You are on page 1of 30

Vaccine and Cold

Chain Management
Audrey Clarissa
Tujuan vaksinasi adalah membentuk kekebalan kelompok
(herd immunity) yang tercapai jika timbul kekebalan pada >
Pendahuluan 70% komunitas.
Platform teknologi vaksin COVID-19
Perbandingan berbagai platform teknologi vaksin COVID-19
Types of Vaccines Inactivated Live attenuated DNA and RNA Viral Vector Subunit Virus-like particles

How it works An inactivated vaccine uses the whole virus after it


has been killed with heat or chemicals
This is a weakened version of the actual
virus.
This vaccines uses DNA or RNA molecules to
teach the immune system to target key viral
This approach takes a harmless virus and uses it to deliver viral
genes to build immunity.
This vaccine uses a piece of a virus’ surface to focus
your immune system on a single target.
This vaccine uses molecules that closely resemble
viruses, but are non-infectious because they contain
proteins no viral genetic material, to elicit an immune response

Advantages Generally safe because the virus is already dead


and is easy to make.
Stimulates a robust immune response
without causing serious disease.
Easy and quick to design Live viruses tend to elicit stronger immune responses than dead
viruses or subunit vaccines.
Focusses the immune response on the most
important part of the virus for protection and cannot
Lack the viral genome, potentially yielding safer and
cheaper vaccine candidates
cause infection.

Disadvantages Not as effective as a live virus. Some previous


inactivated vaccines have made the disease
May not be safe for those with
compromised immune systems.
Never been done before. There are no licensed
DNA or RNA vaccines currently in use
Important to pick a viral vector that is truly safe. An immune
response to the viral vector could make the vaccine less effective.
May not stimulate a strong response; other chemicals
may need to be added to boost long-term immunity
May not stimulate a strong response and may need
booster shots to get ongoing protection against
worse; safety for the novel coronavirus needs to diseases.
be shown in clinical trials

Existing examples • Polio • Measles, mumps and rubella • None • Ebola • Hib (Haemophilus influenzae type b) disease • Hepatitis B
• Flu • Chickenpox • Veterinary medicines. • Hepatitis B • HPV (Human papillomavirus)
• Rabies • Rotavirus • HPV (Human papillomavirus)
• Hepatitis A • Smallpox • Whooping cough (part of the DTaP combined
• Yellow fever vaccine)
• Pneumococcal disease
• Meningococcal disease
• Shingles

Group testing this • Sinovac (Phase 3) • Codagenix (Pre-clinical) • Moderna/NIAID (Phase 3, RNA) • University of Oxford/AstraZeneca (Phase 3, Non-replicating) • Clover Biopharmaceuticals Inc./GSK/Dynavax • Medicago Inc. (Phase 2)
• Wuhan Institute of Biological • Indian Immunologicals Ltd. (Pre- • BioNTech/Fosun Pharma/Pfizer (Phase 3, • CanSino Biological Inc./Beijing Institute of Biotechnology (Phase 2) • Bezmialem Vakif University (Pre-clinical)
approach for Products/Sinopharm (Phase 3) clinical) RNA) (Phase 3, Non-replicating) • Anhui Zhifei Longcom • Middle East Technical University (Pre-clinical)
• Beijing Institute of Biological • Mehmet Ali Aydinlar University / • Curevac (Phase 2, RNA)) • Gamaleya Research Institute (Phase 3, Non-replicating) Biopharmaceutical/Institute of Microbiology, And 10 more candidates
COVID-19 Products/Sinopharm (Phase 3) Acıbadem Labmed Health Services • Inovio Pharmaceuticals/ International • Johnson & Johnson (Phase 2, Non-replicating) Chinese Academy of Sciences (Phase 2) Total of 13 candidates
• Institute of Medical Biology, Chinese A.S. (Pre-clinical) Vaccine Institute (Phase 2, DNA) • Institute Pasteur / Themis / Univ. of Pittsburg CVR / Merck • Novavax (Phase 2)
Academy of Medical Sciences (Phase 2) Total of 3 candidates in pre-clinical • Osaka University/ AnGes / Takara Bio Sharp & Dohme (Phase 2, Replicating) • Kentucky Bioprocessing, Inc (Phase 2)
And 11 more candidates phase (Phase 2, DNA) Another 20 non-replicating viral, 18 replicating viral vector and 1 And 57 more candidates
Total of 15 candidates in various phases And 3 more RNA candidates and 14 more DNA replicating bacterial vector Total of 61 candidates in various phases
candidates Total 24 candidates in various phases
Total of 22 candidates in various phases Note. Merah Putih Vaccine is developed based on
this platform

Additional note It is a common process that many vaccine


companies are familiar with, but it also has
It is common process that many vaccine
companies are familiar with, but it also
Facility for this technology platform most
likely will be specific from one disease to
This technology platform facility can be shared for other vaccines
using the same platform. Scale-up process is also easy and
Upscale process and production process is simple.
Excellent stability feature but less strong immune
occupational risk for the workers as it uses real has occupational risk for the workers as another. Side effect should also be monitored economical. However, as this is using another virus, selection of response compare to the live attenuated vaccine.
viruses. This also may cause higher price it uses real viruses. This also may cause as this is a new technology that has never the virus is critical. Long term side effect should also be monitored
It has excellent stability profile but less strong higher price been commercialized before. Storage as this is a new technology.
immune response compare to the live Storage condition in cold chain is condition -70˚C.
attenuated vaccine. essential for the vaccine.
SARS-CoV-2
dan target
pengembangan
vaksin
Source : Dr Fina Tams, WHO Indonesia
Source : Dr Fina Tams, WHO Indonesia
Pelaksanaan Vaksinasi di Indonesia sudah ditentukan
Karakter vaksin pilihan
No Karakter Sinovac Sinopharm Pfizer Moderna AstraZeneca Biofarma
1 Platform inactivated inactivated RNA RNA Viral Vector beberapa kemungkinan
2 Interval pemberian 0,14 0,21 0,28 0,28 0,28 belum ditentukan
3 Rute Pemberian IM IM IM IM IM belum ditentukan
4 Shelflife 3 tahun 30 hari 6 bulan 6 bulan belum ditentukan
5 Penyimpanan 2-8˚C 2-8˚C -70±10˚C -20˚C 2-8˚C belum ditentukan
Uji Klinis memberikan
Informasi yang esensial
Vaccine produksi Sinovac
1. Fase III uji klinis untuk menilai efikasi dan keamanan vaksin
COVID-19 (inactivated) yang diproduksi oleh Sinovac.
2. Uji merupakan buta-ganda, placebo terkontrol dengan peserta
yang dialokasikan secara acak dengan alokasi 1:1 antara placebo
dan vaksin
3. Jadwal imunisasi dengan 2 dosis injeksi intramuscular (deltoid)
dengan jarak 14 hari.
4. Untuk efikasi, uji klinis bertujuan untuk mendeteksi kasus COVID-
19 dengan infeksi SARS-CoV-2 bergejala, yang terjadi setelah
minggu kedua imunisasi diberikan (dipantau hingga 1 tahun)
5. Untuk keamanan dan imunogenisitas, peserta dikategorikan
menjadi 2 kelompok yaitu dewasa (18-59 tahun) dan lanjut usia
(60 tahun ke atas). Database keamanan bertujuan untuk
mendeteksi adanya efek samping dengan frekuensi 1:1000 atau
lebih dan 1:500 pada lanjut usia.

https://clinicaltrials.gov/ct2/show/study/NCT04456595?term=vaccine&cond=covid-19&draw=2
Keberhasilan 1.
2.
Memberikan efikasi dan keamanan yang diharapkan
Jumlah populasi yang divaksin dapat membentuk herd immunity
vaksinasi
Definisi vaksin COVID-19 yang efektif

What defines efficacious COVID-19 vaccine


World Health Organisation. WHO target product profiles for COVID-19 vaccines. Available at: https://www.who.int/publications/m/item/who-target-product-profiles-for-covid-19-vaccines
(Accessed 18 November 2020) 12
Perjalanan vaksin dan resiko kualitas
Gudang Depo di Fasilitas Post-
Transportasi
Nasional wilayah Kesehatan vaksinasi

darat laut udara retur limbah

1. Penerimaan 1. Penerimaan 1. Penerimaan 1. Pengumpulan limbah


2. Administrasi 1. Loading
2. Administrasi 2. Administrasi 2. Pemusnahan limbah
Proses yang 3. Penyimpanan 2. Pengiriman
3. Penyimpanan 3. Penyimpanan 3. Pengembalian vaksin ke
maksimal 2 minggu 3. Unloading
berlangsung 4. pengemasan 4. pengemasan dalam kulkas
4. pengemasan 5. pengiriman 5. pengiriman 4. administrasi
5. pengiriman

Masalah Penanganan dan


Kulkas tidak dapat
yang Kulkas tidak dapat Kulkas tidak dapat Kulkas tidak dapat menjaga suhu 2-8˚C dan pemusnahan limbah yang
menjaga suhu 2-8˚C menjaga suhu 2-8˚C tidak sesuai mengarah
mungkin menjaga suhu 2-8˚C kemungkinan terjadinya
pada vaksin palsu
mati listrik
terjadi
Keberhasilan vaksinasi akan terancam
jika resiko tidak termitigasi dengan baik

Skenario penyebab kegagalan vaksinasi

Ketersediaan dan Sistem distribusi, logistic Management inventori Managemen limbah


distribusi terlambat dan pergudangan tidak dan pergudangan yang yang tidak baik
dan tidak handal mampu mempertahankan tidak adekuat berpotensi terjadinya
suhu dan kondisi seperti berpotensi mix-up pemalsuan
persyaratan
Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB)
• Prinsip dasar: memastikan obat yang didistribusikan terjaga
kualitasnya
• Mengatur :
• Manajemen mutu
• Organisasi manajemen dan personalia
• Bangunan dan peralatan
• Operasional (penerimaan, penyimpanan, pengambilan, pengemasan,
pemisahan, dan pemusnahan)
• Inspeksi diri
• Keluhan dan penarikan
• Transportasi
• Sarana distribusi berdasarkan kontrak
• Dokumentasi
• untuk rantai dingin terdapat tambahan pemerliharaan dan kalibrasi,
kualifikasi dan validasi
• Penanganan dititikberatkan pada RISK ASSESSMENT
• Penetapan penggunaan COLD CHAIN berdasarkan pada risk
assessment di mana obat/vaksin harus disimpan dan
ditransportasikan pada suhu dingin untuk menjaga kualitas
Tool untuk menentukan Risks Management
FMEA (Failure Mode Effect Analysis)
Cold Chain Management
• Kualitas vaksin sangat bergantung pada pengaturan penanganan
vaksin
• Pengaturan penanganan vaksin saat penyimpanan dan distribusi
pada suhu dingin
• Suhu vaksin bervariasi seperti -70˚C, -20˚C, dan antara 2-8˚C.
• Cold chain dimulai saat vaksin diproduksi, dilanjutkan saat
didistribusikan ke pusat distribusi dan tempat pemberian vaksin,
hingga vaksin tersebut diberikan kepada pasien.

JIKA VAKSIN TIDAK KITA LINDUNGI MAKA VAKSIN TIDAK AKAN


MELINDUNGI KITA DAN MASYARAKAT
Penyimpanan vaksin
• Vaksin sangatlah sensitive dan harus disimpan sesuai pada suhu yang tepat dan terlindung dari
cahaya.
• Untuk vaksin yang berada dalam rentang 2-8˚C, penyimpanan terbaik adalah pada suhu 5˚C
• Setiap alat pengukuran yang digunakan harus TERKALIBRASI dan ruangan yang digunakan sudah
TERKUALIFIKASI di mana suhu tempat penyimpanan dapat dipastikan STABIL, MERATA dan
TERKONTROL.
• Diperlukan adanya temperature mapping pada gudang maupun kulkas tempat penyimpanan
vaksin sehingga mengetahui lokasi yang tepat untuk vaksin disimpan serta titik minimum dan
maksimum.
• Tempat penyimpanan vaksin diupayakan menggunakan data logger di mana dapat menyimpan
data temperature selama 24 jam (di set record setiap 5 menit). Jika tidak tersedia, maka perlu
dilakukan pencatatan suhu minimal 2x sehari dan yang pertama pagi hari setiap sebelum
aktivitas.
• Jika memungkinkan tersedia alarm jika suhu di luar 2-8˚C. alarm harus dikenali oleh seluruh
petugas.
• Penyimpangan suhu dalam penyimpanan merupakan hal yang dapat terjadi untuk itu perlu
mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar hal ini dapat terhindar.
Peralatan yang digunakan
• Gudang cold chain dan kulkas  terkalibrasi dan terkualifikasi. Penyimpanan harus
optimum sesuai hasil kualifikasi.
• Cool box  terkualifikasi
• Data logger  terkalibrasi untuk dapat digunakan, penempatan ditempatkan di lokasi
yang sesuai dan paling bermasalah. Pastikan user mengerti penggunaan data logger dan
dapat mendownload data. Download data rutin paling lama seminggu sekali. Pastikan
baterai selalu diperiksa.
• Temperatur  terkalibrasi dan harus punya akurasi ± 1˚C
Gudang dan Kulkas
• Kulkas sudah terkualifikasi
• Lakukan temperature mapping untuk mengetahui kondisi di dalam kulkas.
• Tempatkan thermometer yang diletakkan di dalamnya di tengah vaksin dan
juga di titik minimum dan minimum sesuai temperature mapping.
• Kulkas harus diletakkan di lokasi yang tidak terkena cahaya matahari dan aman
• Kulkas harus dimonitor minimal selama 48 jam sebelum dapat digunakan
menyimpan vaksin untuk memastikan kestabilan suhu. Data logger harus
ditempatkan minimal 24 jam sebelumnya.
• Penempatan vaksin tidak boleh terlalu penuh tapi harus sesuai dengan hasil
temperature mapping
• Simpan vaksin sesuai dengan kemasan aslinya
Jika listrik mati
Perlu tersedia genset atau suplai listrik back-up untuk daerah dengan listrik tidak stabil. Suplai listrik harus
segera tersedia dalam waktu kurang dari 15 menit. Pantau suhu selama genset dalam proses dinyalakan.
Jika suplai listrik tidak tersedia maka yang perlu dilakukan:

Saat Jam Kerja


1. Segera berikan tanda vaksin tidak boleh digunakan dan pintu kulkas tidak boleh dibuka
2. Pantau temperature yang tercatat dalam data logger
3. Jika temperature mencapai suhu 8˚C segera pindahkan vaksin ke dalam coolbox yang telah disiapkan dengan
temperature yang dapat dipantau. Jika tidak tersedia, tetap simpan vaksin dalam kulkas dengan penanda untuk tidak
dapat digunakan hingga dilakukan evaluasi kualitas.
4. Segera siapkan alternatif lain jika mati lampu akan memakan waktu lama

Di luar jam kerja


5. Jika tersedia alarm yang terhubung ke staff, staff terkait harus segera bertindak mengamankan vaksin
6. Jika tidak tersedia alarm maka segera setelah diketahui, lakukan pemantauan suhu dari data logger dan evaluasi oleh
apoteker penanggung jawab.

Segera setelah listrik Kembali menyala, catat temperature maksimum dan minimum yang terjadi. Reset temperature di dalam
kulkas. Jika suhu di luar batas yang ditentukan maka segera lakukan evaluasi oleh apoteker penanggung jawab. Monitor
dengan ketat temperature kulkas yang digunakan untuk menghindari adanya kerusakan yang tidak diketahui.
Coolbox
• Coolbox harus sudah terkalibrasi atau terkualifikasi
• Jika tidak memungkinkan maka gunakan data logger terkalibrasi untuk pemantauan.
• Jumlah ice-pack atau gel-pack yang diperlukan bergantung pada :
• Suhu sekitar
• Jenis dan tipe coolbox
• Kapasitas coolbox
• Jenis dan tipe ice-pack dan gel pack
• Ketika menggunakan coolbox:
• Dinginkan coolbox terlebih dahulu agar mencapai suhu yang diharapkan
• Pastikan vaksin terinsulasi dengan baik dan tidak menyentuk ice pack/gel packs
langsung. Vaksin dapat di bubble-wrap dengan longgar sehingga terdapat
udara masuk.
• Pantau dan catat suhu setiap 15 menit untuk 2 jam pertama. Setelah itu setiap
jam. Suhu harus dapat terpantau dari luar.
• Pastikan isi di dalam coolbox tidak dapat bergerak selama transporatsi untuk
menghindari kerusakan
• Coolbox tidak boleh terkena sinar matahari
• Selalu cek temperature sebelum mengambil vaksin keluar dari coolbox.
Transpor vaksin
• Setiap coolbox yang digunakan sudah terkualifikasi
dan thermometer yang digunakan sudah terkalibrasi
• Ice-pack/gel-pack sudah dicek temperaturnya
terlebih dahulu
• Ice-pack/gel-pack tidak boleh bersentuhan dengan
vaksin
• Jika coolbox digunakan untuk menyimpan vaksin
hingga vaksin diberikan kepada pasien maka
pemeriksaan temperature perlu dilakukan setiap
jamnya.
Ice pack

• Ice pack berisi air dan bisa keluar dari freezer di


-18°C yang jauh lebih dingin dari titik beku ice pack,
jika keluar dingin maka ice pack akan bisa
memberikan perlindungan lebih lama.
• Pengkondisian:
1. Keluarkan dari freezer
2. Letakkan ice pack dalam satu baris dan beri
jarak 5 cm antar ice pack
3. Tunggu hingga ice pack mulai basah
(perkiraan sekitar 1 jam untuk suhu +20°C.
Gel pack
• Beberapa tipe gel packs mengandung kimia yang dapat menekan titik beku
sehingga gel pack akan tahan lebih lama disbanding ice packs.
• Pelajari gel pack yang digunakan dengan dokumentasi dari pabrik
• Pengkondisian :
1. Biasanya untuk pengkondisian gel pack memerlukan waktu lebih lama dari ice pack.
2. Gel pack pada umumnya harus disimpan pada −20°C selama minimal 36 jam sebelum
penggunaan. Secara umum:
• Gel pack dengan berat kurang dari 750 g, maka diperlukan waktu 45 menit pada suhu ruang di atas +15°C dan
diperlukan waktu sekitar 1 jam jika di bawah suhu +15°
• Gel pack dengan berat lebih dari 750 g, maka diperlukan waktu 1 jam pada suhu ruang di atas +15°C dan
diperlukan waktu sekitar 1,5 jam jika di bawah suhu +15°C
Contoh penggunaan coolbox
Penyimpangan dalam penyimpanan

Jika suhu penyimpanan tidak sesuai rentang yang ditentukan maka yang harus dilakukan :
1. Lakukan Tindakan perbaikan segera. Periksa listrik tempat penyimpanan, jika terjadi masalah pada
alat segera laporkan kepada engineering
2. Vaksin yang mengalami permasalahan harus segera dipindahkan dan dikarantina dengan label
“DILARANG DIGUNAKAN” dengan tetap disimpan pada rentang 2-8˚C.
3. Segera laporkan penyimpanan kepada penanggung jawab distribusi
4. Download data logger untuk mereview penyebab dan juga lama penyimpangan terjadi
5. Dokumentasikan seluruh kejadian
6. Vaksin tidak diperbolehkan dibuang hingga ada keputusan dari penanggung jawab. Jika dibuang
harus mengikuti tata cara pembuangan limbah dengan benar.

Paparan terhadap panas atau dingin memiliki pengaruh pada kelayakan vaksin dan dapat mengurangi
efikasi.
Protokol Manajemen Vaksin

• Mengikuti Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)


• Orang-orang yang menangani vaksin harus terlatih
• Tersedia seorang apoteker penanggung jawab untuk distribusi vaksin untuk
melakukan review kualitas
• Terdapat alur komunikasi yang jelas dalam penanganan distribusi
• Tersedia list orang-orang yang dapat dikontak jika terjadi permasalahan :
• Apoteker penanggung jawab untuk review kualitas
• Engineer untuk perbaikan tempat penyimpanan jika terjadi kerusakan alat
penyimpanan
• Tersedia genset untuk back up jika terjadi pemadaman listrik
• Vaksin dikelola secara FEFO (First Expired First Out) tetapi harus disediakan vaksin
pasangan yang digunakan untuk booster.
• Tersedia protocol yang jelas untuk setiap situasi dan penggunaan alat-alat
Hal lainnya
• Expired date pendek sehingga perlu dipastikan tidak terjadi penumpukan stock
• Vaksin diberikan 2x sehingga perlu dipastikan tersedia booster untuk pasien-pasien yang
memerlukan. Oleh karena itu perhitungan stock harus dilakukan dengan baik dan sejak
awal jumlah stock langsung diamankan untuk penerima langsung memperoleh full dose.
(Untuk Sinovac diberikan pada hari ke 0 dan ke 14)
• Limbah setelah vaksinasi harus dibuang dan dimusnahkan dengan benar sehingga
menghindari terjadinya penyalahgunaan termasuk celah untuk VAKSIN PALSU
Kesimpulan
• Vaksin COVID-19 memiliki karakter yang berbeda
tergantung dari manufacturer
• Keberhasilan program vaksinasi bergantung pada
kualitas vaksin dan jumlah populasi yang di vaksin
• Kualitas vaksin sangat bergantung pada
penanganan saat distribusi hingga disuntikkan
kepada pasien
• Prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)
dalam cold chain management harus diaplikasi
untuk menjamin efektivitas dan keamanan vaksin

You might also like