You are on page 1of 11

Islam & Budaya

Bernando J. Sujibto
Prodi Sosiologi, FISHUM, UIN Sunan Salijaga
Emaial: bj.sujibto@uin-suka.ac.id
Skema Studi Agama
AGAMA

Normativitas Historisitas
Normativitas
Merujuk ke norm (norma, dan ketentuan) tentang yang baik-buruk,
haram-halal, dan boleh-tidak boleh dilakukan.
Aspek normativitas ini menganjurkan pembacaan secara tekstual
(bukan kontekstual) pada teks/ajaran (yang tertulis dalam) agama,
sehingga unsur-unsur seperti telaah analisis empiris-kritis, historis,
dan metodologis terhadap teks/ajaran agama tidak ditonjolkan dan
bahkan terlarang. Mereka cenderung menghindari produk-produk
yang dihasilkan sejarah keagamaan.
Historisitas
• Historisitas adalah proses memahami teks agama dengan keseluruhan
aspek historis. Islam tampil sebagai sebuah disiplin ilmu yang di
dalamnya dibahas berbagai peristiwa yang memperhatikan unsur
sejarah: tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari
peristiwa tersebut.
• “Ekstrim” historisitas menuduh “ekstrim” normativitas cenderung
absolut karena normativitas mengutamakan teks yang tertulis tanpa
mau peduli pada apa sesungguhnya yang melatar belakangi berbagai
keagamaan yang ada.
Agama Sebagai Wahyu

• Disampaikan oleh Allah kepada Nabi (Muhammad)


dengan isyarat
• Mempunyai kitab suci tanpa campur tangan manusia
• Ajarannya punya ketetapan mutlak
• Konsep tauhid/akidah yang mutlak
• Kebenaran bersifat universial
Agama sebagai Budaya
• Agama sebagai budaya hadir dalam bentuk objek budaya yang eksplisit,
seperti simbol, gagasan, atau orang yang secara sadar digunakan orang
untuk memahami dan menjelaskan diri dan kelompoknya, atau
membentuk norma dan nilai.
• Dianggap produk manusia (Nabi/penemu agama boleh dari Wahyu atau
dari cara lain)
• Pada saat yang sama, agama dapat menjadi budaya implisit, yang
mendefinisikan parameter mental dan makna di mana segala sesuatu
masuk akal, atau sebagai keyakinan dan asumsi yang memandu tindakan
bahkan jika para aktor itu sendiri hanya samar-samar menyadari
pengaruh mereka (Jacobs dan Hanrahan, 2005: 194).
Proses Kebudayaan
WAHYU

Normativitas Historisitas

BUDAYA
AGAMA
Jaring Laba-Laba Prof.
Amin Abdulllah

Jaring laba-laba ini


merupakan fondasi di
balik filosofi interaksi
dan interkoneksi yang
menjadi landasan UIN
Sunan Kalijaga.
Budaya Agama: Alat Hegemoni
Budaya agama (religious culture) secara eksplisit bisa menjadi
dukungan bagi hegemoni kekuasaan yang melintasi konteks sosial
(Jacobs dan Hanrahan, 2005: 107).
• Politik: legitimasi simbol-simbol agama dipakai untuk menggalang dan
menggerakkan massa dengan tujuan politik (partai Islamis dan FPI)
• Sosial: simbol-simbol budaya agama dipakai untuk mobilization of
marginal social groups.
• Ekonomi: politik label halal dan komodifikasi simbo-symbol agama
menjadi bukti menarik di sini.
Islam Melihat Budaya
• Sebagai objek material, yaitu produk (hukum, norma,
dll)
• Sebagai instrumental, dilihat sebagai alat untuk
berkuasa (kekuasaan), kekerasan dan politik
• Sebagai nilai, dilihat sebagai idea, pengetahuan dan
pemahaman
Rujukan
1. Jacobs, Mark D. dan Nancy Weiss Hanrahan (2005). The Blackwell Companion to
the Sociology of Culture. Massachusetts: Blackwell Publishing.
2. Abdullah, M. Amin (2006). Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pendekatan
Integratif-Interkonektif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

You might also like