You are on page 1of 36

www.themegallery.

com
LOGO
ARSITEKTUR
DAN
PERILAKU

Click to edit Master


title
Click to edit style
Master subtitle
Materi 1
style
FUAD ZUBAIDI
Kedudukan Perilaku & Budaya
Sebagai Aspek Kajian Arsitektural
Koentjaraningrat, 2011:74
Ideals Norms
Sistem Sistem Budaya Images Standard
Budaya Sosial Fisik Schemata Rules
Meanings Expectations
Etc Etc
World
Culture Values
Views

Activity
Oversable Social Expression
More Concrete & Eventually

Lifestyle
Excessive Abstractness

System

Built Environment As:


1. The Organization of Space, Time,
Meaning & Communication
2. System of Setting
Kinship
3. Cultural Landscape
Family Structure
4. Made up Of Fixed, Semi Fixed and
Roles
Non Fixed Features
Social Networks
Identity
Institutions Rapoport, 2005:98
“We have little understanding of the changes in patterns of
territorial behavior of groups over time, although we do have some
anecdotal information” Lang, 1987

“We have little understanding of how taste cultures have been


structured and how they have changed over time” Lang, 1987

Hubungan (EBS) dan budaya sangat penting untuk dikaji dan


dapat dibagi dalam dua pandangan; pertama, dalam
mengidentifikasi budaya dengan beberapa penjelasan yang
bervariasi, model, yang akhirnya mempunyai peran secara
keseluruhan dalam teori arsitektur. Rapoport, 2005
The Behavioral Sciences
and Environmental Design Theory

The Behavioral Architectural Theory Practice


Sciences

Positive Normative
Theories and
Models of Professed
Environment, Substantive Substantive
people, and Their Building Building
Interaction Design Performance
Professed
Procedural Procedural
Decision Theory Praxis Context

Research Methods
Lang, 1987
Pengaruh pada Lingkungan
Aspek norma, budaya, masyarakat yang berbeda
akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang
berbeda (Rapoport, 1969) :

Faktor
Yang Kognisi
berpengaruh Religi Organismic Lingkungan

Rapopport (1977), Haryadi (1995)


Kultur

Perilaku Lingkungan
Hubungan Timbal Balik
Giford (1987)
Pengaruh pada Lingkungan

Aspek norma, budaya, masyarakat yang berbeda


akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang
berbeda (Rapoport, 1969) : Organismic

Kognisi
Lingkungan
Haryadi (1995)
Religi Cultural

Faktor
Yg berpengaruh
Environmental
Rapopport (1977), Cultural

Perilaku Hubungan Timbal Balik


Perilaku, Lingkungan & Budaya

Teori Perilaku Teori Lingkungan


Robert Sommer, 1969 Doxiadis, 1967

Lyman & Scott, 1967 Rapoport, 1969

Sommer & Becker, 1969 Muriah, 1992

Altman & Hayton, 1970 Sinulingga, 1999

Pastalan, 1970 Jayadinata, 1999

1 2 Rapoport, 1977
Ardrey 1970
Teori Haryadi, 1995
Altman, 1975

Edney, 1976

Brower, 1976

Porteus, 1977

Hussein, 1979

Gifford, 1987 3
Jon Lang, 1987 Teori Budaya
Haryadi, 1995 Koentjaraningrat 1992 Gala, 2007 Johnson,1988 Weber,1949
Perilaku & Ruang
Proses dan pola perilaku manusia di kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
Proses Individual dan Proses Sosial

Proses Individual
Dalam hal ini proses psikologis manusia tidak terlepas dari proses tersebut.
Pada proses individu meliputi beberapa hal :
1. Persepsi Lingkungan,
2. Kognisi Spasial,
3. Perilaku Spasial,
Proses Sosial
Pada proses sosial, perilaku interpersonal manusia meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Ruang Personal ( Personal Space ) berupa domain kecil sejauh jangkauan
manusia.
2. Teritorialitas yaitu kecenderungan untuk menguasai daerah yang lebih luas bagi
seseorang.
3. Kesesakan dan Kepadatan yaitu keadaan apabila ruang fisik yang tersedia
terbatas.
4. Privasi sebagai usaha optimal pemenuhan kebutuhan sosial manusia. Dalam
proses sosial, perilaku interpersonal yang sangat berpengaruh pada perubahan
ruang publik adalah teritorialitas..

Edward Hall ( dalam Laurens, 2004 ) mengidentifikasi tiga tipe dasar dalam
pola ruang :
1. Ruang Berbatas Tetap (Fixed-Feature Space),
2. Ruang Berbatas SemiTetap ( SemiFixed- Feature Space)
3. Ruang Informal,
Hubungan Perilaku, Ruang, dan Budaya
Hubungan Lingkungan, Perilaku, dan Budaya

Sumber :
Altman and Chemers 1984

Sumber : Sumber :
Rapoport Koentjaraningrat (2011)
(1977)

Teritori Primer -Teritori Sekunder -Teritori Publik


Budaya" adalah konstruksi teoritis. Berupa definisi dan ringkasan konseptual serta
penjelasan yang diajukan untuk menghubungkan hal tertentu pada berbagai macam
fenomena manusia (Rapoport, 2005)
PENGAMATAN PERILAKU
Jhon Zeisel (1981), Penelitian perilaku dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan pengamatan perilaku (Observing Behaviour), dan pengamatan jejak fisik
(Observing Physical Trash). Disamping kedua hal tersebut ditembahkan dengan
metode wawancara.
a. Pengamatan Perilaku ( Observing Behaviour)
Pengamatan Perilaku dilakukan dengan cara pemetaan perilaku berdasarkan
Place Centered Mapping :
Ada Beberapa Langkah dalam pemetaan berdasarkan tempat :
1. Membuat sketsa dari tempat setting, meliputi seluruh elemen yang diperkirakan
mempengaruhi perilaku pengguna ruang.
2. Membuat List Perilaku yang diamati
3. Memberi simbol atau tanda pada setiap perilaku
4. Mencatat berbagai perilaku yang terjadi pada tempat tersebut, dengan
menggambarkan simbol-simbol pada peta dasar.
( Haryadi & B.Setiawan.1996)
Pengamatan perilaku tertuju untuk mengamati enam komponen:
a. Pelaku,
b. Kegiatan
c. Orang lain yang terlibat.
d. Hubungan-Hubungan
e. Konteks
f. Tempat kegiatan
Behaviour Mapping
Metoda yang sering digunakan dalam kegiatan studi perilaku dan desain ruang
publik adalah Behavioral mapping
Place Centered Mapping
(pemetaan berdasar tempat)
- Membuat sketsa dari tempat setting
- Membuat List Perilaku yang diamati
- Memberi simbol atau tanda pada setiap perilaku
- Mencatat berbagai perilaku yang terjadi
- Menggambarkan simbol-simbol pada peta dasar.

Person Centerred Mapping


( penekanan pada pergerakan manusia pada suatu perioda tertentu).
- Memilih Sampel Person atau kelompok yang diamati
- Mengikuti pergerakan dan aktifitas yang dilakukan seseorang atau
kelompok.
- Membuat sketsa dan catatan pada peta dasar.

Behavioral mapping mempunyai kekuatan utama dalam aspek spasialnya.


Dengan teknik ini akan didapatkan sekaligus suatu bentuk informasi mengenai
fenomena ( terutama perilaku individu dan sekelompok manusia) yang terkait
dengan sistem spasialnya.
Pemetaan Perilaku
Dilakukan dengan overlay dari beberapa
Membuat Pola peta dasar yang dibuat sampai menemukan
perilaku bagaimana pola teritori yang ada. Hal
tersebut akan mengarahkan pada

E
perumusan tipe teritori yang terjadi.

Sketsa Peta
Mencatat berbagai
Dasar
Meliputi seluruh
Perilaku
elemen permukiman
yang terkait dengan A D
perilaku yang terjadi pada
tempat tersebut, dengan
interaksi komunitas menggambarkan simbol-
sosial masyarakat Pemetaan simbol pada peta dasar.
seperti; fasilitas sosial,
fasilitas umum dan Perilaku
ruang-ruang komunitas
yang ada di lokus
penelitian.

Memberi Simbol
Membuat List B C & Tanda
Perilaku Ditandai pada peta dasar yang telah dibuat
Pelaku, kegiatan, yang dan dibagi atas beberapa tema sesuai
terlibat, hubungan, kegiatan dan konteks yang berlangsung.
konteks, dan tempat Simbol-simbol yang ditandai terkait pelaku
kegiatan, tempat kegiatan, yang terlibat,
dan hubungan yang terjadi.
List Perilaku

Secara umum pada lokus atau tempat kegiatan terbagi


tiga yaitu tempat kegiatan

Tempat Suasana yang bagaimana; seperti


suasana musyawarah adat, upacara
adat, upacara keagamaan, pesta
rakyat, dan kegiatan-kegiatan
masayarakat lainnya dalam komunitas
Pelaku pada komunitas dan Pelaku interaksi sosial
interaksi sosial,;
Konteks

Hubungan
hubungan yang spesifik antara
pelaku dengan orang lain yang
Kegiatan terlibat pada kegiatan yang
berlangsung.
Berupa kegiatan sacred atau yang lebih
bersifat khusus dan kegiatan yang Yang Terlibat
sifatnya lebih umum (profane) siapa saja yang terlibat, karena gambaran tentang
suatu kegiatan ditentukan juga oleh bagaimana
kegiatan itu melibatkan orang lain.
www.themegallery.com
LOGO
ARSITEKTUR
DAN
PERILAKU

Click to edit Master


title
Click to edit style
Master subtitle
Materi 2 ( Teritorialitas)
style
FUAD ZUBAIDI
Teritori & Teritorialitas
Robert Sommer, 1969
Territory is visible, stationary, tends to be home centered, regulating who will
interact. Dari pernyataan tersebut teritori bersifat nyata dengan adanya
batas terhadap ruang. Batasnya bisa berupa dinding, komposisi kursi, meja
ataupun simbolik dengan peletakan benda pribadi.
Lyman & Scott, 1967
Territorialy involves the attempt to control space. Encroachment can take
the form of violation, invasion, or contamination and defensive reaction can
involve turf defense, insulation or linguistic collution. Lyman dan Scott
bahkan lebih jauh menerangkan kemungkinan jenis pelanggaran terhadap
teritorial (yang menimbulkan rasa terganggu) juga diungkapkan reaksi yang
mungkin timbul atas adanya gangguan tersebut.
Sommer & Becker, 1969

(Sommer and Becker,1969), Territorial are defended from encroachment.


Altman & Hayton, 1970

Territoriality involves in mutually exclusive use of areas and object by


person or group. Altman dan Haytorn menunjukkan bahwa dalam territori
terjadi hubungan yang mutual antara dalam penggunaan area/tempat dan
benda sekitarnya oleh person ataupun kelompok
Pastalan, 1970
Territory involves psychological identification with a place, symbolized by
attitudes of possessivenes and arrangements of objects in the area. Teritori
melibatkan identifikasi psikologis dengan tempat, dilambangkan dengan
sikap possessivenes dan pengaturan objek
Ardrey 1970
dalam buku ’The Territorial Imperative’ , yang menyatakan bahwa nafsu
mempertahankan wilayah terdapat pada hewan maupun manusia.
Dimana dalam perilaku kemasyarakatan mereka didapatkan suatu
spacing mechanism yakni tata kerja yang selalu memperhitungkan makna
ruang seperti lokasi dan posisi atau situasi
Altman, 1975
Teritori merupakan suatu pembentukan wilayah untuk mencapai privasi
yang optimal yang diupayakan dengan menyusun kembali setting fisik atau
pindah ke wilayah lain,
Edney, 1976
Teritori merupakan suatu pembentukan wilayah untuk mencapai privasi
yang tergantung pola perilaku dalam konteks budaya, dalam kepribadiannya
serta aspirasi individu tersebut
Brower, 1976
Teritorialitas merupakan hubungan individu atau kelompok dengan seting
fisiknya, yang digambarkan dengan rasa memiliki dan upaya kontrol
terhadap penggunaan ruang.
Porteus, 1977

Teritorialitas adalah sebagai batas dimana organisme hidup menentukan


teritori dan mempertahankannya
Hussein, 1979
Empat tipe teritorialitas yang berguna dalam perancangan lingkungan yaitu
attached, central, supporting and peripheral.
Gifford, 1987
Teritori adalah suatu ruang yang dapat didefinisikan dan dikontrol oleh
individu/kelompok melalui penggunaan ruang fisik, kepemilikan,
pertahanan, penggunaan secara eksklusif, tanda-tanda atau identitas dan
berorientasi pada akses spasia
Jon Lang, 1987
Teritorialitas memiliki empat karakter; kepemilikan atau hak dari suatu
tempat, Personalisasi / penandaan, Hak untuk mempertahankan diri dari
gangguan luar , dan Pengatur dari beberapa fungsi.
Haryadi, 1995
Teritori, diartikan sebagai batas dimana organisme hidup menentukan
tuntutannya, menandai, serta mempertahankannya, terutama dari
kemungkinan intervensi pihak lain
Teritorialitas
Altman ,1975 :
Teritori merupakan suatu pembentukan wilayah untuk mencapai privasi
yang optimal yang diupayakan dengan menyusun kembali setting fisik
atau pindah kewilayah lain.

Definisi diatas menyatakan karakter dasar dari suatu teritori yaitu tentang :
1. Kepemilikan dan tatanan tempat.
2. Personalisasi atau penandaan wilayah.
3. Taturan atau tatanan untuk mempertahankan terhadap gangguan
4. Kemampuan berfungsi yang meliputi jangkauan kebutuhan fisik dasar
sampai kepuasan kognitif dan kebutuhan aesthetic
Irwin Altman (1975) , membagi teritori menjadi tiga kategori dikaitkan dengan
keterlibatan personal, involvement, kedekatan dengan kehidupan sehari hari
individu atau kelompok dan frekuensi penggunaan, Yaitu Teritori Primer, Sekunder
dan Publik
Dalam terminologi perilaku , hal diatas berkaitan dengan apa yang disebut
sebagai privacy manusia. Tipe dan derajat privasi tergantung pola perilaku dalam
konteks budaya, dalam kepribadiannya serta aspirasi individu tersebut.

Konsep privasi dan teritorial


memang terkait erat. Namun
definisi privasi lebih ditekankan
pada kemampuan individu atau
kelompok untuk mengkontrol
daya visual, auditory, dan
olfactory dalam berinteraksi
dengan sesamanya.

Tiap individu mempunyai perbedaan perilaku


keruangannya. Perbedaan ini merefleksikan perbedaan
pengalaman yang dialami dalam pengelolaan perilaku
keruangan sehubungan dengan fungsinya sebagai daya proteksi
dan daya komunikasi. Yang menyebabkan perbedaan
tanggapan ini antara lain jenis kelamin, daya juang, budaya,
ego state, status sosial, lingkungan, dan derajat kekerabatan
(affinity) sebagai sub system perilaku
Pelanggaran Terhadap Teritori
Bentuk pelanggaran teritori dapat diindikasikan adalah sebagai :
1. Bentuk invasi ruang. Secara fisik seseorang memasuki teritori orang lain biasanya dengan
maksud mengambil kendali atas teritori tersebut.
2. Bentuk kedua adalah kekerasan sebagai sebuah bentuk pelanggaran yang bersifat temporer
atas teritori orang lain, biasanya hal ini bukan untuk menguasai teritori orang lain melainkan
suatu bentuk gangguan, seperti gangguan terhadap fasilitas publik.
3. Bentuk ketiga adalah kontaminasi, yaitu seseorang mengganggu teritori orang lain dengan
meninggalkan sesuatu yang tidak menyenangkan seperti sampah, coretan atau merusaknya

Tabel 1 . Perilaku teritorial yang diasosiasikan


Pertahanan yang dapat dilakukan Jenis Kognisi Personalisasi/Pertahanan

untuk mencegah pelanggaran teritori Teritori kepemilikan


Tinggi;, dipahami sebagai Dipersonalisasi secara ekstensif,
antara lain; milik permanen baik oleh penghuni memiliki kontrol lengkap
1) Pencegahan seperti memberi Primer penghuni maupun orang dan pelanggaran dianggap masalah

lapisan pelindung, memberi lain serius

rambu-rambu atau pagar batas Sedang;, tak dimiliki,


orang lain hanya melihat
Dipersonalisasi selama periode
legal. Adanya aturan yang
sebagai antisipasi terhadap sebagai salah satu menyatakan penghuni berhak

bentuk pelanggaran. Sekunder pengguna yang kredibel mendudukinya

2) Reaksi sebagai respon terhadap Rendah;, kontrol sangat


sulit dilakukan, penghuni
terjadinya pelanggaran, seperti hanya dilihat sebagai salah
Dipersonalisasi secara temporer

menindak si pelanggar. Publik satu dari banyak


dengan sedikit pertahanan

pengguna.
( sumber; Altman dalam Deddy halim, 2005 )
Pengaruh pada teritorialitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi keanekaan teritori adalah karakteristik personal
seseorang, perbedaan situasional dan faktor budaya.
a). Faktor Personal
b). Faktor Situasi
c). Faktor budaya
Teritorialitas dan Agresi
Salah satu aspek yang paling menarik dari teritorialitas adalah hubungan antara teritori dan
agresi. Walaupun tidak selalu disadari, teritori berfungsi sebagai pemicu agresi dan sekaligus
sebagai stabilisator untuk mencegah terjadinya agresi

Altman (1975), mengatakan bahwa


atribusi yang kita pergunakan untuk
menilai suatu tindakan akan menentukan
respon terhadap invasi teritori tersebut Personalisasi dan
hingga kita hanya akan merasakan suatu Penandaan
tindakan agresi pada saat kita merasakan Agresi
tidak orang lain yang kita anggap
mengancam. Kemudian secara umum kita Dominasi dan
memakai respon verbal, kemudian Kontrol
memakai cara-cara fisik seperti memasang
papan atau tanda peringatan.
Environmental Determinism
( Lingkungan menentukan perilaku)
Environmental Posibilism
Rapoport,
( Lingkungan Memberi Kesempatan atau
1986 Hambatan)
Perilaku
Manusia dan Environmental Probabilism
( Lingkungan memberi pilihan berbeda )
Lingkungan
Pendekatan perilaku menekankan keterkaitan
ekletik antara ruang dan manusia, dgn
melihat aspek norma, kultur
danmasyarakat ygberbeda

Rapoport,
1969 System of Setting
( Rangkaian unsur Spasial yg mempunyai
Setting Perilaku hubungan / terkait pada kegiatan Tertentu )
System of Activity
( Suatu Rangkaian perilaku yg sengaja dilakukan )
Kualitas Hubungan Perilaku dapat dilihat dari
elemen- elemen atribut lingkungan :
1. Kenyamanan: keadaan Lingkungan yg
memberi rasa sesuai inderawi
2. Aktifitas: perasaan adanya intensitas
3. Kesesakaan: perasaan kepadatan
Perilaku
Weisman, 4. Sosialitas: kemampuan hubungan sosial
Manusia dan
1981 5. Privasi
Lingkungan
6. Kontrol: kondisi kemudahan mewujudkan
personalitas
7. Aksesibilitas : kemudahan bergerak
8. Makna: kemampuan lingkungan
menyajikan makna individual atau
kebudayaan
1. Perilaku adalah kasat mata, secara
langsung tidak dapat diamati
2. Perilaku mengenal beberapa tingkatan,
Karakter Sederhana / Stereotip, Kompleks
Watson, 1958
Perilaku 3. Perilaku Bervariasi, Kognisi, Afeksi dan
Psikomotorik
4. Perilaku bisa disadari atau tidak
www.themegallery.com
LOGO
ARSITEKTUR
DAN
PERILAKU

Click to edit Master


title
Click to edit style
Master subtitle
Materi 3
style
FUAD ZUBAIDI
Desain Ruang Publik Berdasarkan Perilaku
Edward Hall ( dalam Laurens, 2004 ) Mengidentifikasi tiga tipe dasar dalam pola ruang :
1. Ruang Berbatas Tetap (Fixed-Feature Space)
2. Ruang Berbatas SemiTetap ( SemiFixed- Feature Space)
3. Ruang Informal
Dalam pendekatan desain ruang publik, ada dua sistem pendekatan yang dapat
dilakukan yaitu :

1. Pendekatan Cybernetics
2. Pendekatan Perilaku Positif dan Normatif

Sistem pendekatan desain lingkungan cybernetic menekankan perlunya


mempertimbangkan kualitas lingkungan yang dipahami oleh pengguna
dan pengaruhnya bagi pengguna lingkungan tersebut.
Pendekatan Cybernetics

Terdapat Beberapa Tahap Dalam desain Cybernetics:


1. Keinginan Pengguna, didapatkan berdasarkan pemetaan perilaku seperti
tingkat efisiensi, kenyamanan, kesehatan, keamanan dan kepuasan
2. Elemen, elemen yang termasuk dalam kerangka penghunian behavior
setting
3. Penghuni, didasari siklus kehidupan misalnya anak, remaja, penyandang
cacat fisik dan mental
4. Kebutuhan Lain, kebutuhan seperti budaya, adat ataupun religius

Tujuan pengelompokan ini dimaksudkan untuk mengetahui sedetail mungkin


kebutuhan lingkungan yang harus dipenuhi, yaitu dengan mengetahui bagaimana
pribadi yang beraksi berbeda-beda terhadap lingkungan, bagaimana kombinasi antar
individu dan settingnya bila berada diruang publik.
Pendekatan Teori Perilaku
Dalam mendesain ruang publik, salah satu fungsi teori ini pada aplikasi desain
adalah untuk meningkatkan kesadaran mengenai perilaku mana dalam
lingkungan yang penting bagi manusia sehingga dalam keputusan desain ruang
publik hal tersebut tidak luput dari pertimbangan.

Teori ini mempertimbangkan adanya pengalaman yang beragam


dari karakter manusia yang mengakibatkan keanekaragaman
tuntutan kebutuhan pada ruang publik.
Proses Desain Ruang Publik
Model perancangan linear dianggap sudah tidak memadai untuk desain ruang publik,
diperlukan siklus desain dengan adanya umpan balik dan umpan maju sebagai
tahapan.

Pengambilan keputusan dalam perancangan / desain merupakan bagian


terpenting terlebih lagi apabila sesuatu yang dirancang mencakup berbagai
pola kebutuhan dan perilaku pengguna pada ruang.
Tahap Aplikasi Desain
Dalam proses desain arsitektur, ada beberapa tahap dalam aplikasi desain
Ruang Publik.

1. Tahap Intelegensi, Persepsi Lingkungan akan kebutuhan ruang,


keanekaragaman kebutuhan, perilaku maupun kepentingan yg didapatkan
berdasarkan pemetaan perilaku
2. Tahap Desain, Sintesis kompleks dan aktif berdasarkan pendekatan
kebiasaan, melihat serangkaian affordances dan struktur masalah yg baik.
3. Tahap Pilihan, Evaluasi Solusi dan keputusan alternatif desain
4. Tahap Implementasi, mengenal perilaku dan komunikasi yang terkait
dalam proses desain, siapa dan bagaimana menggunakan.
5. Tahap Evaluasi, tahap evaluasi terhadap desain berupa POE
Teori Metode Aplikasi
- Ruang Tangap Cybernetics:
- Ruang Demokratis Keinginan Pengguna,
- Ruang Bermakna efisiensi, kenyamanan,
- Meningkatkan Keragaman
Place Centered Mapping kesehatan, keamanan dan
- Membentuk Lingkungan Membuat sketsa tempat setting kepuasan
- Memecahakan Masalah Membuat List Perilaku Elemen,
Aksesibilitas Memberi simbol atau tanda kerangka penghunian
Fungsi - Memperkaya Kualitas
Setting Lingkungan
Mencatat berbagai perilaku behavior setting
Penghuni,
-Meningkatkan Kualitas Menggambarkan simbol.
didasari siklus kehidupan
Hidup Sosial
Kebutuhan Lain,
-- Tempat Bermain
budaya, adat ataupun religius
-Olahraga
-Interaksi Sosial
Person Centered Mapping
-Pelembut Arsitektur
Memilih Sampel Teori Pendekatan :
Mengikuti pergerakan dan meningkatkan kesadaran
aktifitas mengenai perilaku mana
Ruang Umum Terbuka : dalam lingkungan yang
Membuat sketsa dan catatan
Morfolo Tergantung Pola Ruang
yang Melingkupi, Bentuk
pada
penting bagi manusia
sehingga dalam keputusan
gi dan susunan massa desain ruang publik hal
dibedakan menjadi : tersebut tidak luput dari
1.Square pertimbangan.
2.Street
Teori Metode Aplikasi
Environmental Determinism Cybernetics:
Environmental Posibilism Keinginan Pengguna,
Environmental Probabilism
Place Centered Mapping efisiensi, kenyamanan,
Membuat sketsa tempat kesehatan, keamanan dan
setting kepuasan
Kenyamanan
Perilaku Aktifitas
Membuat List Perilaku Elemen,
Manusia Memberi simbol atau tanda kerangka penghunian
Kesesakaan behavior setting
Mencatat berbagai perilaku
dan Sosialitas Penghuni,
Menggambarkan simbol.
Lingkungan Privasi didasari siklus kehidupan
Kontrol Kebutuhan Lain,
budaya, adat ataupun religius
Aksesibilitas
Makna Person Centered
Mapping Teori Pendekatan :
Memilih Sampel meningkatkan kesadaran
mengenai perilaku mana
System of Setting Mengikuti pergerakan dan
aktifitas dalam lingkungan yang
( Rangkaian unsur Spasial yg penting bagi manusia
Setting mempunyai hubungan / terkait Membuat sketsa dan catatan
sehingga dalam keputusan
Perilaku pada kegiatan Tertentu ) pada
desain ruang publik hal
tersebut tidak luput dari
pertimbangan.
System of Activity
( Suatu Rangkaian perilaku yg
sengaja dilakukan )
Altman, I. 1975, The Environment and Social Behavior. Monterey, CA: Wadsworth.

Brower, S.N., 1976, Territory in Urban Settings. Dalam Altman, (1980), Human
Behavior and Enviroment. Plenary Press, NY and London.

Fisher, A. Bell, P.A, & Baum. A. 2001. Environmental Psychology, Harcourt College
Publisher , USA

Gifford, R. 1987, Environmental Psychologi : Principle and Practice, Boston : Allyn and
Bacon. Inc

Halim, Deddy, 2005, Psikologi Arsitektur pengantar kajian lintas disiplin, Grasindo,
Jakarta

Haryadi,Setiawan.B , 1995, Arsitektur Lingkungan dan Perilaku, Proyek Pengembangan


Pusat studi Dirjen Dekbud. Yogyakarta.

Helmi, A.F 1999, Beberapa Teori Psikologi Lingkungan, Buletin Psikologi Tahun VII 2
Desember 1999

Lang. Jhon, Burnette. Charles, Molesky. Walter, Vachon. David, 1974, Designing for
Human Bahaviour : Architecture and the Behavioral Sciences, Dowden, Hutchinson and
Ross, Inc, Pennsylvania.

You might also like