You are on page 1of 38

DERMATITIS NUMULARIS

SINDO PRATAMA
1710211045
DERMATITIS NUMULARIS
• Definisi
Peradangan kulit yang bersifat kronis ditandai
dengan lesi berbentuk mata uang (koin) ,
numular / agak lonjong, berbatas tegas
dengan efloresensi berupa papulovesikel yang
biasanya mudah pecah dan sering membasah
(oozing).
• Etoilogi
penyebab belum jelas. Pada pasien usia lanjut
DN disebabkan oleh kelembapan kulit yang
menurun. Dermatitis numularis generalisata
pernah ditemukan pada pasien hepatitis C.
• Epidemiologi
pria / wanita dan orang dewasa beresiko bisa
terkena penyakit ini, karena :
- Peminum alkohol
- Iklim panas
- Tertekan
- Lingkungan
• Gejala klinis

- Gatal (pada malam hari) dan nyeri, plak eritematosa


berukuran numular (koin). Pada numular terdapat paku
vesikel yang berkonfluens lalu pecah dan menjadi krusta,
dipinggir krusta biasanya terdapat vesikel baru.

- Kronik : plak, skuama, dan likenfikasi.


Lesi/multipel tersebar di ekstreminitas bagian ekstensor.
Fenomena lesi bisa timbul di tempat yang terdapat
trauma.

- Komplikasi terjadi jika ada infeksi sekunder , contohnya


virus.
• PX
- Kulit
Lokasi : punggung kaki, tangan, ekstensor,
ekstremitas, bokong, bahu
Effloresensi : makula eritematosa eksudatif
numular – plakat,
hiperpigmentasi, batas tegas
- Penunjang : Tes tempel
• Histopatologi
Epidermis hiper keratosis, akontosis, edema
intro seluler, dermis pelebaran pembuluh
darah.
- Akut : spongiosis, vesikel intra epidema,
serbukan limfa dan makrofag di
seputar pembuluh darah
- Kronik : hiperkeratosis dan akontosis, mirip
liken simpleks
kronik(neurodermatitis)
• Diagnosis Banding
1. DKA → di ekstensor Biasanya
2. D atopi → ada riwayat atopi
3. psoriasis→ sama-sama berskuama pada
masa kronik
• Tata laksana
1. Kortikosteroid menengah – (krim/salep)
2. Preparat ter/kalsineurin inhibit
(taurolimus) → menghambat sel T, makrofag
agar tidak inflomasi
(pimokrolimus) → menghambat degeranulasi sel
mas ( solutio permanganas
kalinus)
3. Kalo lesi eksudatif kompres → non farmako
- menghindari bahan iritasi
(suhu, sabun, wol)
- beri pelembab
4. Gatal → antipruritus (contoh: hidroksizin,
difenhidramin, prometazin)
• Prognosis
Kronis dan bisa timbul kembali , menetap
selama berbulan-bulan
DERMATITIS KONTAK IRITAN
• Definisi
Dermatitis yang disebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulit
• Epidemologi
dermatitis kontak iritan dapat dialami oleh
semua orang dan berbagai golongan umur ,
ras maupun jenis kelamin , dan diperkirakan
cukup banyak terutama pada yang
berhubungan dengan pekerjaan.
• Etiologi
Penyebabnya ialah pajanan dengan bahan yang
bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen,
minyak pelumas,asam, alkali, dan serbuk kayu.
Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh
ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan
tersebut dan vehikulum, suhu dan kelembaban
lingkungan juga turut beperan.
• Patogenesis
kelainan kulit oleh bahan iritan terjadi akibat
kerusakan sel secara kimiawi atau fisis. Bahan
iritas merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat kulit terhadap air.
Kebanyakan kulit iritan (toksin) merusak
membran lemak (lipid membrane) keratinosit,
namun sebagian lemak dapat menembus
membran sel dan merusak lisosom, mitokondria,
atau komponen inti. Kerusakan membran
mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam
arakidonat (AA) , diasilgliserida (DAG), platelet
activating factor (PAF), dan inositida (IP3) untuk
melepaskan histamin.
• Gejala klinis
kelainan kulit yang terjadi sangat beragam. Iritan kuat
memberi gejala akut, sedangkan iritan lemah memberi
gejala kronis.
Faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor individu
(misalnya, ras, usia, lokasi, atopi, penyakit kulit lain),
faktor lingkungan (misalnya, suhu dan kelembapan
udara, oklusi).
Berdasarkan penyebab dan pengaruh faktor tersebut,
ada yang mengklasifikasikan DKI menjadi sepuluh jenis,
yaitu : DKI akut, lambat akut (acute delayed irritancy),
reaksi iritan, kronik kumulatif, raksi traumatik,
exsiccation eczematid, reaksi pustular dan akneformis,
iritasi non-eritematosa, dermatitis karena friksi dan
iritasi suyektif.
• DKI akut
penyebabnya adalah iritan kuat, misalnya larutan
asam sulfat dan asam hidroklorid atau basa kuat,
misalnya natrium dan kalium hidroksida.
Biasanya terjadi karena kecelakaan di tempat
kerja, dan reaksi segera timbul. Intensitas reaksi
sebanding dengan konsentrasi dan lama kontak,
serta reaksi terbatas hanya pada tempat kontak.
Kulit terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan
yang terlihat berupa eritema edema,bula,
mungkin juga nekrosis. Tepi kelanan berbatas
tegas, dan pada umumnya asimetris. Luka bakar
oleh bahan kimia juga termasuk DKI akut.
• DKI akut lambat
Gambaran klinis dan gejala sama dengan DKI
akut, tetapi baru terjadi 8-12 jam setelah
berontak. Bahan iritan yang dapat
menyababkan DKI akut lambat, misalnya
prodofilin, antralin, tretinoin, etielen oksida,
benzalkonium klorida, asam hidrofluorat.
• DKI kronik kumulatif
Penyababnya ialah kontak berulang dengan iritan
lemah (misalnya detergen, sabun, pelarut, tanah,
air). Kelainan baru terlihat nyata setelah kontak
berlangsung beberapa minggu atau bulan, bahkan
bertahun-tahun kemudian.
Gejala klasik berupa kulit kering disertai eritema,
skuama, yang lambat laun membuat kulit menjadi
tebal (hipekeratosis) dengan likenifikasi yang difus.
Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat
retak seperti luka iris (fisura).
DKI kumulatif sering berhubungan dengan
pekerjaan, oleh karena itu lebih banyak ditemukan
di tangan.
• DKI iritan
Dermatitis kontak iritan subklinis yang terjadi pada
seseorang yang terpajan dengen pekerjaan basah
dalam beberapa bulan pertama, misal penata
rambut dan pekerja logam. Kelainan kulit bersifat
monomorf dapat berupa skuama, sritema, vesikel,
pustul dan erosi. Umumnya dapat sembuh sendiri
atau berlanjut menimbulkan penebalan kulit (skin
hardening), dan menjadi DKI kumulatif
• DKI traumatik
Kelainan kulit berkembang lambat setelah
trauma panas atau laserasi. Gejala klinis
menyerupai dermatitis numularis,
penyembuhan belangsung lambat. Lokasi
tersering di tangan.
• DKI non-eritematosa
merupakan bentuk seubklinis DKI yang ditandai
dengan perubahan fungsi sawar (stratum korneum)
tanpa disertai kelainan klinis
• DKI subyektif
disebut juga DKI sensori, karena kelainan kulit tidak
terlihat, namun pasien merasa seperti tersengat
(pedih) atau terbakar (panas) setelah berkontak
dengan bahan kimia tertentu.
• HISTOPATOLOGI
Gambaran histopatologik dermatitis kontak iritan
tidak khas. Pada DKI akut (oleh iritan primer), dermis
bagian atas terdapat vasodilatasi disertai sebukan sel
mononuklear di sekitar pembuluh darah. Eksositosis
di epidermis diikuti spongiosis dan edema intrasel,
serta nekrosis epidermal. Pada dermatitis berat
kerusakan epidermis dapat berbentuk vesikel atau
bula. Di dalam vesikel atau bula ditemukan limfosit
atau neutrofil
• DIAGNOSIS
diagnosis DKI didasarkan atas anamnesis yang
cermat dan pengamatan gambaran klinis. DKI
akut lebih mudah diketahui karena terjadi
lebih cepat sehingga pasien pada umumya
masih ingat apa yang menjadi penyebabnya
• PENGOBATAN
menghindari pajanan bahan iritan yang
menjadi penyebab, serta menyingkirkan faktor
yang memperberat. Bila dapat dilaksanakan
dengan sempurna dan tidak terjadi komplikasi
maka DKI tersebut akan sembuh tanpa
pengobatan topikal, mungkin cukup dengan
pemberian pelembab.
• PROGNOSIS
Bila bahan iritan yang menjadi penyebab
dermatitis tersebut tidak dapat disingkirkan
dengan sempurna, maka prognosisnya kurang
baik. Keadaan ini sering terjadi pada DKI
kronis dengan penyebab multi faktor dan pada
pasien atopik
NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA
• Definisi
peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip,
ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak lebih menonjol (likenfikasi)
menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan
atau gosokan yang berulang karena berbagai
rangsangan pruritogenik
• ETIOPATOGENESIS
Pruritus memainkan peran sentral dalam timbulnya
pola reaksi kulit berupa likenifikasi prurigo nodularis.
Hipotesis mengenai pruritus dapat dirasakan oleh
karena adanya penyakit yang mendasari, misal gagal
ginjal kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma
Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti
dermatitis atopik, dermatitis kontak alergik, gigitan
serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan emosi
• GEJALA KLINIS
Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul
malam hari dapat menggangu tidur. Rasa gatal
memang tidak terus menerus, biasanya pada
waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan
untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak
bila digaruk; setelah luka, baru hilang rasa
gatalnya untuk sementara (karena diganti
dengan rasa nyeri).
Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak
eritematosa, sedikit edematosa, lambat laun
edema dan eritema menghilang, bagian tengah
berskuama dan menebal, likenifikasi dan
eksoriasi; sekitarnya hiperpigmentasi, batas
dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis
dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi
Letak lesi dapat timbul dimana saja, tetapi yang
biasa ditemukan di skalp, tengkuk, samping leher,
lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skroktum,
perianal, medial tungkai atas, lateral tungkai
bawah, pergelangan kaki bagian depan, dan
punggung kaki
• HISTOPATOLOGI
Gambaran histopatologik neurodermatitis
sirkumskripta berupa ortokeratosis,
hipergranulalosis, akantosis dengan rete
ridges memanjang teratur. Bersebukan sel
radang limfosot dan histiosit di sekitar
pembuluh darah dermis bagian atas, fibroblas
bertambah, kolagen menebal
• DIAGNOSIS
diagnosis didasarkan klinis, biasanya tidak
terlalu sulit. Namun perlu dipikirkan
kemungkinan penyakit kulit lain yang
memberikan gejala pruritus, misal liken plaus,
liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis
atopik
Pengobatan
Menghindari garukan yang akan memperburuk
keadaan penyakitnya. Untuk mengurangi rasa
gatal dapat diberikan antipruritus, kortikosteroid
topikal atau intralesi.
Antipruritus dapat berupa antihistamin yang
mempunyai efek sedatif (contoh: hidroksizin,
difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer.
Dapat pula diberikan secara topikal krim doxepin
5% dalam jangka pendek (maksium 8 hari).
Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi
kuat, bila perlu di tutup dengan penutup
impermeable; kalau masih tidak berhasil dapat
diberikan secara suntikan intralesi.
Salep kortikosteroid dapat pula dikombinasi
dengan ter yang mempunyai efek anti
inflamasi. Ada pula yang mengobati dengan
UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada
penyakit yang mendasari, bila memang ada
harus juga diobti.
Progosis bergantung pada penyebab pruritus
dan status psikologik penderita

You might also like