ANALISIS PROSPEKTIF PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN MANGGIS
(Garcinia mangostana) DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI
(STUDI KASUS DI KECAMATAN PUSPAHIANG KABUPATEN TASIKMALAYA) Roni Kastaman Jurusan Teknik & Manajemen Industri Pertanian Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 ABSTRACT Roni Kastaman. 2007. Prospective Analysis on Development of Mangosteen (Garcinia mangostana) Processing Product in order to Improve Farmers Income (Case Study in Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya). The research was based on the lack of post harvest and processing technology problem that mangosteen farmers have at the moment. So that the fruit sold just as a fresh fruit. A new innovation on mangosteen product development hopefully can improve added value of farmers. In order to obtain brief description about processing product prospective and its added value from fresh mangosteen fruit, in December 2006 until February 2007 has held a research in the Laboratory of Agricultural Engineering System and Management, Agricultural Engineering System & Management Departement, Faculty of Agroindustrial Technology, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. The research used descriptive method with economic analysis as a tool in the process. The result shown that there were a few product can be developed from fresh mangosteen fruit such as syrup, cocktail, juice, colouring material and starch of fruit pericarp. Based on economic calculation, syrup and cocktail gave more profit better than the others. Their could give profit about 53.33% for syrup and 35.56% for cocktail if compare with selling value of fresh mangosteen fruit as Rp. 1 800 (on farm level and fairly quality). The whole part of the fruit has a good chance to be developed and better added value than sold as a fresh fruit. It means that the fruit has a good economic prospective in the future if developed in farm level and to be continued with socialization process to the farmer. Keywords : Prospective, added value ABSTRAK Roni Kastaman. 2007. Analisis Prospektif Pengembangan Produk Olahan Manggis (Garcinia Mangostana) Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Petani (Studi Kasus di Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya) Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya masalah dalam keterbatasan petani untuk mengolah produk manggis selain dijual dalam bentuk segar. Pengembangan produk olahan buah manggis diharapkan akan dapat meningkatkan nilai tambah petani manggis. Untuk mengetahui gambaran prospektif produk olahan manggis tersebut telah dilakukan penelitian analisis prospektif produk olahan manggis terutama untuk mengetahui seberapa besar nilai tambah yang dapat dihasilkan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2006 Februari 2007 di Laboratorium Sistem dan Manajemen Keteknikan Pertanian, Jurusan Teknik & Manajemen Industri Pertanian, Fakultas Teknnologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Penelitian mengunakan metode deskriptif dengan alat bantu analisis berupa analisis ekonomi dalam tahapan prosesnya. Dari hasil pengamatan dapat diketahui beberapa produk olahan manggis yang dapat dibuat, yakni untuk bahan pewarna dan tepung kulit buah manggis, sirup buah, cocktail dan juice buah manggis. Hasil perhitungan secara ekonomi menunjukkan bahwa produk olahan manggis berupa sirup buah dan cocktail memiliki nilai profit yang lebih tinggi yakni sebesar 53,33% dan 35,56% dibandingkan dengan hasil penjualan buah manggis segar yang rata-rata di tingkat petani dijual seharga Rp. 1.800,-(harga di kebun untuk kualitas sedang). Baik produk olahan daging buah maupun kulit buah dari buah manggis, keduanya memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dijual dalam bentuk buah segar. Berdasarkan gambaran ini, produk olahan buah manggis memiliki prospektif ekonomi yang baik untuk dikembangkan dan perlu disosialisasikan lebih lanjut kepada petani. Kata Kunci : Prospektif, nilai tambah 1 PENDAHULUAN Dalam upaya pengembangan sistem agroindustri yang handal, Kabupaten Tasikmalaya terpilih sebagai wilayah pilot project pengembangan komoditas hortikultura unggulan, dengan manggis sebagai komoditas yang diharapkan dapat dikembangkan sebagai komoditas unggulan nasional. Pemilihan Kabupaten Tasikmalaya selama ini didasarkan atas potensi pengembangan manggis sebagai buah asli Indonesia yang besar, terlebih manggis yang berasal dari Kecamatan Puspahiang Tasikmalaya telah menjadi icon manggis Indonesia yang telah dikenal di dunia internasional (Roni Kastaman, 2006). Keseriusan pemerintah dalam mengembangkan sistem agroindustri manggis ini terutama dimaksudkan untuk mendapatkan model sistem agroindustri manggis yang berkerakyatan, lebih modern dan responsif terhadap perubahan global. Sehingga di masa yang akan datang agroindustri manggis dapat menjadi salah satu pilar agroindustri yang kuat. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan manggis ini mengingat besarnya potensi produksi manggis yang dimilikinya, dengan memanfaatkan era desentralisasi ekonomi dimana kewenangan daerah lebih leluasa dalam melakukan kombinasi strategi pemanfaatan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang ada, khususnya dalam kerangka pembangunan pertanian dan sektor ekonomi lain pada umumnya. Tidaklah mengherankan kalau Kabupaten Tasikmalaya menetapkan manggis sebagai salah satu komoditas unggulan daerah. Namun walaupun demikian, dalam implementasinya masih dijumpai beberapa kendala yang cukup serius, yang dalam jangka panjang kurang mendukung upaya pengembangan komoditas unggulan tersebut. Beberapa kendala tersebut antara lain : 1. Lokasi penanaman tersebar di banyak lokasi dengan keragaman karakteristik lahan, tanah dan tanaman yang signifikan secara visual. Hal ini terlihat dari tidak seragamnya produktivitas tanaman yang dihasilkan. terkontrol dengan baik. Kesesuaian lahan tampaknya belum diuji secara laboratorium dan hal ini terlihat dari tidak sergamnya kualitas manggis di Kabupaten Tasikmalaya. Oleh karena itu pengujian tanah dan penentuan kesesuaian lahan baik dari sisi topografi dan zona klimatisasinya perlu dilakukan untuk masa yang akan datang. 2. Cara pemanenan belum mengikuti kaidah atau prasyarat bagi tercapainya mutu manggis yang baik, yang pada akhirnya menentukan pula harga jual yang dapat diterima oleh petani. Selama ini petani kebanyakan menjual manggis dalam bentuk segar dengan cara penanganan pasca panen yang masih terbatas, sehingga umur konsumsinya menjadi terbatas. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa Eksportir memiliki teknologi pasca panen buah manggis yang sangat baik, dimana mereka dapat mempertahankan tingkat kesegaran manggis dengan menggunakan formula bahan pengawet buah / tangkai buah dan penggunaan ruang pendingin untuk memperpanjang umur simpan buah. Dengan demikian eksportir memiliki kemampuan untuk menentukan kapan pemenuhan supply & demand pasar dapat dilakukan karena penguasan teknologi pasca panen ini. 2 Sementara itu menurut Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2004), permasalahan lainnya yang berkaitan dengan pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian antara lain adalah: 1. Rendahnya daya saing produk pertanian, baik segar maupun olahan yang disebabkan oleh rendahnya mutu dan tidak sesuainya tampilan produk dengan tuntutan pasar; rendahnya tingkat efisiensi produksi dan pemasaran; lemahnya akses pelaku usaha terhadap informasi; lemahnya budaya pemasaran dan kewirausahaan pelaku; serta minimnya sarana dan prasarana pengolahan, dan pemasaran hasil pertanian. 2. Kurangnya sumber daya manusia terdidik di bidang pertanian yang terjun dalam praktek usaha pertanian profesional berskala menengah/besar yang dapat menghasilkan produk-produk pertanian dengan mutu dan harga yang dapat bersaing di pasar global. Di samping itu, kebijakan makro yang diterapkan saat ini masih belum kondusif bagi para pemilik modal dan perbankan untuk menanamkan modalnya di bidang pengolahan hasil pertanian, sehingga diperlukan upaya-upaya promosi investasi untuk menarik minat para calon investor baik dari kalangan dalam negeri maupun luar negeri. 3. Rendahnya tingkat keberlanjutan usaha-usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang disebabkan oleh kecilnya skala usaha (tidak mencapai skala ekonomi); pengembangan subsistem produksi yang tidak terkoordinasi dengan subsistem pengolahan dan pemasaran; produksi belum berorientasi pasar; pemanfaatan teknologi yang kurang ramah lingkungan dan belum adanya sistem insentif penerapan teknologi ramah lingkungan; ketergantungan kepada komponen impor untuk bahan baku maupun bahan penolong; perubahan tata ruang wilayah; kurang profesionalnya sumberdaya manusia; serta masih lemahnya kemitraan dan kelembagaan usaha. 4. Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian selama ini masih belum mengakomodasi serta belum mendapat dukungan dan partisipasi penuh dari masyarakat dan pemerintah daerah. Berbagai permasalahan perencanaan lebih bersifat top down dan kebijakan pembangunan industri nasional kurang memperhatikan atau tidak berbasis pada sumberdaya domestik. 5. Belum adanya kebijakan yang mengendalikan ekspor bahan mentah untuk melindungi dan merangsang berkembangnya agroindustri di dalam negeri, serta masih kuatnya budaya di masyarakat petani dan pengusaha untuk menghasilkan produk primer saja. Selain itu, belum adanya kebijakan yang mengendalikan ekspor bahan mentah, yang dapat melindungi dan merangsang berkembangnya ekspor produk olahan. 6. Mutu produk olahan, khususnya usaha pengolahan berskala rumah tangga dan usaha kecil, masih belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan pasar, khususnya pasar internasional. 7. Sarana dan prasarana yang belum memadai, seperti belum berkembangnya workshop yang dapat mengembangkan alat-alat pengolahan, serta masih rendahnya penguasaan terhadap teknologi pengolahan untuk meningkatkan diversifikasi produk dan pemanfaatan hasil ikutan. 3 8. Legalitas di bidang usaha pascapanen dan pengolahan yang masih lemah sehingga sulit untuk dapat mengakses sumber dana permodalan. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah adanya diversifikasi produk olahan dari komoditas manggis, yang dalam jangka panjang petani mampu meningkatkan nilai tambah dari hasil usahanya dan mengurangi ketergantungan pada bandar karena menjual manggis dalam bentuk segar, yang harganya relatif lebih rendah dari harga pasar. Manggis atau mangosteen (Garcinia mangostana) merupakan tanaman yang hampir seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan, mulai dari daging buah, kulit luar, daun, batang hingga akar. Berdasarkan karakteristik buahnya, manggis dapat diolah menjadi berbagai produk olahan seperti : 1. Juice atau sari buah. Juice xanthone dari buah manggis dibuktikan berdasarkan riset dapat menjaga kesehatan tubuh, memperkuat sistem kekebalan tubuh, menetralisir radikal bebas, membantu sistem pernafasan 2. Sirop buah 3. Cocktail 4. Kapsul atau tablet xanthone yang terdiri dari kandungan bahan polyphenol yang bermanfaat untuk kesehatan dan menjadikan penciri warna pada tanaman, serta bahan flavonoid yang memberi efek citarasa 5. Sebagai obat anti kanker (Suksamrarn et.al., 2006) 6. Supplement untuk diet 7. Bahan pewarna 8. Berdasarkan beberapa penelitian diketahui pula bahwa a. Rebusan kulit buah manggis mempunyai efek antidiare. b. Buah manggis muda memiliki efek speriniostatik dan spermisida. c. Ekstrak (n-heksana dan etanol) manggis memiliki tingkat ketoksikan tertentu pada penggunaan metode uji Brine Schrimp Test (BST). d. Dari hasil suatu penelitian dilaporkan bahwa Mangostin (1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8- bis(3metil-2-butenil)-9H-xanten-9-on) hasil isolasi dari kulit buah mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. e. Dari hasil studi farmakologi dan biokimia dapat diketahui bahwa mangostin secara kompetitif menghambat tidak hanya reseptor histamin H, mediator kontraksi otot lunak tetapi juga epiramin yang membangun tempat reseptor H1, pada sel otot lunak secara utuh. Mangostin merupakan tipe baru dari histamin. 4 f. Pemberian ekstrak daun muda terhadap mencit bunting dengan dosis 500, 1000, 1500 mg/kg BB, menunjukkan efek pada fetus berupa penurunan berat badan, terjadinya perdarahan pada fetus, dan adanya perubahan jaringan hati fetus seperti nekrosis pada sel hepar, tetapi tidak terjadi kelainan perkembangan dan aborsi. Ekstrak daun manggis dengan berbagai dosis dapat mengurangi jumlah sel spermatid, terjadi penambahan jumlah spermatozoa abnormal, dan lambatnya gerak maju spermatozoa mencit. Di masyarakat, buah digunakan untuk mengobati diare, radang amandel, keputihan, disentri, wasir, borok; di samping itu digunakan sebagai peluruh dahak, dan juga untuk sakit gigi. Kulit buah digunakan untuk mengobati sariawan, disentri, nyeri urat, sembelit. Kulit batang digunakan untuk mengatasi nyeri perut. Akar untuk mengatasi haid yang tidak teratur (Tanaman Obat Indonesia, 2005) Berdasarkan informasi tersebut dilakukan analisis prospektif atas beberapa produk olahan manggis seperti : Sirup, juice, cocktail, bahan pewarna dan tepung xanthon sebagai bahan baku farmasi. Tujuan dari analisis prospektif ini adalah untuk mendapatkan gambaran seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan bila produk dijual dalam bentuk buah segar dan dalam bentuk produk olahan. Hal ini perlu dilakukan mengingat hingga saat ini belum ada gambaran prospek ekonomi dari pengolahan buah manggis, sehingga ini akan memberikan banyak manfaat terutama kepada petani agar dalam kegiatan usaha taninya, mereka memiliki alternatif produk yang dapat mereka jual dengan harga jual yang lebih berarti. Berdasarkan data produk olahan manggis yang diperjual belikan di pasaran internasional dapat diketahui bahwa buah manggis yang dijual dalam bentuk segar harganya di bawah produk olahannya. Sebagai gambaran harga produk olahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1.Harga Beberapa Produk Olahan Manggis di Pasaran Internasional Uraian Produk Olahan Manggis Harga Satuan Jumlah Nilai Rupiah Mangosteen juice 20,07 US dollar 1 liter 183.540 Mangosteen juice 17,24 US dollar 32 OZ 157.660 Extract mangosteen 12,64 US dollar 60 tablet 115.593 Mangosteen tablet 3,59 US dollar 30 tablet/475 gr 32.831 Mangosteen Xanthone Rich 12,98 US dollar 60 tablet 118.702 Keterangan : 1. Sumber harga produk di luar negeri (Nextag Comparison Shopping. 2006) 2. Kurs : 1 dollar = Rp. 9145 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif analitik dengan menitik beratkan pada analisis ekonomi untuk menghitung nilai tambah produk yang dihasilkan. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2006 sampai Februari 2007 di Laboratorium Sistem dan Manajemen Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas 5 Padjadjaran. Untuk penelitian ini digunakan alat bantu analisis berupa komputer dan piranti lunak Microsoft Excell. Data penelitian yang berhubungan dengan harga jual komoditas diperoleh dengan mengambil contoh data dari petani yang tergabung dalam koperasi manggis Arta Mukti di Kecamatan Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya. Sedangkan data harga produk olahan diperoleh dengan cara dihitung langsung berdasarkan harga bahan baku produk olahan. Prosedur penelitian selengkapnya adalah sebagai berikut : Mulai Karakteristik Fisik Buah Penentuan Produk Olahan Analisis Bahan Baku Produk Olahan Penentuan Harga Pokok &Harga Jual Produk Olahan Analisis Nilai Tambah Rekomendasi Selesai Gambar 1. Tahapan Prosedur Penelitian Penentuan harga pokok produk dihitung dengan menggunakan prosedur hitung sebagai berikut: 1. Hitung biaya bahan baku langsung produk hingga diperoleh biaya atau harga pokok produk 2. Tetapkan upah tenaga kerja dengan angka taksiran rata-rata sebesar 40% dari harga pokok 3. Tentukan biaya untuk kemasan dengan angka taksiran sebesar 15% dari harga pokok 4. Pajak (PPN) sebesar 10% dari harga pokok 5. Tentukan biaya komersial dengan angka taksiran sebesar 20% dari harga pokok 6. Tentukan keuntungan dengan taksiran sebesar 10% dari harga pokok 7. Jumlahkan semua komponen biaya (point 1 hingga 6) sehingga diperoleh harga jual produk Asumsi yang digunakan dalam perhitungan adalah : 1. Penentapan atau penentuan biaya taksiran didasarkan atas rata-rata biaya yang dikeluarkan analog oleh industri olahan pangan. 2. Biaya investasi usaha tidak dimasukkan ke dalam perhitungan karena dianggap usaha telah berjalan 6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Karakteristik Fisik Buah dan Produk Olahan Buah Manggis Dari hasil pengukuran dengan menggunakan 30 buah manggis sebagai bahan uji di laboratorium memberikan gambaran karakteristik fisik buah manggis sebagai berikut : Tabel 2. Karakteristik Fisik Buah Manggis No Uraian Rata-rata Minimum Maksimum Satuan 1 Berat Buah Utuh 107,37 79,00 149,00 gram 2 Berat Kulit Buah (Pericarp) 65,20 49,00 88,00 gram 3 Persentase Berat Kulit Buah 60,82 50,48 68,52 persen 4 Berat Daun Kelopak Buah 3,90 3,00 5,00 gram 5 Persentase Berat Daun Kelopak Buah 3,67 2,36 5,00 persen 6 Jumlah Mata Buah 6 5 7 gram 7 Jumlah Biji 2 1 4 gram 8 Berat daging buah 38,27 27,00 60,00 gram 9 Persentase Berat Daging Buah 35,51 26,85 45,71 persen Berdasarkan data Tabel 2 di atas, komponen terbesar dari buah manggis adalah kulit buah (60,82% dari berat buah utuh), sedangkan daging buah adalah komponen kedua terbesar (35,51% dari berat buah utuh). Sisanya adalah komponen daun kelopak buah (3,67% dari berat buah utuh). Dari keseluruhan buah utuh tersebut hampir semua komponen buah dapat dimanfaatkan, kecuali biji yang tidak memenuhi syarat untuk pembenihan hanya dapat dimanfaatkan untuk bahan kompos saja. Kemungkinan produk olahan yang dapat dibuat dari masing-masing komponen buah tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 3. Produk Olahan yang Dapat Dikembangkan dari Buah Manggis KOMPONEN BUAH PRODUK OLAHAN 1. Bahan Pewarna Kulit Buah 2. Bahan Farmasi 1. Juice 2. Cocktail Daging Buah 3. Sirup Daun Kelopak Buah 1. Bahan Kompos Biji 1. Bahan Benih 7 b. Analisis Biaya Produk Olahan Manggis Hasil perhitungan dengan menggunakan bahan dasar manggis sebanyak 1 kg sebagai bahan baku diperoleh nilai keuntungan tertinggi dicapai pada pengembangan produk sirup, cocktail dan bahan pewarna (Tabel 4). Tabel 4. Nilai Ekonomi Produk Olahan Manggis No Uraian Produk Volume / Berat Produk Biaya Pokok Produksi (Rp.) Harga Jual (Rp.) Profit (Rp.) 1 Bahan Pewarna 0,1 Kg 2.520 3.000 480 2 Tepung Bahan Farmasi 0,1 Kg 3.885 4.100 215 3 Juice 1 liter 8.050 8.500 450 4 Cocktail 1 liter 10.360 11.000 640 5 Sirup 0,4 liter 14.040 15.000 960 Keterangan : 1. Harga setelah pembulatan 2. Volume produk akhir diperoleh dari bahan baku awal 1 kg buah manggis segar Perhitungan biaya selengkapnya untuk produk olahan yang dapat dikembangkan tersebut disajikan pada tabel berikut. Tabel 5. Analisis Biaya Produksi Pengolahan Produk Cocktail Manggis Uraian Banyaknya Satuan Harga satuan (Rp.) Total (Rp.) Bahan manggis kecil tidak berbiji / BS 1 kg manggis susut menjadi 250 g bahan daging buah 1 kg 1.800 *) 1.800 Gula pasir 0,2 kg 6.000 1.200 Air 0,8 liter 2.000 1.600 Bahan bakar 0,25 liter 4.000 1.000 Hasil 1 liter 5.600 Harga pokok untuk 5 cup produk cocktail 5 cup 1.120 Upah tenaga kerja 40% harga pokok 448 Biaya untuk kemasan 15% harga pokok 168 Pajak 10% harga pokok 112 Biaya komersial 20% harga pokok 224 Keuntungan 10% harga pokok 112 Harga jual produk 2.184 Harga jual produk dibulatkan 2.200 Catatan : *) harga jual manggis segar di kebun untuk kualitas sedang 8 Tabel 6. Analisis Biaya Produksi Pengolahan Produk Sirup Manggis Uraian Banyaknya Satuan Harga satuan (Rp.) Total (Rp.) Bahan manggis kecil tidak berbiji / BC 1 kg manggis susut menjadi 250 g bahan daging buah 1 kg 1.800 1.800 Gula pasir 0,4 kg 6.000 2.400 Air 0,3 liter 2.000 600 Bahan bakar 0,75 liter 4.000 3.000 Hasil 0,4 liter 7.800 Harga pokok untuk 1 botol sirup 3 botol 2.600 Upah tenaga kerja 40% harga pokok 1.040 Biaya untuk kemasan 10% harga pokok 260 Pajak 10% harga pokok 260 Biaya komersial 20% harga pokok 520 Keuntungan 10% harga pokok 260 Harga jual produk sirup 4.940 Harga jual produk (dibulatkan) 5.000 Tabel 7. Analisis Biaya Produksi Pengolahan Produk Sari Buah / Juice Manggis Uraian Banyaknya Satuan Harga satuan (Rp.) Total (Rp.) Bahan manggis kecil tidak berbiji / BC 1 kg manggis susut menjadi 300 g bahan atau 150 gram pulp (50% dari ekstrak buah) 1 kg 1.800 1.800 Gula pasir 0,125 kg 6.000 750 Air 0,6 liter 2.000 1.200 Citrun zuur 0,01 liter 10.000 100 Bahan bakar 0,125 liter 4.000 500 Hasil 1 liter 4.350 Harga pokok untuk 5 cup produk kemasan 5 kemasan 870 Upah tenaga kerja 40% harga pokok 348 Biaya untuk kemasan 15% harga pokok 131 Pajak 10% harga pokok 87 Biaya komersial 20% harga pokok 174 Keuntungan 10% harga pokok 87 Harga jual produk 1.697 Harga jual produk dibulatkan 1.700 9 Tabel 8. Analisis Biaya Produksi Pengolahan Kulit Buah Manggis untuk Bahan Pewarna Uraian Banyaknya Satuan Harga satuan (Rp.) Total (Rp.) Bahan manggis 10 kg susut menjadi 6.082 gram kulit buah 10 Kg 1.800 18.000 Bahan kimia pengekstraksi untuk 10 kg bahan 1 Preparat 7.500 7.500 Bahan pencampur 1 Preparat 1.500 1.500 Sewa peralatan proses (ekstraktor&pengering) 1 Set 2.000 2.000 Harga pokok untuk 10 kg bahan 29.000 Hasil zat pewarna (35% dari kulit buah basah) 2.129 gram Upah tenaga kerja 40% harga pokok 11.600 Biaya untuk kemasan 15% harga pokok 4.350 Pajak 10% harga pokok 2.900 Biaya komersial 20% harga pokok 5.800 Keuntungan 10% harga pokok 2.900 Harga jual produk per 2129 gram 56.550 Harga jual produk per gram 26,56 Harga jual produk per gram (dibulatkan) 30 Harga jual produk per 100 gram (1 ons) 3.000 Catatan : 1. Asumsi : Peralatan proses produksi tidak dibeli tapi menyewa dari laboratorium pangan 2. Bahan baku untuk pembuatan bahan pewarna dalam hal ini sebanyak 10 Kg (bukan 1 Kg) mengingat hasil akhir yang diperoleh sedikit Tabel 9. Analisis Biaya Produksi Pengolahan Kulit Buah Manggis untuk Bahan Tepung Kulit Buah Uraian Banyaknya Satuan Harga satuan (Rp.) Total (Rp.) Bahan manggis 10 kg susut menjadi 1.000 gram kulit buah kering 10 Kg 1.800 18.000 Sewa peralatan proses (penepung&pengering) 1 Set 3.000 3.000 Harga pokok untuk 10 kg bahan 21.000 Hasil berupa tepung kulit buah kering 1.000 gram Upah tenaga kerja 40% harga pokok 8.400 Biaya untuk kemasan 15% harga pokok 3.150 Pajak 10% harga pokok 2.100 Biaya komersial 20% harga pokok 4.200 Keuntungan 10% harga pokok 2.100 Harga jual produk per 1.000 gram 40.950 Harga jual produk per gram 40.95 Harga jual produk per gram (dibulatkan) 41 Harga jual produk per 100 gram (1 ons) 4.100 Asumsi : Peralatan proses produksi tidak dibeli tapi menyewa dari laboratorium pangan 10 Tabel 10. Komposisi Bahan Olahan Manggis Bahan buah manggis 1.00 % = 1.000,00 gram Daging buah & biji 35,51 % = 355,10 gram Kulit buah manggis basah 60,82 % = 608,20 gram Kulit buah manggis kering *) 10,00 % = 100,00 gram Daun Kelopak buah manggis 3,67 % = 36,70 gram *) dihitung dari berat buah manggis keseluruhan Gambaran contoh produk olahan beserta kemasannya yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut. Gambar 2. Contoh tampilan produk yang dapat dikembangkan lebih lanjut Apabila dihitung dari harga dasar penjualan buah manggis segar maka nilai tambah yang diberikan dari alternatif produk olahan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 11. Nilai Tambah Produk Olahan Manggis No. Produk Harga Jual Produk (Rp.) Nilai Tambah Menurut Harga Jual Produk (Rp.) Perubahan Profit (Rp.) 1 Manggis segar 1.800 - - 2 Bahan pewarna 3.000 1.200 480 3 Tepung kulit buah 4.100 2.300 215 4 Juice 8.500 6.700 450 5 Cocktail 11.000 9.200 640 6 Sirup 15.000 13.200 960 Berdasarkan nilai tambah yang diperoleh dari masing-masing produk olahan bila dibandingkan dengan harga jual buah manggis segar, produk sirup dan cocktail memiliki nilai tambah 11 yang jauh lebih besar dibandingkan dengan produk olahan lainnya dengan nilai persentase profit keduanya masing-masing 53,33% dan 35,56% lebih besar dari harga jual manggis segar (Tabel 5). Tabel 12. Persentase Profit Produk Olahan Terhadap Harga Jual Manggis Segar No. Produk Olahan Profit (Rp.) Persentase Profit terhadap Harga Jual Manggis Segar (%) 1 Bahan pewarna 480 26,67 2 Tepung kulit buah 215 11,94 3 Juice 450 25,00 4 Cocktail 640 35,56 5 Sirup 960 53,33 Dengan demikian secara keseluruhan, pengembangan produk olahan manggis secara ekonomi memiliki prospek jual yang baik. Pertimbangan lebih lanjutnya ke depan adalah bagaimana strategi memasarkan produk olahan tersebut secara efektif dapat dilakukan. Untuk itu diperlukan upaya agroindustrialisasi dan kajian riset pasar yang lebih mendalam. SIMPULAN 1. Buah manggis memiliki prospek ekonomi yang lebih baik bila dijual tidak hanya dalam bentuk buah segar. Produk olahan yang dapat dikembangkan antara lain bahan pewarna, tepung kulit buah, juice, cocktail dan sirup buah manggis. 2. Produk olahan yang memiliki prospek ekonomi dari sisi profit yang terbesar sirup buah dan cocktail. Sedangkan dari sisi pemanfaatan produk samping (kulit buahnya), manggis masih memiliki nilai tambah yang cukup ekonomis yakni untuk bahan pewarna dan tepung kulit buah, yang dapat dijadikan sebagai bahan baku obat anti oksidan dan anti mikroba. 3. Bahan pewarna yang dimaksud adalah bahan pewarna yang dapat digunakan untuk bahan pewarna makanan. Hal ini memberi dampak positif sebagai bahan pewarna alami yang aman untuk dikonsumsi dibandingkan dengan menggunakan bahan pewarna makanan kimiawi untuk tekstil yang saat ini banyak digunakan. SARAN 1. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai model perencanaan agroindustri manggis dengan produk olahan yang akan dibuat dan dipasarkan adalah sebagaimana yang telah diteliti. 2. Belum adanya sosialisasi yang intensif kepada petani tentang bagaimana meningkatkan nilai tambah buah manggis dengan mengembangkan produk olahan buah manggis ini menjadikan posisi tawar petani dalam kegiatan usaha taninya menjadi lemah. Oleh karena itu upaya sosialisasi diversifikasi produk olahan manggis perlu dilakukan lebih lanjut. 12 DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2004). Pedoman Umum Pelaksanaan Program/Proyek Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Roni Kastaman. 2006. Pengembangan Model Agroindustri dan Pemasaran Terpadu Komoditi Manggis di Kabupaten Tasikmalaya. Laporan Kajian pengembangan komoditi manggis. Kerjasama LPM UNPAD dengan Direktorat Jenderal P2HP Departemen pertanian. Roni Kastaman. 2004. Pengantar Ekonomi Teknik untuk Pengembangan Kewirausahaan. Giratuna- Eloc UNPAD. Suksamrarn S, Komutiban O, Ratananukul P, Chimnoi N, Lartpornmatulee N, Suksamrarn A. 2006. Chemical & Pharmaceutical Bulletin Vo. 54 (2006). No. 3 p.301 Department of Chemistry, Faculty of Science, Srinakharinwirot University, Sukhumvit, Bangkok, Thailand. sunit@swu.ac.th Tanaman Obat Indonesia. 2005. Available at http://www.iptek.net.id/ ind /pd_tanobat/view.php?id=239 Xango news center. 2005. Available at : http:// www.xango.com Nextag Comparison Shopping. 2006. Available at : http://www.nextag.com
Augmentation of Productivity of Micro or Small Goat Entrepreneurship through Adaptation of Sustainable Practices and Advanced Marketing Management Strategies to Double the Farmer’s Income