Professional Documents
Culture Documents
2
ISSN 2085-8418
Pengembangan Usaha Industri Jamu dan Minuman PD. Budi Lestari di Jakarta
*1 2 3
Tanjung Prasetyo , Daniel R.O. Monintja , Fransisca R. Zakaria
1
Universitas Sahid Jakarta
2
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
3
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
The aim of this study is to identity successful business conducts carried out by the company. The
successful business conducts identified are: (1) Employing skillful marketing personnel, (2) Having a wide
marketing channels, (3) Application of production contract, (4) Utilizing brokers in marketing the product,
(5) Utilizing secondhand containers to reduce cost. The method used from this study is SWOT analysis
with primary and secondary data, which are collected through literature and interview. Based on the
results of the SWOT analysis, there were some suggestions to PD. Budi Lestari in order to develop its
business by : (1) Increasing working capital, (2) Increasing the quality of human resources, (3) Making
promotions, (4) Increasing the machine technologies utilizing, (5) Finding new bottles using altenatives in
solving problem of getting used bottles, (6) Using labels that includes the special qualities of the drinks to
explain the characteristic and quality from each product made, (7) Selecting the distribution of used
bottles facilities. Beside that, suggestions given from this study can be an input to the company in raising
its sales volume as an effort to fulfill market’s demand, includes mini and super markets.
Vol. 4 No. 2
238 Pengembangan Usaha
1. Kebanyakan konsumen lebih menyukai botol 2) Dijual berikut botol Rp 500,- (harga
baru bening sebagai kemasan jamu. botol Rp 300,-)
2. Kebanyakan botol bekas pakai, makin lama b. Harga pedagang pemasok kepada
makin sulit didapat, karena banyaknya botol warung
bekas dilabur kembali menjadi botol baru. 1) Dijual isi Rp 400,-/botol
2) Dijual berikut botol Rp 700,-/botol
Kesulitan perusahaan untuk memperoleh c. Harga pedagang warung kepada
botol-botol bekas saat ini, telah memberi peluang konsumen
perusahaan di masa mendatang, untuk 1) Dijual isi Rp 1.000,-
meningkatkan permintaan konsumen sampai 2) Dijual berikut botol Rp 1.300,-
100% dengan menggunakan botol-botol baru 3. Wilayah Pemasaran
bening untuk kemasan minuman jamu. Wilayah pemasaran minuman jamu
Kondisi saat ini, volume penjualan minuman produk PD. Budi Lestari meliputi seluruh
jamu PD. Budi Lestari 3.490.676 botol atau baru wilayah Jabotabek, dengan sistem
dapat memenuhi 40% seluruh permintaan. Di pembayaran hasil penjualannya dilakukan
masa depan perusahaan dapat memenuhi secara tunai, yaitu pagi hari dimana
peningkatan permintaan 60% atau volume pedagang mengambil barang dan sore
penjualannya akan menjadi 5.236.014 botol harinya pembayaran tunai ke perusahaan.
(60/40 x 3.490.676), dengan syarat penghentian 4. Omset Penjualan
penggunaan botol bekas diganti baru. Rataan omset penjualan minuman jamu
Produk minuman jamu yang dihasilkan PD. Budi Lestari pada tahun 2000-2004 dapat
terdiri dari: dilihat dalam Tabel 1.
1. Minuman jamu Temulawak
2. Minuman jamu Jagotra (cap Dua Banteng) Tabel 1. Omset rataan penjualan bulanan
3. Minuman jamu GULAS minuman jamu PD. Budi Lestari tahun
Teknis pengerjaan atau produksinya masih 2000-2004
dilakukan secara tradisional, yaitu dikerjakan
Omset Rataan Penjualan
dengan tangan-tangan terampil karyawannya dan No. Tahun
belum menggunakan mesin-mesin. Dengan Botol Rp.
demikian, jumlah hasil produksi setiap bulannya 1. 2000 254.145 45.746.100
sangat tergantung oleh tangan-tangan terampil 2. 2001 266.252 47.923.360
karyawan-karyawannya. 3. 2002 410.226 97.864.371
4. 2003 278.104 53.535.200
Aspek Pemasaran 5. 2004 223.747 43.712.975
pada saat pedagang mengambil barang menaikkan omset penjualan minuman jamu Gula
dagangannya di perusahaan, pedagang wajib Asem.
membayar Rp 500, yaitu isi Rp 200 dan Omset penjualan bulanan Minuman Jamu
botolnya Rp 300. Bahkan untuk pedagang Temulawak tahun 2004 dapat dilihat dalam Tabel
yang baru memulai usaha, dapat pinjaman 2.
botol dari perusahaan sebanyak 1.000 botol
dengan pembayaran secara angsuran. Tabel 2. Omset penjualan bulanan minuman
Langkah perusahaan yang memberikan Jamu Temulawak
pinjaman botol bekas sebagai upaya mening-
No. Bulan Botol
katkan omset penjualan, nampaknya sangat
berpengaruh terhadap perputaran modal 1. Januari 200.732
usaha perusahaan yang sebagian tertanam 2. Februari 162.972
dalam botol. Dari 44 orang pedagang 3. Maret 239.204
pemasok, 34 orang diantaranya masih 4. April 301.717
mempunyai tunggakan hutang botol bekas 5. Mei 276.552
dengan total sisa pinjaman Rp. 43.830.985 6. Juni 262.533
(catatan sampai 13 Desember 2004) adalah 7. Juli 250.466
suatu jumlah yang tidak sedikit dan kalau 8. Agustus 296.870
dibiarkan atau setidak-tidaknya kebijakan ini 9. September 307.554
diteruskan berlanjut tanpa ada usaha lain 10. Oktober 248.016
untuk memaksimalkan tagihan, maka modal 11. Nopember 138.347
perusahaan yang tertanam dibotol bekas 12. Desember -
semakin menumpuk. Sebagai ilustrasi, Jumlah 2.684.963
persentase pengendalian pinjaman botol
bekas: Tabel 2 menunjukkan bahwa pada bulan
a. Dari jumlah pinjaman Rp. 45.520.985 September penjualan produk minuman jamu
sampai dengan tanggal 13 Desember Temulawak menduduki peringkat tertinggi, yaitu
2004 jumlah yang diangsur baru Rp. 307.554 botol, dengan peningkatan produksi
2.090.000 atau baru 4,6% terjadi sejak Agustus 2004. Volume penjualan
b. Dari jumlah 34 orang penunggak terdapat terendah terjadi pada bulan Februari sebesar
2 orang penunggak yang sama sekali 162.972 botol, kemudian seterusnya mulai bulan
tidak mengangsur tunggakan Rp. Maret hingga bulan September naik terus, tetapi
1.144.300 dalam bulan November turun kembali di bawah
volume penjualan bulan Februari 2004. Hal
Analisis Laporan Penjualan demikian terjadi karena adanya jenis produk
minuman Jagotra dan Gula Asem. Omset
Dalam periode tahun 2004, PD. Budi penjualan bulanan minuman Jamu Jagotra tahun
Lestari telah menjual tiga jenis minuman, dengan 2004 dapat dilihat dalam Tabel 3.
total penjualan 3.490.676 botol senilai Rp
671.955.130 atau rataan penjualan setiap Tabel 3. Omset penjualan bulanan minuman
bulannya 290.890 botol, rataan penjualan tiap Jamu Jagotra
satuan jenis minumannya adalah:
a. Minuman jamu Temulawak, dengan omset No. Bulan Botol
penjualan pada tahun 2004 sebesar Rp 1. Januari 46.826
2.684.963 botol atau 76,9% dari total 2. Februari 35.658
penjualan 3.490.676 botol. 3. Maret 52.074
b. Minuman jamu Jagotra, dengan omset 4. April 59.074
penjualannya pada tahun 2004 sebesar 5. Mei 59.289
545.980 botol atau 15,64% dari total 6. Juni 52.029
penjualan 3.490.676 botol. 7. Juli 56.723
c. Minuman jamu Gula Asem, dengan jumlah 8. Agustus 63.763
penjualan tahun 2004 sebanyak 259.733 9. Sepetember 53.308
botol atau 7,45% dari total penjualan 10. Oktober 45.967
3.490.676 botol. 11. November 21.269
12. Desember -
Dari tiga jenis minuman tersebut, jumlah Jumlah 545.980
satuan unit produk terbanyak adalah minuman
Jamu Temulawak (76,9%), kontribusi sedang Tabel 3 terlihat adanya peningkatkan
minuman Jamu Jagotra (15,64%) dan kontribusi permintaan pada bulan Agustus sebanyak 63.763
terkecil adalah minuman Jamu Gula Asem botol. Hal ini menunjukkan mulai adanya
(7,45%). Kondisi tersebut membuat perusahaan tanggapan konsumen terhadap produk minuman
mengambil langkah-langkah strategik guna jamu Jagotra, tetapi pada bulan-bulan berikutnya
jumlah permintaan semakin menurun.
Vol. 4 No. 2
240 Pengembangan Usaha
Nampaknya tingginya permintaan minuman jamu Tabel 4. Omset penjualan bulanan minuman Jamu
Jagotra bulan Agustus, dikarenakan konsumen Gulas
ingin coba-coba, sehingga permintaan naik,
No. Bulan Botol
kemudian pada bulan-bulan berikutnya mulai
menurun kembali. Untuk itu, perusahaan harus 1. Januari 8.854
cukup waspada dan perlu mengambil kebijakan 2. Februari 6.949
baru agar permintaan dapat kembali naik. Omset 3. Maret 14.656
penjualan bulanan minuman Jamu Gula Asem 4. April 20.229
tahun 2004 dapat dilihat dalam Tabel 4. 5. Mei 24.629
Tabel 4 menunjukkan permintaan pasar 6. Juni 26.338
terhadap produk minuman GULAS tertinggi jatuh 7. Juli 25.293
pada bulan September 2004 sebesar 49.497 8. Agustus 34.052
botol, kemudian menurun tajam pada bulan-bulan 9. Sepetember 49.497
berikutnya. Untuk itu, perusahaan harus 10. Oktober 32.864
mengetahui mengapa hal ini terjadi dan 11. November 16.372
bagaimana solusi untuk mengatasinya. 12. Desember -
Hasil wawancara penulis dengan 40 orang Jumlah 259.733
responden menunjukkan bahwa konsumen lebih
banyak menyukai jamu Temulawak sebanyak 24
orang, dan lebih menyukai Jagotra 9 orang, serta Analisis Laba Penjualan
yang menyukai Gulas 7 orang. Mengapa paling Pada tahun 2004, total keuntungan yang
menyukai Temulawak dan tidak menyukai diperoleh PD. Budi Lestari dari ketiga jenis
minuman lainnya, alasannya sebagai berikut : minuman Rp 80.382.279,-. Keuntungan terbesar
1. Minuman Jagotra, ditangani sebagai diperoleh dari minuman Jamu Temulawak Rp
minuman pekerja berat, seperti sopir, tukang 60.887.800,- dan keuntungan terendah diperoleh
becak, kuli bangunan dan lain-lain. dari minuman Jamu Gulas Rp 6.617.279,-.
2. Minuman Gulas adalah minuman dengan Rincian total keuntungan dan rataan
rasa asem-asem sedikit, kurang diminati perolehan keuntungan tiap jenis minuman setiap
3. Minuman temulawak paling banyak disukai bulannya dapat dilihat dari Tabel 5.
orang, karena dianggap sebagai minuman
bergengsi yang sudah cukup dikenal sejak
nenek moyang.
Tabel 5. Total laba penjualan dan rataan perolehan keuntungan tiap jenis minuman
Laba Rataan Persentase Laba
Jenis
No. Penjualan/tahun Laba/bulan Penjualan dari Total
Minuman
(Rp) (Rp) Laba (%)
1. Temulawak 60.887.800,- 5.073.983,- 54,74
2. Jagotra 12.877.200,- 1.073.100,- 16,02
3. Gula Asem 6.617.279,- 551.439,- 8,23
Sumber : PD. Budi Lestari, 2004.
Dari Tabel 5 terlihat bahwa jenis minuman mengambil langkah-langkah kedepan bagaimana
jamu temulawak memberikan konstribusi laba solusi terbaik agar minuman gula asem ini
terbesar dalam setiap bulannya Rp 5.073.983,- permintaan dari masyarakat menjadi meningkat.
(75,74%) dan terendah minuman Gulas Rp Langkah-langkah ini perlu segera dilakukan,
551.439 (8,23%). karena konstribusi keuntungan yang diperoleh
Pada tahun 2004 perusahaan telah dari minuman Gulas hanya 8,2%.
memproduksi tiga jenis minuman dengan total
penjualan 3.490.676 botol senilai Rp Analisis SWOT
671.955.130,- dan total keuntungan Rp
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
80.382.279,-. Rataan setiap bulan perusahaan
faktor secara sistematis untuk merumuskan
dapat menghasilkan minuman 290.890 botol
strategi perusahaan (Rangkuti, 2004). Analisis ini
dengan nilai rataan laba setiap bulan Rp
didasarkan pada logika yang dapat
6.700.000,- (Rp 80.382.279,- : 12 bulan).
memaksimalkan kekuatan dan peluang dan
Dari ketiga jenis minuman tersebut, tampak
secara bersamaan dapat meminimalkan
jelas bahwa minuman Gulas memberikan
kelemahan dan ancaman. Profil SWOT usaha
konstribusi laba terkecil dan dari hasil
minuman jamu PD. Budi Lestari di Jakarta dapat
pengamatan di lapangan, memang pada
dilhat dalam Tabel 6.
dasarnya permintaan minuman Gulas sangat
sedikit, maka sepatutnya perusahaan mulai
Alat yang dapat dipakai untuk menyusun pembahasan atas aspek ekonomi, teknik dan
faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik produksi, serta pemasaran secara deskriptif dan
SWOT yang dalam hal ini dituangkan dalam analisis kualitatif dengan analisis SWOT,
analisis matriks SWOT Tabel 7. Matriks ini dapat didapatkan informasi dan fakta bahwa usaha
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang minuman PD. Budi Lestari sangat pofensial untuk
dan ancaman eksternal yang dihadapi dikembangkan lebih lanjut dengan alasan:
perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan a. Secara komersial, usaha minuman PD. Budi
dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat Lestari mendapatkan respon yang cukup
menghasilkan empat kemungkinan alternatif bagus dari konsumen. Sekalipun pesaingnya
strategi berikut: banyak, namun di daerah tersebut hanya
1. Strategi SO terdapat dua pesaing perusahaan sejenis. Hal
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan lainnya, usaha PD. Budi Lestari mempunyai
pemikiran perusahaan, yaitu memanfaatkan daya saing tinggi, karena :
seluruh kekuatan untuk merebut dan 1) Pengolahan minuman jamu temulawak-
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. nya menggunakan air panas mendidih.
2. Strategi ST 2) Penempatan satu orang apoteker sebagai
Strategi ini digunakan untuk menggalang pengawas mutu.
kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam 3) Dapat memenuhi permintaan konsumen
mengatasi ancaman. 40%, sehingga masih ada potensi
3. Strategi WO permintaan konsumen yang dapat
Strategi ini diterapkan berdasarkan dikembangkan lebih lanjut.
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara b. Secara teknis proses pengolahan minuman
meminimalkan kelemahan yang ada. masih sangat sederhana (manual). Dengan
4. Strategi WT dukungan modal yang kuat sebagai upaya
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang memenuhi permintaan konsumen,
bersifat defensif dan berusaha meminimalkan penghentian penggunaan botol bekas diganti
kelemahan yang ada, serta menghindari dengan botol baru untuk kemasan minuman
ancaman. jamu sebagai hal yang bijaksana.
c. Setiap kelemahan yang terjadi dalam internal
Dari matriks SWOT pada Tabel 7, dapat perusahaan maupun ancaman yang mungkin
dilihat bahwa strategi (Si,Oi) atau (Si,Ti) atau terjadi dari eksternal perusahaan, dipastikan
(W i,Oi) atau (W i,Ti) merupakan kombinasi faktor dapat diatasi melalui berbagai strategi dalam
internal dengan faktor ekternal yang matriks SWOT.
menghasilkan pilihan strategi. Dari hasil
Vol. 4 No. 2
242 Pengembangan Usaha
Tabel 7. Matrik SWOT usaha minuman jamu PD. Budi Lestari tahun 2004
Vol. 4 No. 2