You are on page 1of 13

KAJIAN KELAYAKAN USAHATANI DAN

MARJIN TATANIAGA MANGGA (Mangifera indica)


(Studi kasus di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat)

Ade Supriatna

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


J1.Tentara Pelajar No.10, Bogor (16114), Jawa Barat

ABSTRACT

This study was conducted in 2005 and took place in Majalengka District, West Java. The objectives of study
were (a) to identify the characteristics of farmers and mango cultivation, (b) to analyze the economical visibility of
mango farm, (c) to describe the marketing channels and marketing margin. The study used a survey method. Primary
data were collected from 25 mango farmers selected by random sampling and some traders selected by snowball
method with the farmers as the entry point, consist of 6 collecting traders, 3 whole trader (agents), 2 central markets, 2
supplier and 4 retail traders spread in traditional markets, fruits shops and super markets. Secondary data were
collected from the Agriculture Office, the Central Agency of Statistics and the Research Institutions. The results
showed that mango farm was economically suitable with benefit of Rp.23.641.230,-/ha/year and R/C of 4.64. In
marketing, mango fruits were classified into two groups, namely grade A/B as main grade that was marketed in four
marketing channels and grade C (non grade) that was marketed in one marketing channel to local traditional market.
In the marketing grade AB, the third channel gave a highest value of marketing margin because some marketing actors
implemented post-harvest handling to increase the quality of mango according to supermarket's class. The agents
reached a highest margin (Rp.2.500,-/kg) because they spent a highest cost of marketing and took a highest risk
caused by price fluctuation. For developing mango production, a pattern of cooperative with agribusiness actors,
especially exporter is needed. The farmers are helped in capital formation and guided in good farming practices while
the exporter should get a mango fruits with higher quality, looking for a new marketing channel and building the unit
of mango processing industry to bridge the problem in case the mango is in peak season.

Keywords: mango, farms, marketing

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan tahun 2005 di Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat dengan tujuan; (a)
mengidentifikasi karakteristik petani dan budidaya mangga, (b) menganalisis kelayakan usahatani, dan (c)
mempelajari saluran pemasaran serta marjin pemasaran. Penelitian menggunakan metoda survey. Data primer
dikumpulkan dari 25 petani yang diambil secara acak (random sampling) dan beberaa pedagang yang diambil dengan
metode snowball, yaitu mengikuti aliran penjualan mangga dengan petani sebagai titik awal, terdiri atas 6 pedagang
pengumpul, 3 pedagang pengepul (agen), 2 pedagang pasar induk, 2 suplayer dan 4 pedagang pengecer di pasar
tradisional, toko/kios buah dan super market. Data sekunder dikumpulkan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Lembaga Penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa usahatani mangga termasuk
layak secara ekonomi dengan nilai pendapatan bersih Rp.23.641.230,-/ha/tahun dan nilai R/C 4,64. Dalam pemasaran,
buah mangga dikelompokan kedalam dua grade, yaitu grade AB merupakan grade utama, dipasarkan secara luas
melalui empat saluran dan grade C (non grade) disalurkan ke pasar-pasar tradisional lokal melalui satu saluran
pemasaran. Margin pemasaran paling besar terjadi pada saluran pemasaran yang pelaku-pelaku pasarnya melakukan
penanganan hasil lebih intensif seperti suplayer dan supermarket dengan sasaran konsumen kelas ekonomi menengah
ke atas. Pada seluruh saluran pemasaran grade AB, pedagang agen selalu mendapatkan marjin keuntungan paling
besar, yaitu Rp.2.500,-/kg karena mereka merupakan pihak yang paling besar dalam pengeluaran biaya pemasaran dan
juga resiko diakibatkan oleh fluktuasi harga jual mangga. Pengembangan produksi mangga masih perlu kerjasama

Kajian Kelayakan Usahatani dan Marjin Tataniaga Mangga (Mangifera indica) (Studi Kasus di Kabupaten Majalengka,
Jawa Barat) (Ade Supriatna)

166
dengan pelaku agribisnis, petani mendapatkan bantuan permodalan dan bimbingan praktek budidaya yang benar
sementara pelaku agribisnis dapat memperoleh hasil mangga yang berkualitas, menciptakan peluang pasar baru dan
mendirikan industri pengolah mangga segar untuk menjembatani kelebihan produksi pada waktu panen raya.

Kata kunci: mangga, usahatani, pemasaran

PENDAHULUAN sekitar 5-15% danbelum ada karakterisisasi


patologi untuk menentukan perlakuan pasca
panen/pestisida (Kusumo, 1989).
Mangga (Mangifera indica) termasuk
komoditas unggulan nasional yang mampu Sebagian besar mangga di Jawa Barat
berperan sebagai sumber vitamin dan mineral, diusahakan melalui pola pekarangan dan masih
meningkatkan pendapatan petani, serta sedikit diusahakan dengan pola kebun. Dalam
mendukung perkembangan industri dan ekspor. pola pekarangan, dicirikan dengan perlakuan
Pada tahun 2003, volume ekspor mangga budidaya masih sederhana, umumnya mangga
Indonesia mencapai 559.000 ton atau setara sudah berumur lebih dari 25 tahun dan berasal
dengan 461.000 US$ sedangkan volume impor dari bibit biji. Dengan kondisi demikian, maka
mencapai 348.000 ton atau setara dengan produktivitas mangga umumnya rendah
329.000 US$. Volume ekspor mangga Indonesia (Iswariyadi, dkk., 1993).
masih lebih tinggi dibandingkan volume impor Ciri khas dari kehidupan petani adalah
sebanyak 211.000 ton atau setara dengan 132 perbedaan pola penerimaan/pendapatan dengan
US$ (Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2004). pengeluarannya. Hasil produksi hanya diterima
Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu petani setiap musim, sedangkan pengeluaran
sentra produksi mangga nasional, luas tanam harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau
mangga di Jawa Barat tahun 2001 mencapai kadang-kadang dalam waktu yang sangat
1.347.000 pohon (11,3% dari luas tanam mendesak seperti kematian, pesta perkawinan
nasional) dengan produksi 113.000 ton (12,3% dan selamatan lain (Mubiyarto, 1973). Perbedaan
dari produksi nasional). Selama sembilan tahun pola penerimaan dan pengeluaran tersebut
(1993-2001) laju pertumbuhan luas panen menyebabkan petani (terutama petani burem)
meningkat sebanyak 0,20%, sedangkan laju terjerumus kepada pelepas uang dan atau
produktivitas dan produksi menurun masing- melakukan penjualan mangga sebelum panen
masing 2,01% dan 1,79% per tahun (BPS, 2002). baik melalui sistem ijon maupun kontrak.
Sejalan dengan era perdagangan bebas, Kajian ini bertujuan untuk: (a)
produk mangga Indonesia dituntut bersaing mengidentifikasi karakteristik petani dan
dengan mangga dari negara lain seperti Thailand, budidaya mangga, (b) menganalisis kelayakan
Philipina, India, Meksiko, Brazil dan Australia. ekonomi dan (c) mempelajari saluran pemasaran
Arena persaingan tidak saja terjadi di pasar serta marjin pemasaran. Hasil kajian diharapkan
ekspor/luar negri tetapi juga terjadi di pasar dapat memberikan informasi penting sebagai
dalam negeri, terutama pasar moderen seperti masukan dalam usaha pengembangan komoditas
supermarket, hypermarket, fruitshop, hotel mangga agar mampu bersaing baik di pasar
berbintang, dan usaha catering (Sumarno, 2003). domestik maupun internasional.
Selama ini upaya pengembangan produksi
mangga Indonesia menjumpai beberapa
permasalahan; yaitu produk tidak seragam
ukurannya, penampilan kurang menarik, tingkat
kematangan tidak menentu, kehilangan hasil

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 10, No.2, Juli 2007: 166-178

167
METODOLOGI Py = Harga jual mangga (Rp/kg)
Xi = Tingkat penggunaan input usahatani ke-i
(Rp/ha/tahun)
Penelitian dilaksanakan pada tahun 2005 di
Pxi = Harga input usahatani ke-i (Rp/kg)
Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat.
BL = Harga input ke-i (Rp/kg)
Metode penelitian menggunakan metoda survei
terstruktur. Data primer dikumpulkan dari 25
petani yang diambil secara acak (random b. Kelayakan usahatani (R/C)
sampling method) dan beberapa pedagang yang R/C = NPT/BT
diambil dengan metode snowball, yaitu
mengikuti aliran penjualan mangga dengan petani Dimana:
sebagai titik awal. Terdiri atas 6 pedagang R/C = Nisbah penerimaan dan biaya
pengumpul, 3 pedagang pengepul (agen), 2 NPT = Nilai produksi total (Rp/ha/tahun)
pedagang pasar induk, 2 suplayer dan 4 pedagang BT = Nilai biaya total (Rp/ha/tahun)
pengecer di pasar tradisional, toko/kios buah dan
super market. Data sekunder dikumpulkan dari Dengan keputusan:
Dinas/Instansi terkait yaitu Dinas Pertanian R/C > 1, usahatani secara ekonomi
Tanaman Pangan, Badan Pusat Statistik (BPS) menguntungkan
serta Lembaga Penelitian. R/C = l, usahatani secara ekonomi berada
Sesuai dengan tujuan pengkajian, data pada titik impas (BEP)
dianalisis dengan metode sebagai berikut: R/C < 1, usahatani secara ekonomi tidak
menguntungkan (rugi)
l. Karakteristik petani dan keragaan budidaya
diuraikan secara deskriptif berdasarkan
3. Marjin pemasaran (Limbong dan Sitorus,
interprestasi data tabulasi dengan
1985)
menggunakan satuan persentase dan rata-rata
(Dayan, A., 1989). Mm = Pe - Pf

1 n Dimana:
X = -- ∑ Xi Mm = Marjin pemasaran di tingkat petani
n i=1 Pe = Harga produk di tingkat lembaga
pemasaran (Rp/kg)
Dimana: Pf = Harga produk ditingkat petani (Rp/kg)
X = Nilai rata-rata
n = Jumlah contoh Marjin pada setiap tingkat lembaga
X = Nilai parameter contoh ke i pemasaran dapat diperoleh dengan menghitung
selisih antara harga jual dengan harga beli pada
setiap lembaga pemasaran
2. Pendapatan dan kelayakan usahatani (Malian,
H., 2004) Mm = Ps - Pb
a. Pendapatan usahatani:
Dimana:
n Mm = Marjin pemasaran pada setiap tingkat
p = Y.Py - ∑ Xi.Pxi – BL lembaga pemasaran
i=1 Ps = Harga jual pada setiap lembaga
Dimana: pemasaran (Rp/kg)
p = Pendapatan bersih usahatani (Rp/ha/tahun) Pb = Harga beli pada setiap tingkat lembaga
Y = Total produksi (Kg/ha/tahun) pemasaran (Rp/kg)

Kajian Kelayakan Usahatani dan Marjin Tataniaga Mangga (Mangifera indica) (Studi Kasus di Kabupaten Majalengka,
Jawa Barat) (Ade Supriatna)

168
Ditemukan 28% petani melakukan pinjaman
Dalam marjin pemasaran terdapat dua modal yang umumnya dilakukan oleh para petani
komponen, yaitu komponen biaya dan miskin dengan kepemilikan lahan di bawah 1,0
keuntungan lembaga pemasaran, maka: hektar.

Mm = c +p Tabel 1. Persentase Petani Mangga Menurut


Pr - Pf =c+p Karakteristiknya, 2005.
Pf = Pr – c - p No Karakteristik petani Persentase (%)
Dimana: Kelompok umur kepala
1.
c = Biaya pemasaran Lembaga pemasaran keluarga (KK)
a. 26 - 40 th 64,0
(Rp/kg)
b. 41 - 51 th 20,0
p = Keuntungan lembaga pemasaran (Rp/kg) c. 56 - 69 th 16,0
2. Tingkat pendidikan KK
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Buta huruf 4,0
b. 1 - 9 th 76,0
c. 10 - 17 th 16,0
Karakteristik Petani Mangga. 3. Pekerjaan utama KK
Keberhasilan usahatani mangga sangat a. Usahatani mangga 80,0
ditentukan oleh karakteristik petaninya sebagai b. Usahatani pangan 8,0
pelaku usahatani, pembuat dan pengambil c. Lainnya1) 12,0
4. Luas penguasaan kebun
keputusan dalam menjalankan kegiatan
a. 0,10 - 0,50 Ha 66,0
usahatani. Karakteristik petani mangga relatif b. 0,51 - 2,06 Ha 22,0
cukup baik, mayoritas petani termasuk usia c. 2,07 - 3,09 Ha 12,0
produktif (84%), berpendidikan (96%) dan 5. Status penguasaan kebun
mempunyai pekerjaan utama dibidang budidaya a. Milik 44,0
mangga (80%). Sedangkan kelemahannya yaitu b. Bukan milik
12,0
masih ditemukan buta huruf (4%), berlahan (sewa/kontrak)
sempit (66%) dan berstatus lahan sews (12%) c. Campuran (a dan b) 44,0
serta petani miskin sehingga melakukan pinjaman 6. Melakukan pinjaman
modal (28%) (Tabel 1). a. Ya 28,0
b. Tidak 72,0
Petani usia produktif, berpendidikan dan 1)
pekerjaan utama di usahatani mangga diharapkan Lainnya: pedagang, PNS, pertukangan, dll
mereka lebih respon terhadap inovasi baru dan
terlibat langsung dalam setiap kegiatan usahatani Sumber pinjaman paling besar yang
di kebun. Tabel 3 menyatakan, bahwa dari total diakses oleh petani adalah pedagang (60%)
nilai tenaga kerja usahatani mangga Rp.2,66 juta, sisanya ke Bank dan saudara/famili. Penomena
tenaga kerja keluarga memberikan kontribusi ini sesuai dengan pendapat Syukur, M.,dkk
cukup besar yaitu 38,1%. Penggunaan tenaga (1990) bahwa, petani kecil sulit akses ke lembaga
keluarga tidak perlu mengeluarkan uang tunai formal meskipun menyediakan bunga rendah
sehingga petani dapat menghemat biaya untuk dikarenakan (a) petani tidak memiliki jenis
digunakan pada kebutuhan lainnya. agunan yang diminta oleh lembaga terutama
Mayoritas petani mangga berlahan sertifikat tanah dan bangunan, (b) pembayaran
sempit (66%), mereka umumnya lemah dalam secara bulanan tidak sesuai dengan tipe usahatani
membangun modal (capital formation) dan tanaman yang memberikan siklus produksi
terpaksa harus berhutang ke para pelepas uang. musiman dan (c) petani kecil umumnya belum

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 10, No.2, Juli 2007: 166-178

169
familier dengan prosedur administrasi yang Karagaan Budidaya Mangga
rumit. Di kebun petani banyak ditemukan
Perbedaan yang jelas dalam persoalan- berbagai jenis tanaman mangga, tetapi mangga
persoalan antara ekonomi pertanian dan ekonomi utama yang diusahakan petani ada tiga yaitu jenis
di luar bidang pertanian adalah adanya jarak Arumanis, Gedong dan Dermayu (Cengkir)
waktu (gap) antara pengeluaran yang harus sedangkan varietas lainnya dimasukan sebagai
dilakukan para pengusaha pertanian dengan mangga sampingan dikenal dengan nama lokal
penerimaan hasil penjualan. Jarak waktu ini juga "mangga rucahan” seperti varietas Golek,
sering disebut "gestation period", dimana dalam Manalagi, Bapang dan Kidang.
bidang pertanian jauh iebih besar dibandingkan Mangga pertama kali diusahakan oleh
industri (Mubyarto, 1972). petani di pekarangan terus ke lahan kebun,
Adanya kebutuhan yang mendesak dengan sedangkan penanaman mangga di lahan sawah
jumlah besar seperti biaya sekolah, pesta mulai berkembang sekitar tahun 1980-an.
perkawinan dan kebutuhan sosial lainnya Populasi tanaman mangga mencapai 94 pohon
sedangkan musim panen belum tiba akan per hektar terdiri atas tanaman menghasilkan
mendorong petani untuk menyewakan kebun (86,2%), tanaman belum menghasilkan (13,8%)
mangganya atau melakukan penjualan dengan sedang tanaman rusak tidak ditemukan karena
sistem ijon. Tabel 1 menginformasikan, bahwa petani selalu melakukan rehabilitasi tanaman.
ada 12% petani berstatus sewa dan 44% berstatus Asal bibit tanaman paling banyak berasal dari biji
campuran antara milik dan sewa. Mereka pada (53,2%), sisanya dari hasil okulasi/tempelan
umumnya merupakan pedagang atau petani (42,5%) dan cangkokan (4,3%) (Tabe1 2).
berlahan luas.
Pengaruh buruk dari petani Tabel 2. Rata-rata Populasi Tanaman dan Asal Bibit
penyewa/kontrak adalah mereka akan mencari Mangga, 2005
keuntungan sebesar mungkin dari lahan yang No Karakteristik kebun mangga Nilai
dikontraknya, mereka akan mengeksploitasi 1. Populasi tanaman (phn/ha)
tanaman mangga supaya menghasilkan banyak a. Tanaman belum menghasilkan
dengan menggunakan zat perangsang bunga 13,8
(TBM)1)
"goldstar" tetapi tidak diikuti dengan upaya b. Tanaman menghasilkan (TM) 1) 86,2
pemupukan yang memadai. Akibatnya c. Tanaman rusak (TR) -
pertumbuhan tanaman pada musim berikutnya Total (1): 94,0
akan merana bahkan produksinya turun drastis 2. Asal bibit tanaman mangga (%)
(Diperta Kabupaten Majalengka, 2004). a. Biji 53,2
b. Okulasi/tempelan 42,5
Dampak negatif penjualan sistem ijon c. Cangkokan 4,3
adalah terjadinya pemetikan (panen) mangga Total (2): 100,0
sebelum waktunya sehingga kualitas mangga 1)
menjadi rendah. Alasan pengijon melakukan TBM = 1 - 4 tahun; TM = 5 - 70 tahun
pemetikan buah lebih cepat adalah untuk
mengejar harga jual tinggi (produksi masih Mangga asal biji sebagian besar
kurang), merasa kesulitan mengawasi dan perlu merupakan tanaman warisan orang tua, waktu itu
mengeluarkan biaya pengawasan (Iswariyadi, peranan Balai Benih belum cukup baik. Bibit
dkk., 1993). yang berasal dari biji didominasi oleh varietas
Dermayu sedangkan Arumanis dan Gedong
(pertanaman baru) mayoritas sudah
menggunakan bibit okulasi dan cangkokan.

Kajian Kelayakan Usahatani dan Marjin Tataniaga Mangga (Mangifera indica) (Studi Kasus di Kabupaten Majalengka,
Jawa Barat) (Ade Supriatna)

170
Keunggulan tanaman asal cangkokan yaitu cepat Mereka berorientasi kepada keuntungan besar,
menghasilkan dan mempunyai sifat seperti sehingga mengeksploitasi pemakain zat
induknya baik dalam ketahanan hama penyakit perangsang dengan tidak diikuti oleh pemupukan
maupun produktivitas dan kualitas buah. Untuk yang memadai. Apabila
varietas Dermayu, petani lebih menyukai upaya eksploitasi ini berlanjut terus maka
menanam bibit asal biji karena jenis ini tidak pertumbuhan tanaman menjadi merana,
mengalami perubahan berarti dari induknya, balk produksinya turun bahkan tidak mau berproduksi
dari segi cita rasa maupun bentuk mangga (Diperta Kabupaten Majalengka, 2004).
(Kusumo, dkk.,1989)
Di lahan pekarangan dan kebun banyak Tabel 3. Rata-rata Masukan Fisik Usahatani Mangga,
ditemukan varietas Dermayu dan Gedong yang 2005.
sudah berumur tua (70 tahunan) dengan tinggi
Jumlah
tanaman di atas 25 meter. Tanaman yang tua dan No Uraian
(Satuan/ha/tahun)
tinggi tersebut merupakan salah satu kendala 1. Bibit (pohon)1) 0,4 ( 20,0)2)
petani dalam meningkatkan kualitas hasil 2. Pupuk
maupun efisiensi produksi, menyulitkan petani a. Urea (kg) 7,6 ( 44,0)
dalam kegiatan pemeliharaan, terutama b. SP-36 (kg) 16,7 ( 12,0)
pengemdalian HPT dan panenan sehingga c. KCL (kg) 43,7 ( 18,0)
membutuhkan tenaga kerja lebih banyak dan d. ZA (kg) 42,2 ( 30,0)
lebih terampil. e. NPK (kg) 136,4 ( 80,0)
f. Pupuk kandang (kg) 4.757,0 (100,0)
Tanaman mangga pada umumnya sudah g. Lainnya (lt) 3) 2,6 ( 80,0)
memasuki usia produktif, kegiatan pemeliharaan 3. Pestisida kimia
terdiri atas penyulaman, penyiangan, pemupukan, a. Cair (lt) 5,2 (100,0)
pengendalian HPT, pemangkasan dan b. Tepung/padat (kg) 2,7 ( 80,0)
panen/angkut hasil. Rata-rata curahan tenaga 4. Tenaga Kerja (HOK)4)
kerja untuk masing masing kegiatan adalah a. Rehab. tanaman 2,0 ( 20,0)
penyulaman (2,0 HOK), penyiangan (13,5 HOK), b. Penyiangan 13,5 (100,0)
pemupukan (21,1 HOK), pengendalian HPT c. Pemupukan 21,1 (100,0)
(17,2 HOK), pemangkasan (3,7 HOK) dan d. Pengendalian HPT 17,2 (100,0)
e. Pemangkasan 3,7 (100,0)
panen/angkut (23,0 HOK)/ha/tahun (Tabel 3).
f. Panen/angkut 23,0 (100,0)
Pemupukan. Jenis pupuk yang banyak 1)
diaplikasikan oleh petani adalah pupuk kandang Bibit Penyulaman
2)
Angka dalam tanda ( ) menyatakan persentase petani
(100%), NPK (80%) dan Zat Perangsang Bunga
yang melaksanakan
"goldstar" (80%). Mereka beralasan, bahwa 3)
Zat perangsang bunga ”Golstar”
pupuk kandang dapat memberikan manfaat 4)
HOK = Hari Orang Kerja (4 jam/hari)
ganda, yiatu disamping menyediakan hara
tanaman juga dapat memperbaiki kondisi fisik Menurut petani, mereka bersedia
dan mikro-organisme tanah. Pupuk NPK dapat meningkatkan pemberian pupuk apabila harga
menyediakan tiga unsur hara (N, P dan K) dalam jual mangga sudah pasti dan menguntungkan.
satu kali aplikasi sedangkan zat perangsang Sesuai dengan pendapat Agustian, A. et al.,
bunga dapat meningkatkan jumlah produksi dan (2005) bahwa ketidakpastian harga jual mangga
mempercepat masa pembungaan antara 1 - 2 hasil panen menyebabkan para petani ragu-ragu
bulan. menerapkan budidaya mangga secara intensif
Keberadaan zat perangsang bunga sering melalui peningkatan masukan input usahatani
disalahgunakan oleh para petani penyewa. sesuai anjuran.

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 10, No.2, Juli 2007: 166-178

171
Pengendalian hama pengakit tanaman. dipangkas pada waktu kegiatan pemangkasan,
Jenis hama penyakit tanaman mangga yang sebagaian petani sudah menggunakan obat
sering menimbulkan kerugian usahatani mangga Petrogenol, yaitu obat perangkap lalat buah
adaempat jenis, yaitu lalat buah (Bactrocera sp.), jantan.
penggerek ranting (Stemochetus sp.), kelelawar Panen/angkut. Petani menjual mangga ke
dan benalu (Lauranthaceae sp). pedagang pengumpul dalam bentuk hasil panen
Dalam mengendalikan hama penyakit, seadanya yang dikenal dengan nama daerah
petani kurang menerapkan prinsip-prinsip "bentuk rucahan" merupakan campuran berbagai
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Mereka varietas mangga, ukuran dan tingkat kematangan
masih melakukan penyemprotan secara terjadwal, buah. Transaksi jual beli dilakukan waktu
tampa melihat populasi hama dan dimulai pada mangga belum dipanen dan apabila sudah dicapai
waktu tanaman akan berbunga sampai selesai kesepakatan harga baru dilakukan kegiatan
dipanen. Rata-rata frekuensi penyemprotan antara panenan oleh petani. Frekuensi panen mangga
empat sampai tujuh kali per musim dengan antara 1 sampai 2 kali per musim dan ongkos
menggunakan pestisida kimia seperti sevin, angkut ke pedagang sudah termasuk ke dalam
tetrin, furadan, blimer dan lainnya. Rata-rata ongkos panen.
jumlah pestisida yang digunakan mencapai 5,2 Mangga hasil panen disortir oleh pedagang
liter pestisida cair dan 2,7 kg pestisida berdasarkan jenis varietas, ukuran dan tingkat
padat/tepung (Tabe1 3). kematangan buah. Pertama kali pemisahan
Sesuai dengan prinsip PHT, penggunaan mangga utama (Arumanis, Dermayu dan
pestisida kimia boleh digunakan apabila terlebih Gedong) dari mangga sampingan (nama daerah
dahulu sudah dilaksanakan tindakan pencegahan mangga "rucah”) seperti Golek, Manalagi,
(preventive controls) seperti penanaman tanaman Bapang dan Kidang. Selanjutnya khusus untuk
sehat, cara biologis, fisik dan mekanis tetapi mangga utama dilakukan klasifikasi berdasarkan
masih belum memberikan hasil optimal atau besar ukuran buah dan dihasilkan grade A, B dan
populasi hama masih diatas ambang ekonomi. C (non grade atau mangga ”rucah ").
Penggunaan pestisida kimia harus bijaksana,
yaitu pemilihan jenis pestisida yang sesuai Tabel 4. Pengelompokan Kelas Mangga Utama1)
dengan hamanya, mudah terurai dan berspektrum Menurut Ukuran, 2005.
sempit dengan konsentrasi yang tidak berlebihan
(Oka, I. B., 1995). Ukuran biji Kompo-
Kelas Nama
(Butir/ku) sisi (%)
Selain itu, Sevin dan Furadan termasuk I VIP (Grade A) 210 40
jenis pestisida terlarang menurut Inpres N0.3
II Super (Grade B) 280 30
tahun 1986 karena mempunyai sifat berspektrum
luas (wide spectrum) dan sulit terurai III Rucah (Grade C) 300 30
(undegradable) sehingga tidak saja membunuh 1)
Mangga utama: Arumanis, Dermayu dan Gedong.
hama sasaran (targeted pests) tetapi juga dapat
membunuh organisme lain yang bermanfaat
seperti predator hama, cacing tanah dan serangga Pada prakteknya mangga grade A dan B
penyerbuk. disatukan menjadi grade A/B. Dari hasil sortasi,
dapat dihitung jumlah pembayaran ke petani
Khusus untuk hama kalong dan kelelawar
dengan cara mengkalikan jumlah berat setiap
petani menggunakan obat temik (nama daerah
grade dengan harganya sesuai kesepakatan waktu
"tali kambing"), dengan cara dimasukan kedalam
transaksi. Mangga yang dijual ke luar daerah
buah mangga matang dan diumpankan di pohon
adalah jenis jenis mangga utama kualitas grade
mangga. Sedangkan benalu cukup dengan
A/B sedangkan grade C dan mangga sampingan

Kajian Kelayakan Usahatani dan Marjin Tataniaga Mangga (Mangifera indica) (Studi Kasus di Kabupaten Majalengka,
Jawa Barat) (Ade Supriatna)

172
umumnya dijual ke pasar-pasar tradisional Nilai penerimaan kotor usahatani mangga
disekitar Kabupaten Majalengka dan sekitamya. Rp.30.130.000,-/ha/tahun dan pendapatan bersih
A (ongkos tenaga kerja keluarga diperhitungkan)
Rp.23.641.000,/ha/tahun sedangkan pendapatan
Kelayakan Usahatani Mangga
bersih B (ongkos tenaga kerja keluarga tidak
Usahatani mangga membutuhkan biaya diperhitungkan)Rp.24.654.000,-/ha/tahun. Usaha-
Rp.6.488.000,-/ha/tahun, dialokasikan paling tani mangga layak secara ekonomi dengan nilai
banyak untuk biaya sarana produksi (48,9%), R/C sebanyak 4,64 artinya setiap pengeluaran
upah tenaga kerja (41,0%), pengadaan pestisida sebanyak Rp.l,- memberikan penerimaan
(8,9%) dan biaya lainnya (1,1%). sebanyak Rp.4,64,- (Tabe15).
Pendapatan usahatani sangat tergantung
Tebel 5. Analisis Kelayakan Usahatani Mangga, 2005 kepada harga jual mangga yang fluktuatif dan
Jenis masukan dan ditemukan oleh pasar induk sebagai pasar acuan
No Nilai (Referee market). Contoh mangga Arumanis
pengeluaran
1 Masukan (Produksi) grade A/B, harga rendah terjadi pada panen raya
1. Fisik (kg) 11.500 (mulai pertengahan bulan Oktober sampai
2. Harga (Rp/kg) 2.623
3. Nilai (Rp) 30.130.000 Desember), yaitu Rp.1.500,-/kg sedangkan harga
11 Pengeluaran tertinggi terjadi pada waktu awal dan akhir
6.000 musim panen (jumlah produk sedikit), yaitu
1. Bibit (Rp)
(0.1)1) mencapai Rp.5.000,/kg. Rata-rata harga jual
2. Pupuk (Rp) petani adalah Rp. 2.500,- /kg
Urea/ZA 8.360
TSP/SP-36 23.380
ZA 44.940 Rantai Pemasaran Mangga.
KCL 54.630
NPK 346.730 Dalam pemasaran mangga dari produsen
Lainnya2) 1.509.380 (petani) sampai ke konsumen, banyak ditemukan
Pupuk kandang 1.189.250 pelaku pasar (lembaga pemasaran) terdiri atas
Total (2): 3.176.670
(48,9) pedagang pengumpul, pengepul (agen), pedagang
569.770 pasar induk, suplayer, pengecer pasar tradisional,
3. Pestisida (Rp)
(8,9) toko/kios buah, pasar moderen (supermarket) dan
4. Tenaga kerja (Rp): eksportir. Ada lima saluran dalam memasakan
Dalam keluarga (DK) 1.013.440 mangga dari petani ke konsumen, yaitu:
Luar keluarga (LK) 1.646.890
Total (4):
2.660.330 a. Mangga grade A/B
(41,0)
76.000 1. Petani à Pengumpul à Agen à Pasar
5. Biaya lainnya (Rp)3) induk à Pasar tradisional à Konsumen
(1,1)
Total pengeluaran 6.488.770 2. Petani à Pengumpul à Agen à Pasar
(1+2+3+4+5): induk àToko/Kios buah à Konsumen
4)
111 Keuntungan bersih (A) 23.641.230
(B) 24.654.670 3. Petani à Pengumpul à Agen à Pasar
1)
IV R/C 4,64 induk à Suplayer à Pasar modern
Angka dalam kurung menyatakan persentase àKonsumen
terhadap total pengeluaran
2)
Zat perangsang buah "Goldstar" 4. Petani à Pengumpul à Agen à Pasar
3)
Biaya sewa kebun dan alat pertanian, bunga Bank induk à Suplayer à Eksportir à Konsumen
dan pajak. luar negeri
4)
A = Ongkos tenaga kerja keluarga diperhitungkan
B = Ongkos tenaga kerja keluarga tidak
diperhitungkan

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 10, No.2, Juli 2007: 166-178

173
b. Mangga grade C (non-grade atau “rucah”) Tabel 6. Persentase Petani Menurut Cara Penjualan
5. Petani à Pengumpul à Agen à Pasar Mangga, 2005.
tradisional lokal à Konsumen Persentase
No Uraian
Pembahasan saluran dan marjin pemasaran (%)
pada kajian ini disederhanakan, diwakili oleh Alasan petani dalam memilih
1.
pembeli
jenis mangga dominan (Arumanis) dan tidak
a. Langganan 52,0
termasuk pasar ekspor (saluran pemasaran ke b. Ikatan pinjamanl) 28,0
empat). Dengan demikian, untuk mangga c. Harga lebih tinggi 20,0
Arumanis grade A/B dipelajari saluran 2. Cara transaksi
pemasaran pertama, kedua dan ketiga sedangkan a. Di tempat pengumpul (depot) 92,0
untuk grade C dipelajari saluran pemasaran b. Di tempat petani/kebun 8,0
kelima. 3. Cara pembayaran
a. Tunai 72,0
Petani mangga. Petani menjual mangga ke
b. Kemudian 28,0
pengumpul dalam bentuk hasil panen seadanya.
l)
Alasan petani dalam memilih pembeli adalah Pinjaman modal usahatani dan kebutuhan hidup.
paling banyak karena sudah langganan (52%),
terikat pinjaman (28%) dan alasan pemasaran Selama satu musim panen (4 sampai 5
harga lebih tinggi (20%). Cara transaksi yaitu bulan), rata-rata volume pembelian mangga
mangga diterima di lokasi pengumpul (92%) dan sekitar 10 sampai 20 ton/pengumpul. Peranan
sisanya (8%) diambil di rumah petani atau di pengumpul adalah mencari petani yang akan
kebun. Pembayaran paling banyak secara tunai menjual mangga, melakukan transaksi jual beli,
atau menunggu antara 1-2 hari (72%) sisanya sortasi dan pengiriman mangga ke pedagang
dibayar kemudian (28%) (Tabel 6). agen. Rata-rata biaya pemasaran Rp.65,-/kg
Pembayaran tunai biasanya untuk petani mangga digunakan untuk ongkos pembelian dan
berlahan sempit sedangkan petani kaya meminta pengiriman ke agen.
agar pembayaran dilakukan kemudian bersamaan Pedagang pengepul (agen). Pedagang
dengan penjualan panen terakhir supaya uang mendapat kiriman mangga dari pengumpul,
pembayaran dapat terkumpul. Pada waktu harga mangga dibeli dengan harga lebih tinggi sekitar
mangga tinggi (pada awal dan akhir musim Rp.250,-/kg dari harga petani, merupakan marj in
panen), pedagang bersedia mengambil mangga di pemasaran pedagang pengumpul dan dibayar
rumah/kebun petani bahkan sampai melakukan secara tunai. Rata-rata volume pembelian
panenan sendiri sebaliknya pada waktu harga pedagang agen antara 100 sampai 150
rendah (panen raya), petani harus memanen ton/musim.
sendiri dan mengantarkan hasil ke pedagang.
Di tingkat pedagang agen, dilakukan
Pedagang pengumpul. Pedagang ini sortasi ulang terutama menyeleksi mangga rusak
merupakan kaki tangan pedagang pengepul akibat pengiriman dari pengumpul dan
(agen), satu agen mempunyai 10 sampai 15 penyesuaian dengan permintaan pembeli.
pengumpul yang tersebar sampai ke luar Mangga grade A/B dipaking menggunakan peti
kecamatan dan mereka mendapatkan pinjaman kayu dengan kapasitas 40 sampai 50 kg/peti yang
modal dari agennya untuk kebutuhan operasi. dilapisi kertas koran sedangkan mangga grade C
Pedagang ini yang berhubungan langsung dengan tidak dipaking hanya pakai keranjang bambu
petani baik dalam pembelian mangga maupun dengan kapasitas 60 sampai 70 kg/keranjang.
dalam pemberian pinjaman modal ke para petani.
Pedagang agen merupakan titik awal
pendistribusian mangga, mereka mengirim

Kajian Kelayakan Usahatani dan Marjin Tataniaga Mangga (Mangifera indica) (Studi Kasus di Kabupaten Majalengka,
Jawa Barat) (Ade Supriatna)

174
mangga grade A/B ke beberapa pasar induk Pengecer pasar tradisional dan kios/toko
propinsi terutama DKI. Jakarta dan Jawa Barat, buah. Pedagang ini mendapatkan mangga dengan
sedangkan mangga grade C dijual ke pasar pasar cara mengambil dari pasar induk dalam bentuk
tradisional lokal yang tersebar di Majalengka, kemasan peti kayu dan pembayaran
Sumedang, Cirebon dan Indramayu. Rata-rata menggunakan sistem Masuk Keluar Masuk
biaya pemasaran pedagang agen Rp.334,-/kg (MKM), yaitu pengambilan pertama dibayar pada
grade A/B dan Rp.320,-/kg grade C digunakan pengambilan kedua. Rata-rata volume pembelian
untuk biaya pengiriman, tenaga sortasi, paking kedua pedagang hampir sama antara 2 sampai 3
dan muat barang. ton/musim.
Pedagang pasar induk. Pedagang ini Pedagang pengecer melakukan sortasi
menerima kiriman mangga dari agen dalam terutama untuk membuang mangga rusak atau
kemasan peti kayu, rata-rata volume pembelian busuk serta mengelompokan berdasarkan ukuran
antara 100 sampai 160 ton/musim. Cara dan kualitas mangga untuk membedakan harga
pembayaran ke agen menggunakan sistem nota 1 jual sesuai kondisi konsumennya. Biaya
: 5, yaitu seluruh pembayaran dilakukan pemasaran pengecer pasar tradisional Rp.40,-/kg
sekaligus setelah pengiriman ke lima terjual. dan toko/kios buah Rp.100,-/kg digunakan untuk
Pedagang pasar induk menjual mangga sesuai ongkos pembelian, iuran pasar/toko dan wadah
harga harian yang berlaku dan mereka kantong plastik.
memperoleh keuntungan dengan sistem komisi Pengecer pasar tradisional lokal.
10% dari total nilai penjualan mangga. Pedagang ini memperoleh mangga dengan cara
Pedagang pasar induk tidak melakukan mengambil dari agen dalam kemasan keranjang
penanganan apapun terhadap mangga, hanya kayu dan pembayarannya menggunakan sistem
menyediakan tempat penjualan dan MKM Rata-rata volume pembelian 20 sampai 30
melaksanakan transaksi jual beli mangga dalam ton/musim. Mereka melakukan terutama untuk
bentuk kemasan dari pedagang agen. Pekerjaan mengelompokan berdasarkan kualitas mangga
berat mereka adalah melakukan penagihan menurut cacat fisik untuk membedakan harga
terhadap setiap pembeli yang nunggak (pedagang jual sesuai kondisi konsumennya. Biaya
pasar tradisional, toko/kios buah dan suplayer). pemasaran pengecer pasar tradisional Rp.40,-/kg
Biaya pemasaran pedagang pasar induk Rp.88,- digunakan untuk ongkos pembelian, iuran pasar
/kg mangga digunakan untuk biaya bongkar dan wadah kantong plastik.
kiriman mangga, iuran pasar dan penimbangan. Suplayer. Suplayer memperoleh mangga
Pasar induk merupakan pasar acuan, harga dengan cara mengambil dari pasar induk dalam
beli yang ditawarkan mereka dijadikan pedoman kemasan peti kayu dan pembayarannya
dalam perhitungan menetapkan harga beli oleh menerapkan sistem nota 1 : 5 artinya seluruh
pedagang sebelumnya sampai ke tingkat petani. pembayaran dilakukan pada waktu pengiriman ke
Pada masa panen raya, harga jual mangga di lima terjual. Rata-rata volume pembelian 20
pasar induk menjadi rendah sampai mencapai sampai 40 ton/musim.
titik terendah dikarenakan suplai mangga supermarket dan sisanya non grade (20%)
melebihi peimintaan pasar dan ada kiriman panen dijual ke pasar tradisional. Pengiriman ke
dari daerah lain terutama berasal dari Jawa Timur supermarket menggunanakan kemasan plastik
dan Jawa Tengah. Sebaliknya pada musim berkapasitas 50 kg/kemasan. Rata-rata biaya
paceklik harga jual mangga mahal dan mencapai pemasaran suplayer Rp.145,-/kg digunakan untuk
harga tertinggi dikarenakan permintaan mangga ongkos pembelian, pengiriman ke supermarket
melebihi suplai. dan upah karyawan.

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 10, No.2, Juli 2007: 166-178

175
Supermarket. Supermarket memperoleh sistem komisi 10 % dari total nilai mangga yang
mangga hasil kiriman dari suplayer, ratarata terjual.
pembelian 2,5 sampai 3 ton/musim dan Untuk pemasaran mangga grade C, marjin
pembayaran dilakukan dengan sistem nota 1 : 5, pemasaran hanya Rp.2.250,-/kg, paling rendah
yaitu seluruh pembayaran dilakukan pada waktu dibandingkan seluruh saluran pemasaran grade
pengiriman kelima terjual. Di tingkat A/B. Hal ini dikarenakan kualitas mangga paling
supermarket, mangga disortasi lagi umumnya jelek (mangga "rucah "), baik ukurannya maupun
dihasilkan mangga grade (95%) yang akan dijual kerusakan diakibatkan benturan dan gangguan
ke konsumen dan sisanya mangga non grade hama penyakit. Grade mangga ini dijual di
(5%) dikembalikan ke suplayer. Biaya pemasaran pasar-pasar tradisional lokal dengan sasaran
supermarket Rp.300,-/kg digunakan untuk konsumen kelas ekonomi menengah kebawah.
fasilitas gedung dan karyawan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Marjin Tataniaga Mangga
Dari seluruh rantai pemasaran mangga
Kesimpulan
grade A/B, saluran pemasaran ketiga merupakan
saluran paling panjang dengan marjin pemasaran 1. Usahatani tanaman mangga termasuk layak
paling besar, yaitu Rp.5.588,-/kg terdiri atas secara ekonomi dengan nilaipendapatan bersih
biaya pemasaran Rp.932,-/kg dan marjin Rp.23 juta/ha/tahun dan nilai R/C sebanyak
keuntungan Rp.4.656, /kg. Sedangkan rantai 4,64. Permasalahan utama dalam
pemasaran kesatu dan kedua lebih pendek dengan pengembangan produksi mangga, yaitu: (a)
marjin pemasaran masing-masing Rp.3.588,-/kg produktivitas mangga sangat tergantung
dan Rp.3.838,-/kg (Lampiran 1). kepada iklim, apabila terjadi tiga kali hujan
besar pada waktu musim berbunga dapat
Saluran pemasaran ke tiga (supermarket)
menurunkan hasil sampai 40%, (b) fluktuasi
memberikan marjin pemasaran paling besar
harga mangga sangat tinggi dan sulit
dikarenakan paling banyak para pelaku pasar
diprediksi menurunkan semangat petani untuk
melakukan penanganan hasil untuk mendapatkan
menerapkan budidaya secara intensif dan (c)
mangga berkualitas tinggi sesuai permintaan
mayoritas petani berlahan sempit dan
super market yang konsumennya termasuk
kemampuan membentuk modal (capital
kelompok ekonomi menengah ke atas sehingga
formation) lemah sehingga mereka sering
mau membeli mangga dengan harga tinggi.
terjerumus kepada pelepas uang, melakukan
Pada seluruh rantai pemasaran grade A/B, penjualan sistem ijon dan bahkan
pedagang agen mendapatkan marjin keuntungan menyewakan kebunnya.
paling tinggi dibandingkan pelaku lainnya, yaitu
2. Pada seluruh rantai pemasaran mangga,
sebanyak Rp.1.504,-/kg. Hal ini dikarenakan
pedagang agen selalu mendapatkan marjin
agen merupakan pihak yang paling banyak
keuntungan paling tinggi dibandingkan pelaku
mengeluarkan biaya pemasaran dan juga mereka
pasar lainnya karena merupakan pihak yang
paling besar menanggung resiko kerugian
paling besar dalain mengeluarkan biaya
diakibatkan oleh fluktuasi harga.
pemasaran juga paling tinggi menerima resiko
Marjin keuntungan pedagang pasar induk kerugian akibat fluktuasi harga jual mangga.
termasuk kecil Rp.412,-/kg namun demikian
mereka tidak pernah rugi karena mangga dijual
sesuai harga harian yang berlaku sedangkan Saran
pembayaran untuk mereka dilakukan secara 1. Pengembangan produksi mangga perlu
melibatkan pelaku agribisnis terutama pihak

Kajian Kelayakan Usahatani dan Marjin Tataniaga Mangga (Mangifera indica) (Studi Kasus di Kabupaten Majalengka,
Jawa Barat) (Ade Supriatna)

176
pedagang, petani mendapatkan bantuan Kusumo Surachmat, Ismiyati, Hendro Sunarjono
permodalan dan bimbingan praktek budidaya dan Ria. 1989. Produksi mangga di
yang benar sementara pelaku agribisnis dapat Indonesia. Pusat Penelitian dan
memperoleh hasil mangga yang berkualitas, Pengembangan Hortikultura. Jakarta. 122
mencari peluang pasar baru atau mendirikan hal.
industri pengolah mangga segar untuk Limbong,W.H. dan P.Sitorus. 1985. Pengantar
menjembatani kelebihan produksi pada waktu tataniaga pertanian Edisi I. Jurusan Ilmu-
panen raya. Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Malian, A.H. 2004. Analisis ekonomi usahatani
dan kelayakan finansial Teknologi pada
Skala Pengkajian. Bahan Pelatihan
Agustian A, Armen, Z., Syahyuti, A.Supriatna.,
"Analisis Finansial dan Ekonomi Bagi
Herlina Tarigan, Yana, S. dan Tjetjep
Pengembangan Sistem dan Usaha
Nurasa. 2005. Laporan Akhir: Analisis
Agribisnis Wilayah". Pusat Penelitian dan
berbagai bentuk kelembagaan pemasaran
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian
dan dampaknya terhadap kinerja usaha
dan Proyek Pengkajian Teknologi
komoditas sayuran dan buah. Pusat
Pertanian Partisipatif. 28 hal.
Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Mubyarto. 1972. Pengantar ekonomi pertanian.
Pengembangan Pertanian. Lembaga Penelitian Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
BPS. 2002. Statistik Perkebunan Indonesia
Jakarta. hal.29-41
Tahun 1999 - 2001. Badan Pusat Statistik.
Jakarta. Oka, I.N. 1995. Pengendalian hama terpadu dan
implementasinya di Indonesia. Gajah
Dajan Anto. 1989. Pengantar metode statistik.
Mada University Press. Yogyakarta. 255
Jilid 1. Lembaga Penelitian, Pendidikan
hal.
dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.
Jakarta. h1m.112-119. Syukur,M., Sumaryanto, Chaerul,M dan Chairil
A.Rasahan. 1990. Pola pelayanan kredit
Diperta Kabupaten Majalengka. 2004. Laporan
untuk masyarakat berpenghasilan rendah di
Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan
pedesaan Jawa Barat. Pusat Penelitian dan
Kabupaten Majalengka. 207 hal.
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Ditjen Bina Produksi Hortikultura. 2004. Buku Badan Penelitian dan Pengembangan
Tahunan Hortikultura Tahun 2003. Pertanian. Departemen Pertanian. hlm.56-
(Horticulture Year Book). Seri Tanaman 66.
Buah. Direktorat Jenderal Bina Produksi
Sumarno. 2003. Potensi dan peluang usaha
Hortikultura. Departemen Pertanian.
agribisnis buah tropika dalam era pasar
Jakarta. hlm.75-321.
bebas. Dalam Prosiding Seminar Prospek
Iswariyadi, A., Supriati, Victor, T. Manurung., Sub-Sektor Pertanian Menghadapi Era
Muhyidin Rachmat dan Achmad D. 1993. AFTA Tahun 2003. Ed. Roesmijanto.
Penelitian agribisnis. Buku V: Mangga. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan
Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pengembangan Pertanian.
Pertanian. Departemen Pertanian. hlm.3-
31

Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 10, No.2, Juli 2007: 166-178

177
Lampiran 1. Marjin Pemasaran Mangga Menurut Saluran dan Lembaga Pemasaran, 2005.
Jenis lembaga pemasaran
No Marjin/ Pedagang Pedagang Pedagang Pengecer Pengecer Pengecer Suplayer Pengecer Total
Saluran pemasaran pengumpul agen Pasar Pasar toko/kios Pasar supermarket marjin
induk tradisional buah lokal
A. Mangga grade A/B
1. Saluran pertama
a. Harga beli 2.500 2.750 5.000 5.000 - - - -
b. Marjin pemasaran: 250 1.838 500 1.000 - - - - 3.588
- Biaya pemasaran 65 334 88 40 - -
- Keuntungan 185 1.5041) 4121) 960 - - - - 3.061
c. Harga jual 2.750 5.000 5.000 6.000 - - - -
2. Saluran kedua
a. Harga beli 2.500 2.750 5.000 - 5.000 - - -
b. Marjin pemasaran: 250 1.838 500 - 1.250 - - - 3.838
- Biaya pemasaran 65 334 88 - 100 - - - 587
- Keuntungan 185 1.504 4122) - 1.150 - - - 3.251
c. Harga jual 2.750 5.000 5.000 - 6.250 - - -
3. Saluran ketiga
a. Harga beli 2.500 2.750 5.000 - - - 5.000 6.500
b. Marjin pemasaran: 250 1.838 500 - - - 1.500 1.500 5.588
- Biaya pemasaran 65 334 88 - 145 300 932
- Keuntungan 185 1.5041) 4122) - - - 1.355 1 .200 3.251
c. Harga jual 2.750 5.000 5.000 - - - 6.500 8.000
B. Mangga.grade C
1. Saluran kelima
a. Harga beli 1.250 1.500 - - - 2.500 - -
b.Marjin pemasaran: 250 1.000 - - - 1.000 - - 2.250
- Biaya pemasaran 65 320 - - - 40 - - 425
- Keuntungan 185 680 - - - 960 - - 1.825
c.Harga jual 1.500 2.500 - - - 3.500 - -
1)
Keuntungan agen setelah dikurangi komisi pedagang pasar induk (Rp.412,-/kg)
2)
Sistim komisi 10% dari total nilai jual

Kajian Kelayakan Usahatani dan Marjin Tataniaga Mangga (Mangifera indica) (Studi Kasus di Kabupaten Majalengka,
Jawa Barat) (Ade Supriatna)

178

You might also like