You are on page 1of 27

Anestesi Spinal

Pembimbing:
dr. Ratna Emelia Hutapea, Sp.An

Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi


2 November – 21 November 2020
Definisi
• Anestesi / blok spinal / blok subarachnoid / blok intradural
/ blok intratekal = anestesi regional neuraksial yang
melibatkan injeksi anestesi lokal ke dalam ruang
subarachnoid

• Ukuran jarum biasanya sepanjang 9 cm (3,5 inc)


• Operasi yang melibatkan ekstremitas bawah dan operasi
di bawah umbilikus
• Obat yang disuntikkan ke dalam CSF memberikan
anestesi, analgesia, dan blokade motorik dan sensorik
Indikasi
• Bedah ekstremitas bawah
• Bedah panggul
• Tindakan sekitar rectum-
perineum
• Bedah obstetric-ginekologi
• Bedah urologi
• Bedah regio abdomen
bawah
• Appendicitis: perlu diblok
dari T4-T10 (karena
diselubungin oleh
peritoneum)
Kontraindikasi Absolut

 Pasien menolak
 Infeksi pada tempat suntikan
 Hipovolemia berat, syok
 Koagulopati atau mendapat terapi antikoagulan
 Tekanan Intracranial meninggi
 Fasilitas resusitasi minim
 Kurang pengalaman
Kontraindikasi Relatif

 Infeksi sistemik
 Infeksi tempat sekitar suntikan
 Kelainan neurologis
 Kelainan psikis
 Bedah lama
 Penyakit jantung
 Hipovolemia ringan
 Nyeri punggung kronis
PERSIAPAN :
1.Alat:
- Monitor
- Alat anestesi umum
- Alat resusitasi
- Set spinal
- Obat anestesi

2. Pasien
- Informed consent
- Pemeriksaan fisik
- Uji laboratorium
Obat Anastesi Spinal
Amida (Lokal):
• lidocaine : dosis max 4,5 mg/kg (7 mg/kg dengan epinefrin)
• bupivacaine : dosis max 2,5 mg/kg (3 mg/kg dengan epinefrin)
• ropivacaine : dosis max 3 mg/kg

Mechanism of action : blockade of voltage-gated sodium channels


(VGCCs) leading to a reversible block of action potential
• The hyperbaric bupivacaine is produced by the addition of
glucose (80 mg/mL) to isobaric or plain bupivacaine. The
difference in density between the two forms is believed to affect
their diffusion patterns and distribution after injection into the
intrathecal space.
• Dextrose is added to anesthetic solutions for subarachnoid
administration to render the solution hyperbaric (heavier than
cerebrospinal fluid [CSF]); the local anesthetic will exert its effect
above or below the site of injection, depending upon the position
of the patient during and immediately following the injection.

Lidocaine with glucose package insert (1.5% Xylocaine-MPF with Glucose 7.5%, Astra—US), Rev 9/94, Rec 12/97.
POSISI PASIEN SAAT PENYUNTIKKAN

• Duduk
- Pasien disisi meja OP
- Hip dan bahu vertikal
- Punggung difleksikan
• Lateral
- Punggung searah sumbu meja op
- Tungkai dan kepala difleksikan
- Nyaman
- Pergerakan penyuntikan minim
Tempat Puncture
- Dibawah L2
- Lebih baik interspace L4-5
- Krista Iliaka Kanan-Kiri ditarik garis imajiner
(Tuffier’s line) memotong prosesus spinosus L4
atau interspinosus L4-5
Injeksi Obat Lokal Anestesi
- Cairan LCS keluar jernih
- Jarum spinal dihubungkan spuit yg berisi obat
- Aspirasi LCS 0,1 ml
- Kecepatan injeksi 0,5mL/detik
- Jarum spinal dicabut
Posisi Pasien Setelah Penyuntikan
- Perlu hati-hati pengembalian posisi
- Tidak batuk dan menggerakkan badan
- Kepala pasien diatas level spinal
- Cek tensi tiap 5-10 menit
- Mengevaluasi level spinal blok, contoh:
o Simpatis: Hipotensi
o Motorik: kaki tidak dapat diangkat
o Sensorik: kaki tidak merasakan ketika diraba
Komplikasi Anastesi Spinal
HIPOTENSI
• Paling sering terjadi dengan derajat bervariasi dan
bersifat individual.
• Mungkin akan lebih berat pada pasien dengan
hipovolemia.
• Derajat hipotensi berhubungan dengan kecepatan
masuknya obat lokal anestesi kedalam ruang
subarakhnoid dan meluasnya blok simpatis.
Pencegahan
• Pemberian cairan RL 500-1000 ml secara intravena sebelum
anestesi spinal dapat menurunkan insidensi hipotensi atau
preloading dengan 1-5 L cairan elektrolit atau koloid
digunakan secara luas untuk mencegah hipotensi.

• Dasarnya adalah peningkatan volume sirkulasi untuk


mengkompensasi penurunan resistensi perifer.
BLOKADE TOTAL SPINAL/SPINAL TINGGI

• Total Spinal  blokade medula spinalis


sampai ke cervical oleh suatu obat lokal
anestesi.
• Jarang terjadi jika dosis yang disarankan
untuk obat lokal anestesi digunakan.
• Faktor pencetus  pasien mengejan, dosis
obat lokal anestesi yang digunakan, posisi
pasien terutama bila mengunakan obat
hiperbarik.
Gambaran klinis :

 Sesak nafas dan sukar bernafas merupakan gejala utama


dari blok spinal tinggi.

 Sering disertai dengan mual, muntah, precordial discomfort


dan gelisah.

 Apabila blok semakin tinggi, penderita menjadi apnea,


kesadaran menurun disertai hipotensi yang berat dan jika
tidak ditolong akan terjadi henti jantung.
Penanganan

 Usahakan jalan nafas tetap bebas, kadang diperlukan bantuan nafas lewat face mask.

 Jika depresi pernafasan makin berat perlu segera dilakukan intubasi endotrakheal dan kontrol
ventilasi untuk menjamin oksigenasi yang adekuat

 Bantuan sirkulasi dengan dekompresi jantung luar diperlukan bila terjadi henti jantung.

 Pemberian cairan kristaloid 10-20 ml/kgBB diperlukan untuk mencegah hipotensi.

 Jika hipotensi tetap terjadi atau jika pemberian cairan yang agresif harus dihindari maka
pemberian vasopresor merupakan pilihan, seperti adrenalin dan sulfas atropin.
Penurunan Panas Tubuh (Shivering)
• Sekresi katekolamin ditekan shg produksi panas oleh
metabolisme berkurang
• Vasodilatasi pada anggota tubuh bawah merupakan
predisposisi terjadinya hipotermi

Penanganan : Pemberian suhu panas dari luar dengan alat


pemanas.
Komplikasi Lanjut

1. Post Dural Puncture Headache (PDPH)


2. Nyeri Punggung (Backache)
3. Cauda Equina Sindrom
4. Meningitis
5. Retensi Urine
6. Spinal hematoma
TERIMA KASIH

You might also like