You are on page 1of 28

Course : Taxation Management and Strategy

Effective Period : 2017

PEMAJAKAN ATAS SEWA


GUNA USAHA (Leasing)

Session # 1 - 2
- Leasing definition
- Leasing mechanism
- Taxation of leasing
Learning Objectives

LO 1 :
Explain leasing, built operate and transfer - BOT,
nonprofit and foundation taxation, taxation
of merger, acquisition, consolidation,
expansion and liquidation of business
Leasing ( Sewa Guna Usaha), Pengertian dan Perkembangan

Menurut keputusan bersama Menteri Keuangan, Menteri


Perindustrian dan Menteri Perdagangan Nomor Kep-
1121/MK/TV/74, Nomor 32/M/SK/2174, dan nomor
30/Kpb/I/74 tanggal 7 Januari 1974 leasing (Sewa Guna
Usaha – SGU) merupakan kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk
digunakan suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu,
berdasarkan pembayaran berkala disertai dengan hak pilih
untuk membeli barang yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa
yang telah disepakati bersama.
• Sementara itu berdasarkan KMK 1169/KMK/.01/1991,
Leasing merupakan kegiatan pembiayaan perusahaan
berupa penyediaan barang modal baik secara leasing
dengan hak opsi (finance lease) maupun leasing tanpa
hak opsi (operating lease) untuk digunakan lessee
(penyewa) selama waktu tertentu berdasarkan
pembayaran berkala.
Finance lease merupakan leasing dengan memberikan opsi
kepada lessee untuk membeli objek leasing pada akhir masa
kontrak berdasarkan nilai sisa yang disepakati, sedangkan
operating lease merupakan leasing tanpa memberikan hak
opsi atas objek leasing kepada lessee pada akhir masa
kontrak.
Secara hukum terdapat 4 karakteristik leasing; (1) Perjanjian
antara lessor (yang menyewakan) dengan lessee (penyewa);
(2) berdasarkan perjanjian, lessor mengalihkan hak
penggunaan barang (objek leasing) kepada lessee; (3) Lessee
membayar sewa penggunaan barang kepada lessor; dan (4)
Pada akhir masa kontrak (lebih pendek dari umur ekonomi
objek leasing) lessee mengembalikan barang kepada lessor.
Pihak- pihak dalam melaksanakan
leasing
1. Lessor : perusahaan leasing/pemberi jasa
pembiayaan berupa barang modal
2. Lesse : pihak /perusahaan memperoleh pembiayaan
objek leasing dari lessor
3. Pemasok (supllier) : perusahaan penyedia barang
modal untuk dijual kepada kepada lesse dengan
pembiyaan oleh lessor
4. Bank ( kreditur): menyediakan dana pembelian
kepada lessor/memberikan kredit kepada pemasok
Mekanisme transaksi leasing
1. Lessee menghubungi supplier untuk menentukan jenis
barang, spec, harga, waktu pengiriman dan jaminan purna jual
2. Lessee melakukan negosiasi dengan lessor tentang kebutuhan
pembiayaan
3. Lessor mengirimkan “letter of offer” atau “commitment letter”
kepada lessee
4. Penandatanganan kontrak oleh lessee dan lessor
5. Pengiriman order beli oleh lessor kepada supplier
6. Pengiriman barang oleh supplier dan pengecekan barang oleh
lessee sesuai pesanan
7. Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor
8. Pembayaran oleh lessor kepada supplier
9. Pembayaran sewa secara berkala oleh lessee kepada lessor
Lessor

(9)(4) (8)
(3) (7)
(2) (5)
(6)
Lessee Suppliers
(1)
Jenis Pembiayaan Leasing
• Independent Leasing Company
– Lessor tidak terkait dengan supplier
(independent)
• Captive lessor
– Lessor merupakan bagian / anak perusahaan
(subsidiary lessor) dari supplier
• Lease Broker (Packager)
– Pihak yang mempertemukan lessee dengan
lessor, biasanya lease broker tidak memiliki
barang yang di sewa guna usahakan
Diagram mekanisme transaksi Independent Lessor

Pembelian Barang
Suppliers Independen
(Manufaktur) Lessor
Pembayaran

Pembayaran Kontrak
Leasing Leasing

Lessee
Diagram mekanisme Captive Lessor

Pembelian
Suppliers Barang Subsidiary
(Manufaktur) Lessor
Pembayaran

Pembayaran Kontrak
Leasing Leasing

Lessee
Diagram mekanisme Lease
Broker
Lessee

Barang Lease Broker Lessor

Pendanaan
Pemajakan SGU Tanpa Hak Opsi/Operating Lease

1. Pemajakan Lessor
- Seluruh pembayaran SGU yang diterima/diperoleh oleh lessor

merupakan penghasilan (objek PPh).


- Lessor berhak menyusutkan aktifa yang diSGUkan yang
dimulai pada tahun pajak barang modal tersebut diSGUkan
(Penyusutan sesuai ketentuan fiskal). Khusus atas tanah
yang berstatus hak milik, HGB, HGU dan hak pakai baik
harga perolehannya maupun biaya pengurusan pertama kali

tidak boleh disusutkan, sedangkan biaya perpanjangannya


dapat disusutkan sesuai masa berlakunya.
- Pasal 9(1)(c) angka 1 UUPPh menyatakan bahwa yang
dapat membentuk cadangan piutang tak tertagih hanya SGU
dengan hak opsi. Karenanya pengusaha operating lease
tidak boleh membentuk dan memupuk cadangan piutang
SGU yang tidak tertagih. Secara komersial piutang SGU
yang tidak dapat ditagih merupakan pengurang penghasilan.
Penjelasan Pasal 4 (1) UUPPh menyiratkan bahwa UUPPh menganut
pemajakan berdasarkan penghasilan neto (net income). Sesuai
dengan Pasal 6(1)(h) UUPPh, piutang SGU yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih bias dikurangkan langsung (direct charge off) dari PKP
lessor jika memenuhi beberapa kriteria, yaitu :
(a) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba-rugi
komersial,
(b) Lessor menyerahkan daftar piutang SGU yang tidak dibayar lessee,
(c) Kecuali piutang SGU pada lesee usaha kecil, perkara
penagihannya telah diserahkan ke Pengadilan Negri atau instansi
pemerintah terkait, atau ada perjanjian tertulis
penghapusan/pembebasan sewa antara lessor dengan lessee, atau
telah dipublikasikan dalam penerbitan umum/khusus, atau pengakuan
dari leseen bahwa utang SGU sejumlah tertentu telah dihapus.
Kalau dapat merujuk pada PMK Nomor 105/PMK.03/2009 jo.
57/PMK.03/2010, yang diterbitkan berdasarkan Pasal 4 (1)(k) UUPPh,
jumlah utang SGU dari lesee kecil paling banyak Rp 5 juta.
- Namun, jika dari piutang SGU yang sudah dihapus tersebut ada
yang dibayar oleh lessee (bad debt recovery) dikemudian hari, maka
pada tahun pembayaran harus diakui sebagai penghasilan kena
pajak.
- Karena dipersamakan dengan kegiatan persewaan harta, maka
atas penyerahan jasa SGU, Lessor wajib memungut PPN dari lessee.
2. Pemajakan Lessee
- Jumlah sewa yang dibayar atau terutang pada tahun yang
bersangkutan merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto (deductible expense).
- Lessee tidak berhak menyusutkan aktiva yang disewanya.
- Jika terjadi penghapusan utang SGU, kecuali piutang lessee kecil yang
menurut PMK 105/PMK.03/2009 sejumlah maksimal Rp5 Juta,
berdasarkan Pasal 4(1)(k) UUPPh lessee harus mengakui dan
melaporkan sebagai penghasilan karena keuntungan dari pembebasan
utang.
- Lessee (WP badan dan WPOP yang ditunjuk sebagai pemotong PPh
Pasal 23) wajib memotong PPh Pasal 23 atas sewa sebesar jumlah bruto
berdasarkan tariff yang berlaku, karena operating leasen dipersamakan
dengan kegiatan persewaan harta.
Pemajakan SGU dengan Hak Opsi/Finance lease

1. Pemajakan Lessor
- Penghasilan lessor (objek PPh) adalah sebagian dari imbalan jasa
SGU, yaitu seluruh pembayaran SGU dikurangi angsuran pokok
(atau sebesar pendapatan bunga).Atas SGU sindikasi, imbalan jasa
bagi tiap lessor anggota dihitung secara proporsional sesuai
dengan perjanjian antar anggota.
- Lessor tidak diperbolehkan menyusutkan harta objek leasing,
karena sesuai dengan ketentuan Pasal 11(1) UUPPh penyusutan
dilakukan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, memelihara dan
menagih penghasilan.
- Lessor dapat membentuk dan memupuk dana cadangan
piutang tak tertagih yang dapat dibiayakan, maksimum sebesar
2,5% dari rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang SGU
(Jumlah seluruh SGU yang meliputi angsuran pokok dan bunga.
- Jika dari piutang SGU yang sudah dihapus dan dibebankan
pada cadangan piutang ternyata ada yang dibayar oleh lessee (bad
debt recovery), sesuai dengan PMK 105/PMK.03/2009
jo.57/PMK.03/2010 harus diakui sebagai penghasilan objek pajak.
- Angsuran PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan Laporan
Keuangan Triwulanan yang disetahunkan dibagi dua belas. Jika
Lessor juga menjalankan usaha leasing tanpa hak opsi, maka
laporan keuangan dimaksud adalah laporan keuangan
gabungan (combined statement).
- Sebagai transaksi pembiayaan dari lembaga keuangan lainnya,
maka pembayaran SGU tidak dikenakan PPN.
2. Pemajakan lessee
• Lessee tidak boleh menyusutkan aktiva tetap objek leasing,
karena walau digunakan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan namun harta tersebut secara hukum
bukan miliknya (formover substance).
• Angsuran SGU yang dibayar atau terutang baik angsuran pokok
maupun bunga diakui sebagai biaya dan, seperti industri perbankan
karena merupakan dasar penghitungan angsuran PPh Pasal 25
lessor agar tidak mengurangi modal kerjanya maka bukan objek
pemotongan PPh Pasal 23. Berbeda dengan perlakuan pajak,
dalam akuntansi komersial angsuran pokok SGU diperlakukan
sebagai pembayaran (pelunasan) utang SGU, sedangkan
bunganya merupakan biaya (expense).
• Karena itu, untuk tujuan akuntansi pajak, lessee harus
melakukan koreksi fiskal (Corelative adjustment) atas laporan
Keuangan komersialnya sebagai berikut :
a. Melakukan koreksi biaya penyusutan, yaitu tidak membebankan
biaya penyusutan atas aktiva tetap SGU.
b. Melakukan koreksi biaya angsuran SGU, yaitu dengan
memasukkan angsuran pokok SGU sebagai biaya (pengurang
penghasilan bruto).
c. Biaya bunga tetap dapat diakui sebagai biaya (sama antara
akuntansi komersial dengan akuntansi fiscal)
• Kecuali pengusaha bergerak dibidang persewaan harta, lessee
tidak diperbolehkan meng-SGU-kan kembali objek leasing
(releasing).
Cadangan Kerugian Piutang SGU Tak Tertagih

UU PPh menyatakan bahwa pengusaha SGU dengan hak opsi


diperbolehkan membentuk cadangan kerugian piutang tak
tertagih. Pengaturannya sbb:
• Perusahaan SGU dengan hak opsi (finance lease) dapat
membentuk cadangan piutang tak tertagih
• Besarnya dana CPTT yang dapat dibebankan mak 2,5% dr
rata2 saldo awal&piutang akhir tahun
• Kerugian piutang SGU yg nyata2 tidak dapat ditagih,
dibebankan CPTT
• Jika jumlah CPTT seluruhnya/sebagian tidak dipakai, jumlah
tersebut diakui sebagai penghasilan
• Jika jumlah CPTT dipakai untuk menutup kerugian namun
tidak mencukupi, jumlah tersebut diakui sebagai
kerugian(biaya)
PPN nilai SGU
Berdasar KMK 1169/KMK.01/1991 pengaturan PPN atas 2
jenis leasing sbb:
1. SGU tanpa hak opsi (operating lease)
• Penyerahan jasa leasing tanpa hak opsi merupakan JKP yg
harus di pungut PPN oleh lessor
• Lessor sbg PKP (Pengusaha Kena Pajak)
• Perpindahan barang tidak terjadi perpindahan kepemilikan
• PPN 10% dari imbalan SGU
• Lessor -> pajak keluaran
• Lessee -> pajak masukan
• Jika terjadi sale&lease back maka PM yg dikreditkan harus
dibayar kembali
2. SGU dengan hak opsi (finance lease)
a. Antara lessor dan lessee tidak terdapat hubungan
istimewa
- Bisa dalam bentuk penyerahan jasa dan barang modal
- Penyerahan jasa dikecualikan PPN
- Pengalihan BKP dari pemasok atau lessor kepada
pembeli/lesse merupakan penyerahan barang kena pajak
b. Terdapat hubungan istimewa antara lessor dan lesse
- Imbalan SGU dihitung atas dasar harga psar wajar pada
saat penyerahan JKP
- Hanya berlaku untuk transaksi luar negeri dan
penyerahan BKP yang menjadi objek PPnBM
Peraturan terkait lainnya :
• Surat Edaran Nomor SE-129/PJ/2010
References

Prof.Gunadi, M.Sc.,Ak.,Ph.D. 2014. Panduan Komprehensif Pajak


Penghasilan. Bee Media Indonesia. Jakarta. ISBN:9789793122120
Terima Kasih

You might also like