You are on page 1of 19

SHALAT ISYRAQ

MENURUT
TUNTUNAN NABI SAW

OLEH :
H. AHMAD SULAIMAN
PDM. KAB. PEKALONGAN
‫‪Salah 1 prinsip Ibadah adalah‬‬
‫‪Ibadah harus sesuai Tuntunan‬‬
‫‪Allah SWT berfirman:‬‬
‫ه‬
‫صاَللحاَ ًامولم ًا‬ ‫ه‬ ‫ه‬
‫فممملن ًامكاَمن ًايميلرججلو ًالمقاَءم ًامربه ًافميلليْميلعمملل ًامعمملل ًا م‬
‫داً)‪(QS. 18: 110‬‬ ‫ ًا‬ ‫ه‬
‫يجلشهرلك ًاب م م م م ل‬
‫ح‬ ‫م‬‫أ‬ ‫ه‬ ‫ب‬‫ر‬ ‫ ًا‬‫ة‬‫ه‬ ‫د‬ ‫باَ‬ ‫ه‬
‫ع‬ ‫ه‬
‫‪Dalam hal shalat, Nabi saw bersabda:‬‬
‫صلبيِّ ًا)رواًه ًااًلبخاَرى( ًا‬ ‫ج‬
‫أ‬ ‫ ًا‬‫يِّ‬‫ص لواً ًامكماَ ًارمأيليتجمونه‬
‫م‬ ‫م م م ج‬
‫‪Kaidah dasar Ibadah:‬‬
‫ت ًااً لبجطللمجن ًامحتىَ ًايميجقومم ًامدلهليْلل ًامعلمىَ ًااًللملمره‬
‫صل ًاهفىَ ًااً لهعباَمداً ه‬
‫م‬ ‫ج‬ ‫ل‬ ‫م‬
‫ل‬ ‫اً‬
‫ل‬
Penyebutan shalat ini dengan shalat isyraq berdasarkan
penamaan sahabat Ibnu ‘Abbas. Dari ‘Abdullah bin Al Harits,
ia berkata,

‫ أخبري‬: ‫أن ابن عباس كان ل يصلي الضحى حتى أدخلناه على أم هانئ فقلت لها‬
‫ » دخل رسول ا صلى ا عليه‬: ‫ فقالت أم هانئ‬، ‫ابن عباس بما أخبرتينا به‬
: ‫ وهو يقول‬، ‫وسلم في بيتي فصلى صلةا الضحى ثمان ركعات « فخرج ابن عباس‬
‫» لقد قرأت ما بين اللوحين فما عرفت صلةا الشإراق إل الساعة « ) يسبحن‬
« ‫ » هذه صلةا الشإراق‬: ‫ ثم قال ابن عباس‬، (‫بالعششي والشإراق‬
Ibnu ‘Abbas pernah tidak shalat Dhuha sampai-sampai kami
menanyakan beliau pada Ummi Hani, aku mengatakan pada Ummi
Hani, “Kabarilah mengenai Ibnu ‘Abbas.” Kemudian Ummu Hani
mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat
Dhuha di rumahku sebanyak 8 raka’at.” Kemudian Ibnu ‘Abbas keluar,
lalu ia mengatakan, “Aku telah membaca antara dua sisi mushaf, aku
tidaklah mengenal shalat isyroq kecuali sesaat.” (Allah berfirman yang
artinya), “Mereka pun bertasbih di petang dan waktu isyroq (waktu
pagi).”1 Ibnu ‘Abbas menyebut shalat ini dengan SHALAT ISYROQ.2
Shalat Isyraq adalah shalat sunnah dua
raka’at yang dikerjakan setelah matahari
terbit sekitar satu tombak, atau kira-kira lima
belas menit setelah matahari terbit. 
Shalat ini memiliki nilai keistimewaan
tersendiri jika pra syaratnya dipenuhi yaitu
shalat shubuh berjama’ah yang diteruskan
dengan berdzikir hingga menjelang
waktu syuruq (matahari terbit).

‫ياخناِ َوسخخلروناِ َاللجوباِول َوموعيه َييوسيبلحون َباِللوعشَشيي َو َو‬


‫ي ي ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ل ل‬
‫و‬
‫ايلشرايق‬
Dasar Hukumnya, bagaimana?
‫ر ر ر ر رل ل ل‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ‫ر ب رر‬
-‫صلى ا عليه وسلم‬- ‫ قال رسول اللهه‬, ‫س بهن ماهلكك قال‬ ‫ه‬ ‫عن أن‬
‫صللى ابلرغردارةا فى رجرمارعة لثلم رقرعرد ريبذلكلر الللره رحلتى رتبطللعر‬‫» رمبن ر‬
‫ر‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫ه‬
‫ر‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ب‬
‫ رو قالر‬.« ‫صللى رركرعرتبين كارنبت لله كأبجر رحلجكة رولعبمرركةا‬ ‫س لثلم ر‬ ‫اللشبم ل‬
‫ر ل ر ل ر‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫رل ل ل‬
‫ل‬
.« ‫ » تامكة تامكة تامكة‬-‫صلى ا عليه وسلم‬- ‫رسول اللهه‬
Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang shalat subuh
berjamaah, kemudian duduk berdzikir sampai terbit matahari,
kemudian shalat dua rakaat maka dia mendapatkan pahala
sebagaimana pahala haji dan umrah.” Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam menambahkan: “Sempurna..sempurna..sempurna…”
(HR. At Turmudzi no.589 dan dihasankan oleh Syaikh Al
Albani)
Syaikh Mukhtar As Sinqithi memberikan
penjelasan hadits ini, bahwa keutamaan shalat ini
hanya dapat diraih jika terpenuhi beberapa
persyaratan sebagai berikut :
1) Shalat subuh secara berjamaah
2) Duduk berdzikir kepada Allah
3) Duduk di tempat shalatnya sampai terbit
matahari.
4) shalat dua rakaat.
Shalat ini dikenal dengan shalat isyraq.
Apakah harus duduk ditempat shalatnya?

Penjelasan Syaikh As Sinqithi di atas


menunjukkan dengan tegas bahwa
beliau mempersyaratkan harus duduk di
tempat shalatnya dan tidak boleh geser
atau berdiri sedikit pun. Beliau berdalil
dengan tambahan riwayat: “…duduk di
tempat shalatnya..”

Namun sebenarnya ulama berselisih


pendapat dalam memahami lafadz: “…
duduk di tempat shalatnya…”

7
Para ulama berselisih pendapat dalam
memahami lafadz: “…duduk di tempat
shalatnya…”

Al Hafidz Ibn Rajab Al Hambali mengatakan, “Ada


perbedaan dalam memahami lafadz ‘..tempat
shalatnya..’. Apakah maksudnya itu tempat
yang digunakan untuk shalat ataukah masjid
yang digunakan untuk shalat?” kemudian Ibn
Rajab membawakan hadits riwayat Muslim
yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak bangkit dari tempat
shalat shubuh sampai terbit matahari.
Bagaimana jika jamaah shalat subuhnya di
rumah atau di selain masjid?

Syaikh Ibn Bazz menjawab: “Amal ini memiliki banyak


keutamaan dan pahala yang besar. Namun teks hadits
yang ada, menunjukkan orang yang tinggal di rumah tidak
mendapatkan pahala sebagaimana orang yang duduk di
tempat shalatnya di masjid.
Akan tetapi jika orang itu shalat subuh di rumah karena
sakit atau karena takut, kemudian duduk di tempat
shalatnya sambil berdzikir dan membaca Alquran sampai
matahari meninggi kemudian shalat dua rakaat, maka
orang ini mendapatkan pahala sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits. Karena orang ini memiliki udzur
untuk shalat di rumahnya.
(Majmu’ Fatawa wa Maqalat Syaikh Ibn Bazz, 11:218)
Keutamaan Shalat Isyraq

Mendapatkan Pahala Seperti Menunaikan


Ibadah Haji atau Umrah
“Barangsiapa mengerjakan shalat Shubuh di
masjid dengan berjama’ah, lalu dia tetap diam di
sana sampai dia mengerjakan shalat Dhuha,
maka baginya seperti pahala orang yang
menunaikan ibadah haji atau umrah, (yang
sempurna haji dan umrahnya)”[Diriwayatkan oleh
Ath-Thabrani]
.
Diharamkan Dari Api Neraka

Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa yang


shalat subuh kemudian ia duduk di majelisnya
berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit,
kemudian ia shalat dua rakaat, maka Allah akan
haramkan dirinya dijilat atau dimakan api neraka.’
[HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman Fashl Al-Masyi
Ilal Masjid, Bab Man Shalla Al-Fajr summa Qa’ada fi
Majlisihi Yadzkurullah Hatta Tatlu’as Syams, hadits
no 2826.]
Malaikat Akan Bershalawat.

“Para Malaikat akan selalu bershalawat


kepada salah seorang di antara kalian
selama ia berada di masjid dimana ia
melakukan shalat, hal ini selama ia
wudhu’nya belum batal, (para Malaikat)
berkata: ‘Ya Allah, ampunilah ia, ya Allah,
sayangilah ia”. [Riwayat Imam Ahmad dari
Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]
Menutupi Kekurangan Shalat Wajib

“Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada


manusia di hari nanti adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla
berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih
tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya
sempurna ataukah tidak? Jika shalatnya sempurna, maka
akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika
dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah
berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan
sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah
berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada pada
amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian
amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.” [HR. Abu
Daud no. 864, Ibnu Majah no. 1426 dan Ahmad 2: 425.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih]
Derajatnya ditinggikan oleh Allah Swt.

“Hendaklah engkau memperbanyak sujud


(perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah
engkau memperbanyak sujud karena Allah
melainkan Allah akan meninggikan derajatmu
dan menghapuskan dosamu’.” Lalu Ma’dan
berkata, “Aku pun pernah bertemu Abu Darda’
dan bertanya hal yang sama. Lalu sahabat Abu
Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab
oleh Tsauban padaku.” [HR. Muslim no. 488].
Kedudukannya Dekat dengan Rasulullah
SAW. di Surga
Rabi’ah bercerita ketika bersama Rasulullah Saw. bahwa
“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah saw, lalu aku
membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka
beliau berkata kepadaku, “Mintalah kepadaku.” Maka aku
berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi teman
dekatmu di surga.” Beliau bertanya lagi, “Adakah
permintaan yang lain?” Aku menjawab, “Tidak, itu saja.”
Maka beliau menjawab, “Bantulah aku untuk mewujudkan
keinginanmu dengan banyak melakukan sujud
(memperbanyak shalat).” [HR. Muslim no. 489].
Shalat adalah Sebaik-baik
Amalan
Amalan yang paling utama adalah shalat dan
beritiqamah sangat diharuskan meskipun istiqamah
tersebut tidak sempurna.
“Beristiqamahlah kalian dan sekali-kali kalian tidak
dapat istiqomah dengan sempurna. Ketahuilah,
sesungguhnya amalan kalian yang paling utama
adalah shalat. Tidak ada yang menjaga wudhu
melainkan ia adalah seorang mukmin.” [HR. Ibnu
Majah no. 277 dan Ahmad 5: 276. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih].
Mendapat Petunjuk Allah

“Allah Ta’ala berfirman, Barangsiapa memerangi wali


(kekasih)-Ku, maka Aku akan memeranginya. Hamba-Ku
senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan
wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan
diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga
Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka
Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia
gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi
petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk
memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia
gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu
kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia
memohon perlindungan, pasti Aku akan
melindunginya.” [HR. Bukhari no. 2506].
Yang jelas, sebagai ibadah
khusus, shalat itu menunggu
perintah atau tuntunan dari Allah
SWT & Nabi-Nya. Jika dilakukan
sesuai dg tata cara & tata krama
dalam melaksanakan Shalat maka
bukan saja diterima Allah SWT, tapi
juga menjadi fungsional.
SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH

You might also like