You are on page 1of 12

1

Keanekaragaman Tumbuhan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Bangka dalam Berkebun Lada
(Studi Kasus di Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka)
The Diversity of Plants which is used by Bangka society in Planting Pepper
(Case Study at Merawang, Bangka Regency).
Henri, Yulian Fakhrurrozi2), Dian Akbarini3)
Abstract
Indonesia had wealth of natural resources and biodiversity. One of the most dominant plantation
commodities in Bangka Belitung was pepper. To determine the pattern of the usage of plant diversity, it
needed conducted a study about knowledge, especially in planting pepper. The study aimed to learn the
knowledge and wisdom of the people in the three study sites. The study conducted from October 2013 to
February 2014 in Jada Bahrain, Jurung and Kimak village, Merawang district, Bangka regency. The study
used explorative survey that involves inventory, interview and observation and indentification. The
information and data were analyzed by descriptive qualitative and quantitative. The data about location
and potential study areas obtained from the literature. The result of study show that there are 53 species in
32 families of plants that used by the society for planting pepper, 42 species as pepper pole climbing, 17
species as the cover of pepper and 7 species as suspender tendrils of pepper. Generally, the diversity of
pepper which is planted is Bogor, Merapin, Lampung and Jambi variety. The species of endangered plants
that difficult to obtain should be conserved, they are: Polyalthia sumatrana, Shorea belangeran, Cantleya
corniculata and Aporosa microcalyx. The utilization of these plants can be overlap, due to these diverse
benefits the conservation should be done for keeping preservation and sustainable utilization in
accordance with the knowledge and wisdom of local communities.
Keywords: diversity, utilization, planting pepper, conservation effort.
Pendahuluan
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Keanekaragaman tumbuhan dipadukan dengan keragaman suku bangsa, akan melahirkan sistem
pengetahuan dan kearifan lokal tentang hubungan budaya satu masyarakat dengan alam nabatinya (Irwan
2013). Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dan bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung dari keberadaan
hutan diantaranya adalah kayu, hasil hutan bukan kayu dan satwa buruan (Masripatin et al. 2010).
Pembukaan lahan baru, terutama hutan adalah lahan yang sama sekali belum pernah dibuka dan ditanami
jenis tanaman apapun (Sarpian 2003). Sektor pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih di
dominasi oleh sub sektor perkebunan. Salah satu komoditas perkebunan yang paling dominan adalah
usahatani lada. Sejak zaman Belanda, tanaman lada di Bangka dikenal sebagai lada kualitas tinggi yang
terkenal di dunia internasional dengan sebutan Muntok White Pepper (Irawati et al. 2005). Adanya
pemanfaatan tumbuhan tersebut oleh masyarakat sedikit-banyak memberikan pengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari kepada masyarakat lokal. Menurut Nopandry (2007), secara
tradisional, masyarakat memiliki kearifan lokal yang merupakan potensi dan kekuatan dalam pengelolaan
suatu kawasan hutan.
Untuk mengetahui pola pemanfaatan sumberdaya tumbuhan oleh masyarakat umumnya di Bangka
Belitung, perlu dilakukan studi mengenai pengetahuan yang ada di masyarakat setempat, khususnya
mengenai pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat setempat dalam berkebun lada.

1)

2)
3)

Makalah adalah skripsi penulis pertama, mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi,
Universitas Bangka Belitung, disampaikan pada Seminar Hasil Penelitian Jurusan Biologi UBB pada tanggal 07 Maret 2014
Ketua Komisi Pembimbing, Jurusan Biologi Universitas Bangka Belitung, Bangka
Anggota Komisi Pembimbing, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Statistik dan Penanaman Modal (BAPPEDA-SPM), Bangka
Tengah

2
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menginventarisasi dan mempelajari pemanfaatan jenis tumbuhan oleh masyarakat di Desa Jada
Bahrain, Jurung dan Kimak dalam berkebun lada.
2. Memperoleh gambaran tingkat penggunaan dan upaya pelestarian tumbuhan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di Desa Jada Bahrain, Jurung dan Kimak dalam berkebun lada.
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan acuan dasar dalam menyusun kebijakan terkait dengan pelestarian jenis-jenis tumbuhan,
hutan sebagai habitat dan pelestarian pemanfaatannya
2. Agar dapat menyelamatkan pengetahuan masyarakat lokal terkait dengan penggunaan dan
pemanfaatan tumbuhan dalam berkebun lada
3. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjutnya mengenai keanekaragaman tumbuhan
terutama yang digunakan sebagai berkebun lada.
Metodologi Penelitian
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di tiga desa yaitu: Desa Jada Bahrain, Desa Jurung dan Desa Kimak,
Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive,
berdasarkan pertimbangan bahwa ketiga desa tersebut dianggap memiliki tingkat keanekaragaman
tumbuhan yang masih tinggi di Kecamatan Merawang. Waktu pelaksanaan dari bulan Oktober 2013
sampai Februari 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: kamera digital, kuisioner, alat-alat tulis, sasak,
GPS, dan kompas. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: alkohol 70%, kantong
plastik, label, kertas koran dan tali rafia.
Metode Penelitian
Penelitian ini secara umum menggunakan metode survei eksploratif.

3.

Metode Pengumpulan Data


1. Wawancara
Pengumpulan informasi dilakukan dengan sistem wawancara semi-terstruktur terhadap informan
kunci yang dilakukan secara purposive sampling, artinya teknik pengambilan sampel secara sengaja,
maksudnya peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi
sampel diambil tidak secara acak, akan tetapi ditentukan sendiri (Primadesi 2010).
2. Informan Kunci
Informan dalam penelitian ini adalah petani dan masyarakat yang memiliki keahlian dan
pengalaman yang lam dalam mengenal jenis-jenis dan manfaat dari tumbuhan yang diketahui oleh
masyarakat serta manfaat lainnya selain sebagai untuk berkebun lada. Pengambilan sepuluh orang
informan tiap desa, diasumsikan sudah mewakili pengetahuan masyarakat tentang berkebun lada.
Pengumpulan informasi dibuktikan dengan catatan atau lembar isian dan rekaman wawancara.
Observasi Lapangan
Metode observasi ini sebagai metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati
dan mencatat secara sistemik gejala-gejala yang diselidiki (Supardi 2006). Pada metode ini akan
dilengkapi dengan dokumentasi dan koleksi tumbuhan yang akan diherbarium.
4. Dokumentasi dan Koleksi
Dokumentasi ini merupakan suatu catatan otentik atau dokumen asli yang dapat dijadikan bukti
dalam penelitian, baik dalam bentuk tulisan maupun berbentuk rekaman lainnya seperti gambar dan

3
foto (Suyonotrimo 1987). Koleksi dalam penelitian ini secara umum berupa herbarium tumbuhan yang
diperoleh dari lapangan.
Identifikasi Spesies Tumbuhan
Identifikasi spesies tumbuhan yang belum diketahui, dilakukan cek silang dengan koleksi
Herbarium Bangka Belitungense dan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan yang ada. Identifikasi
meliputi: nama lokal, nama ilmiah, nama famili, habitus, kegunaan, dan bagian yang digunakan. Literatur
yang digunakan dalam mengidentifikasi spesies tumbuhan antara lain: Heyne (1987), Fakhrurrozi (2001),
Sari (2012), Fiona (2012), Galam (2012) dan Robika (2010).
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dapat dilakukan dengan tabel tabulasi dan diagram untuk kemudian dianalisis.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Analisis deskripsi kualitatif ini akan mendeskripsikan tingkat aktivitas masyarakat didalam pemanfaatan
kawasan hutan, caranya yaitu mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi
dengan orang di tempat penelitian. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif
kualitatif dengan unit analisis yang didasarkan pada data primer dan data sekunder. Hasil analisis
kemudian diklasifikasikan sesuai dengan tujuan penelitian (Asrianny & Dassir 2012).
Hasil dan Pembahasan
Pengetahuan Lokal tentang Berkebun Lada
Pengetahuan lokal masyrakat tentang berkebun lada (kebon sahang; bahasa lokal Bangka), yaitu
sebagai: tiang panjat (junjung; dalam bahasa lokal Bangka), pelindung lada (tudungan; dalam bahasa
lokal Bangka) dan tali ikat sulur lada (pengikat; dalam bahasa lokal Bangka). Tiang panjat (junjung) ini
sendiri terbagi menjadi dua yaitu sebagai tiang panjat sementara (junjung bebulak; dalam bahasa lokal
Bangka) dan tiang panjat tetap (junjung tetap; dalam bahasa lokal Bangka). Sementara itu untuk junjung
tetap terbagi lagi menjadi junjung mati dan junjung idup, sedangkan untuk junjung idup bisa
dikembangkan atau dibudidayakan melalui sistem stek batang dan tanam biji atau anakan, seperti tersaji
pada Gambar 1.

biji/
Tumbuhan untuk

tudunga

Gambar 1. Kelompok tumbuhan untuk berkebun lada

Keanekaragaman tumbuhan untuk berkebun lada


Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang menjadi responden, terdapat 32 famili yang
terdiri atas 53 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan baik sebagai junjung, penutup maupun tali ikat pada
lada, dilihat dari familinya jumlah jenis terbanyak termasuk dalam famili Myrtaceae yaitu 15 jenis, masih
cukup tinggi tingkat keanekaragaman tumbuhan di daerah tersebut. Keanekaragaman tumbuhan tersebut,
seperti tersaji pada Gambar 2.

Jumlah jenis

15
16
14
12
10
8
6
4 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1
2
0

Famili tumbuhan

Gambar 2. Keanekaragaman tumbuhan untuk berkebun lada

Berdasarkan (Gambar 2), keanekaragamannya famili Myrtaceae lebih mendominasi, hal ini
diasumsikan karena: a) Beberapa jenis tumbuhan yang tergolong dalam famili ini memang banyak dan
sering dimanfaatkan masyarakat untuk berkebun lada dibandingkan dengan famili lainnya; b) Famili
Myrtaceae ini umumnya mampu dan sukses bertahan pada kondisi tanah masam dan tingkat stress famili
Myrtaceae bisa menghasilkan metabolit sekunder, sehingga tumbuhan ini kebal akan kondisi tanah yang
masam. Senyawa yang dihasilkannya berupa fenol, salah satunya tanin; c) Dari segi struktur/sifat kayu
umumnya lebih kuat dan tidak mudah buruk. Adapun kualitas kayu yang bermanfaat untuk bekebun lada
juga termasuk dalam tingkatan berkualias baik, seperti: Eugenia lepidocarpa (samak), Rhodamnia
cinerea (merapin), dan Tristaniopsis merguensis (pelawan).
Dari 30 informan di Desa Jada Bahrain, Jurung dan Kimak, perbandingan tingkat penggunaan
tumbuhan untuk berkebun lada, seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat untuk berkebun lada.
No.
1
2
3

Digunakan untuk
Tiang panjat lada
Penutup lada
Tali ikat lada
Jumlah jenis

Jada Bahrain
23
14
4
33

Jumlah jenis tumbuhan


Jurung
Kimak
29
27
11
14
5
6
36
40

Total jenis
42
17
7

Persentase
(%)
79,24
32,24
13,07

Adapun untuk mengetahui tingkatan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat setempat, seperti
tersaji pada Gambar 3.

Pola
dasar
Pola real
Gambar 3. Pola tumpang tindih pemanfaatan jenis tumbuhan
Keterangan:J= Tiang panjat lada; T= Penutup lada; I= Tali ikat lada; JT= Tiang pamjat lada dan Penutup lada; TI= Penutup
lada
dan Tali ikat lada dan JI= Tiang panjat lada dan Tali ikat lada.

Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 3 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tiang panjat lada (42
jenis, 79,24%), disusul sebagai pelindung lada (17 jenis, 32,07%) dan sebagai tali ikat sulur lada (7 jenis,
13,07%). Analisis menunjukkan bahwa terjadinya tumpang tindih pemanfaatan tumbuhan dalam diagram
venn (Gambar 2), menyebabkan terjadinya multi fungsi suatu tumbuhan tersebut untuk dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam berkebun lada. Dilihat dari tumpang tindih pemanfaatannya yang bermanfaat sebagai
tiang panjat dan penutup lada yaitu 11 jenis (20,74%), sebagai tiang panjat dan tali ikat lada yaitu 1 jenis
(1,89%), dan bermanfaat sebagai pelindung lada dan tali ikat lada yaitu 1 jenis (1,89%). Hal ini dapat
dijadikan informasi dasar sebagai upaya konservasi dilihat dari segi tingkat ketermanfaatannya tersebut..
Pemanfaatan tumbuhan sebagai tiang panjat
Berdasarkan pengetahuan informan dari masyarakat di Desa Jada Bahrain, Jurung dan Kimak,
Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, ada 42 jenis tumbuhan yang digunakan sebagai junjung lada.
Dari data jenis-jenis tersebut berasal dari 23 famili. Umumnya famili Myrtaceae memiliki jumlah jenis
terbanyak (15 jenis atau 35,7% dari total keseluruhan). Pemanfaatan tumbuhan sebagai tiang panjat
(junjung) ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: berdasarkan banyaknya pengguna (fakta) dan
berdasarkan kualitas kayunya (kenyataan), seperti tersaji pada Tabel 2 dan Gambar 4.
Tabel 2. Perbandingan antara jumlah informan dan kualitas kayu.
No
Jumlah
Jumlah (jenis) Persentase
Kualitas kayu
.

pengguna

(%)

(informan)
SB (25-30)
1
2,38
SB (5)
B (19-24)
2
4,76
B (4)
C (13-18)
3
7,14
C (3)
S (7-12)
8
19,05
B* (2)
SS (1-6)
28
66,67
BS (1)
Jumlah
42
100
Jumlah
Keterangan:
SB= Sangat Banyak; B= Banyak; C= Cukup; S= Sedikit; SS= Sangat Sedikit.
SB= Sangat Baik; B= Baik; C= Cukup; B*= Buruk; BS= Sangat Buruk
1
2
3
4
5

Jumlah (jenis)

Persentas
e (%)

5
10
7
14
6
42

11,9
23,8
16,67
33,34
14,29
100

6
24
15

23

15

13
10
9
8
7
7
7
6
5
5
5
5
5
5
5
4 33 44 4 4 4 4 3 3
4
4 4
4
2
2
2 2 22 11 33 12 21 23 13 32 11 13 13 13 3
2 2 11 11 11 2 1 11 12 12 23 12

10

Jumlah perbandinagn

Jenis tumbuhan
Jumlah informan (orang)

T ingkatan kualitas menurut informan

Gambar 4. Perbandingan antara jumlah pengguna dan tingkatan kualitas kayu

Pada Tabel 2 dan Gambar 4, tampak bahwa jumlah kumulatif jenis tumbuhan berdasarkan jumlah
pengguna (orang) dan berdasarkan tingkatan kualitas yang diketahui oleh masyarakat sebagai responden
adalah bervariasi. Kualitas bagus dan banyak digunakan yaitu seperti jenis Schima wallichii (seruk),
Tristaniopsis merguensis (pelawan), Eugenia lepidocarpa (samak) dan Calophyllum lanigerum
(mentangor belulang), karena ketersedian kayu masih mudah didapat. Sedangkan kualitas bagus tetapi
sedikit digunakan yaitu jenis Shorea belangeran (melangiran), disebabkan karena susah dicari dan
dianggap memiliki nilai ekonomi lebih apabila digunakan selain sebagai tiang panjat saja. Faktor utama
pemilihan kayu oleh masyarakat setempat yaitu dilihat dari segi ketahanan kayu seperti kuat dan tahan
terhadap rayap.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai tiang panjat lada menurut kelompoknya dibagi menjadi tiga yaitu:
tiang panjat sementara (junjung bebulak), tiang panjat tetap yang dibagi lagi menjadi dua yaitu tiang
panjat hidup (junjung hidup) dan tiang panjat mati (junjung mat). Berdasarkan hasil wawancara diperoleh
informasi bahwa masyarakat lebih banyak menggunakan junjung mati untuk tanaman ladanya
dibandingkan menggunakan junjung idup. Hal ini dikarenakaan tidak memerlukan pemangkasan seperti
junjung idup dan tidak akan terjadi konkurensi akar. Adapun beberapa jenis junjung yang digunakan
sebagai junjung bebulak maupun junjung tetap baik yang hidup maupun yang mati, seperti tersaji pada
Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Jumlah jenis tumbuhan yang digunakan sebagai junjung bebulak dan junjung tetap.
No.
Jenis junjung
Jada Bahrain (jenis)
Jurung (jenis)
Kimak (jenis)
1
Junjung bebulak
13
11
6
2
Junjung idup
4
4
6
3
Junjung mati
17
21
21

7
Adapun beberapa jenis tumbuhan yang digunakan sebagai junjung hidup adalah sebagai berikut:
Arthrophyllum diversifolium (juluk antu), Dillenia suffructicosa (simpur), Erythrina lithosperma (dadap),
Gaertnera vaginans (kayu abu), Ilex cymosa (mensirak), Melaleuca leucadendron (gelam), Syzygium
pachyphyllum (sabar bubu) dan Syzygium sp. (kayu payak). Akan tetapi dari 8 jenis tumbuhan yang
digunakan sebagai junjung hidup ini yang sering ditanam dan disenangi oleh petani yaitu E. lithosperma
(Dadap). Menurut Rismunandar (2000), tanaman dadap sangat disenangi petani lada terutama petani
kecil, karena: a. Pertumbuhannya cepat; b. Bibit mudah diperoleh dan murah; c. Dapat menghasilkan
daun yang berguguran dan daun dari hasil pemangkasan; dan d. Dapat ditanam bersamaan waktunya
dengan bibit lada.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai pelindung lada
Dari hasil wawancara dengan masyarakat di Desa Jada Bahrain, Jurung dan Kimak, diketahui
bahwa terdapat sekitar 17 jenis dan 12 famili tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat
sebagai pelindung pada lada, seperti tersaji pada Tabel 4 dan Gambar 5.
Tabel 4. Perbandingan antara jumlah informan dan kualitas daun
No.
Jumlah
Jumlah
Persentase
Kualita
pengguna
1
2
3
4
5

(informan)
SB (25-30)
B (19-24)
C (13-18)
S (7-12)
SS (1-6)
Jumlah

(jenis)

(%)

0
1
2
4
10
17

0
5,88
11,77
23,53
58,82
100

daun
SB (5)
B (4)
C (3)
B* (2)
BS (1)
Jumlah

Jumlah (jenis)

Persentase (%)

3
4
5
3
1
17

17,64
23,53
35,30
17,65
5,88
100

21
25
16
20
13
10
15
9 10
5 3 6 5 7 3 33 4 4 3
10 53 5 23 2 4 5 53
3
2
2
2
1
1
1
5
0
Jumlah perbandingan
Jumlah informan (orang)

T ingkat kualitas menurut informan

Jenis tumbuhan

Gambar 5. Perbandingan antara jumlah pengguna dan tingkatan kualitas daun

Adapun dedaunan yang sering digunakan oleh para petani berdasarkan hasil wawancara yaitu famili
Myrtaceae merupakan kelompok terbanyak dengan 3 jenis yaitu Eugenia lepidocarpa (samak), Syzygium
muelleri (uber) dan Tristaniopsis merguensis (pelawan). Walaupun famili Myrtaceae yang mendominasi,
akan tetapi jenis yang banyak digunakan dengan kualitas yang bagus yaitu seperti Aporosa microcalyx
(pelangas), Gleichenia linearis (resam), Lithocarpus blumeanus (kabal putih) dan Nephelium lappaceum

8
(rambutan). Faktor utama pemilihan dedaunan sebagai penutup lada ini adalah dilihat dari segi ketahanan
daun yaitu cepat rontok atau tidak.
Pemanfaatan tumbuhan sebagai tali ikat sulur lada
Berdasarkan hasil wawancara terdapat 7 jenis tumbuhan dalam 7 famili yang sering dimanfaatkan
oleh masayarakat di ketiga desa sebagai tali ikat sulur pada lada, seperti tersaji pada Gambar 6.
Tabel 5. Perbandingan antara jumlah informan dan kualitas tali ikat
No. Jumlah pengguna
Jumlah
Persentase
Kualitas
1
2
3
4
5

(informan)
SB (25-30)
B (19-24)
C (13-18)
S (7-12)
SS (1-6)
Jumlah

Jumlah perbandingan

(jenis)
0
0
2
1
4
7
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Jumlah informan (orang)

(%)
0
0
28,57
14,29
57,14
100

tali ikat
SB (5)
B (4)
C (3)
B* (2)
BS (1)
Jumlah

Jumlah

Persentase

(jenis)
2
3
2
0
0
7

(%)
28,57
42,86
28,57
0
0
100

16
13

5
2

7
4

5
1

T ingkatan kualitas menurut informan

Jenis tumbuhan

Gambar 6. Perbandingan antara jumlah pengguna dan tingkat kualitas tali

Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 6, menunjukkan bahwa berkurangnya pengetahuan masyarakat


yang menjadi responden tentang tali ikat sulur lada, dibuktikan dengan hanya terdapat 7 jenis tumbuhan
yang biasa dimanfaatkannya. Hal ini dikarenakan responden lebih dominan menggunakan tali plastik
sebagai tali ikat sulur ladanya pada saat ini. Polyalthia sumatrana (banit) dan Hibiscus tiliaceus (baruk)
merupakan jenis tali ikat yang berkualitas bagus dan masih banyak digunakan. P. sumatrana (banit)
merupakan jenis yang sudah sulit didapat dan cukup langka, serta masa hidup lebih lama (kayu besar),
sedangkan H. tiliaceus (baruk) merupakan jenis yang masih banyak ditemukan dihabitatnya dan
jumlahnya juga banyak (kayu kecil). Adapun faktor utama pemilihan tali ikat sulur lada ini adalah tahan
kuat, tidak mudah putus dan rapuh. Pengikatan sulur ini bertujuan untuk membantu pertumbuhan
tanaman lada dan membantu agar batang tanaman dapat merambat dengan baik pada tiang panjat.

9
Kelompok tumbuhan berguna potensial
Kegunaan sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan tidak hanya digunakan saja sebagai tiang
panjat lada, pelindung lada dan pengikat sulur lada. Akan tetapi beberapa jenis tumbuhan ini memiliki
manfaat, baik manfaat utamanya untuk berkebun lada maupun manfaat sekunder atau lainnya untuk
berkebun lada. Dari total 53 jenis tumbuhan ini, yang berguna potensial sperti tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Kelompok tumbuhan berguna potensial


Manfaat tumbuhan
Berkebun lada
Penghasil kayu bakar
Obat-obatan

Jumlah jenis
53
12
5

Manfaat tumbuhan
Makanan
Penghasil bahan bangunan
Anyaman dan kerajinanan

Jumlah jenis
4
4
4

Dalam menentukan jenis-jenis tumbuhan berguna potensial, ada beberapa faktor yang biasanya
dijadikan sebagai dasar pemilihan. Menurut Purnawan (2006), faktor-faktor tersebut antara lain: ekologis,
ekonomis, manfaat dan seluruh bagian tumbuhan dari jenis tersebut dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Varietas lada yang ditanam oleh masyarakat
Berdasarkan hasil kajian wawancara dengan masyarakat setempat, terdapat 4 varietas lada yang
sering ditanam oleh masyarakat, yaitu bibit lada varietas Lampung dan Merapin. Varietas ini menjadi
dominan ditanam oleh masyarakat/petani lada setempat, karena selain bibitnya mudah didapat, harganya
cukup terjangkau dan kualitasnya juga bagus. Selain itu yang menjadi karakteristik petani dalam memilih
varietas lada adalah sifat ketahananya terhadap hama dan penyakit.
Upaya konservasi dan potensi pengembangan
Sumberdaya alam dapat dikelola agar lestari bila persepsi masyarakat, yang sering mempunyai isu
dan tempat spesifik (site specific), diintegrasikan kedalam strategi pengelolaan yang adaktif dengan
jaminan adanya partisipasi masyarakat (Soedjito & Sukara 2006). Kebanyakan masyarakat di ketiga desa
ini masih mempertahankan sistem upaya pelestarian berdasarkan kearifan lokal daerah masing-masing
yang terbukti dengan dibuatnya hutan larangan seperti di Desa Jurung dan Kimak untuk mengambil
tumbuhan. Menurut masyarakat upaya ini di buat supaya pelestarian lingkungan hutan dan pemeliharan
keanekargaman tetap terjaga dan tidak dijangkau oleh masyarakat secara sembarangan..
Untuk memulai upaya suatu konservasi haruslah diketahui terlebih dahulu status tumbuh, tingkat
keberadaan dan habitat tumbuhnya. Oleh karena itu masyarakat harus memilki pengetahuan dan pola fikir
untuk menjaga terutama hutan berdasarkan kearifan lokalnya yang harus diiringi oleh peraturan
perundangan lokal pemerintah untuk melindungi keanekaragaman tumbuhan tersebut. Adapun jumlah
jenis tumbuhan berdasarkan status tumbuh, keberadaan dan habitatnya masing-masing seperti tercantum
pada Tabel 7.
Tabel 7. Status konservasi tumbuhan berdasarkan status tumbuh dan keberadaan
Status tumbuh
Liar

Jumlah (jenis)
42

Persentase (%)
79,24

Keberadaan
Ada

Jumlah (jenis)
36

Persentase (%)
67,92

Terutama Liar

3,78

Banyak

14

26,41

Liar dan

9,43

Banyak Sekali

1,89

Jarang Sekali

1,89

Budidaya

Terutama

7,55

Jarang

1,89

Budidaya
Total

53

100

Total

53

100

Tabel 8. Status konservasi tumbuhan berdasarkan tipe habitat

10
Habitat
Dataran Rendah
Perbukitan
Hutan Rawa
Hutan Manggrove
Hutan Pantai
Total semua jenis

Jumlah (jenis)
48
38
16
3
1
53

Persentase (%)
90,56
71,69
30,19
5,67
1,89

Perlunya upaya agar status tumbuh dan tingkat keberadaan tetap terjaga walaupun tingkat
pemanfaatan oleh masyarakat cukup besar maka diperlukan upaya konservasi. Berdasarkan hasil
wawancara beberapa jenis tumbuhan yang terancam susah didapat dan harus dilakukan pelestarian
seperti: Polyalthia sumatrana (banit), Shorea belangeran (melangiran), Cantleya corniculata (bedaru)
dan Aporosa microcalyx (pelangas).
Keanekaragaman ini akan terjaga apabila sistem pengetahuan atau kearifan masyarakat juga masih
terjaga. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Indrawan, Primack & Supriatna (2007), pemanfaatan
berkelanjutan merupakan salah satu pendekatan yang dapat menyelamatkan upaya konservasi. Banyak
masyarakat tidak menyadari bahwa pemanfaatan keanekaragaman hayati seringkali didasarkan pada
berbagai sistem pengetahuan yang telah dikembangkan secara berabad-abad. Selain upaya konservasi,
maka diperlukan juga upaya pengembangan potensi agar sumberdaya alam yang ada tetap lestari, yaitu
dengan cara stek batang tumbuhan dan melalui biji/anakan
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1 Total jumlah jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Jada Bahrain, Jurung dan
Kimak dalam berkebun lada sebanyak 53 jenis dalam 32 famili. Tiang panjat lada sebanyak 42 jenis
dalam 24 famili, pelindung lada sebanyak 17 jenis dalam 12 famili, tali ikat sulur lada sebanyak 7 jenis
dalam 7 famili dan famili Myrtaceae merupakan famili yang paling dominan.
2 Jenis tumbuhan yang terancam susah didapat dan harus dilakukan pelestarian seperti: Polyalthia
sumatrana (banit), Shorea belangeran (melangiran), Cantleya corniculata (bedaru) dan Aporosa
microcalyx (pelangas).
Saran
Perlunya dilakukan pengembangan yang lebih lanjut tentang keanekaragaman tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Bangka dalam berkebun lada, terutama setelah pasca penambangan timah,
melalui upaya konservasi jenis-jenis tumbuhan berbasis pengetahuan tradisional atau kearifan lokal
masyarakat setempat yang harus dipertahankan dan dilestarikan.
Daftar Pustaka
Asrianny dan Dassir R. 2012. Pemanfaatan Sumberdaya Hutan di Hutan Lindung Kecamatan Alu, Kabupaten
Polman, Provinsi Sulawesi Barat. J. Perennial. 8 (2): 93-98.
Fakhrurrozi Y. 2001. Satuan-satuan Lansekap dan Keanekaragaman Tumbuhan Buah-buahan Liar Edibel dalam
Kehidupan Masyarakat Melayu Belitung. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Fiona DS. 2012. Kandungan Logam Berat Besi (Fe), Alumunium (Al) dan Arsen (As) Pada Tumbuhan Akuatik
Dominan Asal Kolong Timah Desa Bencah, Bangka Selatan. [skripsi]. Pangkalpinang: Fakultas Pertanian,
Perikanan dan Biologi; Universitas Bangka Belitung.
Galam AAA. 2011. Inventarisasi dan Evaluasi Keanekaragaman Tumbuhan Buah-buahan Liar Edibel diberbagai
Tipe Habitat di Kabupaten Bangka Selatan. [skripsi]. Pangkalpinang: Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi; Universitas Bangka Belitung.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV. Badan Litbang Kehutanan, penerjemah. Jakarta: Yayasan
Sarana Wana Jaya. Terjemahan dari: de Nuttige Planten van Indonesia.
Indrawan M, Primack RB dan Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Irawati AFC, Ahmadi dan Issukindarsyah. 2005. Pengkajian Budidaya Lada di Bangka Belitung. Bangka Belitung:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

11
Irwan YR, Fitmawati dan Herman. 2013. Pengetahuan Tumbuhan Obat Dukun Sakai Desa Sebangar Duri Tiga
Belas
dan Desa Kesumbo Ampai Duri, Kabupaten Bengkalis. J. Biosantifika. 5 (1): 1-6.
Ismanto. 2007. Inventarisasi Potensi Pakis (Cyathea sp.) di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Buletin
Konservasi Alam 7 (1): 48-56.
Masripatin N, et al. 2010. Cadangan Karbon pada berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman di Indonesia. Bogor:
Tim Perubahan Iklim Badan Litbang Kehutanan.
Nopandry B. 2007. Hutan Untuk Masyarakat Pemanfaatan Lestari Hutan Konservasi. Buletin Konservasi Alam 7
(1):
4-8.
Purnawan BI. 2006. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrangro.
[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan; Institut Pertanian Bogor.
Rismunandar. 2000. Lada Budidaya dan Tata Niaganya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Robika. 2010. Adaptasi Anatomi Tiga Jenis Pohon Lokal Pada Lahan Pasca Penambangan Timah di Riding
Panjang,
Bangka. [skripsi]. Pangkalpinang: Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi; Universitas Bangka Belitung.
Sari E. 2012. Kandungan Logam Berat Timbal, Tembaga dan Seng Pada Tumbuhan Teresterial Dominan di Lahan
Pasca Penambangan, Bangka Selatan. [skripsi]. Pangkalpinang: Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi;
Universitas Bangka Belitung.
Sarpian T. 2003. Pedoman Berkebun Lada dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.
Supardi. 2006. Metodologi Penelitian. Mataram: Yayasan Cerdas Press.
Suyonotrimo. 1987. Dari Dokumentasi ke SIG. Bandung: Remaja Karya.

Lampiran
Daftar jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berkebun lada
No.
1

Suku/famili
Anacardiaceae

2
3
4
5
6
7
8
9

Anisophylleaceae
Annonaceae
Aquifoliaceae
Araliaceae
Aspleniaceae
Blachnaeae
Celastraceae
Cluciaceae

10
11
12

Clusiaceae
Dilleniaceae
Dipterocarpaceae

13
14
15
16
17

Ebenaceae
Elaeocarpaceae
Euphorbiaceae
Fabaceae
Fagaceae

18
19
20
21
22
23
24

Gleicheniaceae
Icacinaceae
Lamiaceae
Lauraceae
Malvaceae
Musaceae
Myrtaceae

Nama Spesies
Gluta renghas
Gluta velutina
Combretocarpus rotundatus
Polyalthia glauca
Ilex cymosa
Arthrophyllum diversifolium
Tectaria sp
Stenochlaena palustris
Salacia macrophylla
Calophyllum lanigerum
Calophyllum pulcherrimum
Cracoxylum arborescens
Dillenia suffructicosa
Vatica rassak
Shorea balangeran
Diospyros sp.
Elaeocarpus nitidus
Aporosa microcalyx
Erythrina lithosperma
Casaonopsis costata
Lithocarpus blumeanus
Gleichenia linearis
Cantleya corniculata
Vitex pinnata
Litsea firma
Hibiscus tiliaceus
Musa sp.
Baeckea sp.
Decaspermun fruticosum
Eugenia lepidocarpa
Melaleuca leucadendron
Rhodamnia cinerea
Syzygium attenuatum
Syzygium bisulea
Syzygium decipiens
Syzygium lineatum
Syzygium muelleri
Syzygium pachyphyllum
Syzygium perforatum
Syzygium racemosum
Syzygium sp.
Tristaniopsis merguensis

Nama Lokal
Rengas
Mengkikir
Teruntom
Banit
Mensirak
Juluk Antu
Pakis
Iding-iding
Kelumpang/kepuh
Mentangor Belulang
Mentangor Prit
Idat
Simpur
Resak
Melangiran
Arang-arang
Leting
Pelangas
Dadap
Berang
Kabal Putih
Resam
Bedaru
Leban
Medang
Baruk
Pisang
Sapu-sapu
Demang
Samak
Gelam
Merapin
Sisel
Jambu Utan
Isot-isot
Kebecir
Uber
Sabar bubu/ injek bubu
Mengkalai
Bantui
Payak
Pelawan

12
25
26
27
28
29

Poaceae
Proteceae
Rhizoporaceae
Rubiaceae
Sapindaceae

30
31

Symplocaceae
Theaceae

32

Vitaceae

Gigantochloa sp.
Helicia serrata
Gynotroches axillaris
Gaertnera vaginans
Guioia pubescen
Nephelium lappaceum
Symplocos cochinchinensis
Adinandra dumosa
Ploaiarum alternifolium
Schima wallichii
Ampelocissus thyrsiflora

Bambu
Keratong
Mengkelik
Kayu Abu
Pulas
Rambutan
Rembudong/kendong
Pelempang Hitam
Riang-riang
Seruk
Lekam

You might also like