Professional Documents
Culture Documents
Contoh dialog sesuai Satuan Pelaksana pada pasien gangguan jiwa dengan isolasi diri atau
menarik diri :
Prolog
Disebuah ruang arjuna terdapat terdapat pasien gangguan jiwa bernama Ny. S. Pasien masuk
rumah sakit jiwa karena pasien asyik dengan pikirannya sendiri, tidak memiliki teman dekat,
tidak adanya kontak mata, tampak sedih, efek tumpul serta melakukan tindakan berulang yang
tidak bermakna sama sekali. Pasien juga merasa ditolak oleh keluarganya sendiri sehingga
sosial, membantu pasien mengenal keuntungan hubungan dan kerugian tidak berhubungan
Perawat : “ Saya H saya senang dipanggil ibu Her… Saya perawat diruang mawar ini yang akan merawat
Ibu. “
Pasien : “Ya”
Pasien : “S”
Pasien : “Ya”
Pasien : “Ya”
Perawat : “O …. S merasa sendirian, siapa saja yang S kenal diruangan ini. “ “Apa saja kegiatan yang
Perawat : “Apa yang menghambat dalam berkenal teman / bercakap-cakap dengan pasien lain.”
Pasien : (diam)
Perawat : “Wah benar, ada teman bercakap-cakap, apa lagi?” (sampai pasien dapat
menyebutkan beberapa )
Pasien : “Ya.”
Perawat : “ Bagus, bagaimana sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain “ Begini lo S untuk
berkenalan dengan orang lain kita sebutkan nama kita, nama panggilan yang kita sukai,asal kita,
dan hobbi.
“Contoh : Nama saya S , Senang dipanggil S , Asal dari Surakarta , Hobbi memasak, “
Contohnya Begini
“ Nama bapak siapa ? senang dipanggil apa ? asalnya dari mana ? Hobbinya apa ?
“ Ayo S dicoba “ Misalnya saya belum kenal denggan S coba berkenalan dengan saya !!!
Pasien : “Nama saya S, Senang dipanggil S, Asal dari Surakarta, Hobbi memasak. Nama bapak
Pasien : “Nama saya S, Senang dipanggil S, Asal dari Surakarta, Hobbi memasak. Nama bapak
Perawat : “Bagus sekali. Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan S bicarakan , Misalnya tentang cuaca, tentang hobi ,
Pasien : “Ya”
Pasien : “Senang.”
Perawat : “ S tadi sudah mempraktekan cara berkenalan dengan baik sekali “ selanjutnya S dapat
mengingat-ingat apa yang kita pelajar tadi selama saya tidak ada, sehingga S lebih siap untuk
Pasien : “Mau”
Perawat : “Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya . “ besok pagi jam 10 saya akan datang
kesini untuk mengajak S berkenalan dengan teman saya perawat H bagaimana S mau kan ?”
Pasien : “Ya”
Pasien : “Pagi”
Pasien : “Baik”
Perawat : "Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba sebutkan lagi sambil
Perawat : "Bagus sekali, S masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak S mencoba
Pasien : “Ya”
"Baiklah S, S dapat berkenalan dengan ibu kader N seperti yang kita praktikan kemarin."
Perawat : “Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N. Coba tanyakan tentang keluarga perawat
N.”
Perawat : “Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat
Pasien : “Saya sudah selesai bicara perawat N. Apa nanti kita bisa bertemu lagi jam 1 siang?”
Perawat :“Baiklah perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke ruangan S.
Selamat pagi.”
tempat lain)
Pasien : (mengikuti perawat H)
Pasien : “Senang”
“Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain
supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya.
Pasien : “Ya”
Perawat : “Mari kita masukkan pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik
Pasien : “Ya”
Perawat : “Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok”
Sp 3 pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan orang kedua sebagai pasien)
Pasien : “Baik”
Pasien : “Ya”
Perawat : “Bagaimana perasaan S setelah bercakap- cakap dengan perawat N kemarin siang?”
Pasien : “Senang”
Perawat : “Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi. Kalau begitu S ingin punya banyak
teman lagi?
Pasien : “Ya”
Perawat : “ bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien seperti biasa,
“Selamat pagi ini ada pasien saya ingin berkenalan, baiklah S, S sekarang bisa kenalan dengannya seperti telah
S lakukan sebelumnya
Perawat : “ ada lagi S yang ingin tanyakan pada O, kalau tidak ada lagi yang ingin ditanyakan S bisa
sudahi perkenalan ini, lalu S bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti
Perawat : “ Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali keruang S, selamat
pagi...”
Perawat : “ Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O, dibandingkan kemarin pagi N tampak
“Pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O jam
4 sore”
Pasien : “Ya”
Perawat : “Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap dengan oranglain kita
Pasien : “Ya”
Perawat : “Jadi satu hari S dapat berbincang- bincang dengan orang lain sebanyak 3 kali. Jam 10 pagi,
jam 1 siang, dan jam 8 malam. S bisa bertemu dengan N dan tambah dengan pasien yang
dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan dengan oranglain lagi secara bertahap. Bagaimana S?”
Pasien : “Ya”
Perawat : “Baiklah S besok ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S pada jam yang sama. Sampai
jumpa....”
COntoh kasus
CONTOH KASUS
Setiap lansia pada akhirnya akan mengalami penurunan fungsi organ , Hal
ini timbul karena penyebab organik ataupun emosional (fungsional) dan yang
menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereakasi secara emosional,
mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan
kenyataan itu, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan
hidup sehari-hari sangat terganggu Kekhawatiran ini nampaknya tidak hanya
menginfeksi para lansia, tetapi juga mengepidemi pada anak yang mempunyai
orang tua yang lanjut usia. Hal ini rupanya mendorong untuk membawa ke
rumah sakit jiwa.
Delirium merupakan suatu keadaan mental yang abnormal, bukan suatu
penyakit; dengan sejumlah gejala yang menunjukkan penurunan fungsi mental.
Berbagai keadaan atau penyakit (mulai dari dehidrasi ringan sampai keracunan
obat atau infeksi yang bisa berakibat fatal), bisa menyebabkan delirium. Keadaan
ini paling sering terjadi pada usia lanjut dan penderita yang otaknya telah
mengalami gangguan, termasuk orang yang sakit berat, orang yang
mengkonsumsi obat yang menyebabkan perubahan fikiran atau perilaku dan
orang yang mengalami demensia. Delirium merupakan masalah umum dan serius
yang mempengaruhi bagian yang bermakna perawatan di rumah sakit penderita
lanjut usia. Penyebab delirium biasanya multifaktorial, dengan banyak faktor
pemicu yang potensial dapat dicegah. Semestinya terdapat pencarian dan
perbaikan yang agresif terhadap seluruh penyebab potensial, termasuk infeksi
dan abnormalitas metabolik. Pengobatan semestinya ditinjau ulang sepenuhnya
dengan penghentian seluruh obat yang tidak diperlukan. Terdapat keperluan yang
lebih dititikberatkan pada pencegahan dan deteksi awal delirium. Pegawai rumah
sakit hendaklah waspada pada pasien- pasien itu yang barangkali berkembang
menjadi delirium, dan sangat disarankan bahwa seluruh pasien mempunyai suatu
pengkajian kognitif yang menyeluruh