You are on page 1of 42

FAMILY PLANNING

OUTLINE PEMBELAJARAN

• Family Planning and Public Health


• Milestone in Family Planning
• Family Planning Programm in Indonesia
• Mahasiswa memahami program Keluarga Berencana di beberapa negara
FAMILY PLANNING AND PUBLIC HEALTH
Year The History
1800-1900 Family size declined from 7.0 to 3.5
1900 Six to nine of every 1000 women died in childbirth. One in five children died during the first 5 years of life
Distributing information and counseling patients about contraception and contraception devices was illegal
under federal and state laws. The timing of ovulation, the length of the fertile period and other
reproductive facts were unknown
1912 The modern birth-control movement began. Margaret Sanger initiated efforts to circulate information
about and provide access to contraception
1916 Sanger challenged the laws that suppressed the distribution of family planning information by opening the
first family planning clinic in Brooklyn, New York. The police closed her clinic, but the court challenges that
followed established a legal precedent that allowed physicians to provide advice on contraception for
health reasons
1930’s a few state health departments and public hospitals had begun to provide family planning services
1940-1957 Family size increased average number of children per family peaked at 3.7
1960 the era of modern contraception began – birth control pill and Intrauterine device became available
1965 Pill became the most popular method followed by the condom and contraceptive sterilization
1965 Supreme Court (Griswold vs Connecticut) struck down stat laws prohibiting contraceptive use by
married couples
MILESTONE IN FAMILY PLANNING
MILESTONE IN FAMILY PLANNING
PERKEMBANGAN KELUARGA BERENCANA DI INDONESIA

PERIODE PERINTISAN DAN PELAPORAN.


1. Sebelum 1957-pembatasan kelahiran secara tradisional (penggunaan ramuan ,pijet,absistensi/bilas
liang senggama setelah coitus).
2. Perkembangan birth control di daerah- berdiri klinik YKK(Yayasan kesejahtreraan keluarga) di
Yogyakarta. Di semarang berdiri klinik BKIA dan terbentuk PKBI thun 1963.Jakarta : Prof Sarwono p.
memulai di poliklinik bagian kebidanan RSUP.Jawa dan luar pulau jawa(Bali,palembang,Medan)
PERIODE PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN.
Terbentuk LKBN(Lembaga keluarga berencana Nasional) yang mempunyai tugas pokok mewujudkan
kesejahteraan sosial,keluarga dan rakyat.
Bermunculan proyek KB sehingga mulai diselenggarakan latihan untuk PLKB(petugas lapangan keluarga
berencana).
ORGANISASI KB DI INDONESIA
1. PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)
Terbentuk tgl 23 Desember 1957,di jalan Sam Ratulangi No.29 Jakarta, atas prakarsa dr. Suharto yang didukung oleh
Prof. Sarwono Prawirohardjo, dr H.M.Judono, dr.Hanifa wiknjosastro dan dr.Hurustiati Subandrio.
Pelayanan yang diberikan berupa nasehat perkawinan,termasuk pemeriksaan kesehatan calon suami istri,pemeriksaan
dan pengobatan kemandulan dlm perkawinandan pengaturan kehamilan.
2. BKKBN(Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
Keputusan Presiden Nomor 8 tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk mengelola program KB yang telah
dicanangkan sebagai program nasional.
Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden dan dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara
Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana.
Pelita 1 yaitu tahun 1969-1974 daerah program Keluarga Berencana meliputi 6 propinsi yaitu Jawa Bali (DKI
jakarta,Jawa Barat,Jawa Tengah,DI Yogyakarta,Jawa Timur dan Bali) merupakan daerah perintis dari BKKBN.
Tahun 1974 muncul program-program integral (Beyond Family planning) dan gagasan tentang fase program pencapaian
akseptor aktif
Berdasarkan keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambah besar jangkauan programnya tidak terbatas hanya KB tetapi
juga program Kependudukan.
DASAR PERTIMBANGAN PEMBENTUKAN BKKBN

1. Program keluarga berencana nasional perlu memperluas


kemanditingkatkan dg jalan lebih memanfaatkan dan memperluas
kemampuan fasilitas dan sumber yg tersedia.
2. Program perlu digiatkan pula pengikut sertaan baik masyarakat
maupun pemerintah secara maksimal.
3. Program keluarga berencana ini perlu diselenggarakan scr
teratur&terecana kearah terwujudnya tujuan &sasaran yg telah
ditetapkan.
TUGAS POKOK BKKBN

1. Menjalankan koordinasi,integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha pelaksanaan program


keluarga berencana nasional yg dilakukan oleh unit-unit pelaksana.
2. Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok kebijaksanaan dan masalah-masalah
penyelenggaraan program keluarga berencana nasional.
3. Menyusun pedoman pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-pokok kebijaksanaan yang
ditetapkanoleh pemerintah.
4. Mengadakan kerjasama antara Indonesia dg negara-negara asing maupun badan-badan
internasional dalam bidang keluarga berencana selaras dg kepentingan Indonesia dan sesuai dg
prosedur yang berlaku.
5. Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis bantuan yg berasal dari dalam
negeri maupun bantuan dari luar negeri sesuai dg kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
DASAR PROGRAM KB DAN KR DALAM PEMBANGUNAN
NASIONAL
1. UU No.10/1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
Pasal 1 butir 12.
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui :
*) pendewasaan usia perkawinan,
*) pengaturan kelahiran,
*) pembinaan ketahanan keluarga,
*) peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera.

2. Kesepakatan Internasional (ICPD-94, MDGs)


“All couples and individuals have the basic right to decide freely and
responsibly the number, spacing and timing of their children and have the information
and means to do so, and the right to obtain the highest standard of sexual and
reproductive health…” 10
3. Sasaran Pokok ICPD yang diangkat ke dalam MDGs
• Keseimbangan antara perkembangan kependudukan dan pembangunan
sosial ekonomi untuk “sustainable development”
• Pasangan dan atau individu dapat menikmati kesehatan reproduksi
secara prima
• Terciptanya kesetaraan dan keadilan gender

11
PENGERTIAN DAN ISTILAH KB
• Usia Subur (reproductive age)
Usia dimana secara rata-rata perempuan mampu untuk
melahirkan. Yaitu 15-49 tahun

• Pasangan Usia Subur (reproductive couple)/PUS


Pasangan suami istri dimana istrinya berada dalam usia yang
mampu melahirkan yaitu istrinya berusia 15-49 tahun

• Keluarga Berencana
Upaya untuk mengatur jumlah, jarak , dan waktu kelahiran
anak dalam rangka mencapai tujuan reproduksi keluarga
12
PENGERTIAN DAN ISTILAH KB
Alat atau cara KB dikelompokkan :
• Modern
• Alamiah
• Tradisional

Modern dikelompokkan menjadi:


• Bersifat hormonal yaitu pil, susuk dan suntikan
• Non hormonal yaitu AKDR atau spiral (IUD), kondom, diafragma, sterilisasi pria (vasektomi) dan
sterilisasi wanita(tubektomi)

Alamiah :
Pantang berkala (periodic abstinence)
Amenorea laktasi (lactational amenorhea)/LAM
Senggama terputus (withdrawl)

Tradisional :
Jamu dan ramuan-ramuan
13
PENGERTIAN DAN ISTILAH KB

• Pernah pakai alat/cara KB (ever use of contraception)


status pasangan suami istri yang pernah menggunakan suatu alat/cara KB
tetapi tidak sedang menggunakan suatu alat/cara KB pada saat pendataan.

• Sedang ber KB (current use of contraception)


status pasangan suami istri yang sedang menggunakan suatu alat/cara KB
pada saat pengumpulan data. Peserta KB Aktif (Current User-CU);

• Pilihan kontrasepsi (contraceptive


  choice)
alat/cara KB yang sedang digunakan oleh PUS

• Penggantian kontrasepsi (contraceptive switching)


suatu proses dimana PUS mengganti alat/cara KB yang sebelumnya digunakan
dengan alat/cara KB lainnya.

•  Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need)


persentase perempuan usia subur yang tidak ingin mempunyai anak lagi, atau 14
ingin menunda kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara KB.
INDIKATOR PENCAPAIAN
PROGRAM
Indikator Makro Program KB dan Kesehatan Reproduksi

TFR (Total Fertility Rate)


ASFR 15-19
MMR (Maternal Mortality Ratio)
IMR (Infant Mortality Rate)
Median umur perkawinan pertama usia 25-49
Median umur melahirkan anak pertama usia 25-49
Kelahiran yang terjadi pada perempuan usia 15-19
Kehamilan yang tidak diinginkan
CPR (Contraceptive Prevalence Rate)
KB untuk menjarangkan kelahiran
KB untuk membatasi kelahiran
Kesertaan KB Pria (Kondom dan MOP)
Kebutuhan KB yang belum terpenuhi (Unmet Need)
Unmet need untuk penjarangan kelahiran
Unmet need untuk pembatasan kelahiran
15
APA SAJA YANG PERLU DIPELAJARI

• Informasi tentang perilaku pakai/alat cara KB penting


dalam upaya pemenuhan akan kebutuhan pelayanan
dan alat/cara KB.

• Apa saja alat/caraKB yang dapat digunakan untuk


mengatur kelahiran?
 
• Apa saja indikator KB yang dapat digunakan oleh
penentu kebijakan pengendalian kelahiran?

• Apa ukuran-ukuran yang dapat digunakan untuk


mengevaluasi keberhasilan kebijakan pengendalian
kelahiran?

16
ISU STRATEGIS DALAM PROGRAM KB
Isu pertama
• Walaupun TFR turun dari waktu ke waktu, namun gambaran yang ada secara nasional masih belum mencapai angka
ideal, yaitu 2,1.  SDKI 2007=2,6.
• Masih terdapat variasi TFR yang menyolok antar wilayah (Provinsi) dan antar SES.

Isu kedua
• Masih terdapat perbedaan menyolok dalam CPR antar prov dan SES
• CPR tertinggi di DIY=75.5, dan terendah NTT=34.8
• Provinsi dengan CPR tinggi cenderung memiliki TFR rendah.

Isu ketiga
• Belum semua PUS (Pasangan Usia Subur) yang ingin ber KB mendapat pelayanan sebagaimana mestinya
Tingkat “unmet need” (SDKI 2007 ) = 8,6
• Alasan belum terlayani a.l: tidak terjangkau pelayanan, jenis kontrasepsi tdk sesuai dgn yang diinginkan.

Isu keempat
• Salah satu kebijakan dalam program KB adalah mendukung program MPS (Making Pregnancy Safer) yaitu
menjamin bahwa seluruh kehamilan “diinginkan”.
• SDKI 2002-03 = 16,8% kehamilan belum/tdk diinginkan. Angka ini turun sedikit dari keadaan 1997 = 17,1% (tdk
bermakna)
17
ISU STRATEGIS DALAM PROGRAM KB
Isu kelima
• Kesehatan Ibu dan bayi erat kaitannya dengan 4 T  MMR dan IMR
Isu keenam
• Kesertaan pria dalam ber KB masih sangat rendah
• Data SDKI 2002-03 = 1,3% (Kondom=0,9% dan MOP=0,4%)
• Perlu perhatian program secara khusus bagi kaum pria
Isu ketujuh
• Pengguna Suntikan dan Pil merupakan peserta KB terbesar (75%) dibandingkan
pengguna kontrasepsi lainnya  Perlu perhatian karena pengguna kedua metode
tersebut rawan DO sehingga menurunkan CPR dengan cepat.
 Sementara kesinambungan penyediaan kedua jenis kontrasepsi tersebut seringkali
bermasalah (kehabisan stock dan penggantinya terlambat)
ISU STRATEGIS DALAM PROGRAM KB

Isu kedelapan
• Kasus kegagalan, komplikasi dan efek samping masih terjadi.
Berkaitan erat dengan kualitas pelayanan yang diberikan para
provider.

• Pemerintah harus bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas


pelayanan

Isu kesembilan
• Era desentralisasi dan keterbukaan mengakibatkan adanya
kecenderungan sebagian anggota masyarakat untuk memiliki anak dalam
jumlah besar. Karena merasa bahwa itu adalah hak asasi mereka.

• Perlu penyadaran tentang hak dan tanggung jawab dalam merencanakan 19

kehidupan berkeluarga
INDIKATOR DAN PENGERTIANNYA

Indikator KB yang umum dipakai adalah:

1. Pernah Pakai KB (Ever users)


2. Angka Prevalensi Kontrasepsi (CPR)
3.    Kontraseptif mix  
.
 

20
UKURAN EVALUASI

Beberapa ukuran dalam kegiatan Keluarga Berencana sebagai pengendali


kelahiran menyangkut :

a) Pernah Pakai KB (Ever users)


Persentase Pernah Pakai KB  (Ever User) adalah banyaknya perempuan usia
15-49 yang berstatus kawin (PUS) yang pernah memakai sesuatu cara KB dari
seluruh perempuan usia subur yang berstatus kawin.
 

 
.
 
Informasi persentase PUS yang pernah memakai sesuatu cara KB bermanfaat
untuk mengetahui potensi pemakaian alat/cara KB tertentu di kalangan PUS.
Dalam persentase ini termasuk jumlah PUS yang sekarang sedang memakai
KB. Kalau diketahui alasan mengapa para perempuan yang pernah pakai KB itu
berhenti ber-KB maka pelaksana program akan dapat memperbaiki pelayanan
atau mengarahkan program kepada hal-hal yang lebih tepat sasaran.
  21
UKURAN EVALUASI

b) Angka Prevalensi Kontrasepsi (contraceptive prevalence rate)/CPR


Persentase PUS yang sedang pakai alat/cara KB

PUS yang sedang ber KB


CPR = x 100
Jumlah PUS

Informasi tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untuk menetapkan


kebijakan pengendalian kependudukan,   serta penyediaan pelayanan KB
.
baik dalam bentuk mempersiapkan pelayanan kontrasepsi seperti
  alat dan obat kontrasepsi, serta
sterilisasi, pemasangan IUD, persiapan
pelayanan konseling untuk menampung kebutuhan dan menanggapi
keluhan pemakaian kontrasepsi.

22
UKURAN EVALUASI
Contoh :
Hasil SDKI 2007 menunjukkan jumlah perempuan berstatus kawin usia 15-
49 tahun adalah 43.021.000. Jumlah perempuan usia 15-49 tahun
berstatus kawin yang sedang menggunakan alat/cara KB di data dalam
SDKI 2007 adalah sebesar 26.414.894 , maka CPR :

26.414.894
CPR = x 100  
43.021.000 .
 

= 61,4

Artinya dari setiap 100 orang PUS di Indonesia pada tahun 2007,
ditemukan 61 orang yang sedang memakai alat/acara KB
23
UKURAN EVALUASI

c) Angka Kelangsungan Penggunaan Kontrasepsi (Contraceptive


Continuation Rate)/CCR
Proporsi prngguna alat/cara KB yang masih menggunakan alat/cara KB
tertentu setelah suatu periode terpapar, misal satu tahun, terhadap
risiko tidak meneruskan penggunaan alat/cara KB

d) Angka Ketidaklangsungan Penggunaan Kontrasepsi


(Contraceptive Discontinuation Rate)/CDR
Proporsi yang tidak menggunakan alat/cara KB pada periode terpapar
  meneruskan penggunaan karena
termasuk karena kegagalan atau tidak
alasan lain .
 
CDR = 1-CCR

e) Angka Kegagalan Kontrasepsi (contraceptive Failure Rate)


Rasio kelahiran yang tidak diinginkan terhadap durasi keterpaparan
kontrasepsi
24
UKURAN EVALUASI

f) Efektifitas Kontrasepsi (Contrceptive effectiveness)


Tingkat dimana penggunaan alat/cara KB menurunkan kemampuan
untuk subur

• Angka ini merupakan peluang bulanan seorang perempuan yang aktif


secara seksual, subur, dan tidak menggunakan alat/cara KB untuk
mengandung

• Angka ini juga merupakan proporsi penurunan dalam kemampuan


 
untuk subur yang disebabkan oleh penggunaan alat/cara KB
tertentu .
 
g) Bulan Pasangan Perlindungan (Couple Months of Protection-
CMP), atau Tahun Pasangan Perlindungan (Couple-Years of
Protection (CYP)

25
UKURAN EVALUASI

h) Kontraseptif mix (contraceptive use mix)

Persentase pemakai alat/cara KB menurut alat/cara KB (contraceptive


use mix) adalah banyaknya PUS yang memakai alat/cara KB tertentu
per 100 pasangan usia subur (PUS).

 
.
 
Persentase pemakai alat/cara KB menurut alat/cara KB bermanfaat
untuk mengetahui alat/cara KB yang mana yang paling disukai oleh
PUS didaerah tertentu pada waktu tertentu. Persentase penggunaan
KB menurut cara KB yang digunakan sering disebut dengan mix
kontrasepsi (contraceptive mix).
26
SUMBER DATA KB DI INDONESIA

Data tentang pengetahuan, sikap dan perilaku (KAP) KB di Indonesia


dapat diperoleh dari :
• Sensus Penduduk
• Survei
• Statistik program BKKBN
• Pendataan keluarga

Macam-macam survei yang mengumpulkan data KAP tentang KB:


• Survei Fertilitas dan Mortalitas (di Jawa dan Bali, 1973)
  Bali, 1976
• Survei Fertilitas Indonesia di Jawa dan
.
• Survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia 1987
 
• Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, 1991,1994,1997, 2002,
2007
• Survei Penduduk Antar Sensus
• Survei Sosial Ekonomi Nasional

27
POLA DAN PERBEDAAN PERILAKU BER KB
(SDKI 2007)

Pemakaian alat KB pada Wanita Pernah Kawin dan


Berstatus Kawin, Menurut Kelompok Umur

80
70
60
50
40
%

30
 
20 .
10  
0
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

kelompok umur ever married


currently married

28
POLA DAN PERBEDAAN PERILAKU BER KB (MENURUT UMUR)

• Berbentuk U terbalik

Persentase perempuan usia 15-49 tahun berstatus kawin, rendah untuk


kelompok usia 15-19 tahun. Kemudian meningkat untuk kelompok yang
lebih tua kemudian turun lagi untuk kelompok 40-44, dan 45-49 tahun

• Karena pada awal masa reproduksinya biasanya perempuan belum


ber KB karena ingin memiliki anak
• Kemudian pertengahan masa-masa  reproduksinya persentase yang ber
.
 
KB tinggi karena bertujuan untuk penjarangan maupun pembatasan
kelahiran.
• Pada menjelang akhir masa reproduksinya persentase yang ber KB
rendah, karena mungkin mengetahui dan emnyadari bahwa kesuburan
mereka sudah berkurang dan mungkin frekuensi hubungan suami istri
berkurang dibanding masa-masa sebelumnya.
29
POLA DAN PERBEDAAN PERILAKU BER KB
(JUMLAH ANAK LAHIR HIDUP)

• Kelompok yang memiliki anak 3 dan 4+ menunjukkan kenaikan,


sedangkan untuk yang memiliki anak kurang dari 3 persentase menurun.
Jadi semakin banyak Anak Lahir Hidup (ALH) makin tinggi yang ber KB

• Untuk kelompok yang memiliki ALH 0 dan 1, kelompok usia muda (15-19
tahun) masih menunjukkan perentase pemakaian KB yang tinggi karena
mereka ingin mengatur jarak kelahiran anak.

 
• Hal tersebut sesuai dengan harapan dimana perempuan yang masih
. KB untuk menjarangkan
produktif yang ALHnya sedikit memakai
 
kelahiran, sedangkan yang ALH nya banyak mempraktekkan KB untuk
membatasi kelahiran.

30
POLA DAN PERBEDAAN PERILAKU BER KB (MENURUT LAMA PERKAWINAN)

• Berbentuk U terbalik

• Untuk yang baru menikah pemakaian KB rendah karena ingin punya


anak

• Yang menikah selama 10-19 tahun berKB untuk menjarangkan kelahiran

• Perempuan yang sudah 20 tahun atau lebih menikahnya, biasanya


menyadari kesuburannya berkurang  dan frekuensi hubungan suami istri
.
berkurang, sehingga pamakian KB rendah
 

31
POLA DAN PERBEDAAN PERILAKU BER KB
(SDKI 2002 DAN SDKI 2007)

Menurut Pendidikan
Menurut Tempat Tinggal
70
% 60
63 63 50
40
62
61 61 30
61 20
60 59 10
0
59
SDKI 2002 SDKI 2007
58
Tidak sekolah SD Tamat SD SMP Tamat SMP
57
SDKI 2002 SDKI 2007
 
Perkotaan Perdesaan .
Menurut Kuantil Indeks Kekayaan
%  
70
60
50
40
30
20
10
0
SDKI 2002 SDKI 2007 32

Terbawah Menengah bawah Menengah Menengah atas Tertinggi


POLA DAN PERBEDAAN PEMILIHAN ALAT/CARA KB

persentase perempuan kawin pakai KB menurut


sumber alat KB
%
70 62 69
60
43 42 pemerintah
50
40 28 swasta
 
30 . 22
15 lainnya
20  
10 9
10
0
SDKI 1997 SDKI 2002 SDKI 2007

33
POLA DAN PERBEDAAN PERILAKU BER KB

tren alat KB yang sedang dipakai

35 32
28
30
25
20 15 17
15 21 13
pil
13 15
13
15 12   IUD
. suntikan
10
10 8  
5 6 5

0
SDKI '91 SDKI'94 SDKI '97 SDKI 2002 SDKI'07

34
Trend CPR dan TFR

65
5.6 6
60 5.2 60.3 5.5
57
55
4.7 55 5
50 50
4.1 48 4.5
CPR

TFR
45
4
40
39 3.38 3.31
35
3.5
2.8 2.78 3
30 2.6
25 26 2.5
20 2
1971 1975 1980 1982 1987 1990 1992 1997 2002/3

35
 
.
 

36
 
.
 

37
PROYEKSI PENDUDUK BERDASARKAN
SKENARIO ANGKA PREVALENSI KONTRASEPSI
(CONTRACEPTIVE PREVALENCE RATE – CPR)

2 70

CPR turun 0,5% per tahun 2 6 4 .4


260
2 55.5
2 50 248 juta (Proyeksi Penduduk 2015) CPR tetap

240
2 3 7.8

230
CPR naik 1% per tahun
220
219 juta (Proyeksi Penduduk 2005)
2 10
Turun Te t a p N a ik

200
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

38
(Paparan BKKBN dalam Donor Meeting 2005)
CONTRACEPTIVE PREVALENCY
RATE (CPR),
TAHUN 2005-2025
(%) 100
90
80 72 75
65 69
70 61
60
50
40
30
20
10
0
2005 2010 2015 2020 2025

39
Sumber: Proyeksi BKKBN
TREND PERSENTASE KEHAMILAN
YANG TIDAK IDEAL (4 TERLALU)
14
12.7
12

10 9.4
8.1
8

6 5.5
4.7
4.1 3.8
4 3

0
Terlalu muda Terlalu tua Terlalu dekat Terlalu banyak
SDKI 2002/03 SDKI 2007 40

Sumber: SDKI 2002/03, 2007


ISU STRATEGIS DALAM PROGRAM KB
Isu kedelapan
• Kasus kegagalan, komplikasi dan efek samping masih terjadi.
Berkaitan erat dengan kualitas pelayanan yang diberikan para
provider.

• Pemerintah harus bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas


pelayanan

Isu kesembilan
• Era desentralisasi dan keterbukaan mengakibatkan adanya
kecenderungan sebagian anggota masyarakat untuk memiliki anak dalam
jumlah besar. Karena merasa bahwa itu adalah hak asasi mereka.

• Perlu penyadaran tentang hak dan tanggung jawab dalam merencanakan


kehidupan berkeluarga
41
TERIMA KASIH

You might also like