You are on page 1of 31

1

A. JUDUL SKRIPSI PENERAPAN METODE COOPERTIVE SCIRPT DALAM

PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG PADA SISWA KELAS VII SMPN 4 SUMEDANG B. BIDANG ILMU Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia C. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa merupakan alat yang paling penting dalam berkomunikasi. Komunikasi terjadi setiap saat ketika seseorang melakukan aktivitas, baik komunikasi langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang perlu mempelajari bahasa dengan tujuan yang beraneka ragam, misalnya untuk mencari ilmu pengetahuan, untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan berbahasa dan sebagainya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut, diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya juga dapat menerapkannya secara tepat dalam berkomunikasi. Ketermpilan berbahasa meliputi empat hal yaitu, menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Seseorang akan mampu berbahasa lisan bila ia memiliki keterampilan berbicara dan menyimak, begitu juga dengan

kemampuan bahasa tulis, seseorang harus terlebih dahulu memiliki keterampilan membaca dan menulis jika ingin memiliki kemampuan berbahasa tulis. Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling pertama. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambanglambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran/bahasa lisan (Tarigan, 31 : 1986). Menyimak bertujuan untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan dan memahami kelas VII SMP. makna komunikasi (Tarigan, 1986 :9-10). Menyimak dongeng merupakan salah satu materi yang diajarkan pada siswa. Dongeng adalah cerita kisahan yang tidak terikat pada ruang dan waktu yang beredar secara lisan maupun tulisan di tengah masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa dongeng adalah, Cerita yang tidak benar-benar terjadi terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh(2002 : 274). Dengan kata lain, dongeng adalah cerita zaman dulu yang tidak benar-benar terjadi dalam alam nyata. Tarigan dalam bukunya mengungkapkan bahwa ada beberapa cara untuk mempertinggi kemampuan menyimak, diantaranya dengan menceritakan suatu kisah, dongeng atau fiksi lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menyimak dari para siswa lainnya, yaitu memberi petunjuk-petunjuk, mengemukakan

pertanyaan-pertanyaan, memberikan rangkuman-rangkuman, menceritakan aneka kejadian/insiden.

Salah satu usaha untuk lebih meningkatkan keberhasilan dalam menyimak dongeng adalah dengan menetapkan metode pembelajaran yang tepat. Metode yang bisa digunakan untuk pembelajaran menyimak adalah metode Cooperative Script. Metode Cooperative Script merupakan suatu metode dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Dalam metode ini, siswa menceritakan sebuah dongeng yang ia ketahui kepada temannya dan temannya mencatat hal-hal yang menarik dari dongeng tersebut, begitu juga sebaliknya. Diharapkan dengan menggunakan metode ini siswa akan lebih memahami isi dari cerita sebuah dongeng karena bahasa yang digunakan oleh teman sebayanya akan lebih mudah dimengerti. Metode pembelajaran ini pun dapat membangkitkan partisipasi siswa sehingga dapat mengembangkan potensi individualnya secara optimal. Maka berangkat dari latar belakang tersebut, penulis menyusun skripsi yang berjudul Penerapan Metode Cooperative Script dalam pembelajaran Menyimak Dongeng pada siswa kelas VII SMP.

D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, masalah yang muncul dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah proses pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan metode Cooperative Script pada siswa kelas VII SMPN 4 Sumedang sudah efektif?

2. Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan metode Cooperative Script pada siswa klas VII SMPN 4 Sumedang? 3. Apakah hasil pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan metode Cooperative Script sudah baik?

E. BATASAN MASALAH Mengingat masih luasnya permasalahan sebagaimana yang diuraikan diatas, perlu dilakukan pembatasan masalah, agar masalah yang dikaji terarah pada sasaran penelitian yang telah ditentukan. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut. 1. Pembelajaran menyimak dongeng yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan metode Cooperative Script. 2. Pembelajaran menyimak dongeng dilihat dari kemampuan siswa untuk menemukan ide pokok, menentukan tema, dan menemukan pesan yang ada dalam dongeng. 3. Dongeng yang digunakan untuk menunjukan kemampuan menyimak siswa yaitu legenda Situ Bagendit dan Sangkuriang. 4. Hasil pembelajaran yang dimaksud adalah hasil postes siswa sesudah pembelajaran dengan materi pokok menyimak dongeng dengan menggunakan

metode cooperative script pada siswa kelas VII SMPN 4 Sumedang Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. TUJUAN PENELITIAN Setiap kegiatan pasti memilki tujuan. Begitu pula dengan penelitian yang tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan penulis mengkaji permasalahan ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan keefektifan proses pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan metode Cooperative Script. 2. Mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan metode Cooperative Script. 3. Mendeskripsikan hasil pembelajaran menyimak dongeng dengan

menggunakan metode Cooperative Script.

G. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diantaranya sebagai berkut. 1. Bagi Peneliti Peneliti mendapatkan pengetahuan dan pengalaman berharga dari penelitian dan peneliti dapat terpacu untuk lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya menyimak.

2. Bagi Guru Guru memperoleh wawasan tentang alternatif metode pembelajaran menyimak, yaitu menyimak dongeng dengan menggunakan metode Cooperative Script. 3. Bagi Siswa Bagi siswa SMP, khususnya siswa SMP penelitian ini diharapkan dengan menggunakan metode ini siswa akan lebih memahami isi dari cerita sebuah dongeng dan dapat membangkitkan partisipasi siswa sehingga dapat mengembangkan potensi individualnya secara optimal. 4. Bagi Sekolah Bagi sekolah dapat memperoleh informasi tentang kemampuan siswanya dalam menyimak dongeng dengan menggunakan metode Cooperative Script., sehingga dapat dijadikan landasan dalam peningkatan kualitas belajar mengajar bahasa

H. ANGGAPAN DASAR Adapun anggapan dasar yang penulis tentukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menyimak merupakan salah satu materi pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum SMP tahun 2006. 2. Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh.

3. Kemampuan menyimak dongeng merupakan salah satu keterampilan yang perlu dikuasai siswa SMP karena dapat menunjang peningkatan keterampilan berbahasa. 4. Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran menyimak dongeng diperlukan metode pembelajaran yang tepat 5. Metode Coopertive Script merupakan suatu metode pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

I. HIPOTESIS Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu, Pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan metode cooperative script pada siswa kelas VII SMPN 4 Sumedang tahun pelajaran 2012/2013 akan berhasil dengan baik.

J. DEFINISI OPERASIONAL Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penafsiran terhadap judul penelitian ini maka diperlukan definisi operasional. Dengan definisi operasional tersebut diharapkan akan dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian. Oleh karena itu, berikut ini penulis uraikan definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.

Pembelajaran merupakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya aktivitas belajar dan mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas.

2.

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran/bahasa lisan.

3.

Dongeng adalah cerita zaman dulu yang tidak benar-benar terjadi dalam alam nyata.

4.

Metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu.

5.

Cooperative Script merupakan suatu metode dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

K. RINGKASAN LANDASAN TEORETIS 1. a. Metode Pembelajaran Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran.

Menurut Nana Sudjana (2005: 76) metode pembelajaran adalah, Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Sedangkan M. Sobri Sutikno (2009: 88) menyatakan, Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.

b.

Macam-macam Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang dipilih sepatutnya disesuaikan dengan bentuk

belajar atau hasil belajar yang diharapkan diperoleh siswa. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bentuk-bentuk belajar dapat digolongkan kedalam empat macam, yaitu bentuk belajar verbal, bentuk belajar konsep dan prinsip, bentuk belajar pemecahan masalah dan bentuk belajar keterampilan. Masing-masing bentuk belajar menuntut metode pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran yang dipilih menekankan pada adanya keatifan siswa dalam upaya mencapai bentuk hasil belajar tersebut. Secara umum penerapan metode pembelajaran meliputi empat kegiatan utama, yaitu kegiatan awal yang bersifat orientasi, kegiatan inti dalam proses pembelajaran, penguatan dan umpan balik serta penilaian. Macammacam metode pembelajaran dibagi atas metode konvensional dan metode kooperatif, yaitu sebagai berikut : a. Macam-macam Metode Pembelajaran Konvensional : a. Metode Ceramah (Preaching Method)

10

b. Metode Diskusi ( Discussion method ) c. Metode Demontrasi ( Demonstration method ) d. Metode Resitasi ( Recitation method ) e. Metode percobaan ( Experimental method ) f. Metode Karya Wisata g. Metode Latihan Keterampilan ( Drill method ) h. Metode Mengajar Beregu ( Team teaching method ) i. Metode Pemecahan Masalah ( Problem solving method) j. Metode Perancangan ( projeck method ) k. Metode Discovery b. Macam-macam metode kooperatif (Arends : 2001), 1. Student Teams Achievement Division (STAD) 2. Group Investigation 3. Jigsaw 4. Structural Approach 5. Cooperative Script 6. Team Game Turnament (TGT) 7. Team Assisted Individualization (TAI) 8. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

2. a.

Metode Cooperative Script Pengertian metode cooperative script

11

Skrip Kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. b. Langkah-langkah metode cooperative script 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan. 2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan

menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas. 6. Kesimpulan guru. 7. Penutup. c. Kelebihan metode cooperative script Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan. Setiap siswa mendapat peran.

1.

2.

12

3.

Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan. Kekurangan metode cooperative script Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).

d.

1.

2.

3. a.

Menyimak Pengertian Menyimak Menyimak merupakan aspek keterampilan berbahasa yang harus diajarkan

dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran/bahasa lisan (Tarigan, 31 : 1986). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dawson dalam tarigan (1984 : 3) yang menyatakan bahwa, Menyimak dipandang sebagai kegiatan mental yang lebih aktif daripada mendengar. Jadi, dalam menyimak terdapat proses

mengidentifikasi , proses menyusun pemahaman serta proses penafsiran, hasil penafsiran dan pemahaman serta proses menyimpan atau ingatan, hasil pemahaman dan penafsiran bunyi yang diterima dari luar. Pengertian menyimak lainnya dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 840) bahwa, Simak, menyimak mengandung arti: 1)

13

mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang; 2) (kembali) meninjau (memeriksa, mempelajari) kembali. Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa menyimak merupakan proses yang dilakukan dengan sengaja untuk mendengarkan lambanglambang lisan yang bermakna, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menafsirkan bunyi ujaran, mengapresiasikannya, mengevaluasi, dan terakhir proses merespon atau menanggapi ujaran tersebut. b. Jenis-jenis Menyimak Menurut Tarigan (1990 : 42), Jenis-jenis menyimak berdasarkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pembelajaran bahasa terdiri dari menyimak ekstensif dan menyimak intensif a. Menyimak ekstensif Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja. Tarigan mengemukakan jenis-jenis menyimak ekstensif yaitu : 1) Menyimak sosial Menyimak sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan menyimak ini lebih menekankan pada faktor status sosial, unsur sopan santun. dan tingkatan dalam masyarakat. Misalnya: Seorang anak jawa menyimak nasihat neneknya dengan sikap dan bahasa yang santun. Dalam hal ini, nenek memiliki peran yang lebih utama, sedang anak merupakan peran sasaran. 2) Menyimak sekunder Menyimak sekunder terjadi secara kebetulan. Misalnya, jika seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan orang lain, suara siaran radio, suara televisi, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia tidak terganggu oleh suara tersebut. 3) Menyimak estetik Menyimak estetika sering disebut menyimak apresiatif. Menyimak estetika ialah kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu.

14

Misalnya, menyimak pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, syair lagu, dan sebagainya. Kegiatan menyimak itu lebih menekankan aspek emosional penyimak seperti dalam menghayati dan memahami sebuah pembacaan puisi. Dalam hal ini, emosi penyimak akan tergugah, sehingga timbul rasa senang terhadap puisi tersebut. 4) Menyimak Pasif Menyimak pasif ialah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa upaya sadar. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir memahami pesan dalam bahasa daerah tersebut. Kemudian, dia mahir pula menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan sebagai hasil menyimak pasif. Namun, pada akhirnya, orang itu dapat menggunakan bahasa daerah dengan baik. Kegiatan menyimak pasif banyak dilakukan oleh masyarakat awam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan di sekolah tidak dikenal istilah menyimak pasif. Pada umumnya, menyimak pasif terjadi karena kebetulan dan ketidaksengajaan. b. Menyimak Intensif Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam. Ciri-ciri menyimak intensif adalah: 1. Menyimak intensif ialah menyimak pemahaman. Pemahaman ialah proses memahami suatu objek. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan menyimak intensif dengan tujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. 2. Menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi. Dalam menyimak intensif diperlukan pemusatan gejala jiwa menyeluruh terhadap bahan yang disimak agar penyimak dapat melakukan konsentrasi yang tinggi. 3. Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal. Yang dimaksudkan dengan bahasa formal ialah situasi komunikasi resmi.

15

4. Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan. Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan secara (1) lisan (berbicara) dan (2) tulis (menulis, mengarang). Tarigan mengemukakan jenis-jenis menyimak intensif yaitu : 1. Menyimak kritis Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguhsungguh untuk memberikan penilain secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran. dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya. 2. Menyimak introgatif Menyimak interogratif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut. 3. Menyimak eksploratif Menyimak eksploratif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru. 4. Menyimak kreatif Menyimak kreatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas pembelajar. Menyimak konsentratif 5. Menyimak konsentratif Menyimak konsentartif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang disimak. 6. Menyimak selektif Menyimak selektif ialah kegiatan menyimak yang dilakukan secara selektif dan terfokus untuk mengenal, bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk, bahasa yang sedang dipelajarinya. c. Tujuan Menyimak Tujuan menyimak berdasarkan Tidyman & Butterfield adalah sebagai berikut : 1) Menyimak sederhana 2) Menyimak diskriminatif 3) Menyimak santai 4) Menyimak informatif 5) Menyimak literatur 6) Menyimak kritis

16

4.

Dongeng

a. Pengertian Dongeng Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyampaikan pesan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pesan disampaikan secara langsung melalui percakapan antara penyampai pesan dengan pihak yang menjadi sasaran pesan tersebut. Pesan dapat juga disampaikan secara tidak langsung melalui metode khusus, seperti lagu, komik maupun dongeng. Menurut Jasmin Hana (2011: 14), dongeng berarti cerita rekaan, tidak nyata, atau fiksi, seperti fabel (binatang dan benda mati), saga (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), epos (cerita besar seperti Mahabharata dan Ramayana). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng berfungsi menyampaikan ajaran moral dan juga menghibur. Dongeng termasuk cerita tradisional. Cerita tradisional adalah cerita yang disampaikan secara turun temurun. Suatu cerita tradisional dapat disebarkan secara luas ke berbagai tempat. Kemudian, cerita itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa dongeng adalah hasil karya berdasarkan rekayasa imajinatif, cerita rekaan, tidak nyata, tidak benar-benar terjadi namun mempunyai pesan moral dibalik kisah yang diceritakan. 5. Unsur-unsur Dongeng

17

Andi Yudha (dalam Jasmin Hana, 2011 :43-46) dalam sebuah dongeng terdapat unsur-unsur penting yang meliputi alur, tokoh, latar, dan tema. Dongeng yang bermutu memiliki perkembangan yang memadai pada keempat unsur tersebut. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku. 2. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami berbagai peristiwa di dalam dongeng. 3. Latar adalah unsur cerita yang menunjukkan dimana dan kapan kejadiankejadian di dalam dongeng. 4. Tema adalah makna yang terkandung di dalam sebuah dongeng. 5. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita yang dibuatnya. Amanat cerita bersifat tersirat dan terkadang pembaca kesulitan menemukannya. Semakin dalam amanat sebuah dongeng, semakin diingatlah dongeng tersebut. 6. Jenis-jenis Dongeng Cerita dalam sebuah dongeng dapat mempengaruhi minat anak untuk membacanya, karena setiap anak mempunyai selera yang berbeda-beda dalam diri mereka. Poerdarminto (dalam Eka Ratnawati, 2010: 17-18) membedakan dongeng menjadi 5 macam dilihat dari isinya. Kelima macam dongeng tersebut, yaitu : 1. Dongeng yang lucu

18

Dongeng yang lucu adalah cerita yang berisikan kejadian lucu yang terjadi pada masa lalu. Cerita dalam dongeng lucu dibuat untuk menyenangkan atau membuat tertawa pendengar atau pembaca. 2. Fabel Cerita pendek berupa dongeng, mengambarkan watak dan budi manusia yang diibaratkan pada binatang. Disamping fabel menggunakan tokoh binatang ada yang menggunakan benda mati. Jadi fabel merupakan cerita pendek atau dongeng yang memberikan pendidikan moral yang menggunakan binatang sebagai tokohnya. 3. Legenda Legenda adalah cerita yang isinya tentang asal-usul suatu daerah. Jadi legenda merupakan cerita dari zaman dahulu yang merupakan kejadiankejadian yang berhubungan dengan suatu tempat atau peristiwa yang baik digunakan dalam pendidikan dasar. 4. Sage Sage merupakan cerita dongeng yang berhubungan dengan peristiwa atau sejarah. 5. Mite Mite merupakan cerita tentang kepercayaan suatu masyarakat yang diyakini oleh masyarakat tetapi tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

7.

Ruang Lingkup Pembelajaran Menyimak dalam KTSP SMP 2006 Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa

Guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan pelajaran kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya (KTSP,2006). Salah satu keterampilan berbahasa yang harus ditempuh oleh siswa kelas VII SMP adalah keterampilan menyimak. Keterampilan menyimak itu diantaranya menyimak dongeng. Hal ini terlihat dalam silabus kelas VII semester 1 berikut ini.

19

Kelas VII Semester 1

Standar Kompetensi Menyimak 5. Mengapresiasi dongeng yang diperdengarkan

Kompetensi Dasar 5.1 Menentukan hal-hal yang menarik dari dongeng yang diperdengrkan 5.2 Menunjukan relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang

L. 1.

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperiman.

Menurut surakhmad (1994 : 194) yang dimaksud metode eksperimen adalah, suatu metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui suatu hasil yang diharapkan dari variable-variabel yang diselidiki. Eksperimen yang digunkan dalam penelitian ini adalah quasy eksperiment atau eksperimen semu. Artinya, eksperimen yang tidak sebenarnya. Dikatakan demikian, karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti aturan-aturan tertuntu (Arikunto, 1998 : 83). Dalam eksperimen ini digunakan data hasil postes

20

pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan metode cooperative script untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran tersebut. 2. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik unit tunggal. Pada teknik unit tunggal, P dengan sistematik memasukkan atau meniadakan variabel tertentu pada satu kelompok atau pada satu unit penyelidikan, dan mencoba mengukur akibat pemasukan atau peniadaan variable tertentu itu. Secara skematik prosedur dapat dilukiskan dalam bagan dibawah ini.

Unit A

manipulasi variable eksperimental

Unit A

Unit A

pada akhir eksperimen

Hasil Unit A

3.

Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah kemampuan menyimak dongeng siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sumedang tahun Pelajaran 2012/2013. b. Sampel Penelitian Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel random atau sampel acak dengan cara undian. Nawawi (1993:75) menjelaskan mengenai teknik random sampling bahwa, Dalam random sampling semua

21

individu dan populasi baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama diberikan kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel . Teknik random sampling digunakan atas asumsi bahwa populasi bersifat homogen bila dilihat dari tingkat usia yang relatif sama, jenjang kelas yang sama, lingkungan sekolah yang sama, dan guru pengajar bahasa Indonesia yang sama. Dikarenakan keterbatasan kemampuan, tenaga, waktu, biaya, dan pengetahuan penulis, yang tidak mungkin melakukan penelitian terhadap seluruh populasi diatas, maka akan diambil satu kelas sebagai sampel penelitian dengan cara diundi. Adapun langkah-langkah undian dalam penentuan sampel tersebut, adalah sebagai berikut: 1. setiap kelas yang termasuk ke dalam populasi diberi nomor; 2. nomor undian ditulis pada potongan kertas; 3. potongan kertas tersebut digulung dan dimasukan ke dalam gelas; dan 4. gelas dikocok dan dikeluarkan satu gulungan kertas yang akan dijadikan sampel dalam penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Dan Analisis Data

a. Teknik Pengumpulan Data Teknik utama yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Uji Coba Pembelajaran

22

Maksudnya, penulis akan mengujicobakan metode cooperative script dalam pembelajaran menyimak dongeng untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran tersebut. 2) Teknik Tes Teknik tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa sesudah dilakukan proses belajar mengajar (postes) pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan metode cooperative script. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu berupa pemberian tugas menyimak dongeng. 3) Studi Pustaka Teknik ini digunakan untuk mengkaji dan menggali teori-teori yang bertautan dengan permasalahan yang diteliti. b. Teknis Analisis Data Ada tiga tahap analisis yang penulis lakukan dalam pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan metode cooperative script pada siswa kelas VII SMP Negeri 4 Sumedang tahun pelajaran 2012/2013. Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam menganalisis data tersebut adalah sebagai berikut. 1) Analisis Proses Pembelajaran Analisis proses pembelajaran menyimak dongeng dengan menggunakan metode cooperative script meliputi aktivitas siswa dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 2) Analisis Langkah-langkah Pembelajaran Analisis langkah-langkah pembelajaran menyimak dongeng dengan

menggunakan metode cooperative script meliputi pembagian siswa secara

23

berpasangan, memberikan wacana/materi (dongeng) untuk diceritakan kepada pasangannya, menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar, pembicara menceritakan dongeng selengkap mungkin, sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghapal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya, bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas, guru memberikan kesimpulan. 3) Analisis Hasil Pembelajaran Kegiatan ini penulis lakukan setelah kegiatan pengumpulan data selesai dilaksanakan. Data yang terkumpul berupa hasil postes pembelajaran menyimak dongeng. Selanjutnya data tes tersebut diperiksa dan diberikan skor sebagai dasar pengolahan data. Setelah semua data terkumpul, kemudin dilakukan pengolahan data dengan menggunakan uji statistik. Adapun langkah-langkah uji statistic yang penulis lakukan dalam rangka pembuktian hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut. a) Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam hal ini digunakan Uji Chi Kuadrat (X2) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
(1) Mencari rata-rata dari data postes dengan menggunakan rumus :

(Nugraha, 1993 : 13)

24

(2) Mencari deviasi standar dengan menggunakan perhitugan langsung memakai kalkulator fx 350. (3) Membuat daftar frekuensi observasi dan frekuensi ekspektasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) mencari banyaknya interval ( k ) dengan rumus sebagai berikut. k = 1 + 3,3 log n (Nugraha, 1993 : 13); (b) mencari rentang ( r ) dengan rumus sebagai berikut. r = data terbesar data terkecil; (c) mencari panjang kelas interval ( p ) dengn rumus sebagai berikut. p = (Nugraha, 1993 : 13)

(d) Membuat table distribusi frekuensi seperti berikut. Kelas Interval Oi bk z Ei

Jumlah Keterangan : Oi = frequensi observasi bk = batas kelas z = transformasi normal standar dari batas kelas z=

25

= luas tiap kelas interval (menggunakan daftar z)

Ei = frequensi ekspektasi (Ei = N x 1 hasilnya dibuat satu desimal)

4) Menghitung nilai X2 (chi kuadrat) dengan rumus sebagai berikut.

2 =

(Nugraha, 1993 : 15)

5) Menentukan derajat kebebasan (db) dengan rumus sebagai berikut. db = k 3 6) Menentukan nilai X2 dari daftar dalam taraf kepercayaan 99 %. 7) Menentukan normalitas distribusi dengan ketentuan sebagai berikut. Jika X2 < X2 0,99 (db) maka sampel berdistribusi normal; dan jika X2 X2 0,99 (db) maka sampel berdistribusi tidak normal. b) Uji z Uji z dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah hipotesis yang berkaitan dengan hasil pembelajaran menyimka dongeng dengan menggunakan metode cooperative script, diterima atau ditolak. Uji z dapat dilakukan jika sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dalam hal ini penulis menentukan langkah-langkah sebagai berikut.

26

1) Menentukan nilai proporsi (p) sebesar 70%, karena proporsi hipotesis tersebut merupakan nilai ketuntasan belajar.
2) Menentukan banyaknya data yang termasuk hipotesis dengan proporsi 70 %.

Dengan demikian, nilai yang termasuk kategori hipotesis ditentukan dengan

cara

x nilai tertinggi siswa = nili kategori hipotesis.

3) Perhitungan nilai z, dengan menggunakan rumus :

z=

(Nurgana, 1985:10)

Keterangan : x = banyak data yang termasuk hipotesis n = banyak data p = proporsi pada hipotesis 4) Penghitungan nilai z dari tabel, dengan rumus : Z 0,5 (Nurgana, 1985:8) 5) Pemeriksaan hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut. Jika z hitung terletak di luar interval z tabel s.d. z tabel maka hipotesis ditolak, tetapi jika z hitung terletak di dalam interval z s.d. tabel maka hipotesis diterima. c) Uji Me

27

Jika ternyata sampel yang diambil berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, perhitungan dilanjutkan dengan tes median atau uji Me. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak. Adapun langkah-langkah perhitungan tes median adalah sebagai berikut. 1) Menentukan kriteria hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut. Kurang dari 5,5 5,5 s.d. 7,4 7,5 atau lebih = kurang dipahami = cukup dipahami = dipahami dengan baik

Dengan demikian, kriteria hipotesis yang digunakan dalam uji ini yaitu Me 7,5 2) Menentukan kelas median Menentukan kelas median yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut. n= xn (Nurgana, 1985:8)

3) Mencari median dengan rumus sebagai berikut.

Me = b + p

(Nurgana, 1985:8)

Keterangan : b = batas kelas bawah median p = panjang kelas median F = jumlah frekuensi semua kelas sebelum kelas median

28

f = frekuensi kelas median 4) Membuat daftar rank Membuat daftar rank dengan cara mengurutkan nilai yang diperoleh setiap siswa. Adapun format daftar rank sebagai berikut. Nomor urut Data (Xi) Jumlah 5) Menentukan nilai W dengan cara berikut a. Menentukan nilai W hitung dengan cara mengambil jumlah nilai terkecil dari daftar rank, baik jumlah rank positif maupun jumlah rank negatif. Bil ada yang tidak terisi berarti W = 0
b. Menentukan nilai W tabel dalam taraf kepercayaan ( ) 99 %

Xi

Rank Positif

Negatif

6) Menentukan nilai Me kriteria pengujian hipotesis, dengan kriteria sebagai berikut. Nilai Me kriteria hipotesis yang ditetapkan adalah 7,5. Dengan demikian, jika W hitung 0,0 W (n), maka Me 7,5 ; dan jika W hitung > W 0,0 (n), maka Me = 7,5 7) Melakukan pengujian hipotesis, dengan kriteria sebagai berikut. Jika Me hitung Me kriteria pengujian hipotesis, maka hipotesis ditolak; dan Jika Me hitung Me kriteria pengujian hipotesis, maka hipotesis diterima. 5. Instrumen Penelitian Instrument penelitian merupakan hal yang penting dalam penelitian. Instrument penelitian sebagai alat atau cara untuk menjaring data yang diperukan

29

oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis yng dijajukan sehingga alat ini harus dipilih sesuai dengan jenis data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, data atau informasi yang ingin diketahui yaitu data informasi tentang hasil tes pembelajaran menyimak dongeng sesudah mengikuti pembelajaran yang peneliti lakukan. Instrument yang penulis gunakan dalam proses belajar mengajar yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya tercantum soal untuk postes. 6. Ruang Lingkup Penelitian Supaya penelitian ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka perlu ditentukan ruang lingkup penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut. 1. Variabel Penelitian : Pembelajaran menyimak dongeng dengan

menggunakan metode cooperative script 2. 3. 4. 5. Bahan Penelitian Subjek Penelitian Lokasi Penelitian Waktu Penelitian selesai 7. Agenda Kegiatan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu enam bulan sejak proposal penelitian ini dibuat dan layak untuk dilanjutkan. Bentuk kegiatan yang direncanakan untuk dilakukan dalam enam btersebut adalah sebagai berikut. Tabel Rencana Penelitian : Cerita dongeng : Siswa kelas VII : SMP Negeri 4 Sumedang : Mulai bulan Desember 2012 sampai dengan

30

No 1 2 3 4 5 6 8.

Kegiatan Persiapan Penelitian/pembuatan proposal Pengumpulan data Pengolahan data Pembuatan laporan penelitian Pembahasan dan finalisasi laporan penelitian Penjilidan/pencetakan

Bulan ke 3 4

Daftar Pustaka

Agung. 2010. Legenda Situ Bagendit . [Online]. Tersedia : http: //historyology.blogspot.com/2010/01/legenda-situ-bagendit.html. [21 Desember 2012] Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Dwimaria. 2011. Metode Script Kooperatif (Cooperative Script). [Online]. Tersedia : http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2200794pengertian-metode-cooperative-script/#ixzz2Eiu6i7hH. [10 Desember 2012] Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning; Mempraktikan Coopertive Learning . Jakarta : PT Gramedia. Nurgana, E. (1993). Statistika Penelitian.Bandung : CV. Permadi. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2011. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Sumedang : STKIP Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media

31

Sukarto. 2012. Dongeng dan Jenis-jenisnya. [Online]. Tersedia : http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2103854-artidongeng-dan-jenis-jenisnya/#ixzz2ES7AIakm. [10 Desember 2012] Supriadi, Udin Ganda. 2008. Telaah Kurikulum Bahasa Indonesia. Sumedang : STKIP Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Metode Dasar dan Teknik. Bandung : Tarsito.

You might also like