Professional Documents
Culture Documents
Lembar Perhitungan Reagen
Lembar Perhitungan Reagen
Tinggi cairan
= 88 cm
Volume reaktor
BM Na2SO3
= 126 gr/mol
BM Na2S2O3.H2O
= 2248 gr/mol
m = 6,2 gram
b. Na2SO3 0,02 N (basis volume reaktor)
m = 21,73 gram
c. KI 0,1 N @ 10 ml
d. Amilum 3 gr dalam 100 gr aquadest
LEMBAR PERHITUNGAN
hr
g
gr/ml
=(
d
0,2
0,0012)gr/ml
73
= 0,0027
hd
g
gr/ml
=(
0,1
0,0012)gr/ml
tot l =
=
r r
r
73
= 0,0014
d d
d
= 0,0022
=
=
=
hr
g
gr/ml
0,35
= 0,0048
0,0012)gr/ml 73
=
tot l =
=
hd
g
gr/ml
0,2
= 0,0027
0,0012)gr/ml 73
(
r r
r
d d
d
= 0,004
=
=
=
hr
g
gr/ml
0,5
= 0,0068
0,0012)gr/ml 73
=
tot l =
=
hd
g
gr/ml
0,3
= 0,0041
0,0012)gr/ml 73
(
r r
r
d d
d
= 0,0057
Perhitungan konsentrasi
(V0 x N0) Na2S2O3.H2O = (Vtitran x N) Na2S2O3.H2O
)
(
(
)
)
C= 0,1 N
V0 x N0 = Vtitran x N
2 ml x 0,1 N = 4,8 ml x N
N = 0,0083 N
V0 x N0 = Vtitran x N
2 ml x 0,1 N = 3,5 ml x N
N = 0,0114 N
V0 x N0 = Vtitran x N
2 ml x 0,1 N = 4,9 ml x N
t = 10 menit = 600 detik
N = 0,0082 N
V0 x N0 = Vtitran x N
2 ml x 0,1 N = 3,5ml x N
N = 0,0114 N
V0 x N0 = Vtitran x N
2 ml x 0,1 N = 4,8 ml x N
t = 15 menit = 900 detik
N = 0,0083 N
V0 x N0 = Vtitran x N
2 ml x 0,1 N = 3,9 ml x N
N = 0,0103 N
(
(
)
)
(
(
)
)
N = 0,1 N
V0 x N0 = Vtitran x N
kLa = 0
N = 0,0105 N
V0 x N0 = Vtitran x N
2,9 ml x 0,1 N = 3 ml x N
N = 0,0193 N
V0 x N0 = Vtitran x N
N = 0,01 N
V0 x N0 = Vtitran x N
V0 x N0 = Vtitran x N
2,9 ml x 0,1 N = 6 ml x N
t = 15 menit = 900 detik
N = 0,0097 N
V0 x N0 = Vtitran x N
V0 x N0 = Vtitran x N
N = 0,0098 N
V0 x N0 = Vtitran x N
(
(
)
)
(
(
)
)
c. Variabel 3 (5 ml/s)
t=0
N = 0,1 N
V0 x N0 = Vtitran x N
kLa = 0
2,8 ml x 0,1 N =4 ml x N
N = 0,014 N
V0 x N0 = Vtitran x N
V0 x N0 = Vtitran x N
N = 0,0137 N
V0 x N0 = Vtitran x N
V0 x N0 = Vtitran x N
N = 0,0137 N
V0 x N0 = Vtitran x N
(
(
)
)
(
(
)
)
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMABAHASAN
cairan
(gr/ml)
(cm3/s)
Hold Up Gas
r
total
0,9776
0,0027
0,0014
0,0022
0,9768
0,0048
0,0027
0,0027
0,9766
0,0068
0,0041
0,0057
b. Laju Sirkulasi
Tabel 4.2 Pengaruh Laju Alir Udara terhadap Laju Sirkulasi
Laju
Alir
Ulr (cm/s)
Uld (cm/s)
11,82
17,31
15,37
22,5
17,08
25
Udara (cm3/s)
Alir
Udara (cm3/s)
KLa (/s)
0,0796
0,1258
0,1564
IV.2 Pembahasan
1. Pengaruh laju alir gas terhadap hold-up gas
0.008
0.007
Hold up gas
0.006
0.005
er
0.004
ed
0.003
e total
0.002
0.001
0
0
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Laju alir gas dengan hold-up gas
Pada grafik diatas terlihat bahwa semakin besar laju alir maka nilai hold-up
nya juga semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin besar laju alir, gelembung
udara yang ada di dalam air (di dalam reaktor) akan bertambah banyak pula
sehingga fraksi volume udara dalam larutan juga akan bertambah banyak.
Bertambahnya fraksi volume udara akan meningkatkan nilai hold-up gas (Haryani
dan Widayat, 2011).
D ri gr fik 4 1 jug
nt r
r,
d,
d n
total.
Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa nilai hold-up gas dipengaruhi oleh
perubahan ketinggian inverted manometer hr d n hd) y ng berhubung n
dengan reaktor. Perbedaan ketinggian tersebut terjadi karena masuknya gas ke
d l m re ktor Berd s rk n t bel 4 1, nil i hr y ng did p tk n lebih bes r
d rip d nil i hd H l ini dik ren k n p d b gi n riser terd p t sp rger y ng
berfungsi menghasilkan gas yang berasal dari kompresor sehingga terjadi
perbedaan tekanan yang mengakibatkan perbedaan ketinggian inverted manometer.
Ketika sampai permukaan, cairan gelembung tersebut akan terlepas kembali ke
ud r t np mel lui re downcomer Oleh k ren itu nil i hr lebih besar daripada
nil i hd
D ri gr fik 4 1 jug d p t diket hui b hw
kecepatan kenaikan
gelembung, luas gelembung dan pola aliran. Sebagaimana telah disebutkan diatas
bahwa pada bagian riser terdapat terdapat sparger yang berfungsi menghasilkan gas
yang berasal dari kompresor, sehingga dapat diketahui bahwa pada bagian riser
akan terjadi kontak terlebih dahulu dengan gas yang dihasilkan oleh sparger baru
kemudian bergeser dan turun pada area downcomer. Oleh karena itu, nilai
downcomer lebih rend h d rip d
riser d n tot l
tot l deng n
tot l ber d di nt r
riser d n
riser d n
downcomer p d
downcomer H l itu
t s d n
downcomer
diasumsikan sebagai bawah. Maksud dari batas atas yaitu keadaan dimana laju alir
gas masuk ke dalam reaktor dalam jumlah maksimal, sedangkan batas bawah yaitu
keadaan dimana gas yang berasal dari kompresor ada dalam reaktor dengan jumlah
sedikit/minim l Deng n begitu d p t disimpulk n b hw nil i
di nt r
riser d n
downcomer, k ren
tot l ber d
riser d n
downcomer.
(C. Freitas, J.A. Teixeira, 1998)
10
Uld
5
0
0
Gambar 4.2 Hubungan laju alir gas (mL/s) dengan laju sirkulasi (cm/s)
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa semakin besar nilai laju alir gas maka
nilai Ulr dan Uld akan semakin besar pula. Percobaan ini dilakukan dengan
menggunakan zat warna yang diteteskan pada area downcomer. Semakin besar laju
alir gas yang diberikan pada reaktor mengakibatkan daya dorong area downcomer
semakin besar sehingga waktu yang diperlukan untuk menempuh lintasan yang
ditentukan menjadi semakin
= waktu (s)
Hal ini diperkuat pula dengan penelitian Haryani dan Widayat (2011) yang
menyebutkan pada konsentrasi larutan yang sama, maka laju sirkulasi semakin
cepat dengan bertambahnya laju alir.
Berdasarkan grafik 4.2 juga dapat dilihat bahwa nilai Ulr lebih besar daripada
Uld. Hal ini dikarenakan, laju sirkulasi berbanding terbalik dengan luas
penampangnya. Pernyataan ini seuai dengan rumus berikut :
Ulr.Ar = Uld.Ad
dimana : Ulr = laju sirkulasi cairan riser (cm/s)
Uld = laju sirkulasi cairan downcomer (cm/s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
Dalam praktikum ini digunakan reaktor air-lift dimana luas penampang riser
lebih besar daripada luas penampang downcomer. Dengan luas penampang riser
yang lebih besar, maka nilai laju sirkulasi area riser (Ulr) menjadi kecil karena nilai
laju sirkulasi berbanding terbalik dengan luas penampang dan nilai Uld pun lebih
besar daripada nilai Ulr.
(Haryani dan Widayat, 2011)
(Laboratorium Proses Kimia, 2014)
3. Pengaruh laju alir gas terhadap nilai koefisien transfer massa-gas cair (Kla) ratarata
0.003
kLa (/s)
0.0025
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
0
Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa semakin besar laju alir udara, maka
semakin besar nilai koefisien perpindahan massa gas-cair (KLa) rata-rata nya. Hal
ini dikarenakan semakin besar laju alir gas maka akan semakin banyak oksigen
yang masuk kedalam reaktor atau dengan kata lain semakin besar pula konsentrasi
oksigen dalam larutan. Dengan besarnya konsentrasi oksigen maka semakin
banyak pula oksigen yang mampu dipindahkan kedalam larutan, sehingga nilai Kla
yang merupakan koefisien perpindahan massa gas-cair akan semakin besar pula.
Fenomena ini sesuai dengan pernyataan Haryani dan Widayat (2011) dalam
penelitiannya yang menyatakan bahwa semakin besar laju alir udara, maka nilai
Kla akan semakin besar. Hal itu dikarenakan, semakin besar laju alir udara maka
udara yang dapat dipindahkan ke dalam larutan semakin besar pula sehingga Kla
semakin besar. Selain itu Widayat (2011) juga menyatakan bahwa semakin besar
laju alir maka konsentrasi oksigen dalam larutan bertambah sehingga akan terjadi
perpindahan massa oksigen secara cepat. Sehingga perbedaan konsentrasi oksigen
semakin besar dan Kla akan semakin besar pula.
Haryani dan Widayat (2011) ; Widayat (2011)
tersebut. Perbedaan itu mengakibatkan terjadinya sirkulasi fluida pada reaktor. Bagian
reaktor yang mengandung cairan dengan aliran ke atas disebut zona riser dan bagian
reaktor yang mengandung aliran fluida turun adalah zona downcomer. Pada zona
downcomer atau riser memungkinkan terdapat plat penyaringan dan buffle pada
dinding. Jadi banyak sekali kemungkinan bentuk reaktor dengan keuntungan
penggunaan dan tujuan yang berbeda-beda.
Haryani dan Widayat (2011)
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Semakin besar laju alir udara, maka hold up gas semakin besar pula karena
gelembung udara yang ada di dalam reaktor akan bertambah banyak pula sehingga
fraksi volume udara dalam larutan juga akan bertambah banyak.
2. Semakin besar laju alir, maka laju sirkulasi untuk riser dan downcomer semakin
meningkat karena adanya daya dorong yang semakin besar.
3. Semakin besar laju alir udara, maka semakin besar nilai koefisien transfer massa
gas-cair (KLa) karena konsentrasi oksigen dalam medium menjadi bertambah.
4. Salah satu aplikasi hidrodinamika reaktor dalam industri adalah proses produksi
asam sitrat dengan bioreaktor air-lift dan kapang Aspergillus niger.
V.2 Saran
1. Pembuatan amylum harus sesuai dengan prosedur karena amylum menjadi
indikator dalam analisis titrasi..
2. Pengamatan inverted manometer harus benar-benar teliti.
3. Laju alir gas harus selalu diperhatikan agar tidak berubah-ubah selama proses
(dalam 1 variabel).
4. Titrasi harus dilakukan dengan teliti hingga mencapai warna yang diinginkan.
5. Kompresor harus dalam keadaan menyala selama proses berlangsung.