You are on page 1of 44

LAPORAN KASUS

Otitis Media Supuratif Kronis

PEMBIMBING
D R . H A M S U K A D R I YA N . , S P. T H T- K L ( K ) . ,
M.KES
Oleh:
Dimas Adi Soewignyo (H1A013019)

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


SMF TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN DAN BEDAH KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2018
PENDAHULUAN

 Telinga tengah biasanya steril


 Gabungan aksi fisiologis silia, enzim penghasil
mucus dan antibody → mekanisme pertahanan bila
telinga terpapar mikroba pada saat menelan
 Mekanisme fisiologis ini terganggu → infeksi pada
telinga tengah (otitis media)
 Otitis media: Akut (< 2 bulan), kronis (>2 bulan)
 Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan
lanjutan dari episode initial otitis media akut (OMA)
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI

 Telinga tengah yang terisi udara dibayangkan


sebagai suatu kotak dengan enam sisi.
 Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding
anteriornya.
 Promontorium pada dinding medial meluas ke
lateral ke arah umbo dari membrane timpani
sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian
tengah
Membran timpani berbentuk
bundar dan cekung.
Bagian atas → pars flaksida
(membran shrapnel) berlapis
dua → bagian luar adalah
lanjutan epitel kulit liang
telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus
bersilia, seperti sel epitel
saluran napas.
bagian bawah → pars tensa
(membran propria) → 3 lapis
→ mempunyai satu lapis lagi
di tengah yaitu lapisan yang
terdiri dari serat kolagen dan
sedikit serat elastin yang
berjalan secara radier
dibagian luar dan sirkuler
pada bagian dalam
Tulang pendengaran
didalam telinga tengah
saling berhubungan.
Prosesus longus melekat
pada membran timpani,
maleus melekat pada
inkus, dan inkus melakat
pada stapes. Stapes
terletak pada tingkap
lonjong yang
berhubungan dengan
koklea. Hubungan antara
tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Otitis media → peradangan sebagian/seluruh mukosa


telinga tengah
Otitis media
1. otitis media supuratif
2. non supuratif /otitis media serosa (otitis media
sekretoria = otitis media musinosa = otitis media
efusi).
Masing - masing golongan mempunyai bentuk akut
dan kronis
OMSK atau yang biasa disebut “congek” → radang
kronis telinga tengah dengan adanya lubang
(perforasi) pada membran timpani dan riwayat
keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otore) lebih
dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang
timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau
purulen.
Etiologi
Infeksi yang berulang biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga
tengah melalui tuba Eustachius.
Fungsi tuba Eustachius yang abnormal → pada cleft palate dan
Down syndrome
Adanya tuba patulous → refluk isi nasofaring yang
Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-
mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit)
dapat bermanifestasi sebagai sekresi telinga kronis
Kondisi sosioekonomi yang jelek
Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah
Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan
Staphylococcus aureus 25%
Epidemiologi
Di negara berkembang otitis media ditenggarai menjadi penyebab
kematian 50.000 balita per tahun karena komplikasi OMSK
Diperkirakan OMSK memiliki angka kejadian sebanyak 65– 330
juta di seluruh dunia, 60% di antaranya mengalami gangguan
pendengaran.
Menurut survei yang dilakukan pada tujuh propinsi di Indonesia
pada tahun 1996 ditemukan angka kejadian Otitis Media
Supuratif Kronis sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan
kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat
6,6 juta penderita OMSK.
PATOFISIOLOGI

Dimulai dari iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga


tengah yang disebabkan oleh multifaktorial
Infeksi telinga tengah mudah terjadi pada anak →
struktur tuba pada anak yang berbeda dengan
dewasa karena tuba eustachius pada anak lebih
lebar, lebih pendek, dan letaknya lebih horizontal
dibanding orang dewasa.
Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu faktor
penyebab dasar pada Otitis Media Akut (OMA)
Hilangnya sawar utama terhadap invasi bakteri, dan
spesies bakteri yang tidak biasanya patogenik,
dapat berkolonisasi dalam telinga tengah,
menyerang jaringan dan menimbulkan infeksi.
Respon inflamasi → udem mukosa → lama-lama
terjadinya ulkus dan merusak epitel.
Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam
menghentikan infeksi menyebabkan terdapatnya
jaringan granulasi → berkembang menjadi polip di
ruang telinga tengah.
Klasifikasi OMSK:
1. Tipe tubotimpani
2. Tipe atikoantral
Gejala dan Tanda OMSK:
1. Telinga berair, bersifat purulen (kental, putih) atau
mukoid (seperti air dan encer)
2. Gangguan pendengaran, biasanya tipe konduksi
3. Otalgia
4. Vertigo
 Anamnesa

Riwayat discharge kotoran telinga sebelumnya, terutama ketika


disertai dengan episode pilek, sakit tenggorokan, batuk atau
gejala lain infeksi saluran pernapasan atas, dapat meningkatkan
kemungkinan diagnosis OMSK.
Riwayat pembersihan telinga yang kuat, gatal atau berenang yang
dapat menyebabkan trauma pada saluran telinga eksternal
menunjukkan otitis eksterna akut (OEA), dan biasanya bukan
OMSK.
Riwayat nyeri telinga menunjukkan OEA atau OMA, bukan OMSK.
Dalam kasus OMA, telinga hanya terasa nyeri sampai perforasi
gendang telinga
 Pemeriksaan fisik

OEA dan OMA juga dapat menyebabkan sakit telinga dan


kotoran telinga.
Namun, rasa sakit di tragus, nyeri mastoid pada otitis media,
umumnya ditemukan pada otitis eksterna. Keluarnya
discharge di otitis eksterna kurang banyak dan berbau
busuk dan tidak ada mucus.
Demam dengan suhu lebih tinggi pada otitis media daripada
di otitis eksterna. OMSK menghasilkan otore mukoid tanpa
rasa sakit tanpa demam, kecuali disertai otitis eksterna atau
komplikasi oleh infeksi ekstrakranial atau intrakranial.
 Radiologi
Foto polos → mempelajari mastoid, telinga tengah,
labirin, dan kanalis akustikus internus.
CT Scan → menentukan adanya neuroma akustikus,
diskontinuitas osikula, kelainan congenital,
penyakit-penyakit telinga seperti kolesteatoma,
dan melihat adanya fistula ke dalam kanalis
semisirkularis horisontalis
 Kultur Bakteri
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah
Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan
Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA
Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan
Morexella kataralis
Tatalaksana
 Omsk Benigna
 Biasanya tidak memerlukan pengobatan, dan
dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air
jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang
berenang dan segera berobat bila menderita infeksi
saluran nafas atas.
 Dapat dilakukan aural toilet yang bertujuan untuk
menghilangkan granulasi mukosa kecil dari telinga
tengah.
 Antibiotik topikal
 OMSK Maligna

 Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi.


Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah
merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan
 Jenis pembedahan → mastoidektomi dan timpanoplasti.

 Tujuan mastoidektomi adalah menghilangkan jaringan


infeksi, mencptakan telinga yang kering dan aman.
Sedangkan tujuan timpanopalsti adalah menyelematkan
dan memulihkan pendengaran, dengan cangkok membran
tipani dan rekonstruksi telinga tengah
 Operasi timpanomastoidektomi dilakukan bila pada

kasus OMSK di mana ada komplikasi, beberapa di


antaranya berpotensi mengancam nyawa, seperti
kehilangan pendengaran yang signifikan,
kelumpuhan saraf wajah, abses subperiosteal,
petrositis, trombosis sinus vena dural, meningitis,
abses serebri dan fistula labirin, di antara yang lain.
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
 Nama : IH
 Umur : 26 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Sandik, Lombok Barat
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 RM : 014251
 Tanggal pemeriksaan : 1 Agustus 2018
 Keluhan Utama :
Nyeri telinga kanan
 Riwayat Penyakit Sekarang :
 Keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 3 bulan yang
lalu. Pasien juga merasakan telinga berdenging yang
timbul bersamaan dengan nyeri di telinga kanannya 3
bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan keluar
cairan dari telinga kanan pasien yang timbul sejak 2
bulan yang lalu, walaupun saat ini tidak ada cairan
yang keluar dari telinga kananya. Cairan yang keluar
berwarna kekuningan, encer dan tidak berbau. Pasien
menyangkal adanya demam, nyeri kepala, mual dan
muntah. Pasien juga mengalami nyeri di tenggorokan
disertai bersin-bersin, dan gatal-gatal di hidung sejak
4 bulan yang lalu. Pasien mengaku sering memaksakan
diri untuk mengeluarkan ingus. Pasien juga merasakan
pendengarannya pada telinga kanan mulai terganggu.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat penyakit hipertensi, asma, dan diabetes
disangkal.
 Riwayat Penyakit Keluarga :
 Keluhan serupa disangkal. Riwayat batuk lama(-),
asma (-), hipertensi (-), DM (-).
 Riwayat Alergi :
 Riwayat alergi pada makanan dan obat-obatan disangkal
 Riwayat Pengobatan :
 Pasien mengaku tidak pernah meminum obat-obatan
 Obyektif
 Status Generalis :
 Keadaan umum : Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda vital
 TD : 120/70 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 Respirasi : 20 x/menit
 Suhu : 36,8oC (aksila)
No.
Pemeriksaan Telinga Auricula Dextra Auricula Sinistra

1.
Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2.
Daun telinga : aurikula, Bentuk dan ukuran telinga dalam Bentuk dan ukuran telinga
preaurikuer, batas normal, lesi pada kulit (-), dalam batas normal, lesi pada
retroaurikuler. hematoma (-), massa (-), fistula kulit (-), hematoma (-), massa (-
(-), nyeri tarik aurikula (-). ), fistula (-), nyeri tarik aurikula
(-).
3.
Liang telinga (MAE) Serumen (-), hiperemis (-), Serumen (-), hiperemis (-),
edema (-), furunkel (-), otorhea edema (-), furunkel (-), otorhea
(+) dengan cairan berwarna (-).
kekuningan

4.
Membran timpani Intak, retraksi (-), hiperemi (-), Intak, retraksi (-), hiperemi (-),
bulging (-), edema (-), perforasi bulging (-), edema (-), perforasi
sentral (+), cone of light (-). (-), cone of light (+).
Inspeksi Nasal Dextra Nasal Sinistra
Hidung luar Bentuk normal, inflamasi Bentuk normal, inflamasi (-
(-), deformitas (-), massa (- ), deformitas (-), massa (-).
).
Rinoskopi Anterior :
Vestibulum nasi Hiperemi (-), ulkus (-) Hiperemi (-), ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk normal, mukosa Bentuk normal, mukosa
hiperemi (-). hiperemi (-).
Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-), Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-), ulkus (-). perdarahan (-), ulkus (-).
Meatus nasi media Mukosa pucat (+), sekret Mukosa pucat (+), sekret
mukopurulen (+), mukopurulen(+),mengkilat
mengkilat (-). (-).
Konka media dan Hipertrofi (+), hiperemi (-), Hipertrofi (+), hiperemi (-),
konka inferior kongesti (-). kongesti (-).
Konka media dan
inferior hipertrofi,
mukosa pucat
No. Pemeriksaan Keterangan
1. Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah
muda
2. Mulut Mulut dapat menutup sempurna, mukosa
mulut basah, berwarna merah muda.
3. Bucal Warna merah muda, hiperemi (-)
4. Gigi Gigi lengkap, berlubang (-)
5. Lidah Ulkus (-), pseudomembran (-).
6. Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-),
pseudomembran (-).
7. Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-), arkus palatum
normal
8. Faring Mukosa hiperemi (-), edema (-), ulkus (-
), granul (-), sekret (-), refleks muntah
(+).
9. Tonsil Palatina Hiperemia (-)/(-), detritus (-)/(-), kripte
 Assessment
Otitis Media Supuratif Kronik
Rinitis Alergi
 Planning Diagnosis :
Pemeriksaan audiometri
CT Scan kepala

Planning Terapi :
 Aural toilet dengan H2O2 dan NaCl 0,9%
 Ofloksasin tetes telinga 10 tetes 2 kali sehari
 Metilprednisolon 2 x 8 mg
 Cetirizin 1 x 1 mg
 Observasi gejala, bila tidak membaik direncanakan timpanoplasti
KIE Pasien
 Menjelaskan pada pasien agar menjaga telinganya agar tidak
kemasukan air sewaktu melakukan aktivitas yang berdekatan
dengan air seperti mandi
 Menjelasan pada pasien agar tidak mengorek telinga
 Menjelaskan agar pasien segera berobat bila menderita ISPA
 Menjelaskan pada pasien agar bila keluhan pada telinganya
memburuk agar segera dibawa ke layanan kesehatan
Prognosis
 Quo ad Vitam : dubia ad bonam
 Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam
 Quo ad Functionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN

Berdasarkan keluhan yang dialami pasien maka


diagnosis pasien adalah Otitis Media Supuratif
Kronis tipe benigna, hal ini karena pasien
mengalami keluhan adalah radang kronis telinga
tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada
membran timpani dan riwayat keluarnya cairan
(sekret) dari telinga (otore) selama 2 bulan, hilang
timbul. Sekret berupa cairan mukoid
Pasien mengalami keluhan sejak 3 bulan yang lalu →
sudah kronis.
Pasien mengeluh nyeri di telinga kanan, berdenging
dan disertai keluar cairan kekuningan dengan
konsistensi encer → infeksi pada telinga.
Keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase
pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman
komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak
Pasien juga mempunyai radang tenggorokan dan
sering bersin sejak 4 bulan yang lalu. Tentunya ini
bisa menjadi factor risiko otitis media. Hidung
berair (ingusan) menyebabkan perubahan fungsi
drainase dan juga aerasi tuba eustachius. Rinitis
yang paling sering menyebabkan otitis media
adalah rhinitis alergi
Reaksi alergi yang terjadi di mukosa hidung dapat
memengaruhi tuba eustachius dan membran
timpani melalui beberapa cara:
 melalui lepasnya berbagai mediator dan sitokin
dari sekret hidung yang bermigrasi ke muara tuba
eutachius
 melalui respons hidung primer, seperti edema
mukosa dan hipersekresi hidung. Edema mukosa
ini berlanjut sampai ke muara tuba eustachius di
nasofaring sehingga menyebabkan obstruksi
rongga hidung → menyebabkan tekanan negative
di nasofaring dan telinga tengah.
Pasien juga mengalami penurunan pendengaran pada
telinga kanan. Hal ini karena penyakit OMSK dapat
menyebabkan conductive hearing loss (CHL) serta
gangguan sensory neural hearing loss (SNHL).
Pemeriksaan penunjang berupa audiometric diperlukan
untuk mengecek seberapa parah dan jenis gangguan
pendengaran yang diderita. Pemeriksaan CT Scan juga
diperlukan untuk mengecek komplikasi pada telinga.
Tatalaksana yang diberi adalah Aural toilet dengan H2O2
dan NaCl 0,9%, Ofloksasin tetes telinga 10 tetes 2 kali
sehari, Metilprednisolon 2 x 8 mg, dan Cetirizin 1 x 1 mg.
Aural toilet bertujuan untuk menghilangkan granulasi
mukosa kecil dari telinga tengah dan membuat
lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan
mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media
yang baik bagi perkembangan mikroorganisme.
 Obat Ofloksasin adaah obat antibiotik yang
membasmi baktei aerob baik gram positif atau
negatif. Bakteri terbanyak yang berada pada infeksi
OMSK adalah Psuedomonas aeruginosa yang
notabene baktri aerob. Pemberian prednisone
berguna untuk mengurangi peradangan. Cetirizin
adalah obat anti histamine generasi ke-2 yang
berguna untuk mengatasi keluhan-keluhan pada
rinitisnya.
KESIMPULAN

OMSK adalah penyakit radang telinga tengah yang sudah


terjadi selam lebih dari 2 bulan. Terjadi OMSK hampir
selalu dimulai dengan otitis media akut yang berulang
pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Penyebab
penyakit ini adalah faktor infeksi yang biasanya berasal
dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis),
mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius.
 OMSK dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe tubotimpani
dan tipe atikoantral. Pengobatan OMSK dapat baik
berupa medikamentosa maupun operasi. Tapi
pengobatan melalui operasi biasanya dilakukan pada
penyakit OMSK tipe atikoantral ataupun bila pengobatan
medikamentosa tidak berhasil. Penyakit ini memiliki
prognosa yang baik apabila didiagnosa dan diterapi
secata cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

 DAFTAR PUSTAKA
 Adams LG, Boies RL, Higler AP, BOIES Fundamentals of
Otalaryngology. 6th Ed. Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta:EGC,
1997
 Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi kelima.
Jakarta: FKUI, 2007.
 Putra AABRDA, Saputra KAD. Karakteristik Pasien Otitis
Media Supuratif Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Periode Januari – Juni 2013. E-Jurnal
Medika. 2016;5(12)
 Pasyah MF, Wijana. Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak.
Global Medical and Health Communication. 2016;4(1): 1-6
 Morris P. Chronic suppurative otitis media. 2012
 Peleahu OCP. Mekanisme Imun Terbentuk Kolesteatom.
Jurnal Biomedik. 2012;4(2):96-103
 World Health Organization. Chronic suppurative otitis media:
Burden of Illness and Management Options. Geneva. 2004
 Mittal R, et al. Current concepts in the pathogenesis and
treatment of chronic suppurative otitis media. Journal of
Medical Microbiology. 2015;64(10):1103-1106
 Diana F, Haryuna HS. Hubungan Rinitis Alergi dengan
Kejadian Otitis Media Supuratif Kronik. Majalah Kedokteran
Bandung. 2017;49(2):79-85
 Farida Y, Sapto H, Oktaria D. Tatalaksana Terkini Otitis
Media Supuratif Kronis (OMSK). Jurnal Medula Unila.
2016;6(1): 180-184

You might also like