Professional Documents
Culture Documents
Ipi114366 PDF
Ipi114366 PDF
1)
Dosen Jurusan Teknologi hasil Pertanian,Universitas Widyagama Malang
2)
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Widyagama
ABSTRACS
White oyster mushroom (Plerotus ostreatus) has nutrients include: protein, carbohydrates, fats, fiber, vitamins
and minerals. Oyster mushrooms have a low resistance to damage (2-3hari). To overcome the problem of the
durability of this mushroom is used as one with a substitution material in the manufacture of corn flake.
Research done experimentally, by using randomized block design with 2 factors, the first factor is the
proportion of the oyster mushroom powder: corn consists of 3 levels (10%: 90%, 15%: 85%, 20%: 80%) and
the second factor is the steaming time (5 minutes, 10 minutes, 15 minutes), so there are 9 treatments, and
each treatment with three replications. From the observation is known that the water content 4.906 - 6.264%,
60.987 - 68.726% starch content, protein content 2.867 - 3.665%, crude fiber content 2.168 - 3.159%, the
reabsorption 26.799 - 41.949%, and power broken 9.032 to 12.301 N/m2, while from statistical analysis to
know the proportion of the oyster mushroom powder: corn significantly affected starch content, protein
content, fiber content, rehydration capacity and power broken, while the steaming time significantly affected
moisture content.
Keywords: Flake, white oyster mushrooms, maizena.
ABSTRAK
Jamur tiram putih (Plerotus ostreatus) mempunyai kandungan zat gizi antara lain : protein, karbohidrat,
lemak, serat, vitamin dan mineral. Jamur tiram memiliki daya tahan yang rendah terhadap kerusakan(2-
3hari). Untuk mengatasi masalah daya tahan jamur ini salah satunya dengan digunakan sebagai bahan
substitusi dalam pembuatan flake dari maizena.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen, dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 2 faktor, faktor pertama adalah proporsi tepung jamur tiram : maizena terdiri dari 3 level (10% :
90%, 15% : 85%, 20% : 80%) dan faktor kedua adalah waktu pengukusan (5 menit, 10 menit, 15
menit), sehingga ada 9 perlakuan, dan tiap perlakuan dengan tiga ulangan.
Dari pengamatan diketahui bahwa kadar air 4,906 - 6,264%,kadar pati 60,987-68,726%, kadar protein
2,867-3,665%, kadar serat kasar 2 , 1 68- 3,159%, daya reabsorpsi 26,799-41,949%, daya patah 9,032-
12,301 N/m 2, sedang dari analisis statistik di ketahui proporsi tepung jamur tiram : maizena
berpengaruh nyata terhadap kadar pati, kadar protein, kadar serat, daya rehidrasi dan daya patah,
sedangkan waktu pengukusan berpengaruh nyata terhadap kadar air. ).
1
Agrika, Volume 4 No.1, November 2010
dibudidayakan antara lain Plerotus umbellatus, P. karena kebanyakan produk flake berasal dari
flabellatus, P. dryngeus, P. sajor caju, P. iringii, P. jagung. Digunakan beberapa perbandingan
abalonus. Jamur tiram yang banyak dikenal oleh antara tepung jamur tiram dengan maizena, untuk
petani jamur Indonesia secara umum antara lain mengetahui perbandingan mana yang paling
jamur tiram putih (Plerotus ostreatus), jenis ini baik. Tinggi rendahnya perbandingan bahan
memiliki tangkai bercabang. Disebut jamur tiram pengisi dan bahan baku mempengaruhi
putih karena jamur ini memang berwarna putih, kandungan gizi, warna, kekerasan, dan daya
tudungnya bundar sekitar 3 hingga 15 cm serap air (Wulandari, 2004). Selain perbandingan
2
Suprihana, Substitusi Jamur Tiram Putih untuk Peningkatan Sifat Fisik dan Kimia Flake dari Maizena
timbangan analitik, penangas air, pendingain dilakukan sebanyak dua kali. (2) Pemotongan,
balik, desikator, labu kjeldhal, rak tabung dilakukan supaya ukuran menjadi lebih kecil,
reaksi, mortar, dan glassware. pemotongan dilakukan secara manual
Bahan yang digunakan untuk pembuatan menggunakan pisau. (3) Perendaman dalam
produk dalam penelitian ini antara lain : jamur larutan natrium metabisulfit. Jamur yang sudah
tiram putih yang diperoleh dari Laboratorium dipotong direndam dengan larutan natrium
Biologi Rumah Jamur di SMAN 5 Malang, metabisulfit 100ppm selama ± 5 menit, dengan
Maizena merk Maizenaku, margarin Blue Band, tujuan untuk mencegah proses pencoklatan
gula merk Gulaku, garam merk Refina yang sebelum diolah, menghilangkan bau dan rasa getir
semuanya dibeli di supermarket Ratu , dan air. serta untuk mempertahankan warna agar tetap
Bahan yang digunakan untuk analisa menarik. Natrium metabisulfit ini digunakan dalam
produk hasil penelitian antara lain, larutan dosis 100 ppm x volume air perendam. (4)
CuSO4, pereaksi arsenomolibdat, larutan glukosa Pengukusan, jamur yang sudah direndam ditiriskan
standar, eter, alkohol 10%, alkohol 80%, alkohol sampai tidak ada air yang menetes lagi dan
95%, HCl 25% (berat jenis = 1.125), larutan HCl selanjutnya jamur dikukus pada suhu 80oC
0.02N. larutan NaOH 45%, larutan NaOH 0.313 N, selama 5 menit. (5) Pendinginan, jamur hasil
H2SO4 pekat, larutan K2SO4 10%, larutan perebusan kemudian dibiarkan dingin hingga
Na2S2O3, larutan asam borat jenuh dan mencapai kira-kira sama dengan suhu ruang. (6)
aquades yang dibeli di Toko Panadia Malang. Pengeringan, jamur yang sudah didinginkan,
Penelitian ini dilakukan secara disiapkan ke dalam loyang dan dikeringkan dalam
eksperimental menggunakan Rancangan Acak alat pengering cabinet selama 2 hari. (7)
Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial Penghancuran, Jamur yang sudah kering
dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu selanjutnya dihancurkan menggunakan blender
perbandingan proporsi tepung jamur tiram : kering. Hasil yang diperoleh adalah tepung jamur
maizena yang terdiri dari 3 level yaitu T1 = 10 : tiram tanpa penyaringan.
90, T2 = 15 : 85, dan T3 = 20 : 80, dan faktor Pembuatan flake dengan tahapan berikut :
kedua lama waktu pengukusan yang terdiri dari 3 (1) Persiapan bahan, baik bahan baku utama
level yakni W1 = 5 menit, W2 = 10 menit, dan W3 (tepung jamur dan tepung maizena) maupun
= 15 menit. Dari faktor yang digunakan tersebut bahan tambahan, ditimbang sesuai dengan
kemudian akan diperoleh 9 kombinasi perla-kuan, proporsi yang ditentukan dengan menggunakan
dimana masing-masing akan diulang sebanyak 3 timbangan analitik. (2) Pencampuran, bahan baku
kali ulangan. utama) dan bahan tambahan dicampur menjadi
Pelaksanaan penelitian ini terbagi menjadi satu ke dalam baskom, dan diaduk hingga merata.
dua tahap yaitu tahap penepungan jamur dan tahap ( 3) Pemipihan. Sebelumnya bahan terlebih dahulu
pembuatan flake. Penepungan jamur tiram dengan dimasukkan ke dalam plastik, kemudian di-
tahapan : (1) Pencucian, dilakukan dengan cara pipihkan, pertama pemipihan dilakukan
merendam jamur di dalam baskom berisi air menggunakan pemipih manual, kemudian proses
serta dilakukan penghilangan kotoran. Pencucian
3
Agrika, Volume 4 No.1, November 2010
pemipihan berikutnya dilanjutkan dengan yaitu saat dihasilkan tepung jamur tiram kasar
menggunakan noodle maker skala 2. (4) dan saat dihasilkan produk flake jamur tiram
Pengukusan, adonan dikukus dengan lama waktu putih. Pengamatan jamur tiram meliputi kadar
sesuai faktor penelitian menggunakan suhu air, kadar pati, kadar protein, dan serat kasar.
80oC, hasil yang diperoleh adonan yang memadat. Sedang pengamatan terhadap flake meliputi
kadar air, kadar pati, kadar protein, serat kasar,
(5) Pendinginan, adonan didiamkan, hingga
tingkat peyerapan air, dan daya patah. Tahapan
suhu adonan mencapai kira-kira sama
pembuatan tepung kasar jamur tiram dapat dilihat
dengan suhu ruang. (6) Pembentukan, adonan
pada Gambar 1, sedang pembuatan flake dapat
pipih diletakkan pada loyang selanjutnya
dilihat pada Gambar 2.
dilakukan pembentukan dengan memotong
Pada penelitian ini akan dilakukan
adonan tersebut menggunakan pisau sehingga
beberapa pengamatan jamur tiram kasar dan
diperoleh ukuran yang digunakan yaitu 2x3 cm. (7)
saat dihasilkan produk flake jamur tiram putih.
Pengeringan, dilakukan menggunakan oven
Pengamatan dilakukan terhadap jamur tiram dan
dengan suhu 170oC dilakukan selama 10 menit,
flake. Pengamata jamur tiram meliputi kadar air,
hasil akhir yang diperoleh adalah flake jamur tiram
kadar pati, kadar protein, dan serat kasar. Sedang
putih
pengamatan terhadap flake meliputi kadar air,
Tahap berikutnya adalah pengamatan.
kadar pati, kadar protein, serat kasar, tingkat
Pengamatan dilakukan pada beberapa bagian
peyerapan air, dan daya patah.
Jamur tiram
Pencucian Air
Pemotongan
4
Suprihana, Substitusi Jamur Tiram Putih untuk Peningkatan Sifat Fisik dan Kimia Flake dari Maizena
Analisis:
Kadar air, kadar pati, kadar
Tepung jamur tiram protein, dan serat kasar
Pemipihan
Ketebalan 1mm
Pengukusan
(5, 10, 15 menit, 80oC)
Pembentukan
Ukuran 2x3 cm
Pengeringan
Oven: 10’, 110oC Analisa :
- Kadar Air
- Kadar Pati
- Kadar Protein
Flake jamur tiram - Serat Kasar
- Daya Rehidrasi
- Daya Patah
19
Suprihana, Substitusi Jamur Tiram Putih untuk Peningkatan Sifat Fisik dan Kimia Flake dari Maizena
pengukusan berpengaruh nyata terhadap kadar dengan oven. Kadar air produk yang dihasilkan
air flake. akan sebanding dengan kadar air flake mentah
karena proses pengeringan yang dilakukan
seragam. Sehingga semakin tinggi kadar air flake
19
Suprihana, Substitusi Jamur Tiram Putih untuk Peningkatan Sifat Fisik dan Kimia Flake dari Maizena
Gambar 4: Histogram pengaruh proporsi tepung banyak maizena yang ditambahkan maka
jamur tiram : maizena dan waktu kandungan pati flake akan semakin meningkat,
pengukusan terhadap kadar pati.
sebaliknya jika semakin banyak tepung jamur
Dari gambar 4 dapat diketahui bahwa
tiram yang di tambahkan maka kandungan pati
semakin tinggi proporsi tepung jamur tiram yang
flake akan semakin menurun.
digunakan maka kadar pati flake akan semakin
menurun. Sedangkan untuk waktu pengukusan
semakin lama waktu pengukusan mengakibatkan
19
Agrika, Volume 4 No.1, November 2010
20
Suprihana, Substitusi Jamur Tiram Putih untuk Peningkatan Sifat Fisik dan Kimia Flake dari Maizena
21
Agrika, Volume 4 No.1, November 2010
Dari Gambar 7 diketahui bahwa daya Pori-pori yang terbentuk semakin banyak
reabsorbsi akan menurun apabila proporsi akan mengakibatkan daya reabsorbsi produk
tepung jamur tiram meningkat, sedang semakin tinggi, karena dengan semakin banyak pori-pori,
lama waktu pengukusan daya reabsorbsi makin produk akan menyerap air lebih cepat. Oleh
meningkat. karena itu, makin sedikit maizena yang digunakan,
Dari analisis statistik bterhadap pori-pori yang terbentuk akan makin sedikit pula
daya reabsorbsi diketahui bahwa tidak terjadi sehingga daya reabsorbsi akan menurun,
interaksi dari kedua faktor, proporsi tepung jamur demikian sebaliknya jika maizena yang
tiram : maizena berpengaruh sangat nyata, ditambahkan makin banyak, maka pori-pori yang
sedang waktu pengukusan tidak berpengaruh terbentuk semakin banyak pula, sehingga daya
nyata terhadap daya reabsorbsi flake (α = 0,05). reabsorbsi semakin meningkat.
Rerata daya reabsorbsi pengaruh proporsi
tepung jamur tiram : maizena disajikan pada Daya Patah
Tabel 5. Hasil pengamatan terhadap daya patah
menunjukkan bahwa daya patah flake jamur
Tabel 5: Rerata daya reabsorbsi pengaruh
proporsi tepung jamur tiram : tiram berkisar antara 9,032 N/m 2 pada
maizena
perlakuan proporsi tepung jamur tiram : maizena
Proporsi tepung Rehidrasi = 10 : 90 waktu pengukusan 15 menit (T1W3) dan
jamurtiram:maizena (%)
20:80 29,513 a 12,301 N/m 2 pada perlakuan proporsi tepung
15:85 32,320 ab
jamur tiram : maizena = 20 : 80 waktu
10:90 39,409 b
BNT 0.05 = 0,432 pengukusan 10 menit (T3W2). Akibat perlakuan
Keterangan : notasi yang berbeda menunjukkan proporsi tepung jamur tiram : maizena serta
adanya beda nyata
waktu pengukusan, diperoleh kecenderungan
Dari Tabel 5, semakin meningkat proporsi rerata daya patah seperti pada Gambar 8.
tepung jamur tiram maka daya reabsorbsi produk
semakin menurun. Pembuatan flake melalui
beberapa proses, antara lain pengukusan,
yang dilanjutkan dengan pengeringan. Pada
proses pengukusan, terjadi gelatinisasi pati,
dimana pada proses ini pati akan mengembang
dengan adanya air dan panas. Kemudian, proses
dilanjutkan dengan pengeringan yang bertujuan
untuk menguapkan air, setelah pengeringan ini
akan terbentuk pori-pori karena air menguap
dengan cepat akibat suhu pengeringan (Anonim,
c
2008 ).
22
Suprihana, Substitusi Jamur Tiram Putih untuk Peningkatan Sifat Fisik dan Kimia Flake dari Maizena
23
Agrika, Volume 4 No.1, November 2010
24