You are on page 1of 9

REFERAT

HERPES GESTASIONAL

Oleh:

1. DATU CANDRANIKE (04.06.0002)

2. ENDAH SINTALARAS (09.06.0054)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTB
2011
Herpes Gestasional

1. Definisi

Pemfigoid gestationis adalah adalah dermatosis autoimun dengan ruam polimorf yang

berkelompok dan gatal, timbul pada masa kehamilan, dan masa pascapartus.1

Sinonim dari herpes gestasional, namun istilah ini tidak tepat karena penyakit ini tidak

ada hubungannya dengan herpes.1

2. Etiologi

Etiologinya adalah autoimun. Sering bergabung dengan penyakit autoimun yang lain,

misalnya penyakit Grave, vitiligo, dan alopesia areata.1

3. Epidemiologi

Hanya terdapat pada wanita pada masa subur. Insidensnya menurut Kolodny, 1 kasus per

10.000 kelahiran.1

4. Patogenesis

Sejak 1973 terkumpul makin banyak bukti bahwa mekanisme imunologik memegang

peranan yang penting pada pathogenesis herpes gestasional. Akhirnya dapat disusun postulat

sebagai berikut : Antigen khusus untuk suatu kehamilan akan menimbulkan antibody, macam

(subklas IgG1 yang mengendap pada membrane basal akan mengaktifkan sistem komplemen

antigen belum dapat diketahui, tetapi pada reaksi imunologik berikutnya sudah dapat dibuktikan.

IgG (subklas IgG1 yang mengendap pada plemen, yang selanjutnya memberikan respons

peradangan pada kulit dengan gambaran morfologik sebagai yang kita kenal seperti Pemfigoid

Gestations. Pada pemeriksaan imunofluorosensi langsung secara tepat ditemukan endapan C3

pada membran basal kulit normal dan perilesi. Karena pada beberapa penderita didapatkan juga

endapan C1q, C4, C5, dan properdin, maka diambil kesimpulan bahwa kedua jalur komplemen
secara klasik maupun alternatif diaktifkan. Paling sering ditemukan endapan IgG, tetapi kadang-

kadang juga IgA, IgM, dan IgE.

Autoantibodi ditujukan ke antigen hemidosmoson yang serupa dengan pemfigoid bulosa

adalah PB180 dan PB230, tetapi umunya PB180 lebih banyak ditemukan.

Pada Hespes Gestasional terjadi ekspresi abnormal antigen M.H.C. kelas II di dalam

plasenta, rupanya sebagai factor pencetus timbulnya kelainan di B.M.Z. juga terbentuknya lepuh.

Ibu dengan herpes gestasional sering berkaitan dengan HLA-B8, HLA-DR3, dan HLA-DR4.

IgG dapat menembus plasenta. Hal ini dapat menerangkan mengapa, pada beberapa bayi,

vesikel atau papul sebentar saja timbul. Mekanisme katabolik bayi akan segera meniadakan

serangan IgG transplasenta dari ibu. Dengan mikroskop electron terbukti bahwa endapan IgG

dan C3 ada dibagian dermis lamina lusida. Lagipula didapatkan nekrosis sel basal pada kulit

normal dan yang sakit.

5. Gejala Klinis

Gejala prodromal, kalau ada, berupa demam, malese, mual, nyeri kepala, dan rasa panas

dingin silih berganti. Beberapa hari sebelum timbul erupsi dapat didahului dengan perasaan

sangat gatal seperti terbakar.

Biasanya terlihat banyak papulo-vesikel yang sangat gatal dan berkelompok. Lesinya

polimorf terdiri atas eritema, edema, papul, dan bula tegang. Bentuk intermediate juga dapat

ditemukan, misalnya vesikel yang kecil, plakat mirip urtika, vesikel berkelompok, erosi dan

krusta. Kasus yang berat menunjukkan semua unsur polimorf, tetapi terdapat pula kasus yang

ringan yang hanya terdiri atas beberapa papul eritematosa, plakat yang yang edematosa, disertai

gatal ringan.
Saat timbul serangan paling sering pada trimester kedua (bulan ke-5 atau 6). Waktu

paling dini adalah minggu kedua kehamilan dan paling lambat dalam masa nifas yaitu pada masa

haid yang pertama. Jika timbul pada kehamilan yang berturutan, maka yang berikutnya mulai

lebih awal.

Tempat predileksi pada abdomen dan ekstremitas, termasuk telapak telapak tangan dan

kaki, dapat pula mengenai seluruh tubuh dan tidak simetrik. Selaput lendir jarang sekali terkena.

Erupsi sering disertai edema di muka dan tangkai. Kalau lepuh pecah, maka lesi akan menjadi

lebih merah dan terdapat ekskoriasi dan krusta. Sering pula di ikuti radang oleh kuman. Jika lesi

sembuh akan meninggalkan hiperpigmentasi, tetapi kalau ekskoriasinya dalam akan

meninggalkan jaringan parut. Kuku kaki dan tangan akan mengalami lekukan melintang sesuai

waktu terjadinya eksaserbasi. Kadang-kadang didapati leukositosis dan eosinofilia sampai 50%.

Bula berdinding tegang pada lengan wanita sehat berumur 32 tahun primigravida
Terdapat urticarial atau hivelike plaques pada posterolateral neck wanita trimester ketiga

A close-up view of a blister reveals the tense primary lesion filled with clear fluid.
6. Histopatologi

Meskipun terdapat gambaran khas, tetapi tidak diagnostik. Terdapat sebukan sel radang

di sekitar pembuluh darah pada pleksus permukaan dan dalam di dermis, terdiri atas histiosit,

limfosit dan eosinofil. Berlawanan dengan dermatitis herpetiformis, neutrofil jarang sekali

ditemukan. Bula yang banyak berisi eusinofil terdapat pada lapisan subepidermal.

7. Diagnosis Banding

Sebagai diagnosis banding ialah beberapa penyakit kulit yang juga terdapat pada masa

kehamilan, yakni: dermatitis papular gravidarum (D.P.G), prurigo gestations (P.G), dan impetigo

herpetiformis (I.H). Kecuali itu H.G juga dapat mirip dermatitis herpetiformis (D.H) dan

pemfigoid bulosa (P.B).

Kelainan kulit pada D.P.G berupa papul-papul menyerupai urtika, eritematosa, sangat

gatal dan generalisata, sebagian tertutup krusta. Ruam tidak berkelompok seperti pada H.G dapat

timbul pada setiap saat masa kehamilan.

P.G menyebabkan kelainan berupa papul-papul yang sangat gatal, terutama pada bagian

atas dan tungkai atas. Timbul pada trimester pertengahan dan akhir.

I.H timbul secara akut, keadaan umumnya buruk, ruam berupa pustule berkelompok.

Perbedaannya dengan D.H secara histopatologik ialah bahwa pada D.H sel infiltrate terutama

neutrofil dan bikan eusinofil seperti pada H.G. Pada pemeriksaan imunoflurosensi ditemukan

IgA pada D.H sedangkan pada H.G didapati IgG.

H.G mirip P.B karena secara histopatologik terdapat bula subepidermal dengan banyak

eusinofil dan pada pemeriksaan imunofluoresensi terdapat C3 dan IgG pada membrane basal.

Perbedaannya, H.G hanya menyerang wanita wanita pada masa subur (usia 15-45 tahun) dan
berhubungan dengan kehamilan. Sebaliknya P.B mengenai pria dan wanita, biasanya pada usia

tua.

8. Pengobatan

Tujuan pengobatan ialah menekan terjadinya bula dan mengurangi gatal yang timbul. Hal

ini dapat dicapai dengan pemberian prednisone 20-40 mg per hari dalam dosis terbagi. Takaran

ini perlu dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan keadaan penyakit yang meningkat pada waktu

melahirkan dan haid, dan akan menurun pada waktu nifas.

Kebanyakan penderita sembuh dengan regimen ini. Kadang-kadang adapula yang diobati

dengan antihistamin atau steroid topical, tetapi sebaliknya ada yang malahan memerlukan

tambahan azatioprin disamping prednisone untuk mengendalikan penyakitnya.

Dianjurkan untuk mengawasi dengan saksama bayi yang akan lahir dari ibu yang

memakai prednison dosis tinggi dalam jangka lama pada waktu hamil, karena obat tersebut dapat

menimbulkan kegagalan adrenal pada neonatus. LAWLY (1978) melaporkan ada hubungan yang

bermakna antara kematian janin dan kelahiran premature pada ibu-ibu HG yang diobati dengan

prednisone. Lesi kulit yang timbul untuk sementara pada neonates tidak perlu diobati.

9. Prognosis

Komplikasi yang timbul pada ibu hanyalah rasa gatal dan infeksi sekunder. Kelahiran

mati dan kurang umur akan meningkat. Jika penyakit timbul pada masa akhir kehamilan maka

akan lama sembuh dan seringkali timbul pada kehamilan berikutnya.

Internet : Lepuhan berisi cairan yang sangat gatal, yang terjadi selama kehamilan. Penggunaan

istilah herpes sebenarnya tidak tepat karena ruam yang terjadi tidak disebabkan oleh virus herpes

maupun virus lainnya. herpes gestasional diduga disebabkan oleh antibodi abnormal yang

beraksi terhadap jaringan tubuh sendiri (reaksi autoimun). ruam ini bisa timbul kapanpun setelah
kehamilan 12 minggu atau segera setelah persalinan. Ruam biasanya terdiri dari vesikel (lepuhan

kecil/besar yang berisi cairan) atau bula (pembengkakan yang bentuknya tidak beraturan dan

berisi carian).

Ruam ini seringkali berawal di perut lalu menyebar. segera setelah persalinan, ruam akan

semakin memburuk dan menghilang dalam beberapa minggu atau bulan kemudian. ruam

seringkali muncul lagi pada kehamilan berikutnya atau jika penderita menggunakan pil kb. bayi

yang dilahirkan mungkin memiliki ruam yang serupa, tetapi biasanya akan menghilang dalam

beberapa minggu, tanpa pengobatan.

Untuk memperkuat diagnosis, diambil kerokan kulit yang terkena dan diperiksa di

laboratorium untuk mengetahui adanya antibodi. tujuan pengobatan adalah untuk meringankan

gatal-gatal dan mencegah terbentuknya lepuhan yang baru. Untuk ruam yang ringan, diberikan

krim kortikosteroid yang dioleskan langsung ke kulit yang terkena sesering mungkin. Untuk

ruam yang lebih luas, diberikan kortikosteroid per-oral (melalui mulut). Mengkonsumsi

kortikosteroid pada akhir kehamilan tidak akan membahayakan bayi. Jika setelah persalinan

gatal-gatal semakin hebat atau ruam semakin menyebar, mungkin perlu diberikan kortikosteroid

dengan dosis yang lebih tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Wiryadi, Benny E. (2009). Pemfigoid Gestationis, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi

kelima, cetakan keempat, hlm/215-217, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

Jakarta.

Pemfigoid Gestationis. www.scribd.com/doc/38786406/BAB-II.

You might also like