You are on page 1of 80

PLAMBING DAN SANITASI

Topik 3: Perancangan Sistem Pipa

Dr.-Ing. Satoto E. Nayono, M.Eng., M.Sc.

Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta

Semester Genap 2010/2011


Water Supply System
Network of pipes that transport hot and
cold potable water under pressure
Fixture – A device that uses water (sink,
toilet, dishwasher, etc.)
Water Heater – Large insulated tanks
that heat cold water to be distributed in
the hot water supply lines
Trunk Lines – Hot or cold water pipes
that serve many fixtures
Branch Lines – Hot or cold water pipes
that serve only one or two fixtures

2 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Water Supply System
Water Main – Supply pipe installed
and maintained by a public entity and
on public property
Water Service – Pipe from the water
main to the building supply pipes
Meter – Measures the amount of
water transported through water
service
Valve – A fitting used to control water
flow (located next to the meter)
V I CE
SE R
MA I
N
3 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Traditional Water – Piping
System

4 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Manifold Distribution System

5 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Drain-Waste-Vent System
Network of pipes that transport wastewater
and sewer gases from the building
Drain Pipe – A pipe that carries wastewater
in a building
Vent Pipe – A vertical pipe that provides
circulation of air to and from the drainage
system
Trap – A fitting (usually U-shaped) that
provides a seal to prevent the flow of sewer
gases
Stack – A vertical pipe (waste or vent) that
extends through at least one story
Cleanout – An access opening to allow
cleanout of the pipe
6 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Drain-Waste-Vent System
Sewage – Any liquid waste containing animal
or vegetable matter, including liquids
containing chemicals
Sanitary Sewer – A sewer pipe that carries
only sewage
Storm Sewer – A sewer pipe that carries
storm water or other drainage (but not sewage)
Building Sewer or Sewer Lateral – Part
of the drainage system from the building to the
public, private, or individual sewer disposal
system
Sewer Main – A sewer pipe installed and L
maintained by a public entity and on public LATERA
property MA
7 Satoto E. Nayono
I N
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Bath Design Considerations
Try to hide the stops when planning pedestal lavs.

8 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Bath Design Considerations
Consider the finishing
when designing wall-
hung or console
lavatories

9 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
10 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
11 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
12 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
13 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
14 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Bath Design Considerations
Consider the finish when
selecting toilet trim

15 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Bath Design Considerations
The stop for a standard
toilet may need to be
lowered for a low profile
toilet

16 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Bath Design Considerations
Some 1-piece toilets
require a ½” stop rather
than the typical 3/8” stop.

17 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Bath Design Considerations
Every fixture should have a stop
Be sure that stops will not interfere with proper drawer
function
During a remodeling project always replace existing stops,
because of the low cost of stops, price should never be an
issue.

18 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Supply Pipe Sizes
House Main 1”
House Service ¾”
Riser ¾”
Kitchen Sink ½”
Ice Maker ¼”
Shower ½”
Tub, Spa, Whirlpool ½”, ¾”
Toilet 3/8”, ½”
Lavatory 3/8”, ½”
Bidet 3/8”

19 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Wet Walls

20 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Sharing a Wet Wall

21 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
DWV

22 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
DWV
Major differences between DWV and supply systems
DWV pipes are large to carry solid waste

DWV pipes slope downhill so gravity will remove the waste

DWV pipes have “soft” not sharp angles and turns

23 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
DWV Parts

Traps – Curved pipes


that create a water
seal to prevent sewer
gasses from entering
the home

24 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
DWV Parts
Drain-Piping – Horizontal pipes that carry waste for the
fixtures and appliances.
Stacks – Vertical Pipes that drop the waste to lower levels
of the home
House and Sewer Drains – Horizontal pipes that remove
the waste from the home to the sewer or a septic tank and
drain field.
Vent Stacks and Pipes – Pipes that will eventually extend
through the roof of the home, preventing traps from being
siphoned dry.

25 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
26 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
TRAPS
HOUSE
STACKS
VENT
DRAINSTACKS
PIPING
&
SEWER
& PIPES
DRAINS

Sewer Line

27 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Building Drain
Materials used for DWV
pipes

"[Oakum is] loose fibers obtained from old ropes which


were then sold to the navy or other ship-builders - it was
mixed with [pine] tar and used for caulking (sealing the
lining) of wooden ships.

28 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Materials used for DWV pipes

29 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Diameter Pipa

Penentuan diameter pipa yang akan digunakan untuk


distribusi air bersih:

 ditinjau satu persatu dimulai dari alat plambing yang


terjauh dari setiap lantai dan selanjutnya diteruskan
mencari diameter pipa yang dibutuhkan dan mengalirkan
air yang cukup untuk suatu alat plambing sesuai dengan
ketentuan masing-masing alat.

30 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Diameter pipa untuk distribusi air bersih dapat dihitung
berdasarkan kecepatan aliran air dengan rumus utama :

Q  V.A
dimana :
Q = laju aliran air yang dibutuhkan (m3/s)
V = kecepatan aliran air yang melalui pipa (m/s)
A = luas penampang pipa (m2)

31 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Luas dan Debit Air

A  r 2 D 2
Q  V
2 4
1  4Q  D V
   D
2

2  4Q
D 2 D 
2

 V
4 4Q
D 
V
32 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Perhitungan teknik dari Nielsen:

 Untuk semua alat plambing kecepatan air dibatasi


tidak melebihi 2,4 m/s.
 Apabila kecepatan air lebih dari 2,4 m/s: timbul suara
peluit dan suara berisik pada sambungan pipa l
kecepatan air 1,8 - 2,4 m/s.

Kecepatan asumsi: 2 m/s, setelah itu didapatkan


diameter yang dikehendaki, barulah didapat kecepatan
aliran air yang sesungguhnya. Kecepatan aliran air ini
tidak boleh melebihi dari batas yang telah ditentukan
yaitu 2,4 m/s.

33 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Langkah-langkah perhitungannya diameter pipa air bersih:

 Lihat JENIS ALAT PLAMBING yang akan dilalui oleh air


yang melewati diameter pipa yang akan dicari.

 Tentukan nilai unit alat plambing dari tabel Nilai Unit


Alat Plambing

 Tentukan laju aliran air dari tabel Perkiraan Kebutuhan


Air

 Cari diameter pipa dengan gambar Hubungan


Diameter Pipa Dengan Laju Aliran

34 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Tabel Nilai Unit Alat
Plambing

Jenis Jenis Unit alat plambing


Alat plambing Penyediaan air Untuk Untuk
pribadi umum
Kloset Katup gelontor 6 10
Kloset Tangki gelontor 3 5
Peturasan, dengan tiang Katup gelontor - 10
Peturasan terbuka (Urinal Katup gelontor - 5
stall) Tangki gelontor - 3
Peturasan terbuka Keran 0,5 1
Bak cuci (kecil) Keran 1 2
Bak cuci tangan Keran - 3
Bak cuci tangan, untuk Keran pencampur air 2 4
kamar operasi dingin dan air panas
Bak mandi rendam (bath Keran pencampur air 2 4
tub) dingin dan panas
35 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Jenis Jenis Unit alat plambing
Alat plambing Penyediaan air Untuk Untuk
pribadi umum
Pancuran mandi (shower) Keran pencampur air dingin 2 4
dan panas
Pancuran mandi tunggal Keran pencampur air dingin 2 -
dan panas
Satuan kamar mandi dengan
bak mandi rendam Kloset w/ katup gelontor 8 -
Satuan kamar mandi dengan
bak mandi rendam Kloset w/ tangki gelontor 6 -
Bak cuci bersama (Untuk tiap keran) - 2
Bak cuci pel Keran 3 4
Bak cuci dapur Keran 2 4
Bak cuci piring Keran - 5
Bak cuci pakaian ( satu sampai
tiga ) Keran 3 -
Pancuran minum Keran air minum - 2
Pemanas air Katup bola - 2
36 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Tabel Perkiraan Kebutuhan Air

Supply systems predominantly Supply systems predominantly


for for
Flush tanks Flush valves

Load Demand Load Demand


Water Supply Liter/second Water Supply Liter/second
Fixture Units Fixture Units
(WSFU) (WSFU)

1 0,19
2 0,32
3 0,41
4 0,51
5 0,59 5 0,95
6 0,68 6 1,10

37 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Supply systems predominantly Supply systems predominantly
for Flush tanks for Flush valves

Load Demand Load Demand


(WSFU) Liter/second (WSFU) Liter/second

6 0,68 6 1,10
7 0,74 7 1,25
8 0,81 8 1,40
9 0,86 9 1,55
10 0,92 10 1,70

12 1,01 12 1,80
14 1,07 14 1,91
16 1,14 16 2,01
18 1,19 18 2,11
20 1,24 20 2,21
38 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Supply systems predominantly Supply systems predominantly
for Flush tanks for Flush valves

Load Demand Load Demand


(WSFU) Liter/second (WSFU) Liter/second

25 1,36 25 2,40
30 1,47 30 2,65
35 1,57 35 2,78
40 1,66 40 2,90
45 1,76 45 3,03

50 50 3,15
60 60 3,41
70 70 3,66
80 80 3,86
90 90 4,06
39 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Supply systems predominantly Supply systems predominantly
for Flush tanks for Flush valves

Load Demand Load Demand


(WSFU) Liter/second (WSFU) Liter/second

100 2,74 100 4,26


120 3,03 120 4,61
140 3,31 140 4,86
160 3,60 160 5,11
180 3,85 180 5,39

200 4,10 200 5,68


250 4,73 250 6,37
300 5,36 300 6,81
400 6,62 400 8,01
500 7,82 500 9,02
40 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Supply systems predominantly Supply systems predominantly
for Flush tanks for Flush valves

Load Demand Load Demand


(WSFU) Liter/second (WSFU) Liter/second

750 10,73 750 11,17


1000 13,12 1000 13,12
1250 15,08 1250 15,08
1500 16,97 1500 16,97
2000 20,50 2000 20,50

2500 23,97 2500 23,97


3000 27,32 3000 27,32
4000 33,12 4000 33,12
5000 37,41 5000 37,41

41 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Hubungan
Diameter Pipa
Dengan Laju
Aliran Air

42 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Diameter nominal Pipa

43 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Hitunglah diameter
pipa air bersih

44 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
STUDI KASUS PERENCANAAN SISTEM PLUMBING

Data Umum Proyek


Sebuah hotel berlantai 6 dengan ketentuan sebagai berikut :
 Pada gedung berlantai 6 ini terdiri dari 1 lantai dasar
( basement ), lantai 2 s/d lantai 6 untuk kamar tidur, dan 1
lantai atap terdapat tangki air dan sebagian merupakan
kamar tidur, untuk jelasnya diuraikan sbb :
 Pada lantai pertama terdiri dari lobby, restaurant, juga
kantor-kantor dari hotel tersebut.
 Pada lantai kedua terdiri dari 36 unit kamar tidur, ruang
sauna, koridor, head office dan juga ruang karyawan.

45 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
 Pada lantai ketiga sampai keenam terdiri dari 47 unit
kamar tidur.
 Pada lantai atap terdiri dari 14 unit kamar tidur, 2 tangki
air, ruang direksi, ruang rapat, ruang brankas dan lain-lain.
 Pada hotel ini digunakan 3 buah tangki, yaitu satu tangki
bawah tanah dan dua tangki atap.

46 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Data-data teknis hotel

Jumlah lantai : 6 lantai


Lantai dasar ( basement ) : 1 lantai
Lantai atas (roof floor) : 1 lantai

Tinggi setiap lantai

a. Basement
dari lantai ke lantai diatasnya : 4,75 m

b. Lantai 1

dari lantai ke plafon : 3,5 m


dari plafon ke plat lantai 2 : 1,5 m

47 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
c. Lantai typical (lantai 2 – 6)

dari lantai ke plafon : 2,3 m


dari plafon ke plat lantai diatasnya : 0,95 m

d. Lantai atap
dari lantai ke plafon : 4m

Tinggi gedung : 30 m
Panjang gedung : 46,2 m
Lebar gedung : 39,2 m
Luas perlantai : 1811,04 m2

48 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Contoh perhitungan
49 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Tahapan perhitungan untuk titik 1 -3

 Lihat jenis alat plambing yang akan dilalui oleh air yang
melewati diameter pipa yang akan dicari.
 Pada titik 1 terdapat Bath Tub ( Bak Mandi )

 Tentukan nilai unit alat plambing :


 Dari tabel didapat untuk bak mandi mempunyai unit beban
alat plambing sebesar 2 WSFU

 Tentukan laju aliran air:


 Dari tabel didapat laju aliran air sebesar 0,32 L/s.

 Cari diameter pipa dengan asumsi kecepatan aliran air


tersebut 2 m/s.
 Dari tabel tersebut diameter yang mendekati adalah 15 mm
50 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Perhitungan pada titik 1-3 dan titik 6-8
4Q
D
V
4.0,00032 m
3

 s

3,14.2 m s
0,00128 m
3

 s

6,28 m s
 0,000204m 2
 0,0014m  14mm  15mm
 Periksa kembali kecepatan air yang melalui pipa tersebut. Kecepatan
air tersebut antara 1,8 - 2,4.
 Dalam hal ini kecepatan air yang melalui pipa ini adalah :
Q
V   1,8 m
A s
51 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Perhitungan pada titik 2-3 dan titik 7-8

4.0,00041 0,00164
D   16mm  15mm
3,14.2 6,28
Q 0,00041
V    2,3 m s  memenuhi  2,4 m s
A 0,00018

Perhitungan pada titik 3-5 dan titik 8-9

4.0,00059 0,00236
D   19mm  20mm
3,14.2 6,28
Q 0,00059
V    1,9 m s  memenuhi  2,4 m s
A 0,000314

52 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Perhitungan pada titik 4-5 dan titik 10-11

4.0,00019 0,00076
D   11mm  10mm
3,14.2 6,28
Q 0,00019
V    2,4 m s  memenuhi
A 0,0000785

Perhitungan pada titik 5-9

4.0,00068 0,00272
D   21mm  20mm
3,14.2 6,28
Q 0,00068
V    2,2 m s  memenuhi  2,4 m s
A 0,000314

53 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Perhitungan pada titik 9-11 dan 11-12

4.0,00101 0,00404
D   25mm  25mm
3,14.2 6,28
Q 0,00101
V    2,1 m s  memenuhi  2,4 m s
A 0,00049

54 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Diameter Pipa Distribusi Air Bersih Yang Dihasilkan

Daerah WSFU Q Diameter V


Pipa (m/s)
Liter/s l/m d didapat Diambil
(mm) (mm)
1-3 2 0,32 19,2 14 mm 15 mm 1,8
2-3 3 0,41 24,6 16 mm 15 mm 2,3
3-5 5 0,59 35,4 19 mm 20 mm 1,9
4-5 1 0,19 11,4 11 mm 10 mm 2,4
5-9 6 0,68 40,8 21 mm 20 mm 2,2
6-8 2 0,32 19,2 14 mm 15 mm 1,8
7-8 3 0,41 24,6 16 mm 15 mm 2,3
8-9 5 0,59 35,4 19 mm 20 mm 1,9
9-11 11 1,01 60,6 25 mm 25 mm 2,1
10-11 1 0,19 11,4 11 mm 10 mm 2,4
11-12 12 1,01 60,6 25 mm 25 mm 2,1
55 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
PIPA SHAFT

Untuk mendistribusikan air ke setiap alat saniter didalam


kamar digunakan sebuah pipa shaft yang nantinya akan
terhubung dengan pipa header yang langsung terhubung
pada pipa utama.

56 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Contoh: Pada lantai 2-4, 1 pipa shaft akan digunakan
untuk mendistribusikan air ke 6 kamar dalam 3 lantai.

57 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Diameter shaft
Setiap kamar terdapat: 1 bath tub, 1 WC, 1 lavatory basin:
 (2 + 3 + 1) WSFU = 6 WSFU

Jadi beban unit alat plambing untuk 6 kamar= 36 WSFU

Laju aliran air : 1,57 l/s = 94,2 l/m (Tabel)


Kecepatan air asumsi : 2 m/s
Diameter pipa yang didapat : 32 mm (diagram)

Perhitungannya : D  4.0,00157 0,00628


  0,001m 2  32mm
3,14.2 6,28

Q
Dari pemeriksaan yang didapat : v   2,0m / s
A

58 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk lantai 5-6, sebuah pipa shaft digunakan untuk
mendistribusikan air ke 4 kamar dalam 2 lantai.

Jadi beban unit alat plambing u/. 4 kamar=6 x 4= 24 WSFU

Laju aliran air : 1,36 l/s = 81,6 l/m (Tabel)


Kecepatan air asumsi : 2 m/s
Diameter pipa yang didapat : 32 mm (Gambar)

Perhitungannya : 4.0,00136 0,00544


D   29mm  32mm
3,14.2 6,28

Dari pemeriksaan didapat : Q


v   1,8m / s
A

59 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Pipa pembagi (Header )

Untuk menghubungkan ke shaft-shaft yang ada digunakan


pipa pembagi (header ).

Pada lantai 2-4 terdiri dari 124 kamar


Beban unit alat plambing terdiri dari : 6 x 124 = 744 WSFU

Laju aliran air : 10,73 l/s = 643,8 l/m (Tabel)


Kecepatan air asumsi : 2 m/s
Diameter pipa yang didapat : 75 mm (Gambar)
4.0,01073
Perhitungannya : D   0,083m  83mm  75mm
6,28

Pemeriksaan yang didapat : v 


Q
 2,4m / s
A
60 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk lantai 5-6 terdiri dari 88 kamar
Beban unit alat plambing terdiri dari : 88 x 6 = 528 WSFU

Laju aliran air : 7,82 l/s = 469,2 l/m


Kecepatan air asumsi : 2 m/s
Diameter pipa yang didapat : 75 mm

Perhitungannya :

0,03128
D  71mm  75mm
6,28

Dari pemeriksaan yang didapat


Q
v   1,8m / s
A
61 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk lantai atap terdiri dari 14 kamar

Beban unit alat plambing terdiri dari : 14 x 6= 84 WSFU

Laju aliran air : 2,40 l/s = 144 l/m


Kecepatan air asumsi : 2 m/s
Diameter pipa yang didapat : 40mm

Perhitungannya : 4.0,0024
D  39mm  40mm
3,14.2

Dari pemeriksaan yang didapat Q


v   1,9m / s
A

62 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Pada lantai satu terdapat dapur, pot washing dan beberapa
toilet.

Beban unit alat plambing : 69 WSFU

Laju aliran air : 2,21 l/s = 132,6 l/m


Kecepatan air asumsi : 2 m/s
Diameter pipa yang didapat : 40 mm
4.0,00221
D  38mm  40mm
3,14.2

Dari pemeriksaan yang didapat

Q
v   1,8m / s
A
63 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Pada lantai basement terdapat Karaoke dan beberapa
toilet

Beban unit alat plambing :51 WSFU

Laju aliran air : 1,84 l/s = 110,4 l/m


Kecepatan air asumsi : 2 m/s
Diameter yang didapat : 35 mm

Perhitungannya :
4.0,00184
D  34mm  35mm
6,28

Dari pemeriksaan yang didapat:


Q
v   1,9m / s
A
64 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Diameter Pipa Utama
Beban unit alat plambing : 744 + 528 + 84 + 69 + 51
= 1476 WSFU
Laju aliran air : 16,97 l/s = 1018,2 l/m
Kecepatan aliran asumsi : 2 m/s
Diameter pipa yang didapat : 100 mm

Perhitungannya : 4.Q 4.0,01697


D   104mm  100mm
 .V 3,14.2

Q
Dari pemeriksaan didapat : v   2,2m / s
A

Jadi Diameter pipa utama yang digunakan pada gedung


bertingkat ini adalah 100 mm
65 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Volume Tangki Air Bersih

1. Kapasitas Air Bersih


 Untuk menentukan kapasitas air bersih  jumlah
penghuni hotel.
 Diperkirakan setiap kamar: 2 orang.
 Dalam satu gedung terdapat 226 kamar  452 orang
(lobby, office, tempat rekreasi tidak diperhitungkan).
 Hotel ini termasuk kelas menengah, diketahui
pemakaian air untuk hotel ini adalah 300 liter/hari tiap
orangnya.
 Pemakaian air per hari untuk hotel ini adalah :

452 org x 300 l/hari/org = 135600 l/hari


= 135,6 m3/hari
66 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Pemakaian air bersih per hari ditambah 20 % untuk
mencegah terjadinya kebocoran dan keperluan lainnya.

Qd = 1,2 x 135,6 m3/hari


= 162,72 m3/hari

Diasumsikan pemakaian air dalam satu hari selama 10


jam
Qh = 16,272 m3/jam
Qm = 0,3 m3/menit

Kapasitas pipa dinas ( Qs ) diperkirakan sebesar dua per


tiga dari pemakaian rata-rata perjamnya.
Qs = 2/3 x Qh
= 2/3 x 16,272 m3/jam
= 10,848 m3/jam
67 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Volume Tangki Bawah

Diketahuinya kapasitas air maka dapat dihitung


volume tangki bawah tanah untuk menampung air yang akan
didistribusikan ke semua lantai.

Vr  Q d  Q s  T 
Dimana : Vr = Volume tangki bawah tanah (m3 )
Qd = Kapasitas air per hari ( m3 )
Qs = Laju aliran pipa dinas ( m3/jam )
T = Waktu pemakaian ( jam )

Vr = 162,72 – ( 10,848 x 10 )
= 162,72 – 108,48
= 54,24 m3
68 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Volume Tangki Atap

Kebutuhan air pada jam puncak

Qh maks = C1 x Qh

Dimana : Qh maks = Kebutuhan air pada jam puncak (m3/h)


Qh = Pemakaian air rerata per jam ( m3/h)
C = Konstanta ( 1,5 – 2 )

Qh maks = 2 x 16,272
= 32,544 m3/jam
= 0,5 m3/menit

69 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Kebutuhan air pada menit puncak :

Qm maks = C2 x ( Qh/60 )

Dimana : Qm maks = air pada menit puncak ( m3/menit )


C2 = Konstanta ( 3-4)
Qm maks = 4 x ( 16,272/60 )
= 1 m3/menit

70 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Volume tangki atap :
Ve = ( Qm maks – Qh maks ) Tp + Qh maks x Tpu

Dimana : Ve = volume tangki atap ( m3 )


Tp = waktu kebutuhan jam puncak ( menit )
Tpu = waktu pompa angkat ( menit )

Diasumsikan : Tp = 60 menit
Tpu = 20 menit
Ve = ( 1-0,5 ) 60 + (0,5 x 20 )
= 30 + 10
= 40 m3
Mengingat tangki atas harus dibersihkan dalam skala waktu
tertentu dan berat tangki juga harus diperhitungkan, maka
tangki atas dibuat 2 x 20 m3.
71 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Perhitungan Tekanan

Distribusi air dari tangki atap instalasi pipa pada


perancangan ini menggunakan gaya gravitasi:
dibutuhkan tekanan yang disyaratkan untuk alat-alat
plambing.

Tekanan yg kurang kesulitan dalam pemakaian air.


Tekanan yg lebih  menimbulkan rasa sakit serta memper-
cepat kerusakan peralatan plambing.

Secara umum: tekanan standar yang digunakan adalah 1,0


kg/cm2, dengan kata lain permukaan air terendah pada
tangki atap harus mempunyai ketinggian maksimal 10 m
dari alat plambing bersangkutan.

72 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk lantai 5 dan 6 – roof floor digunakan pompa booster,
sedangkan lantai 4 sampai basement mempunyai tekanan
yang besar akibat adanya gaya gravitasi.

Tekanan pompa booster sebesar 2 kg/cm2 atau 196000 N/m2

Rumus yang kita gunakan

P  gh
Dimana : P = tekanan ( N/m2)
 = Kerapatan air ( 998 kg/m3 )
g = percepatan gravitasi ( 9,8 m/s2 )
h = tinggi potensial ( m )

73 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Perhitungan Tekanan Tekanan pada lantai 4 :
P = ( 998 x 9,8 x 13,75 )
= 134481 N/m2

 Lantai atap ( roof floor ) dengan h = 4 Tekanan pada lantai 3 :


m, karena menggunakan pompa P = ( 998 x 9,8 x 17 )
booster maka tekanan air akan = 166267 N/m2
bertambah.
P = ( 998 x 9,8 x 4 ) + 196000 Tekanan pada lantai 2 :
= 235122 N/m2 P = ( 998 x 9,8 x 20,25 )
= 198053 N/m2
Tekanan pada lantai 6 :
Tekanan pada lantai 1 :
P = ( 998 x 9,8 x 7,25 ) + 196000 P = ( 998 x 9,8 x 25,25 )
= 266908 N/m2 = 246955 N/m2

Tekanan pada lantai 5 : Tekanan pada


P = ( 998 x 9,8 x 10,5 ) + 196000 basement :
= 298694 N/m2 P = ( 998 x 9,8 x 30 )
= 293412 N/m2
74 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan
Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Tekanan air yang terjadi

Lantai H Tekanan Tekanan Total


(m) (N/m2) (N/m2)
Roof floor 4 P.B = 196000 235122
6 7,25 P.B = 196000 266908
5 10,5 P.B = 196000 298694
4 13,75 134481
3 17 166267
2 20,25 198053
1 25,25 246955
Basement 30 293412

Ket : P.B = Pompa Booster


h perlantai ditambah 3,25 untuk lantai 2-6

75 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Perhitungan Tebal Pipa Distribusi Air Bersih
Pipa untuk distribusi air bersih menggunakan Pipa jenis GIP
 perlu dihitung tebal pipanya. Rumus perhitungan tebal
pipa:

PD
t 
2 s
Dimana :
t = Tebal pipa (mm)
P = Tekanan dalam Pipa (N/mm2)
D = Diameter pipa (mm)
S = Tegangan tarik yg diizinkan (N/mm2)

76 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Tetapi karena hasil perhitungan tebal pipa yang didapat
sangat kecil, maka rumus diatas ditambahkan dengan
konstanta “ C “.

PD
t  C
2 s

dimana : C = 3mm untuk pipa GIP


s = 10800 psi = 74455200 N/m2
P = 298694 N/m2 ( P maksimum )

77 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Tebal pipa yang dihitung adalah pipa yang digunakan adalah
pipa dengan diameter 15, 20, 25, 32, 40, 75, 100 mm

Maka perhitungan tebal pipa adalah sebagai berikut :

1. Pipa diameter 15 mm = 0,015 m :

298694 N m 2  0,015m
t  0,003m  3,03.10 3 m  3,03mm
2  74455200 N m 2

2. Pipa diameter 20 mm = 0,02 m

298694  0,02
t   0,003  3,04mm
2  74455200

78 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
3. Pipa diameter 25 mm = 0,025 m

298694  0,025
t  0,003  3,05mm
2  74455200

4. Pipa diameter 32 mm = 0,032 m


298694  0,032
t  3,06mm
2  74455200
5. Pipa diameter 40 mm = 0,04 m
298694  0,04
t  3,08mm
2  74455200

79 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
6. Pipa diameter 75 mm = 0,075 m

298694  0,075
t  3,15mm
2  74455200

7. Pipa diameter 100 mm = 0,1 m

298694  0,1
t   3,2mm
2  74455200

80 Satoto E. Nayono Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan


Plambing dan Sanitasi Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta

You might also like