Professional Documents
Culture Documents
KEGAWATDARURATAN
PSIKIATRI
HASMILA SARI
Sejarah majunya kesehatan
Jiwa di Aceh
Kesadaran akan pentingnya pengembangan di bidang kesehatan
jiwa terjadi pascabencana gempa bumi dan tsunami tahun 2004,
partisipasi dari berbagai non-government organizations (NGO)
internasional dalam memberikan pendanaan yang besar untuk
pelayanan kesehatan jiwa.
Pulang
(RUFA > 30)
Intensif I
(RUFA 1-10)
YA
(RUFA 1-30) UPIP Intensif II Intensif III
(RUFA 11-20) (RUFA 21-30)
TRIASE:
UGD/Poliklinik Psikiatri Pengkajian Pulang
RUFA/Rapid (RUFA >30)
assessment
Intensif I
(RUFA 1-10)
TIDAK Pulang Intensif III
(RUFA 21-30)
Intensif II
(RUFA 11-20)
Pulang
(RUFA >30)
PROSES KEPERAWATAN
Pengkajian
Evaluasi Diagnosis
Implementasi Perencanaan
PROSES PERAWATAN INTENSIF
Pengkajian Diagnosis Tindakan Monitoring
• Demografi • Rufa 1-10 • Intensif 1 & Evaluasi
• PANSS EC • Rufa 11-20 • Intensif 2 • Intensif 1
• RUFA • Rufa 21-30 • Intensif 3 • Intensif 2
• Intensif 3
Triage
Rapid assessment/screening assessment
Identitas pasien
Kondisi pasien yaitu tanda vital dan keluhan utama
dengan skor RUFA (perawat) dan PANSS EC (dokter
dan perawat)
PENGKAJIAN PASIEN INTENSIF
Riwayat perawatan yang lalu
Psikiater/perawat jiwa yang baru-baru ini menangani pasien (bila
memungkinkan)
Diagnosa gangguan jiwa di waktu yang lalu dengan tanda dan gejala yang
dialami pasien saat ini
Stresor sosial, lingkungan, dan kultural yang menimbulkan masalah
pasien saat ini
Kemampuan dan keinginan pasien untuk bekerjasama dalam proses
pengobatan
Riwayat pengobatan dan respons terhadap terapi, mencakup jenis obat
yang didapat, dosis, respons terhadap obat, efek samping dan kepatuhan
minum obat, serta daftar obat terakhir yg diresepkan dan nama dokter
yang meresepkan.
Pemeriksaan kognitif untuk mendeteksi kerusakan kognitif atau neuro
psikiatrik
Tes kehamilan untuk semua pasien perempuan usia subur
Intensif I
Prinsip tindakan
Life saving
Mencegah cedera pada pasien, orang lain dan
lingkungan
Indikasi :
Pasien dengan skor 1-10 skala RUFA
Pasien dengan skor 6-7 PANSS EC
Intervensi: Intensif I
Intervensi untuk fase ini adalah:
Observasi ketat
Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar (makan, minum, perawatan
diri)
Manajemen pengamanan pasien yang efektif (jika dibutuhkan).
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi
musik.
Psikofarmakoterapi intensif: titrasi psikofarmaka (dosis maksimal
kemudian diturunkan secara bertahap s.d. Optimal)
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi
pasien memungkinkan untuk dipindahkan ke ruang intensif II.
Intensif II
Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase krisis (Intensif I)
Mempertahankan pencegahan cedera pada pasien,
orang lain dan lingkungan
Indikasi :
Pasien dengan skor 11-20 skala RUFA
Panss EC 4-5
Intervensi & Evaluasi Intensif II
Intervensi untuk fase ini adalah:
Observasi frekuensi dan intensitas yang lebih rendah dari
fase intensif I
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah
terapi musik dan terapi olah raga.
Psikofarmaka dengan dosis optimal, mungkin masih perlu
parenteral
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah
kondisi pasien memungkinkan untuk dipindahkan ke ruang
intensif III.
Bila kondisi pasien diatas skor 20 skala RUFA maka pasien dapat
dipindahkan ke intensif III. Bila dibawah skor 11 skala RUFA
maka pasien dikembalikan ke fase intensif I
Intensif III
Prinsip tindakan
Observasi lanjutan dari fase akut (Intensif II)
Memfasilitasi perawatan mandiri pasien
Indikasi :
Pasien dengan skor 21-30 skala RUFA
Panss EC skor 2-3
Intervensi & Evaluasi Intensif III
Intervensi untuk fase ini adalah:
Observasi dilakukan secara minimal
Pasien lebih banyak melakukan aktivitas secara mandiri
Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi
musik, terapi olah raga dan life skill therapy.
Psikofarmaka: dosis optimal, per oral.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi
pasien memungkinkan untuk dipulangkan.
Bila kondisi pasien diatas skor 30 skala RUFA maka pasien dapat
dipulangkan dengan mengontak perawat CMHN terlebih dahulu. Bila
dibawah skor 20 skala RUFA pasien dikembalikan ke fase intensif II,
dan dibawah skor 11 skala RUFA pasien dikembalikan ke fase intensif I.
Skala Respons Adaptasi Umum
Skala kategorial untuk menentukan tingkat intensitas
gangguan jiwa pasien
Terdiri 3 kategori:
Intensif I: nilai RUFA 1-10
Intensif 2: nilai RUFA 11-20
Intensif 3: nilai RUFA 21-30
Menentukan tindakan yang harus diberikan kepada
pasien
Tatalaksana Gaduh Gelisah
Gunakan Positive And Negative
Syndromes Scale – Excitement
Component (PANSS- EC)
untuk menilai tingkat kegelisahan
D P
O E
K R
T A
E W
R A
T
27
Komponen PANSS- EC
1. Gaduh gelisah
2. Permusuhan
3. Ketegangan
4. Ketidakkooperatifan
5. Pengendalian impuls yang buruk
SKORING
Skor 1: Tidak ada
Skor 2: Minimal
Skor 3: Ringan
Skor 4: Sedang
Skor 5: Agak berat
Skor 6: Berat
Skor 7: Sangat berat
P4 Gaduh Gelisah
Nilai
1 Tidak ada
2 Diragukan,
3 Cendrung sedikit agitasi, waspada berlebihan, atau sedikit mudah
terangsang selama wawancara, pembicaraan sedikit mendesak
4 Agitasi atau mudah terangsang selama wawancara,
mempengaruhi pembicaraan dan mobilitas umum atau adanya
ledakan- ledakan
5 Tampak hiperaktif itas yang bermakna atau sering terjadi
ledakan- ledakan atau aktifitas motorik yang menyebabkan
kesulitan bagi pasien tetap duduk untuk waktu yang lebih lama
dari beberapa menit dalam setiap kesempatan
6 Gaduh gelisah yang mencolok mendominasi wawancara,
membatasi perhatian sehingga mempengaruhi fungsi sehari- hari
seperti makan dan tidur
7 Gaduh gelish yang mencolok , secara serius mempengaruhi
kegiatan makan, tidur , tidak memungkinkan interkasi
interpersonal, bicara cepat, aktifitas motorik menimbulkan
P7 Permusuhan
Nilai
1 Tidak ada
2 Diragukan,
3 Melampiaskan kemarahan secara tidak langsung atau ditahan
seperti sarkasme, sikap tidak sopan, ekspresi bermusuhan dan
kadang- kadang iritabilitas.
4 Adanya sikap permusuhan yang nyata, sering memperlihatkan
iritabilitas dan ekspresi kemarahan atau kebencian yang
langsung.
5 Pasien sangat mudah marah dan kadang- kadang memaki
dengan kata- kata kasar dan mengancam
6 Mencaci maki dengan kasar atau mengancam , pasien beringas
dan merusak tetapi tidak menyerang orang lain secara fisik.
7 Kemarahan yang hebat , sangat tidak kooperatif, menghalangi
interaksi, melakukan penyerangan fisik terhadap orang lain.
G 4 Ketegangan
Nilai
1 Tidak ada
2 Diragukan,
3 Postur dan gerakan menunjukan kekhawatiran ringan seperti
rigiditas ringan , ketidak tenangan sekali-kali, perubahan posisi,
atau tremor tangan yang halus dan cepat.
4 Penampilan yang nyata- nyata gelisah dengan perilaku seperti
tidak tenang, tremor tangan yang nyata, keringat berlebihan, atau
menerisme karena gugup.
5 Ketegangan yang berat seperti gemetar karena gugup, keringat
sangat berlebihan dan ketidak tenangan, tetapi perilaku selama
wawancara tidak terpengaruh secara bermakna.
6 Ketegangan berat sedemikian rupa sehingga interaksi
interpersonal terganggu.
7 Ketegangan sangat mencolok dengan tanda- tanda panik atau
percepatan gerakan motorik kasar
G 8 Ketidak kooperatifan
Nilai
1 Tidak ada
2 Diragukan,
3 Patuh tetapi disertai sikap marah, tidak sabar atau sarkasme, ada
penolakan yang tidak mengganggu, sensitif selama wawancara.
4 Kadang- kadang ada penolakan untuk patuh terhadap tuntutan
sosial seperti mengikuti kegiatan yang sudah dijadwalkan, sikap
defensif, bersikap negatif, tetapi biasanya masih dapat diatasi.
5 Tidak patuh terhadap tuntutan lingkungan, tidak kooperatif,
defensif, iritabilitas, tidak menjawab banyak pertanyaan.
6 Sangat tidak kooperatif, negativistik , dan mungkin juga suka
membangkang, menolak untuk patuh terhadap sebagian tuntutan
sosial , tidak mau memulai atau mengikuti wawancara.
7 Menolak ikut dalam aktifitas sosial, tidak mengurus kebersihan
diri, tidak bercakapa- cakap dengan keluarga atau staf RS
bahkan dalam wawancara sekalipun
G 14 Pengendalian impuls yang buruk
Nilai
1 Tidak ada
2 Diragukan,
3 Pasien cendrung mudah marah dan frustasi bila menghadapi
stress atau jika ditolak, tetapi jarang bersikap impulsif.
4 Dengan provokasi yang minimal pasien menjadi marah, dan
mencaci maki, mengancam, merusak, adanya konfrontasi fisik
atau perselisihan ringan.
5 Memperlihatkan impulsif yang berulang- ulang, mencaci maki,
merusak harta benda atau ancaman fisik, adanya serangan.
6 Sering agresif, impulsif, mengancam, menuntut, merusak,
perilaku menyerang.
7 Serangan yang dapat membunuh orang lain, penyerangan
seksual, perilaku merusak diri sendiri
TINDAKAN
PADA PERILAKU AGITASI
• PHYSICAL RESTRAINTS = PENGIKATAN FISIK
Intervensi Awal
Berbicara kepada pasien, berikan bantuan
Bila memungkinkan atau diperlukan berikan obat oral
45
Protokol Pelaksanaan
• Observasi setiap 30-120 menit, fokus observasi:
• tanda-tanda vital
• tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan proses
pengikatan
• nutrisi dan hidrasi
• rentang gerak ekstremitas (kuat lemahnya ikatan)
• higiene dan eliminasi
• status fisik dan psikologis
• kesiapan klien untuk dilepaskan dari pengikatan
46
Protokol Pelaksanaan
• Lakukan latihan anggota gerak setiap 2 jam
termasuk untuk mengubah posisi lengan secara
bergantian
• Lakukan persuasi untuk melepaskan ikatan setiap 2
jam
• Beri makan dan minum secara teratur serta obat-
obatan sesuai program
• Atur posisi tubuh klien saat makan atau minum
• Bantu BAK, BAB dan kebersihan diri
Protokol Pelepasan Fiksasi
Dokter menginstruksikan perawat untuk melepaskan
ikatan
Fiksasi fisik dilepaskan bila semua item pada PANSS
EC kurang dari 3
Perawat melepaskan ikatan didampingi oleh
dokter/perawat lain
Jelaskan pada pasien bahwa ikatan akan dilepas jika
pasien tidak mengulangi perbuatan atau dapat
mengontrol perilakunya
Protokol Pelepasan Fiksasi
• Buat kontrak dengan klien bahwa perawat akan
melakukan pengikatan kembali apabila klien
mengulang perbuatannya atau perilakunya tidak
terkontrol kembali
• Katakan dengan suara lembut, hindari nada yang
bersifat ancaman
• Melepaskan ikatan secara bertahap dimulai dengan
melepaskan satu ikatan, bila pasien tidak berontak
lepaskan ikatan lainnya dan seterusnya. Ikatan dilepas
dari tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, lalu kaki
kiri
50
Protokol Pelepasan Fiksasi
• Bantu pasien menggerakkan anggota gerak
• Dudukkan pasien secara perlahan
• Tanya pasien apakah merasa pusing atau penglihatan
berkunang-kunang.
• Kontrol tanda vital (tekanan darah, denyut nadi,
frekuensi nafas)
• Anjurkan pasien untuk mulai berdiri dan berjalan, bila
tidak pusing atau mata berkunang-kunang
DIAGNOSIS KEPERAWATAN DI
PSYCHIATRIC INTENSIVE CARE UNIT
Perilaku Kekerasan dan Risiko Perilaku Kekerasan
Halusinasi
Waham
Risiko Bunuh Diri
Isolasi Sosial
Ansietas Berat – Panik
Putus Zat/ Over dosis
Defisit Perawatan Diri
RESPONS UMUM FUNGSI ADAPTASI (RUFA)
N Diagnosa Skor RUFA 1-10 Skor RUFA 11-20 Skor RUFA 21-30
o Keperawatan (Intensif I) (Intensif II) (Intensif III)
Tindakan Napas pendek, rasa tercekik dan Napas pendek, napas pendek,mulut
palpitasi, nyeri dada, sakit berkeringat, tekanan kering, anoreksia,
kepala, pucat dan gemetar darah naik diare/konstipasi
Persepsi sangat kacau, takut Persepsi sangat sempit, Banyak bicara dan cepat
menjadi gila, takut kehilangan merasa tidak mampu Sering merasa gelisah,
kendali menyelesaikan masalah gerakan tersentak-
Bloking, berteriak Bicara cepat terkadang sentak (meremas
Ketakutan blocking tangan)
Agitasi, mengamuk, marah Tegang Adanya perasaan tidak
Gelisah, kurang atau aman
sama sekali tak mampu Hanya berfokus pada
berkonsentrasi masalahnya
TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PANIK
Intensif I Intensif II Intensif III
1. FASE PEMICU
2. FASE ESKALASI
3. FASE KRISIS
4. FASE PEMULIHAN
5. FASE PASCAKRISIS
(Keltner, 1999 dlm Videbeck, 2008)
FASE PEMICU