You are on page 1of 4

PENATALAKSANAAN PADA KASUS NEONATUS

PREMATUR DENGAN BBLR DAN ASFIKSIA SEDANG


DI RUANG PERINATOLOGI BRSU TABANAN
M Cahyani, W Artana, NMR Sumawati
Program Studi DIII Kebidanan STIKES Bina Usada Bali
e-mail : maderisna@ymail.com
Prematurity is dangerous case, because it can increase perinatal mortality from 65% until
75%, in generally, it associated with low birth weight and asphyxia. In Indonesia, approximately
43% of deaths infants under one year occurred in the first 28 days of their life, more than 75% of
these deaths are caused by three main factors, namely asphyxia, infection, and complications of
premature birth and low birth weight. The purpose of this paper is to determine midwifery care in
preterm neonates with low birth weight and middle asphyxia at perinatology room in BRSU
Tabanan.
The method of midwifery care in neonates 'PA' is using SOAP. From the obtained data, it
can be made an analysis that premature neonates with 1 day aged with low birth weight and
middle asphyxia. Management in this case is in accordance with the theory and operational
standards in hospital.
From the results of this conducted case studies, neonatal conditions continue to decline due
to complications experienced, so that the newborn's life can not be saved.
For helath workers in particular (midwife) is expected to further improve the quality of
service so that it can perform well midwifery care, especially in case of premature neonates with
low birth weight and middle asphyxia as the training of seminars.
Keywords

: Midwifery care, Premature, low birth weight, medium asphyxia

Pendahuluan
Usia kehamilan merupakan salah
satu indikator penting bagi kelangsungan
hidup janin dan kualitas hidupnya.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Pada usia
kehamilan yang cukup bulan organ organ
janin telah berkembangan dengan baik
sehingga janin yang akan di lahirkan telah
siap hidup di luar uterus. Upaya
kelangsungan hidup, perkembangan dan
peningkatan kualitas anak berperan penting
sejak masa dini kehidupan, yaitu masa
dalam kandungan, bayi dan balita, untuk
masa depan Indonesia yang lebih baik
dimasa mendatang.
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyatakan bahwa bayi prematur adalah
bayi yang lahir pada usia kehamilan 37
Minggu atau kurang. Kelangsungan hidup
bayi prematur di luar uterus sangat rentan
mengalami
komplikasi
seperti

termoregulator,
masalah
paru,
gastrointestinal, hati, maupun ginjal karena
organ pada bayi prematur belum matang
dengan sempurna. Neonatus prematur
membutuhkan oksigen tiga kali lebih
banyak dibandingkan dengan bayi yang
cukup umur, karena pusat pernafasan
belum
sempurna.
Bayi
prematur
memerlukan pemberian makanan yang
khusus dengan alat penetes obat atau pipa,
karena refleks menelan dan menghisap
yang lemah. Kehangatan bayi prematur
harus diperhatikan diperlukan peralatan
khusus untuk memperoleh suhu yang
hampir sama dengan suhu dalam rahim.
Persalinan prematur merupakan hal yang
berbahaya karena berakibat meningkatkan
kematian perinatal sebesar 65% - 75%,
umumnya berkaitan dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) dan asfiksia
(Nugroho, 2012).
BBLR merupakam bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram

11

12

tanpa memperhatikan usia gestasi. BBLR


dibedakan dalam 2 kategori yaitu: BBLR
karena prematuritas (usia kandungan
kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena
dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat
badan kurang dari berat badan seharusnnya
untuk masa kehamilan. Selain mengalami
BBLR bayi prematur juga berisiko
mengalami asfiksia neonaturum yaitu
kegagalan bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir (Anik dan Eka,
2013).
Di
Asia
tenggara,
WHO
memperkirakan dari jumlah kelahiran 4,4
juta bayi, terdapat 400 ribu ( 9,1%) yang
lahir secara prematur (Doroles, 2009).
AKB (Angka Kematian Bayi) di Indonesia
masih cukup tinggi dibandingkan dengan
negara ASEAN lainnya seperti Singapura
(3 per 1000 kelahiran hidup), Brunei
Darussalam (8 per 1000 kelahiran hidup),
Malaysia (10 per 1000 kelahiran hidup),
Vietnam (18 per 1000 kelahiran hidup), dan
Thailand (20 per 1000 kelahiran hidup).
Berdasarkan Human Devolopment
Report 2012, AKB di Indonesia mencapai
31 per 1000 kelahiran hidup. Hasil Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) 2012 menunjukkan bahwa sekitar
43 % kematian bayi di bawah usia satu
tahun terjadi pada 28 hari pertama
kehidupannya. Lebih dari tiga perempat
dari kematian ini disebabkan oleh 3
penyebab utama, yaitu kesulitan bernafas
saat lahir atau asfiksia, infeksi, dan
komplikasi lahir prematur dan berat badan
lahir rendah. (BKKBN, 2013)
Berdasarkan studi pendahuluan
yang dilakukan di BRSU Tabanan
didapatkan bahwa prevalensi kejadian bayi
prematur pada tahun 2012 sebanyak 73
kasus ( 4,25%) dari jumlah kelahiran 1716
jiwa. Pada tahun 2013 prevalensi kasus
bayi prematur sebanyak 63 kasus (3,59%)
dari jumlah kelahiran 1753 jiwa.
Mengingat banyaknya masalah
pada bayi prematur dan masih tinggi angka
kejadiannya, maka perlu penanganan yang
memadai untuk mencegah terjadinya
masalah Prematur maupun komplikasi lebih
lanjut. Berdasarkan hal tersebut, maka
penulis tertarik untuk menyusun Karya
Tulis Ilmiah tentang Asuhan Kebidanan
pada Neonatus Prematur dengan BBLR dan

Asfiksia Sedang di Ruang Perinatologi


BRSU Tabanan.
Tinjauan Pustaka
Menurut Wiknjosastro (2005),
klasifikasi bayi prematur berdasarkan atas
timbulnya
bermacam

macam
problematika pada derajat prematuritas,
adalah:
a. Bayi
yang
sangat
preamatur
(extremely prematur) 24 30 minggu
Bayi dengan masa gestasi 24 27
minggu masih sangat sukar hidup
terutama di negara yang belum atau
sedang berkembang. Bayi denga
masa gestasi 28 30 minggu masih
mungkin
dapat
hidup
dengan
perawatan yang sangat intensif
(perawatan yang sangat terlatih dan
menggunakan alat alat canggih),
agar dicpai hasil yang optimal.
b. Bayi
derajat prematur sedang
(moderately prematur) 31 36
minggu
Pada golongan ini kesanggupan untuk
hidup jauh lebih baik dari golongan
pertama dan gejala sisa yang dihadapi
di kemudia hari, jauh lebih ringan asal
saja pengelolaan terhadap bayi itu
betul betul intensif.
c. Barderlain prematur
Masa gestasi 37 38 minggu.
Bayi ini mempunyai sifat sifat prematur
dan matur. Akan tetapi sering timbul
probelematika seperti yang dialami bayi
prematur, misalnya sindroma gangguan
pernapasan, hyperbilirunemia, daya isap
yang lemah dan sebagainya, sehingga bayi
ini diawasi dengan seksama. Dari sekian
banyak gejala gejala yang dialami oleh
neonatus prematur, gejala yang sering
muncul dan sering dijadikan patokan dalam
praktik di lapangan yaitu berat badan
kurang dari 2500 gram, gerakan kurang
aktif, umur kehamilan kurang dari 37
Minggu dan ditemukan kulit tipis dan
transparan.
Metode
Metode asuhan kebidanan pada
neonatus PA yaitu menggunakan metode
SOAP. Dari data subjektif dan objektif
yang didapat maka dapat dibuat suatu
analisa yaitu neonatus prematur umur 1 hari
dengan BBLR dan asfiksia sedang.

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 3, nomor 2

13

Penatalaksanaan yang diberikan pada kasus


ini sudah sesuai dengan teori dan standar
operasional di rumah sakit.
Hasil dan Pembahasan
Pengkajian data objektif pada
neonatus PA, saat dilakukan pemeriksaan
fisik didapatkan berat badan 1800 gram,
panjang badan 42 cm, lingkar kepala 28 cm
dan lingkar dada 26 cm, gerak dan tangis
lemah, kulit tampak tipis dan transparan,
terdapat
banyak
lanugo,
reflek
menghisapnya masih lemah, serta nilai
APGAR score pada penilaina menit
pertama yaitu, 5. Menurut Anik dan Eka
(2013), gejala gejala yang dapat
ditemukan pada prematur murni adalah
berat badan kurang dari 2500 gram,
panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada
kurang dari 30 cm, gerakan kurang aktif,
umur kehamilan kurang dari 37 minggu,
kepala lebih besar dari badan, pernapasan
belum teratur dan sering mengalami
serangan apnu, kulit tipis dan transparan,
lanugo (bulu halus) banyak terutama pada
dahi dan pelipis, genetalia belum sempurna,
serta refleks menghisap dan menelan masih
lemah. Menurut Arum (2012), apabila nilai
APGAR Score berkisar antara 4 sampai 6
maka bayi dinyatakan mengalami asfiksia
sedang. Analisa dari pengkajian data
subjektif dan data objektif pada neonatus
PA yaitu neonatus prematur umur 1 hari
dengan BBLR dan asfiksia sedang.
Penatalaksanaan
neonatus
prematur dan BBLR menurut SOP BRSU
Tabanan yaitu rawat dalam inkubator,
perhatikan jalan nafas, beri O2 secukupnya,
dan pasang infus untuk pemberian kalori
dan elektrolit. Penatalaksanaan yang
diterapkan pada neonatus PA yaitu
menghangatkan bayi di dalam inkubator
dengan suhu inkubator 37,30 C, melakukan
kolaborasi dengan dr. Sp. A dalam
pemeriksaan bayi dan pemberian terapi,
mengobervasi tetesan infus D10% 5 tetes
mikro/menit, mengobservasi laju oksigen
yaitu 2 liter per menit, mengobersvasi
secara ketat keadaan umum bayi,
mengobservasi vital sign setiap 3 jam,
mengganti pampers bayi setiap 3 jam,
melakukan teknik anti septik dengan cara
mencuci tangan sebelum dan sesudah
bersentuhan dengan bayi, menganjurkan
ibu untuk memakai baju khusus ruang

perinatologi dan mencuci tangan saat


sebelum dan sesudah bersentuhan dengan
bayinya untuk pencegahan infeksi. Menurut
Anik dan Eka (2013) penatalaksanaan
neonatus prematur lebih ditunjukkan pada
pengaturan suhu, pemberian makanan bayi,
pencegahan
ikterus,
pernapasan,
pencegahan hipoglikemia, dan menghindari
infeksi.
Perkembangan neonatus, pada
tanggal 24 Januari kulit neonatus
kekuningan dan kadar bilirubin indireknya
19,51 mg/dl. Analisan berubah menjadi
neonatus prematur umur 4 hari dengan
BBLR, asfiksia sedang dan hyperbilirubin.
Penatalaksanaan yang dilakukan sama
dengan yang di atas ditambah dengan
melakukan kolaborasi dengan dr. SpA
dalam pemberian foto terapi selama 6 jam.
Evaluasi pada neonatus PA,
perawatan dilakukan selama 15 hari. Mulai
dari hari pertama sampai hari ketiga kondisi
neonatus masih stabil seperti pernapasn
teratur, tidak terjadi peningkatan suhu dan
kulit tampak kemerahan, namun dari
tanggal 24 Januari 2014 kondisi neonatus
mulai tidak stabil seperti kulit kekuningan,
suhu tubuh meningkat, serta BB mengalami
penurunan. Pada tanggal 4 Januari 2014
pukul 17.45 Wita neonatus mengalami
serangan
apneu,
setelah
dilakukan
penanganan pada pukul 22.30 Wita nyawa
neonatus tidak dapat diselamtkan dan
dinyatakan meninggal dihadapan keluarga.
Pembahasan studi kasus pada neonatus
dengan prematur, BBLR, dan asfiksia
sedang di Ruang Kemuning BRSU
Tabanan selaras antara teori yang didapat di
kampus
dengan
penerapan
asuhan
kebidanan secara komprehensif dengan
metode SOAP di BRSU Tabanan.
Kesimpulan dan Saran
Asuhan kebidanan yang diberikan
pada neonatua PA sesuai dengan SOP
rumah sakit, terdapat keselarasan dengan
teori yang didapatkan di kampus. Evaluasi
yang diperoleh dari asuhan selama 15 hari
di rumah sakit yaitu nyawa neonatus PA
tidak dapat diselamatkan akibat dari
komplikasi yang dialaminya.
Tenaga
kesehatan
sebaiknya
memberikan konseling dan asuhan yang
menyeluruh serta membentuk kader kader
kesehatan
pada
masyarakat
untuk

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 3, nomor 2

14

memberikan
penyuluhan
mengenai
pencegahan dan perawatan neonatus
prematur. Pelayanan yang diberikan sudah
baik, diharapkan untuk tetap menjaga dan
lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam
melakukan asuhan pada neonatus agar
dapat mempercepat proses penyembuhan
khususnya pada neonatus prematur dengan
BBLR dan asfiksia sedang.
Daftar Pustaka
BKKBN. 2013. Memprihatinkan, 80.000
bayi baru lahir meninggal.
Available
online
:
http://www.bkkbn.go.id/ViewBerit
a.aspx?BeritaID=748
diakses
tanggal 30 Januari 2014.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu


Kebidanan. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rochmah, dkk. 2012. Asuhan Neonatus
Bayi, & Balita. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Saifuddin, A.B. 2006. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Varney, H. 2008. Buku Ajaran Asuhan
Kebidanan. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Deslidel, dkk. 2011. Buku Ajar Asuhan


Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta:
EGC.
Hani,

Ummi, dkk. 2010. Asuhan


Kebidanan
pada
Kehamilan
Fisiologi.
Jakarta:
Salemba
Medika.

Kepmenkes,
RI.
2010.
Permenkes
Indonesia
tentang
Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Available
online
:
http://ummukautsar.wordpress.co
m diakses tanggal 10 Februari
2014.
Maryinani, Anik dan Puspita, Eka. 2013.
Asuhan
Kegawatdaruratan
Maternal & Neonatal. Jakarta:
CV. Trans Info Media.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2008. Gawat
Darurat Obstetri Ginekologi.
Jakarta: EGC.
Markum, A.H. 2004. Ilmu Kesehatan Anak.
Jilid 3. Jakarta: EGC.
Nugroho, Taufan. 2012. Obstetri dan
Ginekologi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nurasiah, dkk. 2012. Asuhan Persalinan
Normal Bagi Bidan. Bandung: PT
Refika Aditama.
Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi
Keperawatan : Konsep dan
Praktik. Jakarta: Salemba Medika.

Jurnal Dunia Kesehatan, volume 3, nomor 2

You might also like