Professional Documents
Culture Documents
6
Standar Pelayanan Operasional (SPO) untuk rehabilitasi kesehatan merupakan
pelayanan kesehatan secara komprehensif di Puskesmas Mampu Tata Laksana
Kasus KtP/A dan PPT di RSU/RSUD/RS Bhayangkara yang mengacu pada
panduan dari Kementerian Kesehatan.
SPO untuk pelayanan rehabilitasi sosial dan reintegrasi sosial mengacu pada
panduan yang disusun oleh Kementerian Sosial terutama untuk RPTC dan
RPSA,
sedangkan SPO untuk pemulangan dibuat berdasarkan panduan yang telah
disusun oleh Kementerian Luar Negeri, BNP2TKI, dan Kementerian Sosial.
Sasaran jejaring pelayanan KtP/A adalah:
- Kepala daerah dan jajarannya di setiap tingkatan wilayah sebagai pihak yang
bertanggung jawab untuk menyediakan layanan bagi korban kekerasan.
- Petugas pelaksana penyedia layanan bagi pelayanan di semua tingkatan, baik di
dalam maupun di luar negeri.
7
Kasus KtP/A
PENGADUAN
JALUR KOMANDO
Badan PP/ UPTD PPA/
P2TP2A/
LSM/LPSK/SATGAS
JALUR KOORDINASI
Mekanisme Koordinasi Penanganan Kasus Pusat dan
Daerah
PENGADUAN KASUS KTP/A TRAFIKING
PELAYANAN
SPM
PEMULANGAN
PENEGAKAN REINTEGRASI
HUKUM DAERAH ASAL
PUSAT
KESEHATA
REHABSOS
N
PROVINSI
KABUPATE
N/KOTA
9
10
Pemulihan korban yang diharapkan..
11
Bukan……
12
NO PELAYANAN PROFESI LEMBAGA
1 Medik Dokter (umum dan Rumah sakit, puskesmas,
spesialis), perawat, bidan klinik kesehatan
Koordinasi dengan
Penerimaan Pengaduan
POLRI
Kasus KtP/A
Inform Consent
Rujukan
Administrasi
PENCATATAN DAN
PELAPORAN
14
Korban kekerasan
terhadap anak dan
perempuan
Datang sendiri/ diantar
Rujuk dari rumah orangtua/ keluarga/
aman/ praktik dokter/ pamong/ guru
UPTD PPA/ P2TP2A
Puskesmas
Registrasi
Tindak Kegawatdaruratan
TATALAKSANA:
Anamnesa
Informed Consent
Pemeriksaan fisik dan status
Rujukan mental
Pemeriksaan penunjang Pulang
Medis Non Medis Diagnosa
Tindakan medis
Konseling
Wajib Lapor
Pembuatan VeR
Rumah sakit
Pencatatan dan Pelaporan
PPT/ PKT
Kunjungan Rumah Jejaring
15
Datang Sendiri
RS non PKT/
PPT Non Kritis Semi Kritis Kritis
Di Dalam
RS
PKT/ PPT
•Pemeriksaan Fisik & ICU/ HCU
Medikolegal Ruang Rawat Inap
•Konseling Psikososial
•Konseling hukum
•Laboratorium penunjang Meninggal
PKT/ PPT (Ruang Otopsi)
RS lain
Kembali ke
Rumah LBH/ Polisi
keluarganya
Aman/ Shelter 16
KORBAN
PENYIDIK IGD /
(POLISI) POLIKLINIK
PUSAT PELAYANAN
TERPADU
17
Penerimaan
Korban
Rumah Aman
Konseling Lanjutan tapi Tidak
•Konseling lanjutin Tinggal dalam Rumah Aman
•Perlindungan
Pengadministrasian
dan Terminasi
18
Korban atau kuasanya
Kepolisian membuat Kejaksaan Ke Pengadilan
melaporkan kejadian untuk proses
perkara LP - BAP Pemberkasan
sidang
19
•Datang Sendiri
•Rujukan
•Penjangkauan Petugas Bantuan
Petugas Penegak Hukum/ Relawan
Hukum/ Polri Pendamping
Penyidikan
Mediasi
Penuntutan
Pengadilan
Putusan hukum
tetap
Administrasi
PENCATATAN DAN
PELAPORAN
20
21
Mekanisme rujukan pada kasus korban kekerasan pada
perempuan dan anak adalah suatu pola kerja sama lintas sektoral
dan multidisiplin, yang bertujuan memberikan layanan dan
perlindungan secara optimal pada korban, sesuai dengan
kapasitas dan bidang keahlian masing-masing.
22 22
22
Kegiatan rujukan mencakup:
Rujukan pasien meliputi rujukan internal dan eksternal. Rujukan
internal adalah rujukan antar spesialis dalam satu RS, sedangkan
rujukan eksternal adalah rujukan pelayanan ke luar RS dengan
mengikuti sistem rujukan yang ada.
Rujukan berkaitan pelayanan korban yang tidak ada di RS asal,
misalnya pelayanan medikolegal, konseling hukum, konseling
psikososial, Rumah Aman, dll.
Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk peningkatan
kemampuan tenaga serta sumber daya kesehatan lainnya (dana, alat,
dan sarana).
Pembinaan manajemen.
23 23
23
Sesuai fungsi koordinasi dan kemampuan fasilitas
kesehatan, rujukan dibedakan:
1.Rujukan vertikal
2.Rujukan horizontal
24
1. Rujukan vertikal: rujukan fasilitas pelayanan yang
berbeda tingkatan dari yang lebih rendah ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi, misalnya dari
Puskesmas ke RS atau dari RS tipe C ke RS tipe
yang lebih tinggi.
2. Rujukan horizontal: rujukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan, misalnya dari RS
non PPT ke RS PPT.
25
1. Rujukan medis
Tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan primer
(Puskesmas, Klinik 24 Jam, Balai Pengobatan, Dokter Praktik
Swasta) seringkali menjadi pintu masuk atau rujukan awal dari
kasus KtP/A.
Dalam menangani korban kekerasan, fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan tetap berkoordinasi dengan fasilitas pelayanan kesehatan
yang mengirim untuk memantau perkembangan kasus/kondisi
korban sesuai dengan kewenangannya. Fasilitas pelayanan
kesehatan terdiri dari Puskesmas dan Rumah Sakit.
26
a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Kewenangan:
Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama/FKTP
dapat mengenali, menangani kasus, menerima rujukan kasus,
dan merujuk kasus untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut
terhadap perempuan dan anak, serta memberikan informasi atas
adanya dugaan kekerasan terhadap perempuan dan anak
termasuk TPPO. Selain memberikan pelayanan kesehatan,
Puskesmas juga melakukan Pembuatan visum et repertum atas
permintaan Polisi, Pencatatan dan pelaporan kasus, Konseling
dan rujukan.
27
28
b. Rumah Sakit (RS)
Kewenangan:
• RS dapat menerima dan menangani kasus KtP/A. Jika RS tersebut tidak
mampu menangani, dapat dirujuk ke RS yang lebih mampu. Pada kasus
dimana tidak tersedia tenaga yang dibutuhkan, dapat dilakukan koordinasi
dengan institusi terkait lainnya apabila diperlukan, misalnya pendampingan
tenaga sosial dari dinas sosial atau pendampingan hukum dari LBH.
• Pusat Krisis Terpadu (PKT)/Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di RS
memberikan pelayanan komprehensif dan holistik meliputi penanganan medis
dan medikolegal, penanganan psikologis, sosial, dan hukum. Oleh karena itu
di dalam PKT/PPT diperlukan tim yang terdiri dari dokter, perawat, bidan,
pekerja sosial, psikolog dan ahli hukum, serta ruang konsultasi dapat
disesuaikan dengan kondisi yang ada namun perlu dijamin kerahasiaan,
keamanan, dan kenyamanan.
• Bagi RS yang belum memiliki PKT/PPT, kegiatan penanganan kasus KtP/A
dilakukan di instalasi Gawat Darurat (IGD).
29
KORBAN :
Datang sendiri
Diantar (orang tua, keluarga,
guru, masyarakat)
Rujukan Puskesmas, UPTD
PPA/ P2TP2A, UPPA
30
2. Rujukan Non Medis
• Rujukan non medis meliputi rujukan psikososial dan bantuan hukum. Selain
pertolongan medis, kasus KtP/A membutuhkan intervensi psikososial,
perlindungan dan bantuan hukum. Oleh sebab itu, proses rujukan tidak cukup
sampai pertolongan medis saja.
• Pada beberapa kasus, misalnya pada korban kekerasan domestik, seringkali
intervensi psikososial justru merupakan komponen mendasar dari penyelesaian
kasus. Pada kasus perdagangan anak, aspek hukum menjadi komponen yang
dominan dari upaya perlindungan anak dan sebaiknya dilakukan kajian tim multi
disiplin.
• Kasus KtP/A yang membutuhkan pendampingan psikososial, dapat dirujuk pada
lembaga-lembaga pemerhati seperti Lembaga Perlindungan Anak, Women Crisis
Center, Yayasan Kesejahteraan Anak dan sebagainya.
• Rujukan psikososial dapat dilakukan ke PPT/PKT Rumah sakit setempat atau RS
Bhayangkara.
31
32