You are on page 1of 12

REFARAT KASUS FEBRUARI , 2018

ERYSIPELES

Oleh:

Riska Nur Fatmawati

N111 17 113

Pembimbing Klinik

Dr. Senywati Ismail,sp.kk.FINDV

KEPANITRAAN KLINIK

BAGIAN KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA DAN UNIVERSITAS TADULAKO

2018
BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kulit karena infeksi bakteri yang sering diterjadi disebut pioderma.
Pioderma disebabkan oleh bakteri gram positif staphyllococcus, terutama S. aureus
dan streptococcus atau keduanya. Faktor predisposisinya yaitu higiene yang kurang,
menurunnya daya tahan tubuh (mengidap penyakit menahun, kurang gizi,
keganasan/kanker dan sebagainya) dan adanya penyakit lain di kulit yang
menyebabkan fungsi perlindungan kulit terganggu.(3)

Pioderma diklasifikasikan menjadi dua yaitu, pioderma primer dan pioderma


sekunder. Pioderma primer merupakan pioderma yang terjadi pada kulit yang
sebelumnya sehat dan biasanya disebabkan oleh satu macam mikroorganisme sedang-
kan pioderma sekunder adalah pioderma yang terjadi pada kulit yang sakit atau telah
ada penyakit kulit lain yang mendahului. Berdasarkan gambaran klinisnya pioderma
terbagi menjadi pioderma superfisialis meliputi impetigo, ektima, folikulitis,
furunkel, karbunkel, eritrasma, dan pioderma profunda meliputi erisipelas, selulitis,
flegmon.(1)

Erisipelas dan Selulitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
bakteri,yang menyerang jaringan subkutis dan daerah superficial (epidermis dan
dermis). Faktor resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan
kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pada pembuluh vena maupun pembuluh
getah bening. Angka kejadian infeksi kulit ini kira-kira mencapai 10% pasien yang
dirawat di rumah sakit.(4)

Daerah predilesi yang sering terkena yaitu wajah, badan, genitalia dan
ekstremitas atas dan bawah. Sekitar 85% kasus erysipelas dan selulitis terjadi pada
kaki daripada wajah, dan pada individu dari semua ras dan kedua jenis kelamin. 3
Permulaan erysipelas dan selulitis didahului oleh gejala prodormal, seperti demam
dan malaise, kemudian diikuti dengan tanda-tanda peradangan yaitu bengkak, nyeri,
dan kemerahan. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis. Penanganannya perlu memperhatikan faktor predisposisi dan
komplikasi yang ada.(6)

Dari referat ini diharapkan agar pembaca dapat mendiagnosis dan


memberikan terapi yang sesuai terhadap pasien erisipelas dan selulitis yang akan
ditemui pada praktik kedokteran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Erysipelas adalah penyakit infeksi akut yang biasannya di sebabkan oleh
streptococcus beta hemolyticus. Gejala utamannya adalah eritema berwarna
merah cerah dan berbatas tegas serta di sertai gejala konstitusi.(7)
Erisipelas merupakan bentuk selulitis superfisial yang mengenai
pembuluh limfe dan disebabkan oleh Streptokokus beta hemolitikus grup A (
Jarang ditemukan streptococcus grup C dan G) dan jarang yang disebabkan oleh
S.aureus.(4)
B. Epidemiologi
Erisipelas dapat terjadi pada semua usia dan semua bangsa atau ras ,
namun paling sering terjadi pada bayi, anak dan usia lanjut. Sekitar 85 %
Erysipelas terjadi di kaki dan wajah, sedangkan sebagian kecil dapat terjadi di
tangan, perut dan leher serta tempat lainnya.(6)
epidemiologi yang didapatkan oleh Concheiro dan kawan-kawan bahwa
insidensi kasus erisipelas lebih sedikit bila dibandingkan dengan kasus selulitis.
Insidensi erisipelas diperkirakan 10-100 kasus per 100.000 pasien pertahun,
sedangkan insidensi selulitis diperkirakan 24,6 kasus per 1000 pasien pertahun.
(2)

C. Etiologi
Streptococcus adalah penyebab utama erisipelas. Sebagian besar infeksi
erysipelas wajah disebabkan oleh streptokokus grup A, sedangkan infeksi
erysipelas pada ekstrimitas atas dan bawah disebabkan oleh non-kelompok
streptokokus A (streptococcus G atau C). Racun streptococcus ini diperkirakan
berkontribusi terjadinya peradangan cepat yang menjadikan pathognomonic
infeksi ini. Baru-baru ini, bentuk atipikal dilaporkan telah disebabkan oleh
Streptococcus pneumoniae, Klebsiella pneumoniae, Haemophilus influenzae,
enterocolitica Yersinia, dan spesies Moraxella.(6)

D. Patogenesis
Pada umumnya kuman akan masuk melalui portalt of entry. Sumber
bakteri erisipelas yang terdapat pada wajah sering kali yang menjadi host-nya
adalah nasofaring dan adanya riwayat infeksi streptokokkus sebelumnya berupa
faringitis yang dilaporkan terjadi pada sepertiga kasus. Masuknya bakteri dari
kulit yang mengalami trauma adalah peristiwa awal terjadinya erisipelas. Setelah
masuk, infeksi menyebar diantara ruang jaringan dan terjadi perpecahan
polisakarida oleh hialuronidase yang dapat membantu dalam penyebaran kuman,
fibrinolisin yang berperan dalan penghancuran fibrin, lesitin yang dapat merusak
membran sel.(8)

Pada erisepelas, infeksi dengan cepat menyerang dan berkembang di


dalam pembuluh limfatik. Hal ini dapat menyebabkan kulit menjadi “streaking”
dan pembesaran kelenjar limfe regional serta adanya tenderness.(6)

E. Factor resiko
Erysipelas terjadi oleh penyebaran infeksi yang diawali dengan berbagai
kondisi yang berpotensi timbulnya kolonisasi bekteri, misalnya: luka, koreng,
infeksi penyakit kulit lain, luka operasi dan sejenisnya, serta kurang bagusnya
hygiene. Selain itu, Erisipelas dapat terjadi pada seseorang yang mengalami
penurunan daya tahan tubuh, misalnya: diabetes millitus, malnutrisi (kurang
gizi), dan lain-lain.(6)

F. Manifestasi klinis
Terdapat gejala konstitusi: demam,malese,. Dan lapisan kulit yang di
serang adalah epidermis dan dermis.penyakit ini di dahului oleh trauma,karena
itu biasannya tempat predileksinya di tungkai bawah.kelainan kulit yang utama
adalah eritema yang berwarna merah cerah , berbatas tegas, pinggirnya meninggi
dengan tanda tanda radang akut, disertai edema,vesikel, dan bula. Dan terdapat
leukositosis. Jika tidak di obati akan menjalar ke sekitarya terutama ke
proksimal. Kalau sering residif di tempat yang sama dapat menyebabkan
elephantiasis.(7)
G. Pemeriksaan penunjang
 Darah lengkap:
Kadar hemoglobin dapat digunakan sebagai panduan koreksi keadaan anemia
pasien yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi proses kesembuhan penyakit
selama pasien dirawat di RS. Hitung jumlah leukosit dalam penelitian ini sesuai
dengan penelitian Concheiro serta Lazarini dan kawan-kawan didapatkan data bahwa
hingga 50% pasien erisipelas dan selulitis dapat memiliki hasil laboratorium hitung
jumlah leukosit dalam batas normal.(2)

Hal itu kurang sesuai dengan Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT) Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR RSUD Dr. Soetomo Surabaya dinyatakan
erisipelas dan selulitis umumnya terdapat leukositosis. Hasil pemeriksaan kultur
mikrobiologi pada penelitian retrospektif ini sebagian besar kuman patogen yang
teridentifikasi adalah Streptococcus β hemolyticus group A pada 5 (20%) spesimen
kultur pasien erysipelas.(9)

H. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan adanya gejala klinis. Terdapat gejala
konstitusi yakni demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis
dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, karena itu biasanya temapt
predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit yang utama ialah eritema yang
berwarna merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda-
tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel, dan bula.(10)

Eritema, panas, bengkak, dan nyeri adalah gejala yang sering timbul pada
erisipelas. Lesi klasik penyakit ini adalah lesi yang berbatas tegas pada wajah.
Namun begitu kedua tungkai turut bisa menjadi bagian yang sering terkena
erisipelas. Kadang-kadang terdapat bula yang timbul di sekitar lesi seiring
dengan menyebarnya plak eritema tadi. Kelenjar limfe regional juga dapat
mengalami pembesaran.

Gambar 1: Erisipelas pada wajah oleh karena Streptococcus grup A : nyeri


berbatas tegas, mengkilat, plak eritema disertai edema. Pada palpasi kulit
teraba panas dan lunak.

Pada pemeriksaan mikroskop hapusan Gram dari eksudat, nanah,


cairan bulla, aspirasi dapat terlihat bakteri. Dimana untuk bakteri
Streptococcus Grup A (GAS) berbentuk rantai kokus gram positif. Sedangkan
Staphylococcus aureus kokus berbentuk anggur. Sel darah putih (leukosit) dan
laju endapan darah (LED) dapat meningkat.(8)

I. Diagnosis banding
DIAGNOSA BANDING
 Selulitis
Pada penyakit ini terdapat infiltrat yang difus pada subkutan dengan
tanda-tanda radang akut.(7)
(4)

 Angioedema
Angioedema merupakan lesi yang udem dan ekstensif sampai ke dalam
lapisan dermis dan/atau subkutan dan submukosa. Sebagian pasien mengalami
pembengkakan yang masif pada wajah termasuk lidah dan leher yang dapat
menyebabkan obstruksi jalan nafas. Keluhan gatal tidak didapatkan, beberapa
hanya mengeluh rasa panas.(3)

Gambar 2: Angioedema pada Gambar 3: Erisipelas pada wajah


wajah.

J. Penatalaksanaan
Istirahat, tugkai bawah yang di serang di tinggikan lebih tinggi dari letak
jantung. Pengobatan sistemik adalah antibiotik berupa topikal, dan di berikan
kompres terbuka dengan larutan antiseptic, dan jika terjadi edema bisa di berikan
diuretic.(7)

Penisilin merupakan obat pilihan untuk erisipelas. Biasanya digunakan


Procaine Penicilline G 600.000-1200000 IU IM atau dengan pengobatan secara
oral dengan penisilin V 500mg setiap 6 jam, selama 10-14 hari. anak-anak
Penisilin G prokain untuk berat badan < 30 kg : 300, 000 U/d , sedangkan > 30
kg : dosis seperti pada orang dewasa. Untuk Penicillin VK : < 12 years : 25-50
mg/kg /hr PO dibagi tid / qid; tidak melebihi 3 g /hr, sedangkan >12 tahun: dosis
seperti pada orang dewasa. Perbaikan secara umum terjadi dalam 24-48 jam
tetapi penyembuhan lesi kulit memerlukan beberapa hari. Pengobatan yang
adekuat minimal selama 10 hari. Pada penderita yang alergi terhadap penisilin
diberikan eritomisin (dewasa 250-500 gram peroral; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/
hari tiap 6 jam) selama 10 hari. Dapat juga digunakan klindamisin (dewasa 300-
450 mg/hr PO; anak-anak 16-20 mg/kgbb/hari setiap 6-8jam).

K. Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya erisipeles, maka hal hal di bawah ini perlu di
lakukan:
1) Menjaga kebersian tubuh dan mandi teratur dan mandi menggunakan
sabun dan sampo antiseptik, agar kuman pathogen secepatnya hilang
2) Mengatasi factor presdiposisi
3) Mengusahakan tidak terjadinya kersakan kulit atau bila telah menjadi
kerusakan kulit berupa luka kecil, maka segera di obati.(5)
L. Prognosis
Prognosis yang tertulis pada 95% rekam medik berupa dubia ad bonam,
dan 5% sisanya tidak tertulis pada rekam medik.Erisipelas sering menjadi
kondisi yang serius dalam perjalanan penyakitnya, sehingga membutuhkan
penanganan yang tepat. Kondisi infeksi tersebut terkadang menyebabkan masa
perawatan yang cukup lama di rumah sakit. Erisipelas dan selulitis yang tidak
mendapat penatalaksanaan yang tepat dapat menimbulkan beberapa komplikasi
diantaranya yaitu: limfangitis, elefantiasis, rekurensi, abses subkutan, gangren,
bahkan komplikasi yang fatal berupa kematian.(9)

M. Komplikasi
Tidak didapatkan adanya kasus yang disertai dengan komplikasi pada
kasus erisipelas dan selulitis. Sebagian besar pasien erisipelas dan selulitis
umumnya pada saat keluar rumah sakit (KRS) kondisinya sembuh sebanyak 29
pasien (67,4%) dan mulai sembuh sebanyak 14 pasien (32,6%) dengan rincian
erisipelas 5 pasien (35,7%) dan selulitis 9 pasien (64,3%). Tidak ada pasien yang
pulang dalam keadaan belum sembuh ataupun meninggal.(9)

KESIMPULAN:

Erysipelas adalah penyakit infeksi akut yang biasannya di sebabkan oleh


streptococcus beta hemolyticus Erisipelas adalah bentuk selulitis superfisial yang
mengenai pembuluh limfe. Selulitis merupakan peradangan akut jaringan subkutis. 1
Faktor resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit),
luka terbuka di kulit atau gangguan pada pembuluh balik (vena) maupun pembuluh
getah bening.(4)

Daerah predilesi yang sering terkena yaitu wajah, badan, genitalia dan
ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan klinis erisipelas, didapatkan adanya
makula eritematous yang agak meninggi, berbatas jelas, teraba panas dan terasa nyeri.
Di atas macula eritematous dapat dijumpai vesikel dan demam .Sedangkan pada
pemeriksaan klinis selulitis : adanya makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas
tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis, gambaran klinis. Penanganan perlu memperhatikan faktor
predisposisi dan komplikasi yang ada.

DAFTAR PUSTAKA:

1. Cindy E. G, Ferra O. M dan Renate T. K., Profil pioderma pada orang dewasa di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode
tahun 2013-2015.Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember:2016

2. Concheiro J, Loureiro M, Gonzalez J, Garcia J, Sanchez D, Toribio J, et al.


Erysipelas and cellulitis: a retrospective study of 122 cases. Actas Dermosifiliogr
2009; 100:888-94.

3. Djuanda, Adhi . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. Hal 60-1, 135, 169

4. Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, Seventh Edition. New


York: McGrawHill: 2008.

5. Gan VHS,Setiabudy,R., Antimikroba. Pengantar.Farmakologi dan Terapi, Edisi


ke 5, Jakarta:Bagian Farmakologi FKUI.2012.

6. Loretta Davis, MD, Professor. Erysipelas. Department of Internal Medicine,


Division of Dermatology, Medical College of Georgia. Available at:
http://emedicine.medscape.com /article/1052445-overview. Diakses pada tanggal
2 februari.2018.
7. Sularsito,S.A.Soebaryo,RW. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin . Edisi ke 7.
Jakarta:Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:2015

8. Sterry, W., Paus, R., Burgdorf, W. Thieme Clinical Companions Dermatology.


New York: Thieme; 2006. Hal: 78-9

9. Sawitri, Zulkarnain I, Suyoso S. Erisipelas. Dalam: Pedoman diagnosis dan


terapi SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya: RSUD Dr. Soetomo.
2016 . vol,1 no.2.h.28-38

10. Wolff, Klaus., Johnson, R.A. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology. Edisi 7. United Stated of America : The McGraw Hill Compenies;
2013. Hal: 639-640

You might also like