You are on page 1of 121

Ekonomi Regional

& Spatial

Sirojuzilam Hasyim Ahmad


(Prof. Dr. lic. rer. reg. SE)

Ekonomi Region
DEVELOPMENT : Conceptual Clarifications
CHANGE

QUANTITY
QUALITY
(Size)
(Composition)
Enlargement
Advancement

Individual Population
Individual
Population

GROWTH DEVELOPMENT
EVALUATION

Acquisition & Assimilation & Variation &


Accretion Accommodation Selection

Replication Rearrangement Replacement

SWELL SPREAD TRANSITION SUCCESSION

Repetition Revision Innovation

Rules Things Organisms

ENHANCEMENT ENABLEMENT MODERNIZATION PROGRESS SPECIATION

fitter than fitter than


before before

EXPANSION IMPROVEMENT
UNDERDEVELOPMENT : Focus of Regional Development Attempts
NEEDINESS

accidental permanent

PLIGHT POVERTY
RELIEF

systematic individual

UNDERDEVELOPMENT MISERY
(mass poverty) CHARITY

differential General
REVOLUTION

sectoral segmental spatial

ECONOMIC POPULATION GEOGRAPHIC


BRANCHES STRATA ZONES

Marginal dependent peripheral


deficient vulnerable remote

COORDINATED INTERVENTIONS
Surmounting through Harnessing of
of problems potentials
REGIONAL DEVELOPMENT
World GDP percapita 2008
indikator makro internasional

GDP: 375 billion US dollar GDP: 5087 billion US dollar


GDP percapita: 2636 US dollar GDP percapita: 39824 US
Export: 301 billion US dollar dollar
Import: 137 billion US dollar Export: 646 billion US dollar
Gini index: 0.40 Import: 579 billion US dollar
HDI , 2005: 0.802 (67) Gini index: 0.37
CO2 emission: 1524.10 mt HDI, 2005: 0.953 (8)
tonnes CO2 emission: 1257.20 mt
CO2 per capita: 10.6 tonnes tonnes
CO2 per capita: 9.9 tonnes

GDP: 706 billion US dollar


GDP percapita: 636 US dollar
Export: 126 billion US dollar
Import: 185 billion US dollar
Gini index: 0.32 GDP: 2112 billion US dollar
HDI, 2005: 0.619 (128) GDP percapita: 1610 US dollar
CO2 emission: 1342.10 mt tonnes Export: 968 billion US dollar
CO2 per capita: 1.2 tonnes Import: 791 billion US dollar
Gini index: 0.44
HDI, 2005: 0.777 (81)
CO2 emission: 5007.10 mt
tonnes
CO2 per capita: 3.8 tonnes
Indikator Sumber
GDP, GDP percapita WDI (2006) GDP: 219 billion US dollar
GDP percapita: 983 US dollar
Export & Import UN Comtrade (2006) Export: 100 billion US dollar
Gini Index CIA World Fact book (2006) Import: 61 billion US dollar
HDI Human Development Report, UNDP
Gini index: 0.34
(2005) HDI, 2005: 0.728 (107)
CO2 emission: 378 mt tonnes
CO2 Emission percapita, CO2 Human Development Report, UNDP
emission (2004)
CO2 per capita: 1.7 tonne
Globalisasi
Indikator Nasional
indikator makro wilayah Prtmbh
Ekonomi
5,61%

Share PDRB thdp Nasional Pendpt 15,63 jt


perkapita
Dengan migas 23,02% Share PDRB thdp Nasional
Share PDRB thdp Nasional Koefisien Gini 0,305
Tanpa migas 20,44% Dengan migas 4,06%
Dengan migas 9,13%
Prtmbh Ekonomi 4,9% Tanpa migas 4,49%
Tanpa migas 6,40% Share PDRB thdp Nasional
Pendpt perkapita 16,65 jt Prtmbh Ekonomi 6,88%
Prtmbh Ekonomi 3,14% Dengan migas 1,86%
Penduduk miskin 2,0 jt (16,5%) Pendpt perkapita 8,72 jt
Pendpt perkapita 24,58 jt Tanpa migas 1,98%
Koefisien Gini 0,272 Pnddk miskin 1,71 jt
Pddk miskin 1,35 jt (10,4%) (17,0%) Prtmbh Ekonomi 4,90%
Koefisien Gini 0,280 Koefisien Gini 0,274 Pendpt perkapita 24,95 jt
Pnddk miskin 1,06 jt (40,4%)
Koefisien Gini 0,334

54797.00 (minimum)
245594.00

Share PDRB thdp Nasional


398937.00 (median)
639154.00

Dengan migas
1339115.00 (maximum)
60,21%
Tanpa migas 64,78%
Share PDRB thdp Nasional
Prtmbh Ekonomi 6,16% Share PDRB thdp Nasional
Dengan migas 0,25%
Pendpt perkapita 15,86 jt Dengan migas 1,46%
Tanpa migas 0,28%
Pnddk miskin 2,17 jt (16,0%) Tanpa migas 1,62%
Prtmbh Ekonomi 7,78%
Koefisien Gini 0,334 Prtmbh Ekonomi 4,76%
Pendpt perkapita 4,50 jt
Pendpt perkapita 5,88 jt
Pnddk miskin 0,52 jt
Sumber: BPS 2007 Pnddk miskin 0,23 jt (26,2%) (23,2%)
Sumber: BPS 2007 Koefisien Gini 0,289 Koefisien Gini 0,300
Ekonomi Regional INDONESIA

Kalimantan
Kontribusi 3 Sektor terbesar Pulau
struktur ekonomi wilayah Pertanian
Ind. Pengolahan
22,1%
20,47%
Kontribusi 3 Sektor Terbesar NAD : Pertambangan 19,26%
Pertanian : 27.35%
Pertambangan : 21.53%
Perdagangan : 12.30%

Kontribusi 3 Sektor Terbesar Sumut :


Kontribusi 3 Sektor Terbesar Riau :
Industri Pengolahan : 25.04%
Pertambangan : 43.39%
Pertanian : 22.56%
Pertanian : 20.76%
Perdagangan : 19.20%
Industri Pengolahan : 18.65%

Kontribusi 3 Sektor Terbesar Kepri :


Kontribusi PDRB Industri Pengolahan : 46.70%
Perdagangan : 20.52%
Propinsi (%) Kontribusi 3 Sektor Terbesar Sumbar :
Pertambangan : 9.76%
Pertanian : 24.67%
Propinsi Kontribusi Perdagangan : 17.34%
Jasa-Jasa : 15.64 %
Kontribusi 3 Sektor Terbesar Babel:
NAD 9.10 Industri Pengolahan : 22.45%
Pertambangan : 20.34%
Sumut 22.40 Pertanian : 18.89 %
Kontribusi 3 Sektor Terbesar Bengkulu :
Sumbar 7.37 Pertanian : 40.27%
Perdagangan : 20.00%
Riau 25.87 Jasa-Jasa : 15.48 % Kontribusi 3 Sektor Terbesar Jambi :
Pertanian : 26.08%
Jambi 3.95 Kontribusi 3 Sektor Terbesar Sumsel :
Pertambangan : 18.96%
Perdagangan : 14.88%
Pertambangan : 24.94%
Sumsel 13.54 Industri Pengolahan : 23.03%
Pertanian : 18.27%
Bengkulu 1.57
Kontribusi 3 Sektor Terbesar Lampung :
Lampung 7.62 Pertanian : 38.12%
Perdagangan : 14.01%
Babel 2.21 Industri Pengolahan : 13.45%
Kepri 6.38 Sumber: Diolah dari BPS, 2007
pembangunan wilayah

 Pembangunan wilayah merupakan hasil dari


aktivitas ekonomi pada wilayah tertentu. Hal ini
berupa pendapatan perkapita, kesempatan
kerja dan pemerataan.
 Pembangunan wilayah membandingkan
permasalahan suatu wilayah dengan wilayah
yang lebih maju. Dalam pelaksanaan
pembangunan wilayah terdapat pihak yang
mengatur dan mengambil keputusan untuk
mempengaruhi perubahan sosial (Friedman)
Ekonomi Region
change (perubahan) ?
development = growth + change
• sebagai obyek
t t’
Event/kejadian
Berubah ukurannya (bertambah
+ proses besar/kecil –
meningkat/menurun
Event/kejadian
Berubah bentuk
+ proses

Event/kejadian
Berubah isi
+ proses

Berubah karena skala

• Sebagai kata
benda • Perubahan kepemilikan
• Perubahan nilai, fungsi, peran
sasaran pembangunan (Todaro)

 Meningkatkan persediaan dan memperluas


pembagian/pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk
bisa hidup, seperti perumahan, kesehatan dan lingkungan.
 Mengangkat taraf hidup termasuk menambah dan
mempertinggi pendapatan dan penyediaan lapangan kerja,
pendidikan yang lebih baik, dan perhatian yang lebih besar
terhadap nilai-nilai budaya manusiawi, yang semata-mata
bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan materi, tetapi untuk
meningkatkan kesadaran harga diri baik individu maupun
nasional.
 Memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi
semua pilihan individu dan nasional dengan cara membeb
askan mereka dari sikap budak dan ketergantungan, tidak
hanya hubungan dengan orang lain dan negara lain, tetapi
juga dari sumber-sumber kebodohan dan penderitaan.
Ekonomi Region
sasaran pembangunan

Untuk mencapai sasaran pembangunan diatas


pembangunan ekonomi harus diarahkan kepada:
 Meningkatkan output nyata/produktivitas yang tinggi
harus terus menerus meningkat. Karena dengan output
yang tinggi ini akhirnya akan dapat meningkatkan
persediaan dan memperluas pembagian bahan
kebutuhan pokok untuk hidup, termasuk penyediaan
perumahan, pendidikan, dan kesehatan.
 Tingkat penggunaan tenaga kerja yang tinggi dan
pengangguran yang rendah yang ditandai dengan
ketersediaan lapangan kerja yang cukup.
 Pengurangan dan pemberantasan ketimpangan.
 Perubahan sosial, sikap mental, dan tingkah laku
masyarakat dan lembaga pemerintah.

Ekonomi Region
sasaran pembangunan

 Pada kenyataannya, tidak semua wilayah


dapat mewujudkan hal tersebut, sehingga
pembangunanpun tidak merata di seluruh
wilayah. Perbedaan pembangunan
antarwilayah dapat dijelaskan oleh sejumlah
teori, yakni teori basis ekonomi, teori lokasi
dan teori daya tarik industri (Tambunan,
2001).

Ekonomi Region
Ekonomi Regional
IER = IE + Teori Lokasi

 Adalah cabang dari ilmu ekonomi yang


khusus membahas masalah ekonomi
daerah dan perkotaan
 Basis IER adalah Ilmu Ekonomi
 Penggabungan dari Ilmu Ekonomi dengan
Teori Lokasi dalam memasukkan unsur
space

 Walter Isard 1956 : Space Economics


Kekhususan IER

Masalah dalam perekonomian mengacu


kepada pertanyaan :
What
How
For Whom
When
Where : IER
Basic Questions dalam Ilmu Ekonomi
Regional
Ilmu Ekonomi (Samuelson,1961)
- What commodities should be produced
- How commodities be produced
- When the commodities be produced
- Why commodities be produced?
Ilmu Ekonomi Regional:
- Where the commodities be produced
A Spatial Classification of Activities

Producers
Spatial classification
concentreted dispersed

concentreted I II
Consumers
dispersed III IV
Kekhususan IER
 Perbedaan dengan IEMikro konvensional
mencakup :
1.faktor jarak (distance)
2.biaya angkut (transportation cost)
3.lokasi bahan baku (raw material)
4.konsentrasi konsumen
5.konsentrasi tenaga kerja (labor)
6.pasar (market)
7.dll
manfaat pertumbuhan wilayah

 Meningkatkan kapasitas penyediaan


jasa publik & sosial
 Memperbesar kemampuan daerah
mengurangi kemiskinan dan
pengangguran

Memperbesar manfaat
desentralisasi
pertumbuhan ekonomi

 Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan


kapasitas dalam jangka panjang dari Negara
yang bersangkutan untuk menyediakan
berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri
ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya
kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian
teknologi, institusional, dan ideologis terhadap
berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro,
2004).

Ekonomi Region
pertumbuhan ekonomi lanj.

 Kapasitas pertumbuhan dimungkinkan oleh adanya


perkembangan teknologi, penyesuaian-penyesuaian
kelembagaan dan ideologi sebagaimana yang diminta oleh
kondisi masyarakatnya. Definisi ini memiliki tiga komponen
pokok, yaitu, (1) Adanya peningkatan terus menerus dalam
keluaran atau produksi nasional, yang merupakan
manifestasi pertumbuhan ekonomi dan kemampuan untuk
menyediakan berbagai jenis barang yang dibutuhkan
merupakan pertanda kematangan ekonomi; (2) Kemajuan di
bidang teknologi telah memberikan dasar atau prakondisi
untuk berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan, suatu kondisi yang penting tetapi tidak cukup
hanya itu; (3) Penyesuaian-penyesuaian kelembagaan, sikap
dan ideologi harus diciptakan.

Ekonomi Region
pertumbuhan ekonomi lanj.

 Menurut Kuznet dalam Jhingan (2004),


pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka
panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk
menyediakan semakin banyak jenis barang-barang
ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini
tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan
penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang
diperlukannya.
 Defenisi ini mempunyai tiga komponen, pertama,
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari
meningkatnya secara terus-menerus suatu
persediaan barang. Persediaan ini juga
mengidentifikasi pertumbuhan suatu wilayah di
suatu negara
Ekonomi Region
pertumbuhan ekonomi lanj.
 Jika wilayah tersebut dapat meningkatkan persediaan
barangnya secara terus-menerus maka wilayah tersebut
dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi.
 Kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan
ekonomi yang menetukan derajat pertumbuhan kemampuan
dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk.
Komponen kedua ini juga dapat dijadikan sebagai acuan
apakah suatu wilayah di suatu negara tersebut mengalami
pertumbuhan ekonomi. Jika wilayah tersebut dapat
mengadopsi atau menemukan teknologi baru yang dapat
meningkatkan produksi tanpa menambah input maka
persediaan barang disuatu wilayah tersebut bertambah, ini
berarti wilayah tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi.
 Ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien
memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan
dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu
pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara
tepat. Ekonomi Region
pertumbuhan ekonomi lanj.
 Kuznets telah memilah-milah enam ciri pokok sehubungan
dengan pertumbuhan yang dialami hampir di semua negara
maju yaitu yang termasuk dalam agregat variabel ekonomi,
variabel transformasi struktural, dan faktor yang mempengaruhi
penyebaran pertumbuhan ekonomi internasional. Dua agregat
variabel ekonomi yaitu; (1) Tingkat pertumbuhan keluaran
perkapita yang tinggi dan laju pertumbuhan penduduk, (2)
Tingkat kenaikan yang tinggi pada total produktivitas faktor,
terutama produktivitas tenaga kerja. Dua variabel transformasi
struktural yaitu; (1) Tingkat transformasi struktural yang tinggi,
dan (2) Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi. Dua
faktor yang mempengaruhi penyebaran pertumbuhan ekonomi
internasional adalah kecenderungan negara-negara yang
secara ekonomis maju untuk menggapai bagian dunia yang lain
dalam usaha untuk memperluas pasar dan memperoleh bahan
mentah, serta terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi
yang hanya meliputi sepertiga bagian dunia.

Ekonomi Region
Beberapa teori pertumbuhan ekonomi
regional yang lazim dikenal, yaitu:

Export Base – Models yang dipelopori oleh Douglas C.North


(1955) dan kemudian dikembangkan oleh Tiebout (1956).

Neo-Classic, yang dipelopori oleh Borts Stein (1964), kemudian


dikembangkan lebih lanjut oleh Roman (1965) dan Siebert
(1969).

Cumulative Causation Models. Teori ini dipelopori oleh Myrdal


(1975) dan kemudian diformulasikan lebih lanjut oleh Kaldor.

Core Periphery Models yang mula - mula dikemundangkan oleh


Friedman (1966).
a summary: factors affecting local/regional
economic growth and development

LOCAL/REGIONAL DEV = f (natural resources,


labor, capital investment, entrepreneurship,
transportation & communication, technology,size,
export market, international economic situation,
local government capacity, national government
and state spending, and development support)
wilayah (region)

 Regional science is a field of the social sciences concerned


with analytical approaches to problems that are specifically
urban, rural, or regional. Topics in regional science include,
but are not limited to location theory or spatial economics,
location modeling, transportation, migration analysis, land use
and urban development, interindustry analysis, environmental
and ecological analysis, resource management, urban and
regional policy analysis, geographical information systems,
and spatial data analysis
 wilayah diartikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi
oleh kriteria tertentu ( Region = f (Territory,Population)
 wilayah dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: (1) wilayah
homogen, (2) wilayah nodal, (3) wilayah perencanaan, dan (4)
wilayah administratif.

Ekonomi Region
wilayah homogen
wilayah (region)

Konsep wilayah homogen dipandang sebagai daerah-daerah


geografik yang dikaitkan bersama-sama menjadi satu daerah
tunggal, apabila daerah-daerah tersebut memiliki ciri-ciri yang
seragam/relatif sama. Ciri-ciri kehomogenan itu dapat bersifat
ekonomi misalnya daerah dengan struktur produksi dan
konsumsi yang serupa, bersifat geografi misalnya wilayah
yang mempunyai topografi/iklim yang sama, bahkan dapat
juga bersifat sosial/politik misalnya kepribadian suatu wilayah
yang bersifat tradisional kepada partai. Dengan demikian,
apabila terjadi suatu perubahan pada suatu wilayah akan
berpengaruh terhadap wilayah lainnya.

Ekonomi Region
wilayah nodal
wilayah (region)

Wilayah nodal merupakan satuan-satuan yang heterogen dan


memiliki hubungan yang erat satu sama lain dengan distribusi
penduduk manusia, sehingga terbentuk suatu kota-kota besar,
kotamadya maupun desa-desa. Ciri umum pada daerah-daerah
nodal adalah penduduk kota tidak tersebar secara merata
diantara pusat-pusat yang sama besarnya, melainkan tersebar
pula diantara pusat-pusat yang besarnya berbeda-beda dan
secara keseluruhan membentuk suatu hirarki perkotaan (urban
hierarchy), sehingga timbul ketergantungan antar pusat (inti) dan
daerah belakangnya (hinterland). Hal ini menyebabkan terjadinya
pertukaran barang dan jasa secara internal di dalam wilayah
tersebut. Daerah belakang akan menjual barang-barang mentah
dan jasa tenaga kerja kepada daerah inti, sedangkan daerah inti
akan menjual ke daerah belakang dalam bentuk barang jadi.
Contoh daerah nodal adalah Provinsi DKI Jakarta dan BOTABEK
(Bogor, Tangerang, Bekasi) yang mana DKI sebagai daerah inti
dan BOTABEK sebagai daerah belakangnya.

ekonomi regiona
wilayah administratif
wilayah (region)

Wilayah administratif merupakan wilayah yang


batas-batasnya ditentukan berdasarkan
kepentingan administrasi pemerintahan/politik,
seperti: provinsi, kabupaten, kecamatan,
desa/kelurahan dan RT/RW. Hal ini disebabkan
dua faktor, yaitu: (1) dalam melaksanakan
kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah
diperlukan tindakan dari berbagai badan
pemerintahan, dan (2) wilayah yang batasnya
ditentukan berdasarkan satuan administrasi
pemerintah lebih mudah dianalisis.

ekonomi regiona
wilayah perencanaan
wilayah (region)

Wilayah perencanaan didefinisikan sebagai wilayah yang


memperlihatkan kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.
Wilayah perencanaan harus memiliki ciri-ciri: (1) cukup besar
untuk mengambil keputusan-keputusan investasi yang berskala
ekonomi. (2) mampu mengubah industrinya sendiri dengan
tenaga kerja yang ada, (3) memiliki struktur ekonomi yang
homogen, (4) mempunyai sekurang-kurangnya satu titik
pertumbuhan, (5) menggunakan suatu cara pendekatan
perencanaan pembangunan dan (6) masyarakat dalam wilayah
mempunyai kesadaran bersama terhadap persoalan-
persoalannya.

Contoh wilayah perencanaan yang lebih menekankan pada


aspek fisik dan ekonomi adalah BARELANG (Pulau Batam, Pulau
Rempang, Pulau Galang), daerah perencanaan tersebut adalah
lintas batas administrasi.
ekonomi regiona
wilayah

 Gunawan (2000) mengatakan, pertumbuhan


suatu wilayah sering kali tidak seimbang
dengan wilayah lainnya. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu: perbedaan
karakteristik potensi sumberdaya manusia,
demografi, kemampuan sumberdaya
manusia, potensi lokal, aksesabilitas dan
kekuasaan dalam pengambilan keputusan
serta aspek potensi pasar. Berdasarkan
perbedaan ini, wilayah dapat diklasifikasikan
dalam empat wilayah, yaitu:
ekonomi regiona
wilayah maju

 Wilayah Maju
Wilayah maju merupakan wilayah yang telah
berkembang dan diidentifikasikan sebagai wilayah
pusat pertumbuhan, pemusatan penduduk, industri,
pemerintahan, pasar potensial, tingkat pendapatan
yang tinggi dan memiliki sumberdaya manusia yang
berkualitas. Perkembangan wilayah maju di dukung
oleh perkembangan sumberdaya yang ada di wilayah
tersebut maupun wilayah belakangnya (hinterland) dan
potensi lokasi yang strategis. Sarana pendidikan yang
memadai serta pembangunan infrastruktur yang
lengkap,seperti jalan, pelabuhan, alat komunikasi dan
sebagainya mengakibatkan aksesabilitas yang tinggi
terhadap pasar domestik maupun internasional.

ekonomi regiona
wilayah sedang berkembang

Wilayah Sedang Berkembang


Wilayah ini memiliki karakteristik pertumbuhan
penduduk yang cepat sebagai implikasi dari
peranannya sebagai penyangga wilayah maju. Wilayah
sedang berkembang juga mempunyai tingkat
pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi, potensi
sumberdaya alam yang melimpah, keseimbangan
antara sektor pertanian dan industri serta mulai
berkembangnya sektor jasa.

ekonomi regiona
wilayah belum berkembang

 Wilayah Belum Berkembang


 Potensi sumberdaya alam yang ada pada
wilayah ini, keberadaannya masih belum
dikelola dan dimanfaatkan. Tingkat
pertumbuhan dan kepadatan penduduk
masih rendah, aksesibilitas yang kurang
terhadap wilayah lain. Struktur ekonomi
wilayah didominasi oleh sektor primer dan
belum mampu membiayai pembangunan
secara mandiri.

ekonomi regiona
wilayah tidak berkembang

 Wilayah Tidak Berkembang


 Karakteristik wilayah ini diidentifikasikan
dengan tidak adanya sumberdaya alam,
sehingga secara alamiah tidak
berkembang. Selain itu, tingkat kepadatan
penduduk, kualitas sumberdaya manusia
dan tingkat pendapatan masih tergolong
rendah dan pembangunan infrastruktur pun
tidak lengkap.

ekonomi regiona
potensi ekonomi wilayah

Sirojuzilam bin Hasyim Ahmad


(Prof. Dr. lic. rer. reg. SE)

Ekonomi Region
potensi ekonomi wilayah

Location Quotient
 Location quotients compare the local share of a given
industry to the share of that industry for a larger area. This
concept measures the relative specialization and
concentration of an industry in the local economy compared
to the larger area (usually the nation).
 The location quotient is defined as the ratio of an industry’s
share of the local economy to the industry’s share of the
national economy.

Ekonomi Region
potensi ekonomi wilayah

 The formula: LQi = eit/eTt


Eit/ETt

where: eit=Local employment in sector i at time t


eTt = Total local employment at time t
Eit= National employment in sector i at time t
ETt = Total national employment at time t
 Three values are possible:
1) Industries with LQ’s = 1 (Self-Sufficiency)
2) Industries with LQ’s < 1 (Net Importer)
3) Industries with LQ’s > 1 (Net Exporter)

Ekonomi Region
potensi ekonomi wilayah

 When LQ = 1 (Self-Sufficiency)
--In this situation, a given industry’s share of the local economy
is the same as the share of that industry in the national
economy.
--Local production is assumed to be just sufficient to meet local
demand, so all of the employment in this industry is considered
Non-Basic.
 When LQ < 1 (Net Imports)
--In this situation, a given industry’s share of the local economy
is less than the share of that industry in the national economy.
--Local production is assumed to be insufficient to meet local
demand, so all of this employment is considered Non-Basic.
 When LQ > 1 (Net Exports)

Ekonomi Region
regional cycle

Sirojuzilam bin Hasyim Ahmad


(Prof. Dr. lic. rer. reg. SE)

Ekonomi Region
regional cycle

Daur Perkembangan Daerah


Analisis yang dipergunakan untuk melihat
perkembangan pembangunan dari setiap daerah di
dalam proses pembangunannya salah satunya
adalah dengan Klassen Typology. Hipotesis ini
dipergunakan untuk melihat daur atau arah
perkembangan daerah-daerah, dilihat dari segi
pertumbuhan ekonomi daerahnya.
regional cycle

Sebagai alat analisis, maka ada 2 (dua) variabel


yang menjadi ukuran dari hipotesis ini yaitu :
 Perbedaan antara laju pertumbuhan pendapatan
perkapita daearah dengan laju pertumbuhan
pendapatan perkapita nasional.
 Perbandingan antara pendapatan perkapita daerah
dengan pendapatan perkapita nasional dan hasil
perbandingan ini selalu bernilai positif.
 Kedua variabel tersebut dibentuk dalam sistim
koordinat x-y pada keempat bidang kuadran (I,II,III,
dan IV).

ekonomi regiona
regional cycle

Y Y’

K-II K-I

O(0, 0) P(1, 0) x

K-III K-IV

ekonomi regiona
regional cycle

 Dengan meletakkan koordinat daerah (x,y) pada


sistim koordinat x-y, maka terlihat sebaran daerah-
daerah pada bidang kuadran dimana tiap bidang
kuadran mempunyai karakteristik atau typology
yang berbeda-beda. Pada kuadran I adalah daerah-
daerah dalam keadaan berkembang (developed),
Pada kuadran II adalah daerah-daerah yang
sedang berkembang (developing), pada kuadran III
adalah daerah-daerah yang tidak atau belum
berkembang (underdeveloped) sedangkan pada
kuadran IV adalah daerah-daerah yang
perkembangannya mulai menurun (stagnant).

Ekonomi Region
regional cycle

 Pada prinsipnya analisis dari Klassen dapat


dibedakan menjadi 2 (dua) bagian yaitu : analisis
yang bersifat statis dan analisis yang bersifat
dinamis. Dengan perkataan lain analisis statis
hanya melihat klasifikasi daerah berdasarkan pada
periode atau tahun tertentu, sedangkan analisis
dinamis lebih melihat perkembangan daerah
dengan mengamatinya dari 2 (dua) momentum
yaitu momentum awal dan momentum akhir.
Dengan mengetahui kedua momentum tersebut,
kemudian dapatlah dilihat arah perkembangan dari
masing-masing daerah sekaligus melihat posisi
awal dan posisi akhir dari daerah-daerah.

Ekonomi Region
regional cycle

 Apabila perkembangan daerah dilihat dari


membandingkan laju pertumbuhan ekonomi
daerah dengan laju pertumbuhan ekonomi
tingkat nasional di satu pihak dan
pendapatan perkapita daerah dengan
pendpatan perkapita nasional di lain pihak,
maka matrik perkembangan daerah dapat
dijelaskan sebagai beriukut :

Ekonomi Region
regional cycle

Matrik Perkembangan daerah - daerah

Pendapatan
perkapita
Pertumbuhan
Ekonomi Yi > Y Yi < Y
Gi > G Daerah Maju Daerah Berkembang

Gi < G Daerah Stagnant Daerah Terbelakang

Ekonomi Region
regional cycle

 Pada prinsipnya tipologi Klassen membagi daerah


berdasarkan dua indikator utama yaitu
pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita.
Kedudukan dari masing-masng daerah kemudian
dibagi menjadi empat klasisfikasi yaitu : daerah
dengan pertumbuhan ekonomi cepat dan
pendapatan perkapita tinggi /daerah maju dan
tumbuh cepat (high growth and high income),
daerah maju tapi tertekan (high growth and low
income) , daerah berkembang cepat (high growth
and low income), dan daerah yang relatif tertinggal
(low growth and low income).

Ekonomi Region
klasifikasi daerah

1. low growth and low income


 Daerah-daerah yang termasuk dalam kategori ini
adalah daerah yang secara ekonomi sangat
tertinggal, baik dari segi pertumbuhan ekonomi
maupun pendapatan per kapita. Dengan kondisi
seperti ini akan sulit bagi wilayah-wilayah di
kuardran ini mengejar ketinggalannya tanpa adanya
campur tangan dari pemerintah.
 Karena itu dari segi alokasi anggaran, pemerintah
pusat sebanyak memberi priorintas dengan cara
membangun fasilitas infrastruktur.

Ekonomi Region
klasifikasi daerah

2. high growth and low income.


 Daerah-daerah yang termasuk kategori ini secara
umum memiliki prospek ekonomi yang baik karena
pertumbuhan ekonominya tinggi, walaupun
pendapatan per kapitanya masih rendah.
Pertumbuhan yang tinggi ini merupakan karakreistik
dari yang sedang berkembang.
 Oleh sebab itu sebaiknya pemerintah menjadikan
wilayah ini sebagai prioritas kedua dalam alokasi
anggaran. Kegiatan ekonomi akan bergeser dari
wilayah agraris yang mengandalkan hasil pertanian,
menuju wilayah industrialis. Ketergantungan
terhadap produk-produk primer secara gradual di
kurangi dengan cara meningkatkan value added dari
produk primer tersebut.
Ekonomi Region
klasifikasi daerah

3. low growth and high income


 Daerah-daerah yang termasuk dalam kuadran ini
secara umum memiliki pendapatan per kapita yang
cukup tinggi namun pertumbuhan ekonominya
relatif rendah.
 Kebijaksanan dalam alokasi anggaran pemerintah
pusat di wilayah ini sebaiknya hanya komplementer
terhadap potensi ekonomi yang ada. Dengan
pendapatan per kapita yang tinggi, daerah ini pada
dasarnya mempunyai kekuatan besar untuk dapat
maju.

Ekonomi Region
klasifikasi daerah

4. high growth and high income


 Daerah-daerah yang termasuk kategori ini
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan per kapita yang tinggi. Alokasi
anggaran pemerintah sebaiknya dikurangi secara
bertahap karena daerah ini sudah berada pada
posisi paling maju dan untuk pembiayaan
pembangunan fasilitas infrastruktur sebaiknya
diahlikan secara bertahap kepada swasta.

Ekonomi Region
regional disparity

Sirojuzilam bin Hasyim Achmad


(Prof. Dr. lic. rer. reg. SE)

Ekonomi Region
regional disparity

 Williamson (1965) meneliti hubungan antara disparitas


regional dengan tingkat pembangunan ekonomi,
dengan menggunakan data ekonomi negara yang
sudah maju dan yang sedang berkembang. Ditemukan
bahwa selama tahap awal pembangunan, disparitas
regional menjadi lebih besar dan pembangunan
terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Pada tahap
yang lebih “matang”, dilihat dari pertumbuhan ekonomi,
tampak adanya keseimbangan antar daerah dan
disparitas berkurang dengan signifikan.
 Ketimpangan pembangunan antar daerah dapat
dianalisis dengan menggunakan indeks ketimpangan
regional (regional inequality) yang dinamakan indeks
ketimpangan Williamson :

Ekonomi Region
disparity

 indeks ketimpangan Williamson

IW 
 (Yi  Y ) 2
fi / n
Y
Dimana:
IW = Indeks ketimpangan wilayah kecamatan
Yi = Pendapatan per kapita di kecamatan i
Y = Pendapatan per kapita rata-rata Kabupaten / Kota i
fi = jumlah penduduk di kecamatan i
n = jumlah penduduk Kabupaten / Kota i

Ekonomi Region
disparity

 Menurut Myrdal (1957), perbedaan tingkat kemajuan ekonomi


antar daerah yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh
yang merugikan (backwash effects) mendominasi pengaruh yang
menguntungkan (spread effects) terhadap pertumbuhan daerah,
dalam hal ini mengakibatkan proses ketidakseimbangan. Pelaku-
pelaku yang mempunyai kekuatan di pasar secara normal akan
cenderung meningkat bukannya menurun, sehingga
mengakibatkan ketimpangan antar daerah
 Konsep entropi Theil dari distribusi pada dasarnya merupakan
aplikasi konsep teori informasi dalam mengukur ketimpangan
ekonomi dan konsentrasi industri. Studi empiris yang dilakukan
Theil dengan menggunakan indeks entropi menawarkan
pandangan yang tajam mengenai pendapatan regional per kapita
dan kesenjangan pendapatan, kesenjangan internasional, serta
distribusi produk domestik bruto dunia.

Ekonomi Region
disparity

 Banyak penelitian yang dilakukan oleh pakar tentang bagaimana


ketimpangan terjadi dalam proses pembangunan. Kuznets (1955)
membuat suatu hipotesis U terbalik (inverted U curve) yang
menyatakan bahwa pada awal pembangunan ditandai oleh
ketimpangan akan semakin meningkat, namun setelah mencapai
pada suatu tingkat pembangunan tertentu, ketimpangan akan
semakin menurun. Banyak penelitian yang dilakukan oleh pakar
tentang bagaimana ketimpangan terjadi dalam proses
pembangunan. Kuznets (1955) membuat suatu hipotesis U
terbalik (inverted U curve) yang menyatakan bahwa pada awal
pembangunan ditandai oleh ketimpangan akan semakin
meningkat, namun setelah mencapai pada suatu tingkat
pembangunan tertentu, ketimpangan akan semakin menurun.

Ekonomi Region
indeks entropi Theil

 I(y) = Σ (yj / Y)x log [(yj / Y) / ( xj / X) ]


 Di mana:
 I(y) = indeks entropi Theil
 yj = PDRB per kapita daerah j
 Y = rata-rata PDRB per kapita nasional
 xj = jumlah penduduk daerah j
 X = jumlah penduduk nasional

 Data yang diperlukan untuk mengukur indeks ini sama


dengan data yang diperlukan untuk mengukur indeks
Williamson yaitu PDRB perkapita untuk setiap wilayah dan
jumlah penduduk. Bila indeks mendekati 1 artinya sangat
timpang dan bila indeks mendekati 0 berarti sangat merata.

Ekonomi Region
Indeks Theil

 Indeks entropi Theil memungkinkan kita untuk


membuat perbandingan selama kurun waktu
tertentu. Indeks ketimpangan entropi Theil juga
dapat menyediakan pengukuran ketimpangan
secara rinci dalam subunit geografis yang lebih
kecil, yang pertama akan berguna untuk
menganalisis kecenderungan konsentrasi geografis
selama periode tertentu; sedang yang kedua juga
penting ketika kita mengkaji gambaran yang lebih
rinci mengenai ketimpangan spasial. Sebagai
contoh ketimpangan antar daerah dalam suatu
negara dan antar subunit daerah dalam suatu
kawasan .

Ekonomi Region
Indeks theil

 Penggunaan indeks entropi Theil sebagai ukuran


ketimpangan mempunyai kelebihan tertentu yaitu
indeks ini dapat menghitung ketimpangan dalam
daerah dan antar daerah secara sekaligus sehingga
cakupan analisa menjadi lebih luas dan dengan
indeks ini dapat pula dihitung kontrubusi (dalam
persentase) masing-masing daerah terhadap
ketimpangan pembangunan wilayah secara
keseluruhan sehingga dapat memberikan implikasi
kebijakan yang cukup penting.

Ekonomi Region
case

Ekonomi Region
penyebab ketimpangan pendapatan

 Beberapa faktor utama yang menyebabkan atau


memicu terjadinya ketimpangan distribusi
pendapatan. Pertumbuhan GNP per kapita yang
cepat tidak secara otomatis meningkatkan tingkat
hidup rakyat banyak. Bahkan pertumbuhan GNP per
kapita di beberapa negara sedang berkembang
seperti Pakistan, India, Kenya, dan lain-lain telah
menimbulkan penurunan absolut dalam tingkat hidup
orang miskin di perkotaan dan pedesaan. Apa yang
disebut dengan proses penetesan ke bawah (trickle
down effect) dari manfaat pertumbuhan ekonomi bagi
orang miskin tidak terjadi.

Ekonomi Region
penyebab ketimpangan pendapatan

 Adelman dan Morris (1973) dalam Arsyad (2004) mengemukakan 8


faktor yang menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan di
negara-negara sedang berkembang, yaitu:
 Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya
pendapatan per kapita;
 Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara
proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang;
 Ketimpangan pembangunan antar daerah;
 Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal
(capital intensive), sehingga persentase pendapatan modal dari tambahan
harta lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang
berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah;
 Rendahnya mobilitas sosial;
 Pelaksanaan kebijaksanaan industri substitusi impor yang
mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk
melindungi usaha-usaha golongan kapitalis;
 Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara-negara sedang
berkembang dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai
akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara terhadap barang
ekspor negara-negara sedang berkembang; dan
 Hancurnya industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri
rumah tangga, dan lain-lain. Ekonomi Region
Disparitas Ekonomi Regional Dan Perencanaan Wilayah

 Penelitian Sirojuzilam (2007) menunjukkan hasil bahwa


pertumbuhan ekonomi wilayah dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain investasi, pengeluaran pemerintah, pendidikan,
taranportasi, aglomerasi industri dan budaya (heterogenitas
etnik). Perbedaan dari pertumbuhan ekonomi inilah yang
kemudian menciptakan ketimpangan antar daerah atau
wilayah.

Ekonomi Region
Disparitas Ekonomi Regional Dan Perencanaan Wilayah

 Pemerintah daerah sangatlah mengerti dan


mengetahui akan daerahnya sendiri, daerah
mempunyai kepentingan dan daya tarik yang
berbeda-beda, sehingga dalam upaya perencanaan
pembangunan wilayah sangat penting diperhatikan
pendayagunaan penggunaan ruang wilayah dan
perencanaan aktivitas terhadap ruang wilayah. Hal
inilah kemudian daerah harus didorong untuk
melakukan cross border spatial cooperation
(kerjasama antar wilayah) dan menciptakan pusat-
pusat pertumbuhan baru dengan memperhatikan
efek dari pengaruh wilayah batas (regional
spillover).

Ekonomi Region
Disparitas Ekonomi Regional Dan Perencanaan Wilayah

 Agar strategi pembangunan daerah dapat berjalan secara


dinamis dan berkelanjutan (sustainable), maka harus
diperhatikan dan dianalisis secara tepat lingkungan daerah baik
internal maupun eksternal. Aspek internal meliputi potensi
daerah, keuangan daerah, komoditas unggulan, aglomerasi
industri, pusat pertumbuhan sedangkan aspek eksternal meliputi
pengaruh wilayah batas (regional spillover) , kerjasama
interregional, perdagangan interregional (perubahan permintaan
dan penawaran), pendapatan perkapita luar daerah dan lain-lain.
Analisis perubahan (change) global yang penting untuk
diperhatikan meliputi perubahan teknologi, inovasi, networking
(jejaring) dinamika ekonomi, perkembangan politik, regulasi,
pergesaran sosial budaya dan perubahan pasar serta
membangun regional branded dan icon-icon baru untuk
memasarkan daerah sekaligus sebagai daya tarik daerah untuk
para investor. Dengan memperhartikan dimensi dan aspek
tersebut, maka masalah disparitas (ketimpangan) ekonomi
regional dapat dikurangi secara bertahap selama masa
pembangunan.

Ekonomi Region
teori pertumbuhan regional

Sirojuzilam bin Hasyim Achmad


(Prof. Dr. lic. rer. reg. SE)

Ekonomi Region
teori pertumbuhan regional

1. Teori Lokasi dan Aglomerasi


Teori Lokasi memberikan kerangka analisa yang baik
dan sistematis mengenai pemilihan lokasi kegiatan
ekonomi dan sosial, serta analisa interaksi antar
wilayah. Teori Lokasi menjadi penting dalam analisa
ekonomi karena pemilihan lokasi yang baik akan dapat
memberikan penghematan yang sangat besar untuk
ongkos angkut sehingga mendorong terjadinya efisiensi
baik dalam bidang produksi maupun pemasaran.
Sedangkan interaksi antar wilayah akan dapat pula
mempengaruhi perkembangan bisnis yang pada
gilirannya akan dapat pula mendorong pertumbuhan
ekonomi wilayah (Sjafrizal, 2008).
Ekonomi Region
Teori Lokasi dan Aglomerasi

 Untuk menganalis pembangunan kota dan wilayah,


kita harus memahami sepenuhnya mengenai
kekuatan-kekuatan aglomerasi dan deaglomerasi.
Kekuatan-kekuatan tersebut dapat menjelaskan
terjadinya konsentrasi dan dekonsentrasi atau
dispersi kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan
lainnya. Manfaat-manfaat yang ditinbulkan oleh
kegietan-kegiatan di atas dapat dikelompokkan
dalam tiga kategori, antara lain: yaitu (1)
penghematan skala (scale economies),
penghematan lokasi (localization economies). dan
penghematan urbanisasi (urbanization economies).

Ekonomi Region
Teori Lokasi dan Aglomerasi

1. Penghematan skala (scale economies). Terdapat penghematan


dalam produksi secara internal bila skala produksinya
ditingkatkan. Biaya tetap yang besar sebagai akibat investasi
dalam bentuk pabrik dan peralatan, yang memungkinkan
dilaksanakan pemanfaatan pabrik dan peralatan tersebut dalam
skala besar dapat membagi-bagi beban biaya-biaya tetap pada
berbagai unit terdapat dalam sistem produksi. Sebagai
konsekuensinya, unit biaya produksi menjadi lebih rendah
sehingga dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain.
Produksi pada skala besar dimaksudkan untuk menghundari unit
biaya operasi yang eksesif. Hal ini dapat dipertanggungjawabkan
hanya pada lokasi-lokasi yang melayani penduduk dalam jumlah
besar, atau dengan perkataan lain mempunyai suatu pasar yang
luas. Jadi dapat disimpulkan bahwa terjadinya penghematan
skala internal memberikan manfaat pada konsentrasi penduduk
dalam jumlah besar daripada jumlah penduduk yang sedikit,
industri dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Ekonomi Region
Teori Lokasi dan Aglomerasi

2. Penghematan lokalisasi (lokalization economies). Jenis kedua,


kekuatan yang terpenting konsentrasi industri diasosiasikan
dengan penghematan yang dinikmati oleh semua perusahaan
dalam suatu industri yang sejenis pada suatu lokasi tertentu.
Hal ini disebabkan karena bertambahnya jumlah keluaran (total
output) industri tersebut. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan
mengenai pabrik tekstil. Kasus disuatu wilayah yang belum
berkembang, dimana terdapat kelayakan untuk mendirikan
pabrik-pabrik modern ukuran kecil yang tidak membutuhkan
investasi modal yang eksesif dan dapat beroperasi tanpa
dilayani oleh tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang
tinggi dan spesialistis. Berkelompok dan terkonsentrasinya
pabrik-pabrik sejenis pada suatu daerah geografis tertentu,
misalnya di daerah-daerah perkotaan, akan menciptakan
penghematan lokalisasi dan akan meningkatkan pertumbuhan
kota-kota tersebut.

Ekonomi Region
Teori Lokasi dan Aglomerasi

3. Penghematan urbanisasi (urbanization


economies). Penghematan urbanisasi
diasosiasikan dengan pertambahan jumlah
total (penduduk, hasil industri, pendapatan,
dan kemakmuran) di suatu lokasi untuk
semua kegiatan yang dilakukan bersama-
sama. Penghematan ini terkait pada
kegiatan-kegiatan industri-industri dan
sektor-sektor secara agregatif

Ekonomi Region
Teori Lokasi dan Aglomerasi

 Keuntungan aglomerasi baru dapat muncul bilamana terdapat


keterkaitan yang erat antara kegiatan ekonomi yang ada pada
konsentrasi tersebut baik dalam bentuk keterkaitan dengan input
(Backward Linkages) atau keterkaitan output (Forward Linkages).
Dengan adanya keterkaitan ini akan menimbulkan berbagai bentuk
keuntungan eksternal bagi para pengusaha, baik dalam bentuk
penghematan biaya produksi, ongkos angkut bahan baku, dan
hasil produksi serta penghematan biaya penggunaan fasilitas
karena beban dapat ditanggung bersama. Penghematan tersebut
selanjutnya akan dapat menurunkan biaya yang harus dikeluarkan
oleh para pengusaha sehingga daya saingnya menjadi semakin
meningkat. Penurunan biaya inilah yang selanjutnya mendorong
terjadinya peningkatan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi yang
berada dalam kawasan pusat pertumbuhan tersebut.

Ekonomi Region
aglomerasi

 Ekonomi aglomerasi atau ekonomi eksternal yang tercipta karena


terkonsentrasinya para produsen telah diterima luas sebagai salah satu
penyebab terciptanya kota. Eksternalitas dalam spasial dalam arti berkaitan
dengan kedekatan (proximity) antar perusahaan, dimana perusahaan
menerima keuntungan eksternal (external benefits) dengan berlokasi saling
berdekatan satu dengan yang lain.
 Weber adalah salah seorang yang pertama-tama mengajukan pertanyaan
mengapa pabrik-pabrik cenderung berlokasi saling berdekatan. Menurut
Weber, ekonomi aglomerasi (deglomerasi) menentukan apakah industri
terkonsentrasi di suatu tempat atau tersebar di lebih dari satu tempat. Karena
itu, ekonomi aglomerasi disebabkan oleh faktor-faktor aglomerasi yang unik,
bukan hanya karena orientasi lokasi seperti orientasi tenaga kerja (labor
orientation) dan transportasi (transport orientation).
 Hoover mengkritik teori aglomerasi Weber sebagai tidak membedakan tiga
kekuatan (forces) yang mempengaruhi biaya produksi (production costs),
yaitu (i) ekonomi skala besar (large-scale economies), suatu skala ekonomi
internal terhadap perusahaan pada suatu lokasi tertentu (Mills; Dixit,);
(ii) ekonomi lokalisasi (localization economies), eksternal terhadap perusahaan
pada suatu lokasi tertentu tetapi internal terhadap industri (Henderson; Ogawa
dan Fujita; dan Fujita dan Ogawa);
(iii) ekonomi urbanisasi (urbanization economies), eksternal terhadap industri
pada suatu lokasi tertentu tetapi internal terhadap kawasan perkotaan
Ekonomi Region
new paradigm theory
component old paradigm new paradigm
firms that build quality
more firms = more jobs jobs that fit the local
employment population

building new economic


development base building economic institution
sectors

competitive advantage
comparative based on quality
location assets advantages based on environment
physical assets

knowledge as
knowledge resource available work force economic generator
2.Teori tempat Sentral (Central Place Theory)

 Teori tempat pemusatan pertama kali dirumuskan oleh


Christaller dan dikenal sebagai teori pertumbuhan perkotaan
yang pada dasarnya menyatakan bahwa pertumbuhan kota
tergantung spesialisasinya dalam fungsi pelayanan perkotaan,
sedangkan tingkat permintaan akan pelayanan perkotaan oleh
daerah sekitarnya akan menentukan kecepatan pertumbuhan
kota (tempat pemusatan) tersebut.
 Terdapat tiga faktor yang menyebabkan timbulnya pusat-pusat
pelayanan : (1) faktor lokasi ekonomi, (2) faktor ketersediaan
sumberdaya, (3) kekuatan aglomerasi, dan (4) faktor investasi
pemerintah.
 Menurut Christaller (1966) sebuah pusat pelayanan arus
mampu menyediakan barang dan jasa bagi penduduk di
daerah sekitarnya.
 Lebih lanjut disebutkan bahwa dua buah pusat permukiman
yang mempunyai jumlah penduduk yang persis sama tidak
selalu menjadi pusat pelayanan yang sama. Istilah pemusatan
(centrality) digunakan untuk menggambarkan bahwa besarnya
jumlah penduduk dan pentingnya peran sebagai tempat
terpusat (central place).
Ekonomi Region
cpt
 Teori tempat sentral menjelaskan pola geografis
dan struktur herarkis pusat-pusat kota atau wilayah-
wilayah nodal, tetapi tidak menjelaskan bagaimana
pola georafis tersebut terjadi secara gradual dan
bagaimana pola tersebut mengalami perubahan-
perubahan pada masa depan, atau dapat dikatakan
tidak menjelaskan gejala-gejala (fenomena)
pembangunan. Dengan demikian teori tersebut
dapat dikatakan bersifat statis. Agar teori tempat
sentral mampu menjelaskan gejala-gejala dinamis,
maka perlu ditunjang oleh teori-teori pertumbuhan
wilayah. Salah satu diantaranya adalah teori
Perroux (kutub pertumbuhan) yang membahas
perubahan-perubahan struktural pada tata ruang
geografis. Atau dapat dikatakan teori tempat sentral
merupakan dasar dari teori kutub pertumbuhan.
Teori tempat Sentral (Central Place Theory)

 Teori tempat sentral sebagian bersifat positif karena berusaha


menjelaskan pola aktual arus pelayanan jasa, dan sebagian lagi
bersifat normatif karena berusaha menentukan pola optimal
distribusi tempat-tempat sentral. Teori tempat sentral mempunyai
kontribusi pada pemahaman interrelasi spasial dan kota-kota
sebagai sistem di dalam sistem perkotaan.
 Teori tempat sentral tidak memberikan pejelasan secara lengkap
mengenai pertumbuhan kota karena teori tersebut diformulasikan
berdasarkan pembangunan daerah pertanian yang tersusun
secara herarkis dan berpenduduk merata. Dengan tumbuhnya
kota-kota maka muncullah jasa-jasa yang tidak berkanaan dengan
pasar wilayah belakang. Sebagai contoh kehidupan kota
metropolitan dapat mencipakan kebutuhan-kebutuhan sendiri
(internal), misalnya peningkatan penyediaan fasilitas penyediaan
air minum, listrik, angkutan umum, demikian pula kebutuhan
fasilitas parkir. Persoalan-persoalan yang dihadapai dalam
pertumbuhan kota ternyata tidak sesederhana seperti persoalan
pemasaran barang-barangdan jasa-jasa yang dihasilkan oleh
tempat sentral. Analisis tempat sentral menekankan pada peranan
sektor perdagangan dan kegiatan-kegiatan jasa daripada kegiatan-
kegiatan manufaktur. Ekonomi Region
Teori tempat Sentral (Central Place Theory)

 Kegiatan manufaktur dianggap sebagai kegiatan


produktif non tempat sentral. Hal ini tidak sesuai dengan
kenyataan. Banyak kota-kota besar dan kota-kota
lainnya sering kali mengalami perluasan dalam hal
lokasi manufaktur karena kota-kota yang bersangkutan
merupakan pasar tenaga kerja yang luas dan pada
umumnya memberikan keuntungan-keuntungan
aglomerasi, dimana perusahaan-perusahaan
manufaktur lebih banyak melayani pasar nasional
daripada pasar-pasar regional. Model tempat sentral
ternyata tidak berhasil menjelaskan timbulnya
kecendrungan yang kuat dalam masyarakat mengenai
pengelompokkan perusahaan-perusahaan karena
pertimbangan keuntungan-keuntungan aglomerasi dan
ketergantungan.

Ekonomi Region
model area pelayanan heksagonal

Ekonomi Region
Central Place Theory

Ekonomi Region
3. Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole Theory)

 potensi dan kemampuan masing-masing wilayah


berbeda-beda satu sama lainnya, demikian pula
masalah pokok yang dihadapinya tidak sama.
Sehingga usaha-usaha pembangunan sektoral
yang akan dilaksanakan harus disinkronisasikan
dengan usaha-usaha pembangunan regional.
Hirschman mengatakan bahwa untuk mencapai
tingkat pendapatan yang lebih tinggi, terdapat
keharusan untuk membangun sebuah atau
beberapa buah pusat kekuatan ekonomi dalam
wilayah suatu negara, atau yang disebut sebagai
pusat-pusat pertumbuhan (growth point atau growth
pole).

Ekonomi Region
Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole Theory)

 Terdapat elemen yang sangat menentukan dalam


konsep kutub pertumbuhan, yaitu pengaruh yang
tidak dapat dielakkan dari suatu unit ekonomi
terhadap unit-unit ekonomi lainnya. Pengaruh
tersebut semata adalah dominasi ekonomi yang
terlepas dari pengaruh tata ruang geografis dan
dimensi ekonomi yang terlepas dari pengaruh tata
ruang geografis dan dimensi tata ruang (geographic
space and space dimension. Proses pertumbuhan
adalah konsisten dengan teori tata ruang ekonomi
(economic space theory), dimana industri pendorong
(propulsive industries atau industries motrice)
dianggap sebagai titik awal dan merupakan elemen
esensial untuk pembangunan selanjutnya.

Ekonomi Region
Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole Theory)

 Perroux lebih menekankan pada aspek pemusatan


pertumbuhan . Hirschman berdalil bahwa pertumbuhan awalnya
terbatas pada wilayah-wilayah yang disukai, meskipun
ketimpangan menyebar berdasarkan letak geografis, meliputi
terpencil dan pertumbuhan ini terjadi melalui dampak hubungan
dengan kutub-kutub pertumbuhan. Teori kutub pertumbuhan
menyajikan dua fungsi baik fungsi idiologi maupun fungsi politik.
Di dalam suatu arti idiologis dan pada suatu tingkat teoritis yang
tidak dapat diambil melalui pertanyaan-pertanyaan sosial yang
lebih mendalam. Teori kutub pertumbuhan bersandar terhadap
mekanisme harga sebagai faktor penengah dan retribusi
sumberdaya. Perroux menetapkan bahwa sektor-sektor
pertumbuhan didefinisikan dengan hubungan-hubungan ekonomi
dengan unit-unit lain di dalam ekonomi. Asumsi Perroux adalah
tujuan sosial dari perkembangan wilayah yang dimanfaatkan oleh
agen-agen yang ingin memperoleh keuntungan pribadi.

Ekonomi Region
Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole Theory)

 Mengikuti pendapat Perroux, Boudeville


mendefenisikan kutub pertumbuhan wilayah
sebagai seperangkat industri sedang berkembang
yang berlokasi di suatu daerah perkotaan dan
mendorong lebih lanjut perkembangan ekonomi
melalui wilayah pengaruhnya (localized
development pole). Teori Boudeville dapat
dianggap sebagai pelengkap terhadap teori tempat
sentral yang diformulasikan oleh Chirstaller dan
kemudian diperluas oleh Losch. Boudeville
mengemukakan aspek “kutub fungsional” dan
memberikan pula perhatian pada aspek geografis
(Piche, 1982).

Ekonomi Region
4.Teori Konvergen (Convergence Theory)
 Bila proses pembangunan terus berlanjut, dengan semakin baiknya
prasarana dan fasilitas komunikasi, maka mobilitas modal dan tenaga
kerja tersebut akan semakin lancar. Teori Konvergen dapat terjadi
jika negara yang bersangkutan telah maju, maka ketimpangan
pembangunan regional akan berkurang (Convergence).
 Dari pandangan neo-klasik, ketimpangan wilayah dapat dihubungan
dengan faktor ketidaksempurnaan pasar dan sifat kelambanan proses
pembangunan. Menyamaratakan faktor harga antara wilayah dalam
suatu wilayah melalui integrasi akan meningkatkan faktor mobilitas
sehingga dengan demikian akan ada pencapaian keseimbangan atau
pola pertumbuhan wilayah konvergen. Hal tersebut juga ditanggapi
rendahnya pendapatan wilayah akan meningkatkan para pekerja
melalui migrasi, sehingga menarik investor dengan biaya pekerja
yang rendah. Teori konvergen akan terus berlanjut sampai para
pekerja dan penghasilan seimbang. Karena wilayah yang
produktivitas dan tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi
kedepannya akan lebih sulit menghitung hasil pengurangnya.
Akibatnya, untuk dapat menyeimbangkan perekonomian dapat
dilakukan jika perekonomian berada pada posisi yang lemah.

Ekonomi Region
Convergence Theory

 Dalam analisa integrasi perekonomian dunia, beberapa ahli


seperti Porter dan Krugman mulai melihat pentingnya jarak
geografis. Bertil Ohlin membuat asumsi bahwa dua faktor produksi
merupakan hal yang penting di setiap negara, yang sebahagian
faktor tersebut merupakan hal yang tidak penting pada beberapa
negara. Komoditas bergerak dengan baik di perdagangan
internasional, tanpa didukung pajak atau biaya transportasi. Dari
pandangannya, perdagangan bebas telah cukup mampu
menggantikan mobilitas internasional sehingga pergerakan
terhadap perdagangan bebas akan menyebabkan harga pada
negara –negara menjadi sama. Dan jika kedua negara
melanjutkan untuk menghasilkan barang-barang pada
perdagangan bebas, faktor harganya sebenarnya akan menjadi
sama tanpa pergerakkan.
 Teori konvergen masih digunakan sebagai model dalam literatur
teori pertumbuhan, yang menyatakan bahwa liberalisasi dalam
asas dasar dapat meningkatkan proses konvergen melalui wilayah
(Hwang, 1996).

Ekonomi Region
5. Teori Divergen (Divergence theory)

 Divergence terjadi pada saat modal dan tenaga kerja ahli


cenderung terkonsentrasi di daerah yang lebih maju sehingga
ketimpangan pembangunan regional cenderung melebar.
Ketimpangan wilayah yang tinggi menyebabkan
pengangguran atau tingkat pendapatan yang cenderung
menurun pada sebahagian masyarakat. Untuk mengatasi ini
diperlukan campur tangan pemerintah untuk membuat
kebijakan yang akan mengurangi ketimpangan wilayah
(Jeong, 1995).
 Bila wilayah miskin mampu untuk menaikkan pendapatan per
kapita masyarakat secara terus menerus, maka ketimpangan
wilayah dapat dipersempit secara perlahan (Dapeng, 1998).

Ekonomi Region
6. Teori Basis Ekonomi

 Teori ini menjelaskan bahwa faktor utama penentu


pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dipengaruhi
oleh hubungan langsung permintaan barang dan
jasa dari luar daerah. Proses produksi sektor
industri di suatu wilayah yang menggunakan
sumberdaya produksi lokal (tenaga kerja, bahan
baku dan produk unggulan yang diekspor) akan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan
pendapatan perkapita dan penciptaan lapangan
kerja di wilayah tersebut.

Ekonomi Region
7. Teori Lokasi

 Teori ini digunakan untuk menentukan


pengembangan kawasan industri di suatu
wilayah. Lokasi usaha ditempatkan pada
suatu tempat yang mendekati bahan
baku/pasar. Hal ini ditentukan berdasarkan
tujuan perusahaan dalam rangka
memaksimumkan keuntungan dengan biaya
serendah mungkin.

Ekonomi Region
8. Teori Daya Tarik Industri

 Teori ini dilatarbelakangi oleh adanya


pembangunan industri di suatu wilayah.
Sehingga faktor-faktor daya tarik usaha
antara lain produktivitas, industri-industri
kaitan, daya saing masa depan, spesialisasi
industri, potensi ekspor dan prospek
permintaan domestik.

Ekonomi Region
9. Models Export - Base
 Kelompok ini mendasarkan pandangannya dari sudut teori
lokasi, Yang berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi suatu
region akan lebih banyak ditentukan oleh jenis keuntungan
lokasi dan dapat sigunakan oleh daerah tersebut sebagai
kekuatan ekspor. Keuntungan lokasi tersebut umumnya
berbeda-beda setiap region dan hal ini tergantung pada
keadaan geografi daerah setempat.
 Pertumbuhan suatu daerah ditentukan oleh eksploitasi
kemanfaatan alamiah dan pertumbuhan basis eksport daerah
yang bersangkutan yang juga dipengaruhi oleh tingkat
permintaan eksternal dari daerah – daerah lain. Pendapatan
yang diperoleh dari penjualan ekspor akan mengakibatkan
berkembangnya kegiatan – kegiatan penduduk setempat,
perpindahan modal dan tenaga kerja, keuntungan –
keuntungan eksternal, dan pertumbuhan regional lebih lanjut.
 Ini berarti untuk meningkatkan pertumbuhan suatu region,
strategi pembangunnannya harus disesuaikan dengan
keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama
dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.
Ekonomi Region
10. Model Neo Klasik
 Kelompok ini mendasarkan analisanya pada peralatan fungsi produksi.
Unsur – unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah
modal, tenaga kerja dan modal. Adapun kekhususan teori ini adalah
dibahasnya secara mendalam pengaruh perpindahan penduduk (migrasi)
dan lalu lintas modal terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
 Suatu kesimpulan yang menarik dari model Neo – Klasik adalah bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pertumbuhan suatu negara dengan
perbedaan kemakmuran daerah (regional disparity) pada negara yang
bersangkutan. Pada saat proses pembangunan baru dimulai (negara yang
sedang berkembang), tingkat perbedaan kemakmuran antar wilayah
cendrung menjadi tinggi (divergence), sedangkan bila proses
pembangunan telah berjalan dalam waktu yang lama (negara yang telah
berkembang), maka perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah
cendrung menurun (convergence). Hal ini disebabkan pada negara yang
sedang berkembang lalu lintas modal masih belum lancar sehingga proses
penyesuaian ke arah tingkat keseimbangan pertumbuhan belum dapat
terjadi. Masih belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi serta
kuatnya tradisi yang menghalangi mobilitas penduduk biasanya merupakan
faktor utama yang menyebabkan belum lancarnya arus perpindahan orang
dan modal antar daerah. Sedangkan pada negara – negara yang telah maju
proses penyesuaian tersebut dapat terjadi dengan lancar karena telah
sempurnanya fasilitas perhubungan dan komunikasi.

Ekonomi Region
11.Model Cummulative Causation

 Model Cummulative Causation.


 Teori ini berpendapat behwa penungkatan
pemerataan pembangunan antar daerah tidak
dapat hanya diserahkan pada kekuatan pasar
(market mechanism), tetapi perlu adanya campur
tangan pemerintah dalam bentuk program –
program pembangunan regional, terutama untuk
daerah – daerah yang relatif masih terbelakang.

Ekonomi Region
12. Model Core-Periphery

 Model Core-Periphery
 Teori ini menekan analisanya pada hubungan yang
erat dan saling mempengaruhi antara
pembangunan kota (core) dan desa (periphery).
Menurut teori ini, gerak langkah pembangunan
daerah perkotaan akan lebih banyak ditentukan
oleh keadaan desa – desa sekitarnya. Sebaliknya
corak pembangunan daerah pedesaan tersebut
juga sangat ditentukan oleh arah pembangunan
perkotaan. Dengan demikian aspek interaksi antar
daerah (spatial interaction) sangat ditonjolkan.

Ekonomi Region
13. shift share analysis
 Analisis Shift-Share menganalisis berbagai perubahan
indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan
kesempatan kerja, pada dua titik waktu di suatu wilayah.
Hasil analisis dapat menunjukkan perkembangan suatu
sektor di suatu wilayah jika di bandingkan secara relatif
dengan sektor-sektor lainnya, apakah perkembangan
dengan cepat atau lambat. Hasil analisis ini juga dapat
menunjukkan bagaimana perkembangan suatu wilayah bila
dibandingkan dengan wilayah lainnya.
 Tujuan analisis Shift-Share adalah untuk menentukan
produktifitas kerja perekonomian daerah dengan
membandingkan dengan daerah yang lebih besar (regional
atau nasional).

Ekonomi Region
shift share analysis

 Analisis Shift-Share menganalisis berbagai perubahan


indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan
kerja, pada dua titik waktu di suatu wilayah. Hasil analisis
dapat menunjukkan perkembangan suatu sektor di suatu
wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor
lainnya, apakah perkembangan dengan cepat atau lambat.
Hasil analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana
perkembangan suatu wilayah bila dibandingkan dengan
wilayah lainnya. Tujuan analisis shift share adalah untuk
menentukan produktivitas kerja perekonomian daerah dengan
membandingkan dengan daerah yang lebih besar (regional
atau nasional).

Ekonomi Region
shift share analysis

 pertumbuhan sektor perekonomian pada suatu wilayah


dipengaruhi oleh beberapa komponen, yaitu: komponen
pertumbuhan nasional (national growth component) disingkat
PN atau komponen pertumbuhan regional (regional growth
component) disingkat PR, komponen pertumbuhan
proporsional (proportional or industrial mix growth component)
disingkat PP dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah
(regional share growth component) disingkat PPW. Dari
ketiga komponen tersebut dapat diidentifikasikan
pertumbuhan suatu sektor perekonomian, apakah
pertumbuhannya cepat atau lambat. Apabila PP + PPW ≥ 0,
maka pertumbuhan sektor perekonomian termasuk ke dalam
kelompok progresif (maju), tetapi apabila PP + PPW ≤ 0
berarti sektor perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan
yang lambat.

Ekonomi Region
shift share analysis

1. Komponen Pertumbuhan Nasional/Pertumbuhan Regional


Komponen pertumbuhan nasional/regional adalah
perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh
perubahan produksi nasional secara umum, perubahan
kebijakan ekonomi nasional, atau perubahan dalam hal-hal
yang mempengaruhi perekonomian suatu sektor dan
wilayah. Bila diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan
karakteristik ekonomi antarsektor dan antarwilayah, maka
adanya perubahan akan membawa dampak yang sama
pada semua sektor dan wilayah. Akan tetapi pada
kenyataannya beberapa sektor dan wilayah tumbuh lebih
cepat daripada sektor dan wilayah lainnya.

Ekonomi Region
shift share analysis

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional


Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena
perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir,
perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan
dalam kebijakan industri dan perbedaan dalam struktur dan
keragaman pasar.

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah


Timbulnya komponen pertumbuhan pangsa wilayah terjadi
karena peningkatan atau penurunan PDRB atau
kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan
wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan
oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan
kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta
kebijakan ekonomi regional pada wilayah terebut.
Ekonomi Region
Model Analisis Shift-Share

Komponen Pertumbuhan
Nasional (PN) atau
Pertumbuhan Regional
Maju
PP +PPW ≥ 0

Sektor ke i Wilayah ke j
(sektor i) (Wilayah j)

Lamban
PP +PPW < 0

Komponen Komponen
Pertumbuhan Pertumbuha Pangsa
Proporsional (PP) Wilayah
(PPW)

Ekonomi
Sumber: Budiharsono (2001) Region
Model Analisis Shift-Share

 Analisa Shift Share dirumuskan sebagai berikut:


 Rj = Ejt – Ejo
 Nj = Ejo(Et/Eo) – Ejo
 Rj-Nj = Komponen Net Shft
 Mj = {(Eit/Eio) – (Et/Eo)} Eijo
 Sj = Eijt – (Eit/Eio) Eijo
 Dimana :
 Rj = Pertumbuhan Regional Total
 Nj = Komponen National Share
 Mj = Komponen Proportionality Shift
 Sj = Komponen Differential Shift
 Ej = PDRB Total di Daerah
 E = PDRB Total di Tingkat Propinsi
 0, t = Periode Awal dan akhir tahun penelitian
 Ei = PDRB sektor di Daerah

Ekonomi Region
input-output

 In economics, an input-output model uses a matrix


representation of a nation's (or a region's) economy to predict
the effect of changes in one industry on others and by
consumers, government, and foreign suppliers on the
economy
 Wassily Leontief (1905-1999) is credited with the development
of this analysis. Francois Quesnay developed a cruder version
of this technique called Tableau économique
 Input-output depicts inter-industry relations of an economy. It
shows how the output of one industry is an input to each other
industry
input-output

 Consider the production of the ith sector. We may


isolate (1) the quantity of that production that goes
to final demand,ci, (2) to total output, xi, and (3)
flows xij from that industry to other industries. We
may write a transactions tableau
input-output

Table: Transactions in a Three Sector Economy

Economic Inputs to Inputs to Inputs to Final Total


Activities Agriculture Manufacturing Transport Demand Output
Agriculture 5 15 2 68 90
Manufacturing 10 20 10 40 80
Transportation 10 15 5 0 30
Labor 25 30 5 0 60
input-output
or

Note that in the example given we have no input flows from the industries to 'Labor'.
input-output

We know very little about production functions because all we have are
numbers representing transactions in a particular instance (single points on
the production functions):

The neoclassical production function is an explicit function


Q = f(K,L),
where Q = Quantity, K = Capital, L = Labor,
and the partial derivatives ( ) are the demand
schedules for input factors.
input-output
Leontief, the innovator of input-output analysis, uses a special
production function which depends linearly on the total output variables
xi. Using Leontief coefficients aij, we may manipulate our transactions
information into what is known as an input-output table:

Or

Now

gives
Perencanaan Tata Ruang
Nasional , Provinsi dan
Kabupaten/Kota
Konsep Dasar Penataan
Ruang
 Penataan Ruang : Tindakan dalam mengatur
suatu ruang yang sesuai dengan fungsi dan
potensinya sehingga menghasilkan fungsi
yang optimal

 Ruang : wadah yang meliputi ruang darat,


ruang laut dan ruang udara

 Tata ruang : wujud struktur ruang dan pola


pemanfaatan ruang bai yang direncanakan
maupun tidak direncanakan
Tujuan Penataan Ruang
 Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam
dan lingkungan buatan

 Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan


sumber daya alam dan buatan dengan
memperhatikan SDM

 Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan


pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan
akibat penataan ruang
Tahapan Penataan Ruang
Wilayah (RTRW)
Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional

 RTRWN adalah arahan kebijakan dan


strategi pemanfaatan ruang wilayah
negara yang dijadikan acuan untuk
perencanaan jangka panjang. Jangka
waktu RTRWN adalah 20 Th ditinjau
kembali satu kali dalam 5 tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memuat:


Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional;

 Rencana struktur ruang wilayah nasional yang meliputi sistem perkotaan


nasional yang terkait dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan sistem jaringan prasarana utama;

 Rencana pola ruang wilayah nasional yang meliputi kawasan lindung


nasional dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional;

 Penetapan kawasan strategis nasional;

 Arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama jangka


menengah lima tahunan; dan

 Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional yang berisi


indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional, arahan perizinan, arahan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Rencana Tata Ruang Provinsi
 tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;

 rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan


dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam
wilayah pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi;
 rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan
kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi;
 penetapan kawasan strategis provinsi;
 arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan; dan

 arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi


indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Tujuan RTRW
 Tujuan penataan ruang wilayah merupakan arahan
perwujudan ruang wilayah provinsi yang diinginkan
pada masa yang akan datang

 diharapkan mampu memfasilitasi untuk


menampung saran-saran dari stakeholder terkait
yang berkompeten terhadap pembangunan dan
perkembangan wilayah
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota
 tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota ;

 rencana struktur ruang wilayah kota yang meliputi sistem perkotaan di


wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan
prasarana wilayah kota ;
 rencana pola ruang wilayah kota yang meliputi kawasan lindung kota dan
kawasan budi daya kota;
 penetapan kawasan strategis kota;
 arahan pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan; dan
 ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi.

You might also like