Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACK
Aren is a multipurpose plant that has many benefits and economic value that is widely spread throughout the
archipelago. The utilization of palm in Pematang Purba Village and Buluh Awar Village has been done since hereditary.
This research was conducted in February-March 2017, conducted by in-depth interviewing, analysis of vegetation and
penitikan GPS. Result of research indicate that people in Pematang Purba Village only utilize aren as tuak drink, palm
fiber as roof of hut in field, and yellow janur for wedding ceremony. While in Buluh Awar village used as raw material
of brown sugar, sugar ant and tuka drink. Vegetation analysis shows the species diversity that grows around the high
aren. Palm habitat is composed by various species identified as 79 species from 34 families. Aren palm is done to illustrate
the pattern of aren palm distribution. The pattern of palm distribution in Pematang Purba Village is clustering.
Keywords: Aren, Vegetation Analysis, Village Pematang Purba, Buluh Awar Village
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aren (Arenga pinnata Merr.) merupakan pohon serbaguna yang sejak lama sudah dikenal menghasilkan bahan-
bahan industri. Permintaan produk aren semakin lama semakin meningkat mengingat banyak manfaat yang ditawarkan
dari pohon aren. Hampir semua bagian pohon aren dapat dimanfaatkan dan digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, mulai dari bagian fisik (akar, ijuk, batang, daun dll) maupun hasil produksinya (nira, pati/tepung dan buah).
Sayangnya tumbuhan ini masih kurang mendapat perhatian untuk dikembangkan dan dibudayakan oleh berbagai pihak.
Pemanfaatan aren juga sebagian besar masih secara tradisional oleh masyarakat adat di sekitar hutan.
Bagi masyarakat yang hidup di sekitar hutan, nilai hutan dan segala isinya bukan sekedar komoditi melainkan
sebagai bagian dari sistem kehidupan mereka sehingga pemanfaatannya tidak didasari pada kegiatan eksploitatif. Sebagai
masyarakat yang erat interaksinya dengan hutan, masyarakat lokal mempunyai dan mengembangkan pranata budaya yang
juga terkait dengan hutan (Gunawan 1998). Salah satu masyarakat yang masih memanfaatkan tumbuhan aren adalah
masyarakat di Desa Pematang Purba dan Desa Buluh Awar. Permasalahan pokok pengembangan aren yaitu pada
umumnya aren belum dibudidayakan secara massal. Masyarakat di Desa Buluh Awar sudah mulai melakukan budidaya
aren bahkan telah membuka kelompok tani di desanya Data dan informasi mengenai pemanfaatan aren dan budidaya
seharusnya dapat digunakan sebagai acuan dan pertimbangan bagi pihak pemerintah maupun lembaga konservasi dalam
pengembangan pengelolaan pemanfaatan aren. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah penelitian yang mengkaji ekologi
dan pemanfaatan aren oleh masyarakat di Desa Pematang Purba dan Desa Buluh Awar.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi upaya pengembangan untuk konservasi aren di Desa Air Merah.
Tujuan penelitian ini dapat dirincikan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kondisi vegetasi habitat aren
2. Mengidentifikasi tingkat regenerasi dan persebaran spasial aren
3. Mengidentifikasi potensi dan etnobotani aren
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan aren oleh masyarakat adat
sehingga dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan dalam pengembangan pengelolaan aren secara
berkelanjutan agar dapat menunjang kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat Suku Rejang di Desa Air Merah.
METODE
Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan data primer yang diperoleh langsung melalui hasil wawancara. Data ini
meliputi jenis kelamin, struktur umur, pendidikan dan mata pencaharian.
Jenis kelamin
Jenis kelamin dapat mempengaruhi jenis data yang diperoleh dalam wawancara. Hal ini dikarenakan peran yang
berbeda dan terpisah antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan sehari-hari. Laki-laki pada umumnya lebih banyak
bekerja sedangkan perempuan lebih aktif pada kegiatan sosial.
Total responden yaitu sebanyak 25 orang didominasi oleh laki-laki yaitu 88% atau 22 orang sedangkan perempuan
sebanyak 12% atau 3 orang. Hal ini dikarenakan kebanyakan kegiatan pemanfaatan aren membutuhkan tenaga yang
cukup besar serta kaum laki-laki memiliki tingkat mobilitas yang lebih tinggi dibanding dengan kaum perempuan. Kaum
laki-laki kebanyakan dijumpai di ladang dalam penyadapan aren sedangkan kaum perempuan lebih banyak ditemukan
dirumah seperti menjual hasil produksi nira.
Struktur umur
Pengetahuan seseorang salah satunya dipengaruhi oleh struktur umur. Responden yang diwawancarai didominasi
oleh kelas umur dewasa. Responden pada kelas umur 17-15 tahun (remaja akhir) sebanyak 1 orang, responden pada kelas
umur 26-35 tahun (dewasa awal) sebanyak 8 orang, responden pada kelas umur 36-45 (dewasa akhir) sebanyak 8 orang,
kelas umur 46-55 (lansia awal) sebanyak 4 orang, kelas umur 56-65 tahun (lansia akhir sebanyak 4 orang) dan tidak
terdapat responden pada kelas umur manula (Depkes RI 2009).
Responden didominasi oleh kelas umur dewasa, baik dewasa awal maupun dewasa akhir. Hal ini dikarenakan
kelas umur tersebut merupakan usia produktif dan pengetahuan yang dimiliki mengenai pemanfaatan aren sudah baik.
Mata pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Desa Pematang Purba terdiri dari petani, pedagang dan berkebun,PNS,peternak,
pengusaha kecil dan seniman. Sedangkan di Desa Buluh Awar petani, buruh tani, buruh bangunan, pedagang dan sebagian
kecil sebagai pegawai negeri. Mata pencaharian paling banyak yaitu petani dan buruh tani. Masyarakat Desa Buluh Awar
menanam banyak tumbuhan singkong, jagung, pohon aren, kelapa, pohon pinang, kopi dan cokelat. Hasil tanaman
biasanya dijual kepada pengumpul atau ke pasar serta dikonsumsi pribadi. Mata pencaharian yang paling dominan dari
total responden adalah petani aren. Masyarakat di Desa Pematang Purba menanam banyak tumbuhan padi, jagung, tomat,
kopi, cabai, jeruk dan sayur-sayuran. Selain itu masyarakat banyak yang memenafaatkan aren yang tumbuh secara liar di
kebun-kebun kopi mereka.
Komposisi famili
Habitat di sekitar aren disusun oleh beberapa spesies tumbuhan dari berbagai macam famili. Berdasarkan hasil
analisis vegetasi menggunakan petak permanen di Desa Pematang Purba ditemukan sebanyak 79 spesies dari 34 famili.
Komposisi famili yang teridentifikasi di Desa Air Merah dapat dilihat pada Gambar 1.
Zingiberaceae
Poaceae
Asteraceae
Fabaceae
Famili
Lauraceae
Meliaceae
Myrtaceae
Moraceae
Burseraceae
Rubiaceae
0 1 2 3 4 5
Jumlah spesies
Gambar 1 Komposisi famili yang memiliki jumlah spesies 2
Spesies dari famili Rubiaceae dan Moraceae merupakan yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian dengan
jumlah spesies yaitu sebanyak 4 spesies. Spesies dari famili Asteraceae yang ditemukan antara lain kopi, siduruma,
gambir dan arang batu . Sedangkan spesies dari famili Moraceae yang ditemukan antara lain pohon buah, motung,
beringin dan homsil. Menurut sofiah et al. (2013) komposisi dan keanekaragaman spesies tumbuhan pada suatu wilayah
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, yaitu, hara dan mineral, kelembapan, topografi, cahaya matahari,karakteristik
tanah,struktur kanopi, batuan induk, dan sejarah tata guna lahan.
1000 950
500 88 12 11
0
Tingkat pertumbuhan
Etnobotani Aren
Pemanfaatan tumbuhan merupakan aset budaya yang ada di Indonesia agar tetap terjaga kelestariannya
(Damayanti et al. 2009). Disiplin ilmu lain yang terkait kajian etnobotani adalah ilmu taksonomi, ekologi dan geografi
tumbuhan, pertanian, kehutanan, sejarah, antropologi dan ilmu yang lain (Suryadarma 2008).
Pembuat Pengecer
Petani aren Konsumen
tuak/pengumpul
Budidaya Aren
Pengembangan budidaya aren secara intensif belum ada padahal potensi dari tanaman aren sangat tinggi dalam
pemenuhan kebutuhan diversifikasi pangan (Furqoni 2014). Perbenihan yang dilakukan di desa ini juga masih sangat
sederhana dan tidak mendapat perlakuan kimia dan pematahan dormansi. Benih diambil langsung dari alam,
pengumpulan biji yang telah jatuh dari pohon induk. Ciri-ciriya pohonnya tinggi, diameter besar, banyak buah ( bunga
betina) dan mayang (bunga jantan), daunya mengkilap seperti berminyak.
Proses perkecambahan benih dilakukan dengan menyimpan benih goni selama 3 bulan, jika ingin lebih cepat
berkecambah maka campur dengan tuak sehingga dapat berkecambah hanya 2 bulan tanpa melakukan dormansi. Benih
aren digolongkan kedalam kelompok rekalsitran. Salah satu ciri benih rekalsitran yaitu benih memiliki kadar air yang
tinggi (Song et al. 2003). Kadar air yang tinggi dan daya berkecambah yang tinggi pula, merupakan salah satu karakter
benih rekalsitran (Matana 2013). Maka tanpa perlakuan dormansi pun, aren dapat berkecambah dengan baik.
Benih yang berhasil menjadi kecambah dipindahkan kedalam polybag ukuran 15 cm yang berisi tanah dan arang
sekam dengan perbandingan 1:1. Berdasarkan hasil penelitian Rofik dan Muniarti (2013)benih aren memiliki persentase
tumbuh yang tinggi dengan menggunakan media arang sekam. Kecambah aren dimasukkan kedalam sungkup (rumah
kaca) yang dibuat dari bambu dan beratapkan plastik putih untuk terhindar dari sinar matahari selama 1-2 bulan
Hal ini mungkin terjadi karena bibit aren pada kondisi lingkungan alami membutuhkan naungan dalam siklus hidupnya
(Harada et al. 2005; Pongsattayapipat dan Barfod 2009) dan pertumbuhan bibit aren terhambat. Setelah dua bulan, bibit
aren diletakkan diluar tapi tidak terkena cahaya matahari secara langsung hingga menjadi semai dengan ketinggian 30-
50 cm. Harga yang ditawarkan tergantung tinggi semai, harga dimulai dari 5.000,10.000 dan 15.000. Namun jika dijual
ke masyarkat cuma seharga 2000/bibit. Sayangnya sertifikasi untuk bibit aren ini belum ada dan masih dalam tahap
pembuatan
Proses penanaman hingga perawatan semai masih sangat sederhana. Mulai dari penyiapan lahan dengan
membuat lubang untuk menanam bibit sekitar 15 cm dengan jarak tanam 5 m. Lalu bibit siap ditanaman. Perawatan
setelah penanaman dilakukan selama 3 bulan, dan penamanam ini tidak memakai pupuk hanya secara rutin disiram air
setiap hari selama 3 bulan . Ketika bibit aren sudah mulai dewasa perawatan dilakukan selama enam bulan sekali selama
2 tahun, setelah itu tidak melakukan perawatan lagi.
Masyarakat di Desa Pematang Purba telah lama memanfaatkan potensi aren sebagai komoditas serbaguna.
Masyarakat juga telah memahami kegunaan dari berbagai bagian aren serta tahu cerita tentang aren dan cara penyadapan.
Penilain kelestarian berdasarkan kategori struktur populasi tumbuhan dari Shankar (2001) telah menunjukkan bahwa
tingkat regenerasi aren di Desa Pematang Purba termasuk kategori cukup lestari. Namun yang menjadi masalah saat ini
adalah masyarakat yang kurang minat untuk memanfaatkan aren sebagai komoditi penghasil ekonomi.
dokumen Desa Pematang Purba, masih ada masyarakat yang miskin. Aren merupakan salah satu tanaman
berpotensi yang cukup besar dikembangkan di Indonesia, karena merupakan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan
dari akar hingga daun (Sunanto, 1993). Namun masyarakat sebagian besar masih belum mau memanfaatkan aren, karena
masyarakat menganggap pertumbuhan aren terlalu lama sehingga tidak dapat langsung dimanfaatkan. Masyarakat lebih
memilih bertani untuk komoditas seperti cabai, kentang, tomat, jeruk, kopi dan jenis sayuran laiinnya, karena pendapatan
ekonominya tinggi dan dapat panen dua kali dalam setahun.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dukungan dari pemerintah untuk sosialisasi aren sebagai tumbuhan
penghasil ekonomi dan pembinaan terhadap masyarakat. Dulu masyarakat di Desa Pematang Purba masih memanfaatkan
aren untuk gula, sagu, atap rumah dan minuman tuak. Namun saat ini masyarakat menyadap aren hanya untuk minuman
tuak. Aren yang cukup lestari di Desa Pematang Purba bisa menjadi komoditas penghasil ekonomi sehingga keberadaanya
tidak sia-sia. Kegiatan pemanfaatan nantinya bisa diikuti dengan pelatihan budidaya aren.
Masyarakat di Desa Buluh Awar telah sadar akan pentingnya aren sebagai tumbuhan penghasil ekonomi.
Penanaman aren dan budidaya aren juga sudah dilakukan di Desa Buluh Awar. Namun yang menjadi masalah adalah
masyarakat dan kelompok tani masih menjual hasil pemanfaatan aren pada agen. Maka perlu adanya pendampingan dari
pemerintah untuk penampungan penjualan hasil pemanfaatan masyarakat di pasar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Sebaran spasial aren di Desa Pematang Purba adalah mengelompok. Aren yang ditemukan pada penelitian
berada pada ketinggian 1200-1400 mdpl dan tumbuh liar di hutan garapan masyarkat. Regenerasi aren di Desa
Air Merah tinggi dengan kondisi regenerasi good dan kelestariannya masuk ke dalam kategori lestari.
Persebaran spasial aren di Desa Air Merah termasuk mengelompok.
2. Keanekaragaman jenis yang tumbuh di sekitar aren tergolong tinggi, didominasi oleh pohon kayu keras.
Keaneakaragaman tumbuhan bawah juga tinggi sebesar 2.65.
3. Masyarakat di Desa Pematang Purba dan Desa Buluh Awar mmiliki pengetahuan serta keterampilan tradisional
yang baik mengenai aren. Masyarakat di Desa Pematang Purba dahulu memanfaatkan aren sebagai komoditi
ekonomi. Saat ini masyarakat sedikit menyadap aren untuk kepentingan ekonomi dan dimanfaatkan hanya untuk
minuman tuak. Masyarakat di Desa Buluh Awar masih memanfaatkan aren sebagai komoditi ekonomi. Saat ini
masyarakat sudah mulai melakukan budidaya sejak tahun 2015.
Saran
Perlu adanya penelitian dan analisis mendalam untuk meningkatkan pasar aren baik ditingkat lokal maupun global
supaya manfaat ekonomi dari aren bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Pematang Purba. Peran pemerintah dan
perguruan tinggi sangat diperlukan untuk peningkatan kapasitas masyarakat terhadap pengelolaan aren yang
berhubungan dengan pasar aren, agar masyarakat mendapatkan posisi tawar yang lebih tinggi terhadap harga hasil
pemanfaatan aren di pasaran.
DAFTAR PUSTAKA
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta (ID): Departemen
Kesehatan RI.
Fujimori T. 2001. Ecological and Silvicultural Strategiesfor Sustainable Forest Management. Elsevier Science B.V.
All rights reserved. Japan (JP).
Furqoni H. 2014. Karakteristik benih dan perkecambahan aren (Arenga pinnata (Wurmb.)Merr.) serta respon
pertumbuhan bibit terhadap intensitas naungan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia 1. Jakarta (ID) : Badan Litbang Departemen Kehutanan.
Gunawan D. 1998. Tumbuhan Obat Indonesia. Yogyakarta (ID): Pusat Penelitian Obat UGM.
Kainde RF, Ratang SP, Tasirin JS, Faryati D. 2011. Analisis Vegetasi Hutan Lindung Gunung Tumpa. Eugenia Journal.
Vol.17 (3).
Kiyono Y. 1990. Dynamics and control of understories in Chamaecyparis obtusa plantations. Bull. For. & For. Prod. Res.
Inst. 359. 1-122.
Kusmana C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lutony TL. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Magurran AE. 1988. Ecologycal Diversity and Its Measurement. London (US): Croom Helm Limited.
Matana YR. 2013. Pengaruh penyadapan dan posisi tandan terhadap mutu benih serta teknik konservasi kecambah
terhadap pertumbuhan bibit aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mawazin dan Subiakto A. 2015. Keanekaragaman dan komposisi jenis permudaan alam hutan rawa gambut bekas
tebangan di Riau. Indonesian Forest Rehabilitation Journal Vol. 1 No. 1, September 2013: 59-73
Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. T. Samingan, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
_________. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. T. Samingan, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
[Permentan] Peraturan Menteri Pertanian. 2013. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 134 Tahun 2013
tentang Pedoman Budidaya Sagu (Metroxylon spp) yang Baik.
Prasetya N. 2016. Pembuatan gula merah dari tebu. Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 3 No. 1 (2016): 116-120
Ramadani P, Khaeruddin I, Tjoa A, Baharuddin IF. 2008. Pengenalan Jenis- Jenis Pohon yang Umum di Sulaweasi. Palu
(ID): UNTAD Press.
Rofik A, Muniarti E. 2008. Pengaruh perlakuan deoperkulasi benih dan media perkecambahan untuk meningkatkan
viabilitas benih aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.). Bul Agron. 36(1):33-40.
Shankar U. 2001. A Case of high tree diversity in a sal (Shorea robusta)-dominated lowland forest of Eastern Himalaya:
Floristic composition, regeneration and conservation. Curr. Sci. 81:776-786.
Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisa Populasi Dan Komunitas. Surabaya (ID): Usaha Nasional.
Soerianegara I dan Indrawan A. 2002. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soeseno S. 1991. Bertanam Aren. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Sunanto H. 1993. Aren Budidaya dan Multiguna. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Suryadarma IGP. 2008. Etnobotani. [diktat kuliah]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.
Song SQ, Berjak P, Pammenter N, Ntuli TM, Fu JR. 2003. Seed recalcitrance: a current assessment. Acta Botanica
Sinica. 45(6): 638-643.
Wibowo S , Sentot A S. April 2005. Kajian pengolahan dan sistem pemasaran gula merah aren di Desa Kuta Raja, Tiga
Binanga Tanah Karo, Sumatera Utara. Info Hasil Hutan (2): 41-49.