dari transfer pengetahuan Artinya adalah secara rata-rata ketika nilai dari
mengenai pasar internasional, memiliki penggunaan bahan baku dari impor naik
jaringan dalam pangsa pasar dan memiliki sebesar satu persen maka kemungkinan

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss1/9 12 12
Perintis and A.Panennungi: Leverage dan Partisipasi Ekspor: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

perusahaan
Tabel 4.5: Hasiluntuk
Estimasiterdorong melakukan
Subsektor Industri
Makanan dan Minuman Tekstil dan pakaian Otomotif Kimia Elektronik
Dummy export = 1 Dummy export = 1 Dummy export = 1 Dummy export = 1 Dummy export = 1

dy/dx Koef. dy/dx Koef. dy/dx Koef. dy/dx Koef. dy/dx Koef.

ICR(t-1) 0.003 0.033*** 0.006 0.063*** 0.0011 0.014 0.001 0.010 0.003 0.0187

(0.0139) (0.015) (0.061) (0.026) (0.0628)

Dummy FDI(t-1) 0.22 1.516*** 0.14 1.076*** 0.28 2.226*** 0.147 0.864*** 0.01 0.057

(0.106) (0.107) (0.371) (0.148) (0.339)

Imp_share(t-1) -.0022 -0.026 0.1 1.106*** 0.021 0.254 -0.069 -0.481*** 0.39 2.338***

(0.215) (0.110) (0.410) (0.141) (0.367)

Produktivitas(t-1) 0.023 0.270*** 0.015 0.170*** -.0.001 -0.008 0.005 0.035 -0.014 -0.085

(0.0268) (0.038) (0.123) (0.047) (0.118)

Ukuran Perusahaan(t-1) 0.006 0.006 0.0008 0.017 -0.006 -0.072 -0.0001 -0.001 0.006 0.037

(0.016) (0.01) (0.604) (0.078) (0.051)

Dummy Status Ekspor (t-1) 0.006 0.778 0.003 0.0298 -0.009 -0.113 0.011 0.791 -0.011 -0.067

(0.910) (0.100) (0.430) (0.157) (0.372)

Nilai Tukar Efektif Riil(t-1) 0.022 0.257 -.070 -0.773 0.256 3.056 -0.071 -0.491 -.0122 -0.724

(0.5803) (0.701) (2.734) (1.130) (2.565)

Observations

LR Chi2 10,795 8,183 500 2,006 360


528.64 489.46 72.90 43.64 64.86
Prob > chi2 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
0.0717 0.0831 0.1833 0.0229 0.1561
Pseudo R2

Makanan dan Minuman Tekstil dan pakaian Otomotif Kimia Elektronik


Dummy export = 1 Dummy export = 1 Dummy export = 1 Dummy export = 1 Dummy export = 1

dy/dx Koef. dy/dx Koef. dy/dx Koef. dy/dx Koef. dy/dx Koef.

ICR(t-1) 0.003 0.033*** 0.006 0.063*** 0.0011 0.014 0.001 0.010 0.003 0.0187
(0.0139) (0.015) (0.061) (0.026) (0.0628)

Dummy FDI(t-1) 0.22 1.516*** 0.14 1.076*** 0.28 2.226*** 0.147 0.864*** 0.01 0.057
(0.106) (0.107) (0.371) (0.148) (0.339)

Imp_share(t-1) -.0022 -0.026 0.1 1.106*** 0.021 0.254 -0.069 -0.481*** 0.39 2.338***
(0.215) (0.110) (0.410) (0.141) (0.367)

Produktivitas(t-1) 0.023 0.270*** 0.015 0.170*** -.0.001 -0.008 0.005 0.035 -0.014 -0.085
(0.0268) (0.038) (0.123) (0.047) (0.118)

Ukuran Perusahaan(t-1) 0.006 0.006 0.0008 0.017 -0.006 -0.072 -0.0001 -0.001 0.006 0.037
(0.016) (0.01) (0.604) (0.078) (0.051)

Dummy Status Ekspor (t-1) 0.006 0.778 0.003 0.0298 -0.009 -0.113 0.011 0.791 -0.011 -0.067
(0.910) (0.100) (0.430) (0.157) (0.372)

Nilai Tukar Efektif Riil(t-1) 0.022 0.257 -.070 -0.773 0.256 3.056 -0.071 -0.491 -.0122 -0.724
(0.5803) (0.701) (2.734) (1.130) (2.565)

Observations 10,795 8,183 500 2,006 360


LR Chi2 528.64 489.46 72.90 43.64 64.86
Prob > chi2 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Pseudo R2 0.0717 0.0831 0.1833 0.0229 0.1561
Standard errors in parentheses; * p < 0.10, ** p < 0.05, *** p < 0.010

Published by UI Scholars Hub, 2020 13 13


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 1 [2020], Art. 9

kegiatan ekspor akan naik sebesar 6.3% pada (Brakman et al, 2019; Kim, 2016; Melitz, 2003;
tingkat siginifikansi 1%. Perusahaan importir Nagaraj, 2014; Stiebale, 2011).
akan terdorong untuk masuk ke pasar ekspor Selain analisis menyeluruh perusahaan
karena sudah terlibat dalam perdagangan manufaktur, penelitian ini juga ingin
internasional sehingga memiliki keuntungan menganalisis hubungan antara leverage
dari informasi dan jaringan distribusi di pasar perusahaan yang diukur oleh ICR dengan
internasional (Srinivasan dan Archana, 2011). partisipasi ekspor pada tingkat subsektor
Ukuran perusahaan juga memiliki hubungan manufaktur. Subsektor yang dianalisis adalah
yang positif dan secara statistik siginifikan subsektor yang memberikan kontribusi
terhadap partisipasi ekspor suatu perusahaan. terhadap PDB, yaitu makanan dan minuman,
Hal ini menunjukkan bahwa secara rata-rata tekstil dan pakaian, otomotif, kimia,
ketika ukuran perusahaan naik maka elektonik, karet, kertas, kulit serta kayu dan
kemungkinan perusahaan untuk masuk ke anyaman.
pasar ekspor akan naik sebesar 0.14% pada Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 4.5,
tingkat signifikansi 10% daripada perusahaan terlihat bahwa nilai ICR untuk sektor makanan
yang berukuran kecil. Kepemilikan asset tetap dan minuman, tekstil dan pakaian, karet serta
yang lebih besar akan lebih mudah kayu dan anyaman memiliki hubungan positif
mendapatkan akses pembiayaan dari dan secara statistik signifikan terhadap
eksternal perusahaan sebagai pilihan sumber partisipasi ekspor. Hal ini mengindikasikan
dana untuk berpartisipasi di pasar ekspor bahwa secara rata-rata ketika nilai ICR naik
(Fazzari et al, 1988; Nagaraj, 2014). sebesar satu satuan maka kemungkinan
Variabel bebas lainnya adalah produktivitas. perusahaan untuk berpartisipasi untuk masuk
Dari hasil estimasi, terlihat bahwa ke pasar ekspor akan naik sebesar 0.3%, 0.6%,
produktivitas perusahaan memiliki hubungan 1%, dan 2%. Hasil temuan tersebut dapat
yang positif dan secara statistik signifikan menunjukkan bahwa perusahaan pada empat
terhadap partisipasi perusahaan untuk masuk sektor tersebut memiliki kapasitas keuangan
ke pasar ekspor. Artinya adalah bahwa secara yang dapat diandalkan (tidak terkendala
rata-rata ketika nilai dari tingkat produktifitas keuangan) sebagai sumber dana dalam
naik sebesar satu satuan maka kemungkinan membiayai investasi di ekspor, baik secara
perusahaan untuk berpartisipasi masuk ke internal maupun dari eksternal perusahaan.
pasar ekspor akan naik sebesar 1.8% pada Untuk itu, perusahaan-perusahaan yang
tingkat signifikansi 1% daripada perusahaan bergerak pada sektor-sektor tersebut
yang berproduktivitas rendah. Hal ini diharapkan mampu menjaga atau bahkan
menunjukkan bahwa semakin meningkatkan tingkat laba atau EBIT
berproduktivitas suatu perusahaan akan sehingga nilai ICR mereka stabil atau naik di
semakin terdorong untuk masuk ke pasar kemudian hari terlepas dari adanya kewajiban
ekspor karena tinggi produktivitasnya akan beban bunga yang mereka hadapi dan potensi
memiliki kemampuan keuangan untuk adanya fasilitas pembiayaan ekspor dari bank
membiayai biaya masuk ke pasar ekspor atau dari lembaga keuangan lainnya.

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss1/9 14 14
Perintis and A.Panennungi: Leverage dan Partisipasi Ekspor: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

Temuan menarik lainnya adalah adanya impor karena tak banyak diserap oleh industri
hubungan positif dan signifikan antara FDI dan tekstil di hilir. Sektor kertas masih memiliki
partisipasi ekspor untuk sebagaian ketergantungan pasokan bahan baku dari
perusahaan di subsektor yang dianalisis, impor karena masih kurangnya area hutan
kecuali sektor elektronik. Peluang untuk tanaman industri. Dengan pasokan bahan
berpartisipasi untuk sektor makanan dan baku yang terjaga, maka kapasitas produksi
minum adalah makanan dan minuman bubur kertas dan kertas mendorong
sebesar 22%, tekstil dan pakaian (14%), peningkatan ekspor kertas dan barang dari
otomotif (28%), kimia (14.7%), karet (13.3%), kertas. Lebih lanjut, industri elektronika masih
kulit (13.9%), kertas (11.7%) serta kayu dan tergantung dengan bahan baku dan
anyaman (16.7%). Hal ini mengindikasikan komponen elektronik dari impor karena
bahwa peranan investasi asing di sektor- industri domestik di kedua area tersebut
sektor tersebut memiliki arti penting untuk belum berkembang. Terpenuhi bahan baku
mendorong perusahaan agar masuk ke pasar pendukung industri elektronik, mendorong
ekspor karena adanya eksternalitas positif kapasitas produksi sektor elektronik tetap
yang diperoleh dari investasi tersebut, terjaga untuk pangsa pasar ekspor.
misalnya transfer pengetahuan, teknologi, Selain itu, sektor kimia memiliki hubungan
dan inovasi, kemudahan akses pembiayaan negatif dan signifikan terhadap partisipasi
eksternal serta jaringan pasar di internasional. ekspor. Artinya, semakin tinggi penggunaan
Untuk itu, peran pemerintah dalam bahan baku impor dalam industri kimia akan
mempromosikan sangat diharapkan untuk memberikan kemungkinan ebesar 6.9% untuk
menambah kapasitas operasional dan masuk tidak masuk pasar ekspor atau bisa
manajemen perusahaan-perusahaan yang dikatakan untuk pemenuhan kebutuhan
bergerak di sektor-sektor tersebut. domestik. Sektor kimia memang masih
Adanya penggunaan bahan input dari impor dihadapkan pada persoalan ketergantungan
juga memberikan hubungan yang positif dan impor untuk bahan baku, seperti nafta,
secara statistik signifikan terhadap keputusan kondensat dan etilena yang penting dalam
perusahaan di sektor tekstil dan pakaian, proses produksi untuk produk-produk kimia.
elektronik, karet, kulit, dan kertas untuk Dengan tingginya impor bahan baku, maka
masuk ke pasar ekspor. Hal ini terlihat dari hasil produksi kimia diarahkan untuk
nilai marginal effect masing-masing tekstil dan pemenuhan permintaan domestik, meskipun
pakaian sebesar 10%, elektronik (39%), karet baru mencukupi separuhnya, karena hampir
(9.1%), kulit (14.7%), dan kertas (19%). sebagaian besar subsektor lainnya
Sebagai contoh, Aktivitas pasokan bahan membutuhkan dukungan produk industri
baku impor di hilir sektor tekstil memang kimia dan petrokimia, misalnya makanan dan
dilakukan untuk kepentingan produksi di minuman, farmasi, otomotif, alat angkut, dan
dalam negeri dan tujuan ekspor. Di sisi lain, tekstil.
produk dari industri hulu, khususnya di sektor Produktivitas memiliki hubungan yang
pembuatan kain kalah bersaing dengan kain positif dan siginifikan terhadap partisipasi

Published by UI Scholars Hub, 2020 15 15


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 1 [2020], Art. 9

ekspor di sektor makanan dan minuman, nilai tukar riil, memiliki hubungan yang positif
tekstil dan pakaian, karet serta kayu dan dan signifikan terhadap partisipasi ekspor
anyaman. Peluang sektor-sektor tersebut suatu perusahaan.
untuk masuk ke pasar ekspor untuk masing Untuk tingkat subsektor manufaktur, nilai
masing adalah sebesar 2.3%, 1.5%, 6.7% dan ICR di sektor makanan dan minuman, tekstil
2.6%. Hal ini bisa terlihat dari sisi permintaan dan pakaian, karet serta kayu dan anyaman
untuk sektor-sektor tersebut cukup tinggi memiliki hubungan yang positif dan siginifikan
sehingga perusahaan-perusahaan yang terhadap peluang perusahaan untuk masuk ke
bergerak pada sektor-sektor tersebut pasar ekspor. Sedangkan sektor otomotif,
terdorong untuk meningkatkan nilai tambah kimia, elektronik, kulit, dan kertas tidak
produknya dengan melakukan peningkatan memiliki hubungan dan tidak signifikan.
produktifitas, misalnya optimalisasi modal Selain nilai ICR, variabel bebas lainnya yang
dan tenaga kerja. juga memiliki hubungan positif dan signifikan
terhadap partisipasi ekspor adalah
KESIMPULAN
kepemilikan modal oleh asing di semua
Hasil regresi logistik menunjukkan nilai ICR
sektor, kecuali sektor elektronik; penggunaan
yang mengukur tingkat leverage memiliki
bahan input dari impor untuk sektor tekstil
hubungan positif dan secara statistik
dan pakaian, kimia, elektronik, karet, kulit,
signifikan dengan potensi perusahaan untuk
dan kertas; dan produktivitas untuk sektor
berpartisipasi di pasar ekspor. Berdasarkan
makanan dan minuman, karet, kulit, kayu dan
nilai marginal effect-nya, semakin tinggi nilai
anyaman serta tekstil dan pakaian. Hasil ini
ICR mencerminkan tingginya kemampuan
menunjukkan bahwa adanya
perusahaan dalam pemenuhan kewajibannya
keheterogenitasan antar satu sektor dengan
yang digunakan sebagai investasi (leverage)
sektor lainnya dalam mendorong mereka
dan akan memberikan peluang yang lebih
untuk masuk ke pasar ekspor. Untuk itu,
besar dalam berpartisipasi di pasar ekspor. Hal
perhatian pemerintah pada sektor-sektor
ini dapat dikatakan bahwa ICR dapat menjadi
tersebut dapat disesuaikan dengan
salah satu ukuran keuangan bagi perusahaan
karakteristik perusahaannya sehingga
dalam pengambilan keputusan untuk
kebijakan yang diambil akan tepat sasaran.
berinvestasi diawal kegiatan ekspor.
Berdasarkan hasil regresi dalam penelitian,
Dengan demikian, penelitian ini selaras
saran yang dapat dipertimbangkan dalam
dengan hasil temuan penelitian empiris
menyusun upaya-upaya kebijakan yang
lainnya, yang menunjukkan bahwa faktor
terkait dengan partisipasi ekspor adalah
keuangan menjadi salah satu faktor yang
dengan adanya hubungan positif antara ICR
mempengaruhi perilaku ekspor di tingkat
dan keputusan berpartisipasi untuk ekspor,
perusahaan (Greenway, 2007, Chaney, 2005;
pemerintah bisa memetakan sektor industri
Bellone et al., 2010; Manova, 2013; Muûls,
menurut nilai ICR sehingga dapat diketahui
2015). Sedangkan untuk variabel bebas
sektor mana yang berpotensi memiliki risiko
lainnya, kecuali status ekspor sebelumnya dan
keuangan dan yang sehat struktur

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss1/9 16 16
Perintis and A.Panennungi: Leverage dan Partisipasi Ekspor: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

keuangannya. Pemetaan ini berfungsi untuk Arndt, C., C. M. Buch & A. Mattes. (2012).
Disentangling barriers to
memitigasi adanya kegagalan bayar
internationalization, Canadian Journal of
kewajiban perusahaan yang lebih jauh lagi Economics, 45, 41–63.
Badan Pusat Statistik. (2007-2015). Survei Tahunan
sehingga pengetatan persyaratan dalam
Perusahaan Industri Manufaktur.
pengajuan pembiayaan dapat dilakukan Baldwin, R., & Krugman, P. (1989). Persistent trade
terlebih dahulu. effects of large exchange rate shocks, the
Quarterly Journal of Economics, 104, (4), 635-
Adanya pemetaan tersebut, pemerintah 654.
Bellone, F., et al. (2010). Financial constraints and
dapat memberikan insentif dalam hal
firm export behaviour. The World Economy.
kemudahan pemberian fasilitas pembiayaan 33 (3), 347–373.
ekspor kepada perusahaan yang mampu Berman, N. & Hericourt, J. (2010). Financial factor
and the margins of trade: Evidence from
menjaga tingkat laba atau EBIT dengan stabil cross-country firm-level data. Journal of
selama beberapa tahun terakhir. Hal ini Development Economics, 93, 206-217.
Bernini, M., S. Guillou & F. Bellone. (2013). Firms’
bertujuan agar pemerintah merasa terjamin leverage and export quality: evidence from
jika fasilitas tersebut dapat dioptimalisasikan France, GREDEG Working Paper, No. 2013–
29.
untuk menambah modal kerja dan alokasi Blalock, G & Gertler, P.J. (2004). Learning from
pembiayaan di kegiatan ekspor. Dengan exporting revisited in a less a developed
setting. Journal of Development Economics,
terjaganya tingkat laba atau EBIT, perusahaan 75, 397– 416.
memiliki kemampuan untuk melunasi Blalock, G., Garrick & Roy, Sonali. (2007). A firm-
level examination of the exports puzzle:
kewajiban atau angsuran dari fasilitas karena why East Asian exports didn't increase after
perusahaan mampu untuk memenuhi potensi the 1997-1998 financial frisis. The World
Economy, Vol. 30, No. 1, pp. 39-59.
adanya kewajiban-kewajiban yang muncul
Brancati R, Marrocu E, Romagnoli M, & Usai S.
sebagai dampak dari adanya fasilitas tersebut. (2018). Innovation activities and learning
Insentif yang lainnya adalah penurunan processes in the crisis: evidence from Italian
export in manufacturing and services. Ind
tingkat pajak perusahaan, misalnya peraturan Corp Chang 27(1):107–130.
super deductible tax. Insentif ini bertujuan Brakman, S., et.al. (2019). Firm heterogeneity and
exports in the Netherlands: identifying
untuk mengurangi beban keuangan export potential beyond firm productivity.
perusahaan sehingga mereka terbantu dalam The Journal of International Trade and
Economic Development.
hal pengalokasian keuangan mereka untuk Chaney, T. (2005). Liquidity constrained exporters.
melakukan operasional dan investasi. Mimeograph, Massachusetts Institute of
Technology.
Cheung, Yin-Wong & Sengupta, Rajeswari. (2012).
DAFTAR PUSTAKA Impact of exchange rate movements on
Ahn, J. & McQuid, A.F (2017), Capacity constrained exports: an analysis of Indian non-financial
exporters: identifying increasing marginal sector firms. MPRA Paper 43118.
cost. Economic Inquiry. Vol.55, No.3, 1175- Choi, B. (2018). Financial development,
1191. endogenous dependence on external
Akarim, Y. D. (2013). The impact of financial factors financing, and trade. Economica.
on export decisions: the evidence from Cole, M. A., R. J. R. Elliott & S. Virakul. (2010).
Turkey, Economic Modelling, 35, 305–308. Exporting and Financial Health: a
Amiti, M. & Konings, J. (2007). Trade liberalization, Developing Country Perspective.
intermediate Inputs, and productivity: Department of Economics, University of
evidence from Indonesia. American Birmingham, Mimeo.
Economic Review, 97 (5): 1611-1638. de Matteis P, Pietrovito & F, Pozzolo AF. (2016).
Determinants of exports: firm

Published by UI Scholars Hub, 2020 17 17


Jurnal Kebijakan Ekonomi, Vol. 15, Iss. 1 [2020], Art. 9

heterogeneity and local context. Banca trade. Journal of International Economics, 9,


d’Italia Occasional Papers, No. 352, 469–479.
September. Krugman, P. (1980). Scale economies, product
Egger, P. & M. Kesina. (2013). Financial constraints differentiation, and the pattern of trade. The
and exports: evidence from Chinese firms, American Economic Review, 70 (5), 950–959.
CESifo Economic Studies, 59, 676–706. Lancheros, S. & P. Demirel. (2012). ‘Does finance
Eisenlohr, T. S. (2013). Towards a theory of trade play a role in exporting for service firms?:
finance. Journal of International Economics, Evidence from India,’ The World Economy,
91, 96-112. 35, 44–60.
Fazzari, S.M, et al. (1988). Financing constraints Li, Z. & M. Yu. (2009). Export, productivity, and
and corporate investment. Brookings Papers credit constraints: a firm-level empirical
on Economic Activity, Vol. 1988, No. 1, 141- investigation of China, Discussion Paper
206. Series 098, December, Hitotsubashi
Gorg, H. & M.-E. Spaliara. (2013). Export market University Research Unit for Statistical and
exit, financial pressure and the crisis,’ Kiel Empirical Analysis in Social Schiences (Hi-
Institute for the World Economy, Kiel Stat).
Working Papers No. 1859, August. Manole, V. & M. Spatareanu. (2010). Exporting,
Guariglia, A. (1999). The effects of financial capital investment and financial constraints,
constraints on inventory investment: Review of World Economics, 146, 23–37.
evidence from a panel of UK firms. McKinsey&Company. (2018). Rising corporate
Economica, 66, 43-62. debt: peril or promise? McKinsey&Company
Gutiérrez E, & Moral-Benito E. (2019). Trade and Discussion Paper, June 2018.
credit: revisiting the evidence. Banco de Muuls, M. (2008). Exporters and credit constraints.
Espana Documentos de Trabajo No. 1901. A Firm-Level Approach,’ National Bank of
Greenaway, D., Guariglia, A. & Kneller, R. (2007). Belgium Working Paper Research No. 139,
Financial factors and exporting decisions. September.
Journal of International Economics, Manova, K. (2013). Credit constraints,
73(2):377-395. heterogeneous firms, and international
Halldin, T. (2012). External finance, collateralizable trade. Review of Economics Studies, 80, 711-
assets and export market entry. CESIS 744.
Electronic Working Paper Series, No. 268. Melitz, Marc J. (2003). The impact of intra-industry
International Monetary Fund. (2016). Indonesia: reallocations and aggregate industry
Selected Issues. IMF Country Report productivity. Econometrica, 71, 1695–1726.
No.16/82. Modigliani, F., & Miller, M.H. (1958). The cost of
International Monetary Fund. (2015). Stress testing capital, corporation finance and the theory
corporate balance sheets in emerging of investment. American Economic Review,
economies. IMF Working Paper No. 15/216. 48 (3), 261-297.
Johnson, W.C. & Johnson, H. (2001). Strategic Myers, S. (1977). Determinants of corporate
factors affecting export decisions: the case borrowing. Journal of Financial Economics, 5
of Indonesian manufacturers. The 17th (2), 147–175.
Annual IMP Conference, 9-11 September Myers, S. & Majluf, N. (1984). Corporate financing
2001, Norway. and investment decisions when firms have
Jusuf, J. (2014). Analisis Kredit untuk Credit information that investors do not have.
(Account) Officer. Jakarta: Gramedia. Journal of Financial Economics, 13 (2),187–
Kiendrebeogo, Y. and A. Minea. (2012). Financial 221.
factors and manufacturing exports: theory Nagaraj, P. (2014). Financial constraints and export
and firm-level evidence from Egypt,’ CERDI, participation in India. International
Etudes et Documents, E2012.21. Economics, 140, 19-35.
Kim (KILF), H.-S. (2016). Firms’ leverage and export Narjoko, Dionisius & Raymond Atje. (2007).
market participation: Evidence from South Promoting exports: Some lessons from
Korea. International Economics. Indonesian manufacturing.’ Asia-Pacific
Krugman, P.R., Obstfeld, M. & Melitz, M.J. (2012). Research and Training Network on Trade
International Economics: Theory & Policy, 9th Working Paper Series no. 32, February.
ed. U.S.: Pearson. Pane, D.D.P. (2019). Firms in International Trade:
Krugman, P. (1979). Increasing returns, Evidence from Indonesia. Thesis.
monopolistic competition and international Qi et al. (2018). Credit constraints and firm market
entry decision: Firm-level evidence from

https://scholarhub.ui.ac.id/jke/vol15/iss1/9 18 18
Perintis and A.Panennungi: Leverage dan Partisipasi Ekspor: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

internationalizing Chinese multinationals. examination, The World Economy, 34, 123–


The North American Journal of Economics 153.
and Finance, Elsevier, vol. 46(C), pages 272- Wooldridge, J.M. (2013). Introductory
285. Econometrics: A Modern Approach, Fifth
Ranjan P., & Raychaudhuri J. (2016). The “new- Edition. South-Western, Cengage Learning.
new” trade theory: A review of the
literature. In: Roy M., Sinha Roy S. (eds)
International Trade and International
Finance. Springer, New Delhi.
Roberts, M. & Tybout, J. (1997). The decision to
export in Colombia: An empirical model of
entry with sunk costs. American Economic
Review, 87(4):545-564.
Rodriguez-Pose, Andrés, Vassilis Tselios, Deborah
E Winkler & Thomas Farole. (2013).
Geography and the determinants of firm
exports in Indonesia. World Development 44
(April): 225–40.
Ross, S.A., et al. (2016). Fundamentals of Corporate
Finance, Second Edition. New York:
McGraw-Hill Education.
Sabri, M., et al. (2018). The role of industrial estate
characteristics in the export decision of
manufacturing firms in Indonesia.
Competition and Cooperation in Economics
and Business.
Sartono, A. (2008). Manajemen keuangan teori, dan
aplikasi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Sjöholm, F. (2003). Which Indonesian firms export?
The importance of foreign networks. Papers
in Regional Science, 82(3): 333–50.
Stiebale, J. (2011). Do financial constraints matter
for foreign market entry?: a firm-level

Published by UI Scholars Hub, 2020 19 19

You might also like