You are on page 1of 11

PENGONTROLAN

PERTUMBUHAN
MIKROOGANISME
By:
Deta Retno Putri (2110002)
Rizky Kusuma Wulandari (2110048)
Achmad Wildan Baihaqi (2110102)
Kontrol Mikoorganisme

Kontrol mikroorganisme adalah segala kegiatan yang dapat


menghambat, membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme.
Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan
beragam, dan mereka terdapat hampir dimana-mana di alam ini.
Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang
tidak dapat dilihat dengan menggunakan mata telanjang,
sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat melihatnya
seperti mikroskop, lup dan lain-lain.
Alasan utama pengendalian organisme adalah :
• Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.
• Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi.
• Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh
mikroorganisme.
Metode Pengendalian
Mikroba
A. Cleaning (kebersihan) dan Sanitasi : Cleaning dan Sanitasi sangat
penting di dalam mengurangi jumlah populasi bakteri pada suatu
ruang/tempat.
B. Desinfeksi : Desinfeksi adalah proses pengaplikasian bahan kimia
(desinfektans) terhadap peralatan, lantai, dinding atau lainnya untuk
membunuh sel vegetatif mikrobial.
C. Antiseptis : Antiseptis merupakan aplikasi senyawa kimia yang
bersifat antiseptis terhadap tubuh untuk melawan infeksi atau
mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara menghancurkan
atau menghambataktivitas mikroba.
D. Sterilisasi : Proses menghancurkan semua jenis kehidup-an
mikroorganisme sehingga menjadi steril
E. Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya :
•Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan
minumankaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora
mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan
minuman yang diproses.
•Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali
berdasar-kan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten
untuk dibasmi.
•Boiling : Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada
suhu 100oC selama 10-15 menit.
•Red heating : Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar
spiritus) sampai berpijar merah .
•Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar
bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran.
F. Pengendalian Mikroba dengan Radiasi. Bakteri terutama
bentuk sel vegetatifnya dapat terbunuh dengan penyinaran
sinar ultraviolet (UV) dan sinar-sinar ionisasi.
G. Pengendalian Mikroba dengan Filtrasi
• Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara
berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter
atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke
dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar
(Laminar Air Flow).
• Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan
bahan-bahan yg tidak tahan terhadap pemanasan, mis.
larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll.
H. Bakteriostatis : Suatu kondisi pertumbuhan bakteri dan
multiplikasinya dihambat, namun bakteri tersebut tidak mati.
I. Status Fisiologis
J. Bakteri dalam pertumbuhan mudah terbunuh karena sel-sel
belum tumbuh secara sempurna.
K. Lingkungan : Dengan menggunakan tingkat keasaaman
pH.
Pengendalian Mikroba
Secara Kimia

Banyak zat-zat kimia yang dewasa ini


digunakan untuk membunuh atau mengurangi
jumlah mikroba, terutama yang patogen.
Pengendalian secara kimia umumnya lebih
efektif digunakan pada sel vegetatif bakteri,
virus dan fungi, tetapi kurang efektif untuk
menghancurkan bakteri dalam bentuk
endospora
Tujuan memilih dan
menggunakan senyawa
kimia
• Aktivitas antimikroba, yaitu memiliki kemampuan untuk mematikan mikroorganisme, dalam konsentrasi
yang rendah pada spektrum yang luas, artinya dapat membunuh berbagai macam mikroorganisme.
• Kelarutan, artinya senyawa ini bisa larut dalam air atau pelarut lain, sampai pada taraf yang diperlukan
secara efektif.
• Stabilitas, artinya memiliki stabilitas yang tinggi bila dibiarkan dalam waktu yang relatif lama dan tidak
boleh kehilangan sifat antimikrobanya
• Tidak bersifat toksik bagi manusia maupun hewan lain, artinya senyawa ini bersifat letal bagi mikroba dan
tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan lain.
• Homogenitas, komposisinya harus selalu sama, sehingga bahan aktifnya terdapat pada setiap aplikasi.
• Ketersediaan dan biaya, senyawa itu harus tersedia dalam jumlah besar dengan harga yang pantas.
• Sifat bahan harus serasi , yaitu zat kimia yang digunakan untuk disinfeksi alat-alat yang terkontaminasi tidak
baik digunakan untuk kulit karena dapat merusak sel kulit.
• Tipe mikroorganisme, artinya tidak semua mikroorganisme rentan terhadap mikrobiostatik atau
mikrobiosida, oleh karena itu harus dipilih tipe mikroorganisme yang akan dibasmi.
CARA KERJA AGEN KIMIA
• Agen kimia yang merusak membran sel mikroba :
Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu
golongan anionik, kationik dan nonionik.
• Agen kimia yang merusak enzim mikroba, yaitu: a.
Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri,
dll. b. Golongan oksidator seperti golongan halogen,
peroksida hidrogen dan formaldehid.
• Agen kimia yang mendenaturasi protein, yaitu agen
kimiawi yang menyebabkan terjadinya koagulasi dan
presipitasi protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan
bahan-bahan asam dan alkalis.
Faktor yang mempengaruhi
efektivitas agen kimia di dalam
mengendalikan mikroba

Konsentrasi agen kimia yang digunakan semakin


konsentrasinya tinggi maka efektivitasnya semakin
meningkat.
Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak
dengan bahan yang disterilkan maka hasilnya akan
semakin baik.
Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan
berspora lebih resisten dibandingkan yang tidak berkapsul
dan tidak berspora.
Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan
organik dapat menurunkan efektivitas agen kimia.
pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat
berubah seiring dengan perubahan pH.
Zat kimia yang digunakan untuk
pengendalian mikroorganisme

• Antimikroba Antimikroba adalah zat kimia yang


membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Antimikroba termasuk bahan
pengawet kimia dan antiseptik, serta obat yang
digunakan dalam pengobatan penyakit menular
pada tanaman dan hewan.
• Desinfektan merupakan bahan yang membunuh
mikroorganisme, tetapi tidak mencakup spora
mikroorganisme, dan tidak aman digunakan
untuk jaringan hidup, desinfektan hanya
digunakan pada benda mati seperti meja, lantai,
peralatan, dll.
Pengendalian Mikroba
Secara Fisika

Sebagian besar bakteri patogen memiliki keterbatasan


toleransi terhadap berbagai kekuatan lingkungan fisiknya.dan
memiliki sedikit kemampuan untuk bertahan hidup di luar
tubuh inang. Bakteri lain dapat membentuk spora yang sangat
resisten terhadap keadaan fisik lingkungan dan membantu
mikroba melalui peningkatan nilai pertahanan hidup.
Temperatur Penggunaan panas lembab untuk merusak
bakteri dapat dilakukan dengan beberapa cara: pendidihan,
uap bebas, dan uap dengan tekanan. Dari ketiga cara tersebut,
uap dengan tekanan, paling efisien karena membuat
temperatur di atas mampu mendidihkan titik air. Temperatur
tersebut dibutuhkan untuk menghancurkan spora.Sterilisasi
uap bakteri digunakan yang sangat tahan dalam suatu ruangan
bertekanan yang disebut autoklaf.

You might also like