Professional Documents
Culture Documents
32 31 1 PB
32 31 1 PB
2006
Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fak. Peternakan, UNUD. Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali
The Effects of Fresh Defaunating Agents Supplementation and Time of Incubation on the In Vitro Degradability
of Dry Matter, Organic Matter, and Products of Fermentation
ABSTRACT
Background : In Vitro experiment was carried out to study the effect of fresh defaunating agents supplementation and
time of incubation on the degradability of dry matter, organic matter and products of fermentation.
Methods : A completely randomized design with split in time arrangement (3 x 5) on two replicates was used in this
experiment. The first (main) factor was time of incubation (1.5, 3,0 and 4.5 hours respectively) and the second factor
was no supplement of defaunating agent ( A, as a control), a supplement of 10% sweet potatoes (Ipomeas batatas)
leaves (B); a supplement of Hibiscus tilliaceus leaves (C), a supplement of 10% Hibiscus rosasinensis leaves (D), and a
supplement of 2% corn oil (E).
Result : Results of the experiment indicated that defaunating agents supplementation (B, C, D, and E) increased DM
and OM degradability, which the highest were on the corn oil (E) 22.83 vs. 15.96% and 22.49 vs. 15.17%, respectively
(P<0.001) than without supplementation (A). Defaunating agents supplementation also increased products of
fermentation (VFA and N-ammonia), which the highest were on the treatment E (88.33 vs. 61.67 mM) and (4.83 vs.
4.23 mM), respectively (P<0,004) than treatment A. DM, OM degradability and VFA during incubation (1.5 to 4.5
hours) were significant different statistically (P<0.001), which the highest were on the 4.5 hours, respectively. A while
the highest and the lowest N-ammonia found at 3.0 and 4.5 hours incubation, respectively. This is due to the utilization
of N-ammonia during 4.5 hours more increased for microbial protein synthesis and their physiological activities. It was
concluded that supplementation of defaunating agents increased significantly different on the DM, OM degradability
and products of fermentation (VFA and N-ammonia), which the best defaunating agent was on the corn oil. Time of
incubation from 1.5 to 4.5 hours increased DM, OM degradability and VFA, but N-ammonia was decreased from 3.0 to
4.5 hours, particularly.
Key words: Defaunating agents, Time of incubation, DM and OM Degradability, Products of fermentation
ABSTRAK
Latar Belakang : Suatu penelitian in vitro telah dilaksanakan untuk mempelajari pengaruh suplementasi agensia
defaunasi segar dan waktu inkubasi terhadap degradasi bahan kering (DM), bahan organik (OM), dan produks
fermentasi (VFA dan N-amonia).
Metode : Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola split in time (3 x 5 x 2). Perlakuan utama
adalah waktu inkubasi (1,5; 3,0; dan 4,5 jam) dan perlakuan kedua adalah suplementasi agensia defaunasi: tampa
suplementasi (kontrol = A); 10% daun ubi jalar (Ipomea batatas = B); 10% daun waru (Hibiscus tilliacius = C); 10%
daun kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis = D); dan 2% minyak jagung (E) yang masing-masing diulang dua kali.
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi agensia defaunasi (B, C, D, dan E) nyata
meningkatkan degradasi DM, OM dengan nilai tertinggi terdapat pada suplementasi minyak jagung (E) masing-masing
22,83 vs 15,96% dan 22,49 vs 15,17% (P<0,001) daripada tampa suplementasi (A). Suplementasi agensia defaunasi
juga nyata meningkatkan produks fermentasi (VFA dan N-amonia) dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan E
masing-masing 88,33 vs 61,17 mM dan 4,83 vs 3,23 mM (P<0,004) daripada perlakuan A. DM, OM terdegradasi, dan
VFA selama waktu inkubasi (1,5 4,5 jam) secara statistik berbeda nyata (P<0,001) dengan nilai tertinggi terdapat pada
4,5 jam inkubasi. Namun, N-amonia tertinggi dan terendah masing-masing terdapat pada 3,0 dan 4,5 jam inkubasi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suplementasi agensia defaunasi nyata meningkatkan degradasi DM, OM,
dan produks fermentasi (VFA dan N-amonia) dengan agensia defaunasi terbaik terdapat pada minyak jagung. Waktu
inkubasi dari 1,5 sampai 4,5 jam nyata meningkatkan degradasi DM, OM, dan VFA, tetapi N-amonia menurun
terutama dari 3,0 ke 4,5 jam inkubasi.
Kata kunci: Agensia defaunasi, waktu inkubasi, degradasi DM, OM, dan produks fermentasi
113
Putra
PENDAHULUAN
Proses pencernaan fermentatif di dalam
rumen pada ternak ruminansia pada dasarnya
dtentukan oleh faktor internal, eksternal, dan
interaksi keduanya. Faktor internal tersebut
ditekankan pada kapasitas rumen ( 70%) dari
keseluruhan kapasitas saluran pencernaan dan
juga ekosistem rumen serta aktivitas mikroba
rumen itu sendiri (Orskov, E. R. and M. Ryle, 1990).
Faktor eksternal yang dimaksud adalah jenis
pakan yang diberikan pada ternak ruminansia,
baik yang berhubungan dengan sifat fisik, kemis,
dan biologis yang nantinya dapat berpengaruh
terhadap aktivitas mikroba rumen mendegradasi
pakan. Dalam hal ini, pencernaan pakan secara
fermenatif, baik bahan kering (DM) atau pun
bahan organik (OM) yang terdegradasi semakin
tinggi sejalan dengan lamanya proses fermentasi
berlangsung. Kondisi fisiologis ini menunjukkan
bahwa pada waktu yang bersamaan aktivitas
mikroba rumen mendegradasi pakan semakin
meningkat, sehingga produk fermentasi juga
semakin tinggi. Waktu fermentasi (inkubasi)
dalam rumen 3-4 jam setelah ternak diberi makan
dapat dijadikan sebagai patokan dalam
menentukan pertumbuhan dan aktivitas mikroba
rumen dengan mengukur produksi biomasa
sintesis protein mikroba (Sutardi, T., 1980). Lebih
lanjut juga ditegaskan bahwa 1 jam setelah ternak
diberi makan dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam penentuan produksi asam lemak volatil
(VFA) dan amonia sesuai dengan solubelitasnya.
Sehubungan dengan itu, dalam upaya
meningkatkan kemampuan mikroba rumen
mendegradasi
pakan,
sudah
selayaknya
memperhatikan jenis pakan dasar dan kandungan
nutriennya, agar dapat memenuhi mikroba rumen
akan VFA dan amonia. Salah satu pakan yang
dapat dijadikan sebagai sumber protein mudah
terdegradasi adalah daun gamal (Gliricidia
sepium), 66% dari total protein yang
dikandungnya dapat memacu sintesis protein
tubuh mikroba (Sutardi, T., 1995). Selain pakan
tersebut rumput gajah dapat menghasilkan VFA
yang nantinya dimanfaatkan sebagai sumber
energi, baik oleh mikroba rumen atau pun hewan
inang (Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D.
Tillman, 1990).
Pakan lain yang tak kalah
pentingnya
adalah
lamtoro
(Leucaena
leucocephala) berfungsi sebagai sumber protein
yang lolos degradasi (UIP), yaitu 67% ( Sutardi, T.,
1995). Selanjutnya Nisbah DIP/UIP sepatutnya (2-
114
Jurnal Protein
Vol.13.No.2.Th.2006
bertujuan
untuk
mempelajari
pengaruh
suplementasi agensia defaunasi segar terhadap
degradasi DM, OM, produksi VFA, dan Namonia. Pada penelitian ini diharapkan
menemukan agensia defaunasi terbaik dalam
upaya meningkatkan DM, OM terdegradasi dan
produks fermentasi.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Bahan Ransum
Pakan dasar (based diets) yang digunakan
pada penelitian ini terdiri atas tiga hijauan pakan
yakni rumput alami, daun gamal (Gliricidia
sepium),
dan
daun
lamtoro
(Leucaena
leucocephala). Bahan pakan dasar ini diperoleh
di sekitar Farm Sesetan Fakultas Peternakan,
Universitas
Udayana
Denpasar. Agernsia
defaunasi yang diteliti adalah empat macam yakni
daun ubi jalar (Ipomea batatas), daun waru
(Hibiscus tilliaceus), daun kembang sepatu
(Hibiscus rosasinensis) yang diperoleh di sekitar
Farm Sesetan, sedangkan agensia defaunasi
minyak jagung diperoleh dari supermarket
terdekat. Keseluruhan bahan-bahan tersebut, baik
hijauan pakan dasar maupun agensia defaunasi
disusun sedemikian rupa berdasarkan bahan
kering (Kearl, L.C., 1982), sehingga kandungan
nutriennya sesuai dengan kebutuhan sapi Bali
yang ditampilkan pada Tabel 2. Namun demikian,
keseluruhan sampel bahan ransum yang
digunakan pada penelitian ini, baik bahan pakan
dasar maupun bahan agensia defaunasi berbasis
pada bahan segar (fresh weight based).
Cairan Rumen
Ternak donor yang digunakan dalam
penelitian sebagai sumber cairan rumen adalah
sapi Bali milik Fakultas Peternakan di Farm
Sesetan Denpasar, dimana seminggu sebelum
pengambilannya sapi tersebut telah diberikan
ransum basal yang akan diujikan. Pengambilan
cairan rumen tersebut dilakukan 3-4 jam setelah
sapi diberikan makan menggunakan stomach
tube dengan bantuan beberapa alat yakni pompa
vakum, selang, kain nylon penyaring, termos,
tabung erlemeyer, dan thermometer .
Alat-alat dan Reagensia
Alat-alt yang dibutuhkan pada penelitian ini
adalah sesuai dengan peubah yang diamati dan
metode yang digunakan yakni penentuan bahan
kering (DM) dan bahan organik (OM) ransum
115
Putra
116
Jurnal Protein
Vol.13.No.2.Th.2006
117
Putra
118
Jurnal Protein
Vol.13.No.2.Th.2006
Produksi N-amonia
Produksi N-amonia pada ransum
kontrol adalah terendah, yaitu 4,23 mM,
sebaliknya tertinggi terdapat pada ransum
yang disuplementasi minyak jagung, yaitu
4,83 mM (Tabel 3; P<0,004). Ransum yang
disuplementasi waru produksi N-amonianya
9,46% nyata lebih tinggi (P<0,004) daripada
ransum kontrol dan 4,14% lebih rendah
daripada ransum yang disuplementasi
minyak jagung, tetapi perbedaan tersebut
tidak nyata. Produksi N-amonia pada ransum
yang disuplementasi ubi jalar dan kembang
sepatu masing-masing 3,78 dan 6,38% lebih
tinggi daripada ransum kontrol. Namun,
secara statistik perbedaan tersebut tidak
nyata, baik dibandingkan dengan ransum
kontrol maupun ransum yang disuplementasi
waru.
Produksi N-amonia pada 3,0 jam
waktu inkubasi tertinggi (4,70 mM; Tabel 4),
yaitu 5,15% dan 7,31% nyata lebih tinggi
(P<0,001), jika dibandingkan dengan 1,5 jam
119
Putra
Jurnal Protein
Kesimpulan
Suplementasi
agensia
defaunasi
berpengaruh nyata terhadap degradasi bahan
kering, bahan organik, produksi VFA, dan
produksi N-amonia. Makin tinggi waktu inkubasi
(fermentasi) dari 1,5 sampai 4,5 jam makin tinggi
bahan kering dan bahan organik terdegradasi serta
produksi VFA, namun sebaliknya menurunkan
produksi N-amonia, terutama dari 3,0 ke 4,5 jm
inkubasi. Minyak jagung dan daun waru dapat
dijadikan sebagai agensia defaunasi terbaik
peringkat I dan II dalam meningkatkan bahan
kering, bahan organik terdegradasi dan produks
fermentasi (VFA dan N-amonia). Antara
suplementasi agensia defaunasi dengan waktu
inkubasi terjadi interaksi terhadap VFA dan Namonia dengan produksi tertinggi masing-masing
terdapat pada kombinasi minyak jagung dengan
4,5 jam waktu inkubasi dan kombinsi antara
minyak jagung dengan 3,0 jam inkubasi.
Saran
Pengujian atau evaluasi nilai nutrisi ransum
pada ternak ruminansia, terutama yang
berhubungan dengan agensia defaunasi sebaiknya
dilakukan dalam keadaan segar, baik dengan cara
digiling segar ataupun dengan diblender, agar
hasilnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Assosiation of Official Analytical Chemist. 1970.
Official Methods Of Analysis 11th ed. AOAC,
Washington, D.C.
Eddey, T. N., A.C. Bray, R.S. Copland and T.O.
Shea. 1981. A Course Manual in Tropical and
Goat Production Asian Australian Universities
Cooperative Scheme-University of Brawijaya
Malang. pp. 39-41.
Erwanto, 1995. Optimalisasi Sistem Fermen-tasi
Rumen melalui Suplement-asi Sulfur, Redukai
Emisi Metan dan Stimulsi Pertumbuhan Mikroba
pada Ternak Ruminansia. Disrtasi Doktor
Program Pascasarjana IPB Bogor.
Gomez, K.A. and A.A Gomez. 1995. Prosedur
Statistik untuk Penelitian Pertanian (Terjemahan)
Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press.
120
Vol.13.No.2.Th.2006
121
Putra
Jurnal Protein
D
24,22
68,30
20,14
18,45
3,18
9,95
48,27
E
34
59
5
2
100
E
24,27
68,84
19,78
18,08
3,59
9,58
48,86
DM
terdegradasi, %
OM
terdegradasi, %
VFA total
mM
Kontrol
15,96 d
15,17 c
61,67 b
c
bc
Ubi jalar
17,67
16,93
71,67 ab
b
b
Waru
20,16
19,42
75,00 ab
c
bc
Kembang sepatu
17,92
17,22
86,67 a
a
a
Minyak jagung
22,83
22,49
88,33 a
Signifikansi
P<0,001
P<0,001
P<0,007
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata
Tabel 4. Pengaruh lama waktu inkubasi terhadap produks fermentasi
Waktu
DM
OM
VFA total,
Inkubasi (jam)
terdegradasi, %
terdegradasi, %
mM
1,5
17,25 b
16,83 b
49,00 c
3,0
19,42 a
18,64 a
72,00 b
a
a
4,5
19,99
19,24
109,00 a
Signifikansi
P<0,001
P<0,001
P<0.001
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata
122
N-Amonia
mM
4,23 c
4,39 bc
4,63 ab
4,50 bc
4,83 a
P<0,004
N-Amonia,
MM
4,47 b
4,70 a
4,38 b
P<0,001
Vol.13.No.2.Th.2006
Tabel 5. Interaksi antara suplementasi agensia defaunasi dan lama inkubasi terhadap
produksi VFA total
Waktu inkubasi, jam
Signifikansi
Defaunasi
1,5
3,0
4,5
Kontrol
40,00 B a
50,00 B b
95,00 A b
B
B
Ubi jalar
50,00 a
55,00 b
110,00 A ab
Waru
50,00 B a
65,00 B b
110,00 A ab
P<0.01
B
A
Kembang sepatu
55,00 a
95,00 a
110,00 A ab
Minyak jagung
50,00 B a
95,00 A a
120,00 A a
Signifikansi
P<0,01
Superskrip (huruf besar) yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata
Superskrip (huruf kecil) yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata
Tabel 6. Interaksi antara suplementasi agensia defaunasi dan lama inkubasi terhadap
produksi N-amonia
Waktu inkubasi, jam
Defaunasi
Signifikansi
1,5
3,0
4,5
Kontrol
4,24 AB b
4,40 Ac
4,05 B c
A
A
Ubi jalar
4,42 ab
4,51 bc
4,25 A bc
A
A
Waru
4,56 a
4,78 b
4,56 A a
P<0.01
A
A
A
Kembang sepatu
4,45 ab
4,60 bc
4,45 ab
Minyak jagung
4,67 B a
5,20 A a
4,63 B a
Signifikansi
P<0,01
Superskrip (huruf besar) yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata Superskrip
(huruf kecil) yang berbeda pada kolom yang sama adalah berbeda nyata
123