You are on page 1of 9

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN

IBU HAMIL DALAM PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE


DI PUSKESMAS BANYU BIRU KABUPATEN SEMARANG
Oom Komariyah
Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRACT
Maternal motivation in the implementation of antenatal care will be more orderly if they
received great support from the family. The family being the nearest person who can gives motivation
to the process of antenatal care. This study aims to determine the relationship between family support
to pregnant women in the examination of compliance antenatal care.
The design of this study used descriptive population with 628 pregnant women, study with
cross sectional correlation. The samples were 68 pregnant women . The sampling technique used
simple random sampling data. analysis used bivariate analysis by using Fisher exact formula.
The results obtained lack of family support in as 14 people (100%) non the respondents who
were-obedient in doing antenatal care examination and had good family support were as 54
respondents (79.4%) in the examination antenatal care compliant. It showed that the pregnant women
who have a obedient status were more common in pregnant women with good family support.
Chi-Square test got a relationship between family support and the obedience the pregnant
women doing antenatal care examination (p-value = 0.0001).
From these studies are expected to remain the compliance pregnant women are expected to do
antenatal care obediently there tore the development of mother and baby can be monitored well.

Keywords: Family Support, Obedience

PENDAHULUAN
Kehamilan adalah sebuah impian dan cara
untuk mencapai kepuasan tertinggi untuk
prestasi seorang ibu dan suami serta keluarga.
Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di
hitung dari hari pertama haid terakhir
(Prawihardjo, 2007).
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada ibu selama
masa kehamilannya sesuai dengan standar
pelayanan
antenatal
yang
mencakup
anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas
indikasi tertentu serta indikasi dasar dan
khusus. Selain itu, aspek yang lain yaitu
penyuluhan, KIE (komunikasi, informasi dan
edukasi), motivasi ibu hamil dan rujukan
(Depkes RI, 2010). Tujuan asuhan antenatal
adalah memantau kemajuan kehamilan untuk

memastikan kesehatan ibu dan tumbuh


kembang bayi.
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah
kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya
hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk
mencegah adanya komplikasi obstetri bila
mungkin dan memastikan bahwa komplikasi
dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara
memadai (Saifuddin, dkk., 2002).
Tujuan antenatal care adalah memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi serta
meningkatkan atau mempertahankan kesehatan
fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi. Selain itu
juga untuk mengenali secara dini adanya
ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan, dan juga mempersiapkan
persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu dan bayi nya dengan trauma

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care
Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang

seminimal mungkin, serta mempersiapkan ibu


agar masa nifas dan pemberian ASI eksklusif
berjalan normal. Dijelaskan kepada ibu
tersebut perlunya diadakan pemeriksaan
teratur, makin tua kehamilannya makin cepat
pemeriksaan harus diulang atau frekuensinya
harus lebih sering (Prawirohardjo, 2007).
Frekuensi
antenatal
care
adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh ibu hamil ke
Bidan atau Dokter sedini mungkin semenjak ia
merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan antenatal (Prawirohardjo, 2008).
Setiap wanita hamil menghadapi resiko
komplikasi yang bisa mengancam jiwanya.
Oleh karena itu setiap wanita hamil
memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan
selama periode antenatal. Ibu hamil tersebut
harus sering di kunjungi jika terdapat masalah,
dan ia hendaknya disarankan untuk menemui
petugas kesehatan bilamana ia merasakan
tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa
khawatir(Saifuddin dkk, 2006).
Masalah kesehatan ibu dan perinatal
merupakan masalah nasional yang perlu
mendapat prioritas utama, kematian seorang
ibu dalam persalinan atau oleh akibat lain yang
berhubungan dengan kehamilan merupakan
suatu pengalaman yang menyedihkan bagi
keluarga dan anak yang ditinggalkannya
(Saifuddin dkk, 2006).
Kurangnya kesadaran dan pemahaman ibu
hamil tentang pentingnya antenatal care
menjadi salah satu penyebab terjadinya
kematian ibu hamil, bayi ataupun ibu pada
masa nifas, tujuan utama dari antenatal care
adalah
mendeteksi
sedini
mungkin
kemungkinan buruk yang menjadi penyebab
kematian ibu atau bayi maupun kecacatan atau
kelainan pada janin. Kunjungan antenatal care
pada ibu hamil yang tidak patuh dapat
mengakibatkan terlambatnya deteksi dini tanda
kehamilan
seperti;
anemia,
preeklamsi/eklamsi, gameli, kelainan letak,
penyakit menular (HIV/AIDS) yang dapat
menyebabkan kecacatan dan kematian bayi
maupun ibu (Saifudin, dkk, 2002).
Menurut WHO pada tahun 2011,
sebanyak 536.000 perempuan meninggal
akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu
dan bayi akibat masalah persalinan atau
kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.
Resiko kematian ibu dan bayi di negara-negara
berkembang merupakan tertinggi dengan 450/
100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan

dengan rasio kematian ibu dan bayi di 9 negara


maju dan 51 negara persemakmuran.
Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) tercatat mencapai 359 per 100
ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini
jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007
yang mencapai 228 per 100 ribu. Dalam hal
ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu sangat
mengecewakan
pemerintahan
yang
sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI
dan AKB hingga 108 per 100 ribu pada 2015
sesuai dengan target MDGs.
Angka Kematian Ibu (AKI ) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di kabupaten Semarang
tahun 2012 mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu AKI
dari 146,2 per 100.000 kh menjadi 78,01 per
100.000 kh dengan target SPM sebesar 118 per
100.000 kh, AKB 13,20 per 1000 kh bila
dibandingkan
tahun
2011
mengalami
penurunan dari 13,37 per 1000 kh di tahun
2011 menjadi 13,20 per 1000 kh dengan target
sasaran sebesar 8,11 per 1000 kh, Menurut
WHO Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di tahun 2011, 81%
diakibatkan karena komplikasi kehamilan,
komplikasi kehamilan diakibatkan rendahnya
kunjungan ibu hamil (Antenatal Care)
sehingga komplikasi tersebut tidak terdeteksi
secara dini.
Dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak,
mencakup pelayanan antenatal yang diberikan
kepada ibu selama masa kehamilannya dengan
tujuan memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi sejak awal kehamilan hingga
persalinan. Pelayanan antenatal maka dapat
diketahui resiko dan komplikasi sehingga ibu
hamil dapat diarahkan untuk melakukan
rujukan ke rumah sakit (Depkes RI, 2001).
Suatu upaya untuk mencegah dan
menurunkan AKI dan AKB di Indonesia yaitu
pemberian pelayanan antenatal pada ibu
selama masa kehamilan. Ibu hamil dapat
terhindar dari resiko-resiko buruk akibat
kehamilan
dengan
cara
melakukan
pengawasan dengan baik terhadap kehamilan
yaitu ibu melakukan kunjungan antenatal
secara teratur dan rutin.
Meskipun pengaruh kondisi ibu memiliki
peranan yang penting bagi pemilihan
pelayanan kesehatan, dalam hal ini cakupan
pelayanan antenatal, pengaruh dari kondisi
keluarga juga memiliki peranan yang tidak

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care
Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang

kalah penting. Budaya masyarakat Bali


menganut sistem patrilineal, dimana garis
keturunan mengikuti garis laki-laki. Budaya
tersebut juga menuntut seorang istri untuk
berada di dalam keluarga pihak laki-laki.
Budaya tersebut mempengaruhi berbagai aspek
dalam kehidupan masyarakat Bali, tidak
terkecuali dalam aspek pelayanan kesehatan.
Dalam mencari pelayanan kesehatan seorang
ibu hamil dalam sebuah keluarga, peranan
keluarga dalam hal ini keluarga pihak laki-laki
memiliki pengaruh yang besar.
Sosial budaya itu merupakan keadaan
lingkungan
keluarga
yang
sangat
mempengaruhi karena perilaku keluarga yang
tidak
mengijinkan
seorang
wanita
meninggalkan rumah untuk memeriksakan
kehamilannya merupakan budaya yang
menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil
memeriksakan kehamilannya (Depkes RI,
2001, p.57).
Menurut penelitian Unzila (2007),
menyebutkan bahwa ibu hamil yang
mendapatkan
dukungan
dari
keluarga
mempunyai motivasi yang tinggi terhadap
pemeriksaan antenatal care, sehingga terdapat
hubungan antara dukungan keluarga dan
kualitas pelayanan kebidanan terhadap
kepatuhan antenatal care pada ibu hamil.
Dalam
penelitian
Kusmiyati
(2008),
menunjukkan bahwa dukungan emosi dari
keluarga merupakan faktor penting dalam
mencapai
keberhasilan
perkembangan
kehamilan istrinya, informasi ini dapat
diperoleh melalui konseling antara suami atau
keluarga dengan tenaga kesehatan.
Cakupan sasaran pemeriksaan ibu hamil
pada tahun 2013 di jawa tengah sebesar 84.0%,
sedangkan untuk cakupan pemeriksaan ibu
hamil di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten
Semarang, untuk cakupan kunjungan pertama
(K1) sejumlah 92%, dan untuk kunjungan
keempat atau (K4) sejumlah 78.0%,
berdasarkan data cakupan yang ada untuk
kunjungan K4 di Puskesmas Banyu Biru
Kabupaten Semarang masih belum memenuhi
target, pencapaian tersebut menunjukkan
bahwa
kesadaran
ibu
hamil
untuk
memeriksakan kehamilannya belum cukup
baik.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
pada tanggal 28 Desember 2013 di Puskesmas
Banyu Biru Kabupaten Semarang, diperoleh
data untuk cakupan sasaran pemeriksaan ibu
hamil pada tahun 2013 di wilayah kerja

Puskesmas Banyu Biru sampai bulan


Desember 682 ibu hamil, untuk cakupan
kunjungan pertama (K1) sejumlah 629 ibu
hamil, kunjungan kedua (K2) sejumlah 430 ibu
hamil, kunjungan ketiga (K3) sejumlah 342 ibu
hamil, dan kunjungan keempat (K4) sejumlah
532 ibu hamil. berdasarkan data cakupan yang
ada, Puskesmas Banyu biru untuk kunjungan
antenatal care masih belum memenuhi target.
Pencapaian tersebut menunjukkan bahwa
kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya belum cukup baik.
Hasil wawancara dengan 10 ibu hamil
trimester tiga diperoleh data 6 ibu hamil
melakukan antenatal care kurang dari 4 kali di
mana 4 orang ibu mengatakan keluarga mau
menenangkan
ketika
mengalami
ketidaknyamanan,
sudah
menyiapkan
perlengkapan bayi dan menemani ibu ketika
memeriksakan kehamilan, serta 2 orang
mengatakan bahwa keluarga hanya mau
mendengarkan kekhawatiran dan keluhan ibu
selama kehamilan. Diperoleh pula data 4 ibu
hamil melakukan antenatal care lebih dari 4
kali di mana 1 orang ibu mengatakan bahwa
keluarga sudah menyiapkan perlengkapan
bayi, mendengarkan kekhawatiran dan keluhan
ibu selama kehamilan dan menemani ibu
ketika memeriksakan kehamilan, serta 3 orang
tidak mendapatkan dukungan dari keluarga
seperti memberikan motivasi kepada ibu
hamil, mengantarkan ibu hamil untuk
memeriksakan kehamilannya, dan hanya
menenangkan
ketika
mengalami
ketidaknyamanan.
Dukungan psikologis adalah suatu sikap
yang memberikan dorongan dan penghargaan
moril kepada ibu selama masa kehamilannya,
misalnya
keluarga
sangat
membantu
ketenangan jiwa ibu, keluarga mendambakan
bayi dalam kandungan ibu, keluarga
menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan,
keluarga menghibur atau menenangkan ketika
ada masalah yang dihadapi, keluarga berdoa
untuk kesehatan atau keselamatan ibu dan
anaknya (Retnowati, 2005).
Wanita hamil yang tidak diperhatikan dan
dikasihi oleh keluarganya selama hamil akan
menunjukkan lebih sedikit gejala emosi, fisik,
dan sedikit komplikasi persalinan serta lebih
mudah melakukan penyesuaian selama masa
nifas. Salah satu strategi Making Pregnancy
Safer (MPS) adalah mendorong pemberdayaan
perempuan dan keluarga. Output yang
diharapkan dari strategi tersebut adalah

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care
Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang

menetapkan keterlibatan keluarga dalam


mempromosikan
kesehatan
ibu
dan
meningkatkan peran aktif keluarga dalam
kehamilan dan persalinan (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan fenomena di atas, maka perlu
untuk dilakukan penelitian tentang, "Hubungan
antara dukungan keluarga dengan kepatuhan
ibu hamil dalam pemeriksaan Antenatal Care
di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten
Semarang".
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain
penelitian
ini
merupakan
penelitian deskriptif korelasional, yaitu
penelitian yang menggambarkan atau mencari
tingkat hubungan antara variabel yang satu
dengan variabel yang lainnya (Notoatmodjo,
2010). Penelitian yang akan dilakukan
diarahkan untuk mencari hubungan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu
hamil dalam pemeriksaan antenatal care.
Penelitian ini menggunakan pendekatan
secara cross sectional yaitu tiap subjek
penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat
pada satu waktu bersamaan, namun
mempunyai makna bahwa setiap subyek hanya
dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan
tindak lanjut atau pengulangan (Setiawan dan
Saryono, 2010).

Kriteria eksklusi merupakan keadaan


yang menyebabkan subyek yang memenuhi
criteria inklusi tidak dapat diikutkan dalam
penelitian ini adalah: 1) Ibu hamil yang tidak
bersedia menjadi responden; 2) Ibu hamil yang
tidak ada ditempat penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini telah dilakukan di
Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Biru
Kabupaten Semarang. Penelitian ini telah
dilakukan pada Tanggal 4- 9 agustus 2014.
Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data sekunder. Data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari Rekam medik di
Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Biru
Kabupaten Semarang (Setiawan dan Saryono,
2010). Data sekunder dalam penelitian ini
berupa data dukungan keluarga pada ibu hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Biru
Kabupaten Semarang.
Instrumen
yang
digunakan
untuk
mengukur variabel menggunakan kuesioner,
lalu diajukan secara tertulis kepada sejumlah
subyek untuk mendapatkan tanggapan,
informasi, jawaban, dan sebagainya (Setiadi,
2008). Kuesioner dalam penelitian ini
digunakan untuk mengukur variabel dukungan
keluarga, sedangkan untuk mengukur variabel
kepatuhan ANC diperoleh dari buku KIA ibu
hamil.

Populasi dan Sampel


Analisis Data
Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil di Puskesmas Banyu biru
Kabupaten Semarang. Berdasarkan catatan
medis dari Puskesmas Banyu Biru Kabupaten
Semarang jumlah ibu hamil bulan Januari
April 2013 sebanyak 628 orang.
Sampel
Teknik sampling yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah simple random
sampling yaitu pengambilan sampel dengan
cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam anggota populasi (Hidayah, 2011).
Sampel yang diteliti berjumlah 68
responden. Kriteria sampel meliputi kriteria
inklusi dan eksklusi yaitu.
Kriteria inklusi penelitian ini adalah: 1)
Ibu hamil yang masih mempunyai keluarga; 2)
Ibu hamil yang sudah memasuki trimester tiga.

Analisis Univariat
Analisis univariat yang dilakukan pada
tiap variabel dari hasil penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel
yaitu dukungan suami (variabel independen)
dan frekuensi Antenatal Care (ANC)
(dependen).
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan dua variabel yang
diduga
berhubungan
atau
berkorelasi
(Notoatmodjo, 2010). Untuk menguji hipotesis
hubungan variabel independen (kategorik)
dengan
variabel
dependen
(kategorik)
menggunakan uji Chi Square. Hasil uji Chi
Square
hanya
dapat
menyimpulkan
ada/tidaknya perbedaan proporsi antar

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care
Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang

kelompok atau dengan kata lain hanya dapat


menyimpulkan ada/tidaknya hubungan dua
variabel kategorik. Dengan demikian uji Chi
Square tidak dapat menjelaskan derajat
hubungan, dalam hal ini uji Chi Square tidak
mengetahui kelompok mana yang memiliki
risiko lebih besar dibandingkan kelompok lain
(Hastono, 2007).
Berdasarkan uji Chi Square didapatkan
distribusi data tidak memenuhi syarat maka
dilakukan uji menggunakan Fishers Exact
Test. Hasil dari uji Fishers Exact Test P- value
= 0,0001 < (0,05), maka Ho ditolak, berarti
data sampel mendukung adanya perbedaan
yang bermakna (signifikan).
HASIL PENELITIAN

Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat


diketahui bahwa sebagian besar dukungan
keluarga pada ibu hamil diPuskesmas
Banyubiru Kab. Semarang dalam kategori
baik, yaitu sejumlah 54 orang (79,4%) lebih
besar dari dukungan keluarga yang dalam
kategori kurang yaitu sejumlah 14 orang
(20,6%).
Kepatuhan
Tabel 2.
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Kepatuhan Ibu Hamil di Puskesmas
Banyubiru Kab. Semarang Tahun 2014
Kepatuhan
Frekuensi Persentase (%)
Tidak patuh
9
13,2
Patuh
59
86,8
Jumlah
68
100,0

Analisis Univariat
Dukungan Keluarga
Tabel 1.
Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan
Dukungan Keluarga pada Ibu Hamil di
Puskesmas Banyubiru Kab. Semarang
Tahun 2014
Dukungan
Frekuensi
Persentase
Keluarga
(%)
Kurang
14
20,6
Baik
54
79,4
Jumlah
68
100,0

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat


diketahui bahwa paling banyak ibu hamil di
Puskesmas Banyubiru Kab. Semarang patuh
dalam melakukan pemeriksaan antenatal care,
yaitu sejumlah 59ibu hamil (86,8%) lebih
besar dari ibu hamil yang tidak patuh dalam
melakukan pemeriksaan antenatal care, yaitu
sejumlah 9 ibu hamil (13,2%).

Analisis Bivariat
Tabel 3.
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan
Antenatal Care Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang Tahun 2014
Kepatuhan
Total
Tidak patuh
Patuh
Dukungan Keluarga
P-value
f
%
F
%
f
%
Kurang
8
88,9
6
10,2
14
100
.000
Baik
1
11,1
53
89,8
54
100
Jumlah
9
13,2
59
86,7
68
100
Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui
bahwa ibu hamil dengan dukungan keluarga
kurang sebanyak 9 orang (100%) sebanyak 8
orang (88,9%) tidak patuh dalam melakukan
pemeriksaan antenatal care dan 6 orang
(10,2%) patuh dalam melakukan pemeriksaan
antenatal care. ibu hamil dengan dukungan
keluarga baik sejumlah 54orang (100%) ada
sejumlah 1 orang (11,1%) tidak patuh dalam
melakukan pemeriksaan antenatal caredan 53
orang (89,9%) patuh dalam melakukan

pemeriksaan antenatal care. Ini menunjukkan


bahwa ibu hamil yang patuh dalam melakukan
pemeriksaan antenatal care lebih banyak
terjadi pada ibu hamil dengan dukungan
keluarga baik.
Hasil dari uji Fishers Exact Test p-value
= 0,0001< (0,05), maka Ho ditolak, ada
hubungan yang signifikan antara Dukungan
Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam
Pemeriksaan Antenatal Care Di Puskesmas
Banyu Biru Kabupaten Semarang.

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care
Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang

PEMBAHASAN
Dukungan Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian 68 responden
diketahui bahwa sebagian besar responden
mendapat dukungan keluarga baik sebanyak 54
responden (79,4%) dan dukungan keluarga
kurang sebanyak 14 responden (20,6%).
Dukungan keluarga ini terdiri dari empat
fungsi:
Dukungan informasional
Dari kuesioner hasil penelitian dapat
diketahui
bahwa
sebagian
responden
menjawab keluarga saya menganjurkan untuk
memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan
sesuai jadwal sebanyak 41 responden (60,2%).
Hal ini disebabkan karena keluarga selalu
mendengarkan anjuran dari tenaga kesehatan
(bidan, dokter) untuk melakukan pemeriksaan
ulang sesuai dengan tanggal yang telah
ditentukan/ di tulis dalam buku KIA.
Partisipasi keluarga dalam mencari informasi
mempermudah tenaga kesehatan (dokter,
bidan) dalam memantau pertumbuhan dan
perkembangan ibu dan janin. Dari pertanyaan
keluarga menyarankan saya untuk beristirahat
yang cukup sebanyak 54 responden (79,4%),
hal ini membuktikan bahwa keluarga pada saat
ikut dalam kunjungan pemeriksaan kehamilan
aktif untuk menanyakan cara dalam menjaga
kehamilan yang benar. Serta pada pertanyaan
keluarga menyarankan untuk minum susu ibu
hamil sebanyak 58 responden (85,2%)
menggambarkan bahwa keluarga mengikuti
apa yang di anjurkan oleh tenaga kesehatan
pada saat melakukan kunjungan ulang
pemeriksaan kehamilannya.
Dukungan informasional bisa ditunjukkan
dengan nasehat, saran, pemberian informasi
selama kehamilan pada ibu. Dukungan
keluarga untuk memeriksakan kehamilannya
sangat penting untuk mendeteksi dini
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
hamil. Hal ini sesuai teori menurut Friedman
(1998, p.198) dalam Setiadi (2008),
menyatakan bahwa dukungan informasional,
adalah keluarga berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan diseminator (penyebar informasi).
Keluarga memberikan informasi mengenai
kehamilan yang dibutuhkan ibu hamil tentang
pemeliharaan kesehatan kehamilan

Dukungan penilaian
Dari hasil penelitian didapat hasil bahwa
sebagian besar responden menjawab bahwa
keluarga pernah membelai perut saya sebesar
32 responden (47,0%) dukungan yang
ditunjukkan dengan memberikan support atau
perhatian seperti membelai perut yang sedang
hamil, mencoba untuk ingin tahu tentang
kondisi kehamilannya dengan cara membaca
buku KIA, serta melindungi dan menjaga
kehamilannya
dengan
cara
membantu
mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga
tidak membuat ibu hamil merasa kelelahan.
Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga
bertindak sebagai sebuah umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan
masalah dan sebagai sumber dan validator
identitas keluarga. Keluarga memberi pujian
untuk menyemangati ibu hamil dalam
pemeriksaan kehamilan, saling bertukar
pendapat antara ibu dan keluarga tentang
kehamilan, menyelesaikan masalah dengan
cara musyawarah antara ibu dan keluarga
(setiadi, 2008).
Dukungan instrumental
Hasil
penelitian
pada
dukungan
instrumental sebanyak 43 responden (63,2%)
menjawab keluarga pernah membicarakan
tentang rencana tempat untuk persalinan,
berarti dalam hal ini keluarga dapat membantu
menyediakan apa yang nantinya dipersiapkan
dalam proses persalinan. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya persiapan alat transportasi
untuk mengantar memeriksakan kehamilan
serta
keluarga
mau
mempersiapkan
perlengkapan pada calon bayi yang akan lahir.
Hal ini sesuai teori menurut Friedman (1998,
p.198) dalam Setiadi (2008), dukungan
instrumental adalah keluarga merupakan
sumber pertolongan praktis dan kongkrit.
Keluarga menyediakan sarana prasarana yaitu
misalnya menyediakan alat transportasi untuk
ibu hamil memeriksakan kehamilan di tenaga
kesehatan.
Dukungan emosional
Dukungan emosional pada hasil penelitian
didapatkan hasil bahwa sebanyak 41 responden
(60,2%) menjawab bahwa keluarga mau
mendengar keluhan anda dan memberikan
jalan keluar terhadap permasalahan seputar
kehamilan yang sedang dihadapi dalam
kehamilan ini, sehingga setiap ada masalah
pada kehamilannya selalu diceritakan pada

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care
Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang

keluarganya dan dari pihak keluarga pun mau


mendengarkan apabila mempunyai masalah
kehamilan yang sedang dialami. Hal ini sesuai
teori menurut Setiabudi (2008), dukungan
emosional adalah dimana keluarga sebagai
sebuah tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasaan terhadap emosi. Keluarga selalu
mengingatkan ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilan.
Kepatuhan Pemeriksaan ANC
Hasil penelitian 68 responden dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden
patuh dalam melakukan pemeriksaan ANC
sebanyak 54 responden (86,6%) dan sebanyak
14 responden (13,4%) tidak patuh dalam
melakukan pemeriksaan ANC.
Dari hasil penelitian didapatkan data
bahwa sebagian besar patuh melakukan
pemeriksaan ANC, hal ini berkaitan dengan
pendidikan responden yang sebagian besar
adalah SMA yaitu sebanyak 45 responden
(66,1%). Dari faktor pendidikan sangat
berpengaruh dalam kepatuhan pemeriksaan
ANC. Tinggi rendahnya pendidikan seseorang
akan mempengaruhi pola pikir seseorang. Pola
pikir yang baik akan mendorong seseorang
untuk memperhatikan masalah kesehatan
seperti melakukan pemeriksaan ANC secara
teratur. Hal ini sesuai teori menurut Niven
(2008), pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan
kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan
tersebut merupakan pendidikan yang aktif.
Dalam hal ini pendidikan akan
mempengaruhi
pengetahuan
seseorang
terutama dalam hal melaksanakan kebijakan
program kunjungan ANC yang saat ini
diberlakukan yaitu dilakukan paling sedikit 4
kali selama kehamilan yaitu 1 kali pada
trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua
dan 2 kali pada trimester tiga. Pengetahuan ini
juga dapat diperoleh dari pengalaman
sebelumnya pada ibu multigravida. Hal ini
sesuai teori menurut Notoatmodjo (2007),
mengatakan bahwa pengetahuan merupakan
hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek


tertentu, dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Menurut fungsinya pengetahuan merupakan
dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk
mencari
penalaran,
dan
untuk
mengorganisasikan pengalamannya. Adanya
unsur pengalaman yang semula tidak konsisten
dengan apa yang diketahui oleh individu akan
disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian
rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin
baik pula ibu melaksanakan antenatal care
(Azwar, 2007).
Pengalaman melahirkan atau paritas serta
usia ibu hamil yang matang akan menjadikan
pola pikir yang rasional dan matang tentang
pentingnya
melakukan
pemeriksaan
kehamilan. Hal ini sesuai teori menurut
Notoatmodjo (2007), bahwa usia adalah umur
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
saat akan berulang tahun. Semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir
dan bekerja. Dari segi kepercayaan,
masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya daripada orang yang belum cukup
tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai
akibat dari pengalaman dan kematangan
jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka
cara berfikir semakin matang dan teratur
melakukan antenatal care.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Ibu Hamil dalam Melakukan
Pemeriksaan ANC
Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden
dengan dukungan keluarga baik sebanyak 54
responden
(86,6%)
patuh
melakukan
pemeriksaan ANC. Dukungan keluarga yang
baik dapat dilihat dari hasil penelitian
menjawab keluarga saya menganjurkan untuk
memeriksakan kehamilan ke tenaga kesehatan
sesuai jadwal sebanyak 41 responden (60,2%)
dan sebagian besar responden sudah
memperoleh
dukungan
keluarga
yang
maksimal sehingga ibu hamil lebih termotivasi
untuk
melakukan
kunjungan
ulang
pemeriksaan
kehamilannya
demi
meningkatkan kesehatan ibu dan janin. Hal ini
sesuai teori menurut Friedman (2013),
dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care
Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang

hubungan antara keluarga dengan lingkungan


sosial. Dalam semua tahap, dukungan sosial
keluarga mampu berfungsi dengan berbagai
kepandaian dan akal, sehingga akan
meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka
dalam kehidupan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa
responden dengan dukungan keluarga kurang
ada 9 responden (13,4%), tidak patuh dalam
melakukan pemeriksaan ANC. Dukungan
keluarga yang kurang dapat dilihat dari hasil
kuesioner sebagian besar menjawab keluarga
tidak pernah memberikan jalan keluar terhadap
permasalahan seputar kehamilan yang anda
hadapi dalam kehamilan ini padahal dukungan
keluarga
sangat
berpengaruh
terhadap
kepatuhan dalam melakukan pemeriksaan
ANC. Peran serta dan dukungan dari keluarga
dalam bentuk perhatian khususnya dalam
masalah kehamilannya yang menyangkut
kesehatan ibu dan janin. Perhatian yang
diberikan oleh keluarga dapat membangun
kestabilan emosi ibu hamil dan sebagai
motivasi untuk melakukan pemeriksaan ANC
ulang sesuai dengan jadwal yang telah di
tentukan oleh dokter/ bidan. Hal ini sesuai
teori menurut House (Smet, 1994, p.136)
dalam Setiadi (2008), bahwa setiap bentuk
dukungan sosial keluarga meliputi perhatian
emosional, setiap orang pasti membutuhkan
bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini
berupa dukungan simpatik dan empati, cinta,
kepercayaan, dan penghargaan. Dengan
demikian seseorang yang menghadapi
persoalan merasa dirinya tidak menanggung
beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang
memperhatikan, mau mendengar segala
keluhannya, bersimpati, dan empati terhadap
persoalan yang dihadapinya, bahkan mau
membantu memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Berdasarkan hasil uji hubungan antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu
hamil dalam pemeriksaan antenatal care di
Puskesmas Banyubiru dengan analisa yang
diperoleh dengan menggunakan uji statistik
Chi Square didapatkan distribusi data tidak
normal karena tidak memenuhi syarat uji Chi
Square maka dilakukan uji alternatif
menggunakan uji Fishers Exact Test. Hasil
dari uji Fisher's Exact Test p-value = 0,0001<
(0,05). Hasil analisis peneliti menunjukkan
bahwa ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan ibu hamil dalam
pemeriksaan antenatal care di Puskesmas

Banyubiru, ada hubungan dukungan keluarga


dengan kepatuhan ibu hamil dalam
pemeriksaan antenatal care ini dikarenakan
bahwa dukungan keluarga pasien dapat
menunjang peningkatan kesehatan pasien
maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.
Terdapat banyak faktor- faktor lain yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah
segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif
sehingga penderita tidak mampu lagi
mempertahankan
kepatuhanya,
sampai
menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
diantaranya: Pemahaman tentang instruksi,
Seseorang mungkin tidak mematuhi instruksi
jika ia salah paham tentang instruksi yang
diberikan padanya. Kadang-kadang hal ini
disebabkan oleh kegagalan professional yaitu
kesalahan dalam memberikan informasi
lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan
memberikan banyak instruksi yang harus di
ingat oleh penderita (Suparyanto, 2010).
Keterbatasan Penelitian
Peneliti hanya mengambil sampel ibu
hamil tanpa memandang batasan usia. Selain
itu Peneliti hanya menggunakan metode
pengumpulan
data
menggunakan
data
sekunder dengan menyebar kuesioner pada
responden tanpa memperhatikan respon dan
keluhan responden. Diharapkan peneliti
selanjutnya dapat menggunakan metode
pengumpulan data dengan wawancara agar
memperoleh hasil yang lebih baik.
KESIMPULAN
Dukungan keluarga di Puskesmas
Banyubiru Kab. Semarang memiliki dukungan
keluarga baik sebesar 54 responden (79,4%) .
Ibu hamil di Puskesmas Banyubiru Kab.
Semarang
patuh
dalam
melakukan
pemeriksaan antenatal care sebesar 59
responden (86,8%).
Ada hubungan yang bermakna antara
dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu
hamil dalam pemeriksaan antenatal care di
Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang.
SARAN
Diharapkan keluarga dan suami untuk
tetap mempertahankan dan meningkatkan
motivasi serta dukungan kepada ibu hamil
dalam rangka pemeriksaan antenatal care

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care
Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang

sehingga dapat mendeteksi secara dini apabila


terjadi komplikasi dalam kehamilan.
Tenaga kesehatan perlu melibatkan peran
keluarga dan suami dalam setiap asuhan
kehamilan baik setiap pemeriksaan antenatal
care maupun dalam kegiatan sehari-hari. Serta
memberikan Komunikasi Informasi Edukasi
(KIE) tentang asuhan kehamilan pada pihak
keluarga atau suami secara berkesinambungan.
Untuk peneliti lain diharapkan untuk
melanjutkan penelitian ini, atau
meneliti
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
dukungan keluarga dengan kepatuhan ibu
hamil dalam melakukan pemeriksaan antenatal
care, misalnya faktor tingkat pengetahuan,
lingkungan, pekerjaan, fasilitas kesehatan,
sosial ekonomi, informasi dan sikap.
Disamping itu penelitian dengan sampel yang
lebih besar dan area yang lebih luas, serta
metode penelitian yang lebih lengkap dan
bervariasi untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian.
Bandung : CV. Rineka Cipta.
[2] Bobak, Lowdwrmilk, Jensen. (2004).
Buku ajar keperawatan maternitas/
Maternity Nursing. Edisi 4. Alih bahasa
Maria A. Wijayati, Peter I. Anugrah.
Jakarta : EGC.
[3] Carpenito L.j. (2000). Buku saku
diagnosa keperawatan . edisi 8. Jakarta :
EGC.
[4] Dahlan. (2010). Besar sampel dan cara
pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan. Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika.
[5] Depkes
RI,
(2001).
Reproduksi, Jakarta.

Kesehatan

[6] Ghozali. (2007). Aplikasi analisis


multivariat dengan progran SPSS.
Semarang: Badan penerbit Unifersitas
Diponegoro.
[7] Green Lawrence dalam Notoatmodjo.
(2005). Promosi Kesehatan dalam
Perilaku. Jakarta : EGC.

[8] Hastono, susanto. (2007). Analisa data


kesehatan. Jakarta
: Universitas
Indonesia
[9] Hidayat. (2011). Menyusun skripsi dan
tesisedisi revisi. Bandung: Informatika
[10] Istiarti. (2000). Menanti buah hati kaitan
antara kemiskinan dan kesehatan .
Yogyakarta : Pressindo.
[11] Kusmiati. (2008). Panduan Lengkap
Perawatan Kehamilan. Yogyakarta :
Fitramaya.
[12] Nototmodjo. (2005). Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
[13] Nursalam. (2011). Pendekatan praktis
metodologi riset keperawatan. Jakarta:
info Medika
[14] Prawiharjo. (2007). Ilmu Kandungan.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.
[15] Retnowati, I, (2005). Hubungan Faktor
Ibu
dengan
Kejadian
Komplikasi
Persalinan di Wilayah KerjaPuskesmas
Gesi Kabupaten Sragen bulan Oktober
2005.
Eprints.undip.ac.id/4932/1/2723.pdf.
Diakses tanggal 5 Januari 2010.
[16] Saifuddin, dkk. (2002). Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
[17] Saifuddin, dkk. (2006). Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
[18] Setiadi. (2008). Konsep dan proses
keperawatan
keluarga.
Yogyakarta
:Graha Ilmu.
[19] Sugiyono. (2009). Statistik Untuk
penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.
[20] Suparyanto. (2010). Konsep kepatuhan.
Diakses
dari
http/www.dr.suparyanto.blogspot.com/
[21] Unzila. (2007). Buku Dukungan dan
Motivasi. Jakarta : EGC.

Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Pemeriksaan Antenatal Care
Di Puskesmas Banyu Biru Kabupaten Semarang

You might also like