You are on page 1of 17

JURNAL HUTAN LESTARI (2020)

Vol. 8 (2) : 379 – 395

ETNOBOTANI RITUAL ADAT SUKU DAYAK DI SEKITAR HUTAN DI DESA


DATAH DIAN KABUPATEN KAPUAS HULU

(Ethnobotany Dayak Traditional Rituals Around the Forest in Datah Dian Village Kapuas Hulu
Regency)

Kholifah, Gusti Eva Tavita, Yuliati Indrayani


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak 788124 E-mail :
khalifah.oliv21@gmail.com

Abstract
Ethnobotany is an interaction relationship between ethnic and plants. The Dayak Kayaan and
Dayak Bukat communities in Datah Dian Village, North Putussibau District, Kapuas Hulu
Regency have different knowledge in utilizing and managing plants for traditional ritual
activities. Research purpose was to obtain the ethnobotanical data utilized by the Dayak
Kayaan and Dayak Bukat communities for traditional rituals in Datah Dian Village, North
Putussibau District, Kapuas Hulu Regency. The method used in this research was a survey
method with snowball sampling technique by interviews with the community and assisted by
questionnaire. The results showed that the plants used by the Dayak Kayaan Tribe as many as
26 species and Dayak Bukat Tribe were obtained 9 species of plants. Plant utilization
performed by Dayak Kayaan community there are 4 activities namely for gawai, birth, death,
and marriage. The most widely used species of plants was tree habitus with 13 species and
parts of plants that are used mostly use were stem, leaves and all parts of plant with percentage
of each 27%. The utilization of plants performed by the Dayak Bukat community was 5 activities
that were for gawai, birth, death, marriage, and to open the fields. The most widely used species
of plants was the herb habitus form as many as 5 species and parts of plants that were most
widely utilized was leaf with a percentage of 56%. The implementation of traditional rituals by
Dayak Kayaan and Dayak Bukat communities is different, caused by different Dayak families.
Keywords : Dayak Kayaan, Dayak Bukat, Ethnobotany, Traditional Ritual

PENDAHULUAN Tumbuhan dipercaya memiliki makna


Etnobotani merupakan suatu bidang ritual yang disimbolkan oleh setiap etnis
ilmu yang mempelajari hubungan antara pada upacara adat, sesuai dengan
manusia (etnik/kelompok masyarakat) pemanfaatan berdasarkan pengetahuan
dan interaksinya dengan tumbuhan lokal. Upacara adat erat kaitannya
(Mamahani et al. 2016). Masyarakat dengan ritual-ritual keagamaan. Ritual
pedalaman Kalimantan yang hidup di keagamaan yang dilakukan oleh
dalam maupun di sekitar hutan masih masyarakat berdasarkan kepercayaan
menggantungkan hidupnya pada hutan yang dianut oleh masyarakatnya.
yang ada di sekitar mereka dengan Banyak ditemukan jenis-jenis
melakukan pemanfaatan tumbuhan tumbuhan untuk ritual adat seperti di
secara tradisonal. Setyowati et al. Desa Kasimbar Kabupaten Parigi
(2005) menyatakan bahwa setiap suku Moutong, diperoleh 41 spesies
mempunyai pengetahuan yang berbeda tumbuhan untuk ritual yang
dalam hal pemanfaatan tumbuhan. dimanfaatkan oleh masyarakat Suku

379
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

Tajio (Rahyuni et al. 2013). Penelitian agar mengetahui jenis tumbuhan yang
yang dilakukan di Desa Tapang Parodah digunakan masyarakat lokal dalam
Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten ritual adat agar tidak punah dan
Sekadau, diperoleh 6 spesies dari 6 berkelanjutan.
famili sebagai tumbuhan acara adat oleh Tujuan dari penelitian ini adalah
masyarakat Suku Dayak Karabat (Kuni untuk mendapatkan data etnobotani
et al. 2015). Penelitian di Desa Pasokan ritual adat yang dimanfaatkan oleh
Kabupaten Tojo Una-Una, diperoleh 31 masyarakat Suku Dayak Kayaan dan
spesies dari 22 famili pada proses ritual Dayak Bukat di Desa Datah Dian
adat yang dimanfaatlan oleh masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu. Hasil
Suku Saluan (Purwanti et al. 2017). penelitian diharapkan dapat menjadi
Penelitian oleh Suku Aceh di Provinsi sumber informasi terkait jenis tumbuhan
Aceh, diperoleh 28 spesies yang yang digunakan pada upacara ritual adat
dimanfaatkan sebagai upacara adat oleh serta pengetahuan masyarakat Dayak
masyarakat Suku Aceh (Rahimah et al. Kayaan dan Dayak Bukat dalam
2018). memanfaatkan tumbuhan yang
Dayak Kayaan dan Dayak Bukat digunakan.
merupakan Suku Dayak yang berada di METODE PENELITIAN
Desa Datah Dian, Kecamatan Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Datah Dian yang terdiri dari Dusun
Hulu. Masyarakat Suku Dayak Kayaan Umaa’ Suling, Dusun Pagung dan
dan Dayak Bukat masih bergantung Dusun Nanga Hovat, Kecamatan
pada hasil alam di sekitarnya. Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas
Masyarakat Dayak Kayaan dan Dayak Hulu dengan waktu selama ±4 minggu
Bukat memiliki pengetahuan yang di lapangan, dimulai dari tanggal 21 Juli
berbeda dalam pemanfaatan dan – 15 Agustus 2019.
pengelolaan sumber daya alam sesuai Alat yang digunakan dalam
dengan adat dan budayanya, diantaranya penelitian adalah buku identifikasi
untuk kegiatan ritual adat. Pemanfaatan tumbuhan, kuisioner dan tallysheet, alat
maupun penggunaan tumbuhan oleh tulis, kamera, alat perekam serta peta
masyarakat Suku Dayak ini sudah lokasi penelitian. Objek yang diteliti
menjadi tradisi secara turun-temurun. dalam penelitian ini adalah tumbuhan
Adanya perbedaan jenis tumbuhan yang dan masyarakat Suku Dayak Kayaan
digunakan serta cara memanfaatkannya dan Dayak Bukat di Desa Datah Dian
untuk kegiatan ritual adat terjadi Kabupaten Kapuas Hulu.
dikarenakan 2 sub etnis Dayak yang Penelitian dilakukan dengan
berbeda yang berada di Desa Datah menggunakan metode survey.
Dian. Pengetahuan lokal sangat Pengambilan data menggunakan teknik
diperlukan untuk dipelajari, selain snowball sampling. Data diperoleh
sebagai ilmu pengetahuan juga melalui observasi dan wawancara yang

380
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

dibantu dengan tallysheet. Data yang sehingga masyarakat Dayak Bukat ini
dikumpulkan berupa data primer dan tergolong masyarakat tertinggal
data sekunder. Data primer terdiri dari dibanding Dayak Kayaan. Kedua Suku
nama lokal tumbuhan, bentuk Dayak tersebut memanfaatkan
pemanfaatan, bagian yang digunakan tumbuhan untuk kegiatan ritual adat.
dan cara pemanfaatan ataupun Kegiatan ritual adat yang dilakukan oleh
pengolahan. Sedangkan untuk data masyarakat Dayak Kayaan ada 4 yaitu
sekunder diperoleh dari literatur, data- ritual adat gawai, kelahiran, kematian
data dari kantor desa atau data-data lain dan pernikahan. Sedangkan Dayak
yang terkait. Analisis data dalam Bukat ritual adatnya ada 5 yaitu ritual
penelitian ini menggunakan metode adat gawai, kelahiran, kematian,
deskriptif kualititaif. pernikahan dan membuka ladang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengetahuan masyarakat terhadap
Karakteristik Masyarakat Dayak pemanfaatan tumbuhan untuk ritual adat
Kayaan dan Dayak Bukat diperoleh secara turun-temurun dan ada
Desa Datah Dian merupakan salah beberapa yang mengetahuinya dari
satu desa yang berada di Kecamatan teman ke teman.
Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan
Hulu, dimana masyarakat desa tersebut Berdasarkan hasil wawancara
bersuku Dayak Kayaan dan Dayak dengan masyarakat diperoleh sebanyak
Bukat. Suku Dayak Kayaan mendiami 26 jenis dari 18 famili (1 tumbuhan
Dusun Umaa’ Suling dan Dusun Pagung yang belum diketahui jenisnya) yang
dengan jumlah penduduk Dayak dimanfaatkan oleh Suku Dayak Kayaan,
Kayaan 774 jiwa yang terdiri dari 194 disajikan pada Tabel 1 serta 9 jenis
KK. Sedangkan Suku Dayak Bukat tumbuhan dari 5 famili yang
mendiami Dusun Nanga Hovat dengan dimanfaatkan oleh Suku Dayak Bukat,
jumlah penduduknya 180 jiwa yang disajikan pada Tabel 2. Sementara itu,
terdiri dari 46 KK. Masyarakat Suku hasil penelitian Kuni et al. (2015),
Dayak Kayaan dan Dayak Bukat ini terdapat 6 jenis tanaman yang
merupakan masyarakat yang mendiami dimanfaatkan sebagai tumbuhan acara
Sungai Mendalam, akan tetapi adat oleh Suku Dayak Kerabat di Desa
pemukiman masyarakat Dayak Bukat Tapang Kabupaten Sekadau.
jauh lebih ke hulu Sungai Mendalam

381
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

Tabel 1. Jenis-Jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Dayak Kayaan


Desa Datah Dian, Kabupaten Kapuas Hulu (The species of plants used by the
Dayak Kayaan community of Datah Dian Village, Kapuas Hulu Regency).
No Nama Nama Nama Ilmiah Famili Habitus Status di
Lokal Indonesia Alam
1 Akar - - - Liana Hutan
Keliat
2 Ayap Sirih Piper betle L Piperaceae Liana Budidaya
3 Baduk Nangka Artocarpus Moraceae Pohon Hutan
heterophyllus
4 Bahaa Beras Ketan Oryza sativa var. Poaceae Herba Budidaya
perubak glutinosa
5 Beletii’ Rambutan Nephelium sp Sapindaceae Pohon Hutan
6 Buluu Bambu Schyzostachyum Poaceae Semak Hutan
Kunin lemang brachyladum (var.
kuning)
7 Buluu Bambu Schyzostachyum Poaceae Semak Hutan
Waa lemang brachyladum (var.
hijau)
8 Daun Daun Biru Licuala spinosa Arecaceae Pohon Hutan
Hilaar
9 Diaan Durian Durio sp Malvaceae Pohon Hutan
10 Gelaa’ Mahang Macaranga Euphorbiaceae Pohon Hutan

depressa
11 Hivo - Aglaia sp Meliaceae Pohon Hutan
12 Hubo’ - Horsfieldia Myristicaceae Pohon Hutan

crassifolia
13 Hugul Juang Cordyline fruticosa Liliaceae Perdu Budidaya
14 Itun Luwe Talas Colocasia sp Araceae Herba Hutan
lung
15 Itun Ship - Calathea sp Marantaceae Herba Hutan
16 Kuyit Kunyit Curcuma Zingiberaceae Herba Budidaya
domestica Val
17 Lunan Ara Ficus sp Moraceae Pohon Hutan
18 Maeh - Xylopia sp Annonaceae Pohon Hutan
Payang
19 Nyoh Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Pohon Budidaya
20 Padaan Pandan Pandanus sp Pandanaceae Perdu Budidaya
21 Pare Padi Oryza sativa Poaceae Herba Budidaya
22 Putek Pisang Musa sp Musaceae Herba Budidaya
23 Sawit Sawit Elaeis guineensis Arecaceae Pohon Hutan
24 Segalaang - Syzygium sp Myrtaceae Pohon Hutan
25 Temau - Cratoxylum Hypericaceae Pohon Hutan

arborescens
26 Wee Rotan Calamus sp Arecaceae Liana Hutan

382
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

Tabel 2. Jenis-Jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Dayak Bukat Desa
Datah Dian, Kabupaten Kapuas Hulu (The species of plants used by the Dayak
Bukat community of Datah Dian Village, Kapuas Hulu Regency).
No Nama Nama Nama Ilmiah Famili Habitus Status di
Lokal Indonesia Alam
1 Apit Pisang Musa sp Musaceae Herba Budidaya
2 Baha Beras Oryza sativa Poaceae Herba Budidaya
perubak Ketan var. glutinosa
3 Buluk tugu Bambu Schyzostachyum Poaceae Semak Hutan
lemang brachyladum
4 Gurung Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Pohon Budidaya
5 Koyan Palem Pinanga sp Arecaceae Pohon Hutan
6 Kunyik Kunyit Curcuma Zingiberaceae Herba Budidaya
domestica Val
7 Laguang Mahang Homalanthus Euphorbiaceae Pohon Hutan
populneus
8 Pekaran Pisang Musa borneensis Musaceae Herba Hutan
rutai
9 Pute’ Pisang Musa sp Musaceae Herba Budidaya

Berdasarkan dari hasil penelitian, pada Tabel 3. Sedangkan jenis-jenis


jenis-jenis tumbuhan untuk ritual adat tumbuhan yang dimanfaatan oleh
yang dimanfaatkan oleh masyarakat masyarakat Dayak Bukat berdasarkan
Dayak Kayaan berdasarkan cara cara pemanfaatan atau pengolahan serta
pemanfaatan atau pengolahan serta bagian yang dimanfaatkan disajikan
bagian yang dimanfaatkan disajikan pada Tabel 4.

383
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

Tabel 3. Jenis-Jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan oleh Dayak Kayaan Berdasarkan


Bagian yang Dimanfaatkan dan Cara Pemanfaatan atau Pengolahan (The
species of plants used by Dayak Kayaan based on the part used and the
method of utilization or processing).
No Nama Lokal Bagian yang Cara Pemanfaatan/ Pengolahan
Dimanfaatkan
1 Akar keliat Akar Pemberian nama
2 Ayap Daun Membersihkan darah kotor
3 Baduk Batang Dibuat menjadi alat musik sape’
4 Bahaa perubak Biji Bahan dasar membuat kue
5 Beletii’ Seluruh bagian Batang dicabut dengan akar-akarnya untuk mendirikan
pondok gawai.
6 Buluu Kunin Seluruh bagian Batang dicabut dengan akar-akarnya untuk mendirikan
pondok gawai dan sebagai hiasan.
7 Buluu Waa Seluruh bagian - Batang dicabut dengan akar-akarnya untuk mendirikan
pondok gawai.
- Untuk membuat lemang.
- Sebagai hiasan
8 Daun Hilaar Daun Pembungkus kue yang terbuat dari beras ketan yang
direbus (kue sirukung).
9 Diaan Seluruh bagian Batang dicabut dengan akar-akarnya untuk mendirikan
pondok.
10 Gela’ Batang Batang digunakan untuk mendirikan pondok dan juga
batangnya dibuat seperti hiasan yang akan digantung di
dalam rumah adat
11 Hivo Seluruh bagian Batang dicabut dengan akar-akarnya untuk mendirikan
pondok.
12 Hubo’ Batang Batang digunakan untuk mendirikan pondok.
13 Hugul daun Dihempas, diberi darah ayam dan besi kecil.
14 Itun Luwe lung Seluruh bagian Diikat dengan kain merah lalu digantung di depan rumah.
15 Kuyit Rimpang Membersihkan darah kotor
16 Lunan Batang Batang digunakan untuk mendirikan pondok.
17 Maeh Payang Batang Batang digunakan untuk mendirikan pondok dan juga
batangnya dibuat seperti hiasan yang akan digantung di
dalam rumah adat.
18 Nyoh Daun, buah - Daunnya sebagai hiasan.
- Bijinya diparut lalu diberi gula merah.
19 Padaan Daun Daunnya dipotong kecil-kecil
20 Pare Batang Beras dicuci bersih untuk dimasak.
21 Putek Daun - Pembungkus nasi
- Pembungkus beras ketan yang dimasukkan dalam
bambu pada pembuatan lemang.
22 Sawit Umbut Diolah dijadikan makanan.
23 Segalaang Seluruh bagian Batang dicabut dengan akarnya untukmendirikan
pondok.
24 Ship Daun Pembungkus kue yang terbuat dari beras ketan yang
dikukus (kue pitoh).
25 Temau Batang Batang digunakan untuk mendirikan pondok dan juga
batangnya dibuat seperti hiasan yang akan digantung di
dalam rumah adat.
26 Wee Batang Rotan digunakan untuk mengikat kayu-kayu yang akan
digunakan dalam mendirikan pondok.

384
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

Tabel 4. Jenis-Jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan oleh Dayak Bukat Berdasarkan


Bagian yang Dimanfaatkan dan Cara Pemanfaatan atau Pengolahan (The
species of plants used by Dayak Kayaan based on the part used and the
method of utilization or processing).
No Nama Lokal Bagian yang Cara Pemanfaatan/ Pengolahan
Dimanfaatkan
1 Apit Daun Pembungkus makanan
2 Baha perubak Biji - Bahan dasar membuat kue dino
- Dihambur-hamburkan ke ladang
3 Buluu’ Hijau Batang - Dibuat seperti seruling
- Untuk membuat lemang
4 Gurung Daun - Sebagai hiasan,
- Diparut lalu diberi gula merah
5 Koyan Daun - Dianyam seperti mangkok,
- Pembungkus kue selukung.
6 Kunyik Rimpang Membersihkan darah kotor.
7 Laguang Batang Mantap ompong.
8 Pekaran Daun - Pembungkus makanan.
- Pembungkus beras ketan yang dimasukkan
dalam bambu pada pembuatan lemang.
9 Pute’ Daun Pembungkus makanan.

Pamanfaatan Tumbuhan Ritual Adat yaitu sebanyak 13 jenis. Sedangkan


Berdasarkan Bentuk Habitus bentuk tumbuhan yang dimanfaatkan
Berdasarkan dari hasil penelitian, oleh masyarakat Dayak Bukat adalah
tumbuhan yang dimanfaatkan oleh bentuk herba yaitu sebanyak 5 jenis,
masyarakat Dayak Kayaan dan Dayak untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Bukat sebagai ritual adat di Desa Datah Gambar 1. Sementara itu, penelitian
Dian Kabupaten Kapuas Hulu, terdapat Kuni et al. (2015) di Desa Tapang
5 habitus yaitu pohon, herba, liana, Kabupaten Sekadau, terdapat 4 habitus
perdu, dan semak. Bentuk tumbuhan yaitu herba 1 spesies, perdu 3 spesies,
yang paling banyak dimanfaatkan oleh pohon 3 spesies dan semak 2 spesies
Dayak Kayaan adalah bentuk pohon oleh Suku Dayak Kerabat.
15
JumlahJenisTumbuhan

10

Dayak Kayaan
5
Dayak Bukat
0
Pohon Herba Liana Perdu Semak
Habitus

Gambar 1. Jumlah Jenis Tumbuhan Berdasarkan Habitus (Number of


plant species based on habitus)

385
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

Selanjutnya bentuk kegiatan ritual Kayaan dan Dayak Bukat dalam


adat beserta jenis tumbuhan yang pelaksanaan ritual adat, disajikan pada
dimanfaatkan masyarakat Dayak Tabel 5.
Tabel 5. Jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan pada ritual adat oleh Masyarakat Dayak
Kayaan dan Dayak Bukat (The species of plants that are used in traditional
rituals by the Dayak Kayaan and Dayak Bukat communities)
No Nama Ritual Jenis Tumbuhan Dayak Kayaan Dayak
Adat Bukat
a b c
DJ DM
1. Gawai Aglaia sp ✓ ✓
Artocarpus heterophyllus ✓ ✓ ✓
Calamus sp ✓
Calathea sp ✓ ✓
Cocos nucifera ✓ ✓ ✓ ✓
Cordyline fruticosa ✓ ✓
Cratoxylum arborescens ✓
Durio sp ✓ ✓ ✓
Ficus sp ✓
Horsfieldia crassifolia ✓ ✓
Licuala spinosa ✓ ✓
Macaranga depressa ✓
Musa sp ✓ ✓
Nephelium sp ✓
Oryza sativa ✓ ✓
Oryza sativa var. glutinosa ✓ ✓ ✓ ✓
Pinanga sp ✓
Piper betle L ✓
Schyzostachyum ✓ ✓ ✓ ✓
brachyladum (var. hijau)
Schyzostachyum ✓ ✓
brachyladum (var. kuning)
Syzygium sp ✓
Xylopia sp ✓
2. Kelahiran Akar keliat ✓
Curcuma domestica Val ✓ ✓
Piper betle L ✓
3. Kematian Colocasia sp ✓
Cordyline fruticosa ✓
Elaeis guineensis ✓
Musa borneensis ✓

386
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

No Nama Ritual Jenis Tumbuhan Dayak Kayaan Dayak


Adat Bukat
a b c
DJ DM
Musa spp ✓
Musa sp ✓
Pandanus sp ✓
Pinanga sp ✓
Schyzostachyum ✓
brachyladum
4. Membuka Oryza sativa var. glutinosa ✓
Ladang
5. Pernikahan Cocos nucifera ✓ ✓
Cordyline fruticosa ✓
Homalanthus populneus ✓
Oryza sativa ✓

Keterangan : a (Dusun Umaa’Suling), b (Dusun Pagung), c (Dusun Nanga Hovat)


DJ (Dange Jungkar), DM (Dange Mahut)

Hasil pengamatan yang telah Pinanga sp, dan Schyzostachyum


dilakukan terhadap masyarakat Suku brachyladum.
Dayak Kayaan dan Dayak Bukat Cordyline fruticosa adalah
didapatkan hasil bahwa sebagian besar tumbuhan yang sering digunakan oleh
tumbuhan yang dimanfaatkan untuk masyarakat Dayak Kayaan yaitu untuk
ritual adat ditemukan di hutan, dan ada proses ritual adat gawai, kematian dan
beberapa yang dibudidaya. Tumbuhan pernikahan. C. fruticosa sering
yang dimanfaatkan tersebut untuk digunakan untuk acara mela, mela
kegiatan ritual adat gawai, kelahiran, adalah mengkibas-kibaskan daun C.
kematian, membuka ladang dan fruticosa ke barang atau ke tangan
pernikahan. Diketahui bahwa tumbuhan orang yang akan di mela. Makna dari
yang paling banyak dimanfaatkan oleh mela tersebut ialah agar hal-hal yang
masyarakat Dayak Kayaan yaitu pada jelek hilang dan yang bagus masuk
ritual adat gawai sebanyak 20 spesies. ataupun agar bersih dari segala penyakit
Dilaksanakannya acara gawai karena dan masuk semangat baru. Pada
merupakan wujud syukur pada Tuhan masyarakat Dayak Bukat tumbuhan
atas hasil ladangnya. Sedangkan yang sering digunakan yaitu Oryza
tumbuhan yang paling banyak sativa var. glutinosa, Schyzostachyum
dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak brachyladum, Cocos nucifera, dan
Bukat yaitu pada ritual adat kematian Pinanga sp, sebagian besar untuk proses
sebanyak 5 spesies yaitu Musa ritual adat gawai.
borneensis, Musa spp, Musa sp, Pada masyarakat Dayak Kayaan
dalam pelaksanaan ritual adat gawai

387
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

berbeda di Dusun Umaa’ Suling dan Sebelum mendirikan pondok, terlebih


Dusun Pagung, dikarenakan perbedaan dahulu menyembelih babi dan darahnya
letak geografis. Sehingga dalam disimpan didahi orang yang akan
pelaksanaan acara gawainya berbeda, mendirikan pondok. Tumbuhan yang
tapi untuk ritual adat kelahiran, dimanfaatkan pada acara gawai di dusun
kematian, dan pernikahan dalam ini terdapat 10 spesies.
pelaksanaannya sama. Pemanfaatkan Dalam kegiatan gawai ada
tumbuhan yang digunakan untuk ritual penarinya, penari tersebut yaitu
adat lebih banyak dimanfaatkan oleh perempuan yang sudah menikah.
Dayak Kayaan yaitu 26 spesies Awalnya mereka menari di dalam
dibanding Dayak Bukat yaitu 9 spesies. rumah adat mengelilingi lasah
Sementara itu, hasil penelitian Kuni et selanjutnya mereka turun menari
al. (2015) di Desa Tapang Kabupaten mengelilingi pondok. Penari bagian
Sekadau, menyatakan bahwa depan membawa tombak saat akan
masyarakat Suku Dayak Kerabat tidak menari mengelilingi pondok. Bambu
terlalu banyak menggunakan tumbuhan kuning yaitu untuk tempat makan hantu
sebagai upacara adat. atau yang dikenal dengan istilah
Pemanfaatan Tumbuhan untuk belakak. Isi dari belakak tersebut ialah
Ritual Adat Gawai Dayak Kayaan kue dinu, daging, darah secukupnya,
Dalam Acara Dange ditampilkan rokok dan disirih yang masing-masing
berbagai macam seni budaya Dayak isinya 5. Pada acara dange, ada juga
Kayaan, mulai dari pakaian, tari, musik, kegiatan yang dikenal dengan istilah
nyanyian hingga makanan dan minuman mela yaitu mengkibas-kibaskan daun
tradisional. Selain itu masyarakat Dayak Cordyline fruticosa ke tangan orang,
Kayaan juga memiliki kesenian yang arti dari mela ini ialah agar masuk
khas berupa seni pembuatan mandau, semangat baru. Sebagai penutup,
seni ukir, hingga seni pembuatan tato mereka makan bersama di dalam rumah
tradisional. Hal ini didukung oleh Ivo adat.
(2001) menyatakan bahwa dalam Gawai Pelaksanaan Gawai Dayak Kayaan di
menampilkan berbagai bentuk budaya Dusun Pagung Desa Datah Dian
tradisional seperti permainan tradisional Gawai Biasa atau Dange Mahut
dan berbagai bentuk kerajinan yang juga Kegiatan Dange Mahut
bernuansa tradisional. diselenggarakan setiap 1 tahun sekali
Pelaksanaan Gawai Dayak Kayaan di pada bulan Mei. Tumbuhan yang
Dusun Umaa’ Suling Desa Datah dimanfaatkan terdapat 9 spesies.
Dian Sebelum mereka melaksanakan Dange
Perayaan Gawai atau Dange di Mahut, terlebih dahulu mereka
dusun Umaa’ Suling ialah 1 tahun sekali mengumpulkan dana sebesar
yaitu pada bulan 5 dan pada perayaan Rp.100.000 per Kepala Keluarga dan
ini mereka mendirikan pondok. setiap rumah membuat kue dan lemang.

388
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

Kue yang wajib ada pada saat Dange bisa sukses, sekaligus diberikan
ialah kue pitoh, kue sirukung, kue dinu kemudahan dan rejeki dalam
serta lemang. Pada gawai ini, mereka perladangan pada tahun berikutnya.
menyembelih babi dan darah babi Mereka juga wajib membuat kue seperti
tersebut disimpan disuatu wadah yang kue pitoh, sirukung, dinu, dan lemang.
dinamakan mebang. Penari pada gawai Pada saat akan dimulainya
ini adalah anak kecil. perayaan gawai, ada orang yang
Ada istilah Purah Batang Bulit membunyikan gong. Gong tersebut
yaitu ada satu orang diatas membawa dibunyikan untuk memberitahu ke
air, air tersebut ditumpahkan ke orang- masyarakat bahwa acara gawai sudah
orang dibawahnya yang mengelilingi dimulai. Beberapa penari menari di
patung dan mereka membawa daun bakat, penari ini tidak sembarangan
pisang yang diisi nasi lalu dipukul- orang, orang yang boleh menari
pukul sambil berteriak (nga’i). Pada dipondok sebagai pembukaan tersebut
saat penutupan, ada acara Nyian Peji ialah orang yang pernah membunuh
yaitu bergandengan tangan, menurut orang. Pada saat menari di pondok,
mereka supaya kebersamaan penari tersebut membawa tombak dan
kekeluargaannya semakin erat. Ada mandau. Pada saat menari, ada kayu
beberapa orang menjaga gerbang bagian yang dicabut dengan akarnya ditombak
depan dan belakang, dan disinilah orang oleh penari lalu setelah ditombak ada
yang ada di dalam rumah adat tersebut serpihan kayu yang jatuh. Serpihan
dioles arang di mukanya dengan kayu yang jatuh tersebut disimpan di
maksud bahwa mereka telah mengikuti tapaan. Selanjutnya penari naik ke
gawai. rumah adat, ketika mereka akan naik
Gawai Inti atau Dange Jungkar lalu sape dibunyikan. Di pondok ini
Masyarakat mendirikan pondok juga ada dua orang Dayak Kayaan
atau Bakat pada perayaan Dange menyembelih babi dan orang yang
Jungkar, gawai inti ini diselenggarakan menyembelih babi tersebut dikelilingi
lima tahun sekali. Tumbuhan yang oleh penari-penari perempuan.
dimanfaatkan terdapat 20 spesies. Di Selanjutnya dua orang yang
dalam rumah adat ada tempat yang menyembelih babi tersebut di mela. Jika
dinamakan lasah yaitu simbol atau dalam pelaksanaannya tidak sesuai
media berupa sajian bagi masyarakat dengan ketentuan yang sudah ditetapkan
Dayak Kayaan untuk menyampaikan leluhur mereka, maka menurut mereka
doanya dan permohonan pada Tuhan. akan ada hujan petir disertai angin
Selain itu juga diadakan ritual neguk. kencang. Sebagai penutup dari acara ini
Ritual ini bertujuan untuk meminta pada ialah ada istilah Purah Batang Bulit.
tanah, hujan, kemarau, binatang dalam Pemanfaatan Tumbuhan untuk
tanah seperti cacing dan sebagainya Ritual Adat Gawai Dayak Bukat
agar kegiatan dange yang berlangsung

389
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

Terdapat 4 spesies yang digunakan kehilangan anaknya, ini dimaksudkan


dalam acara gawai oleh masyarakat agar anak bayi tersebut juga mengalami
Dayak Bukat. Gawai merupakan hal yang baik juga. Pada saat acara
keberkatan hasil panen mereka dan pemberian nama bayi, bayi dikenakan
acara gawai dilakukan satu tahun sekali. gelang manik di tangan kanannya lalu
Menurut Rivasintha dan Juniardi (2017) nama bayi disebutkan dihadapan bayi
upacara adat bagi masyarakat Dayak tersebut oleh orang yang telah dipercaya
berguna sebagai ungkapan rasa syukur untuk memberikan nama. Gelang manik
atas hasil panen yang telah diperoleh tersebut terbuat dari akar keliat yang
dan memohon perlindungan Tuhan didapat dari hutan. Gelang manik tidak
supaya diberi kesehatan dan boleh dilepas sampai nanti gelang
keselamatan. Dalam pelaksanaan gawai, tersebut terlepas dengan sendirinya.
mereka wajib membuat kue dino, Sementara itu, hasil penelitian Kuni et
lemang serta kue selukung. al. (2018) menyatakan bahwa untuk
Ketika acara dimulai, mereka pemberian nama anak yang telah lahir
menyiapkan mangkok untuk mengambil dengan cara mengunyah jahe
darah ayam jantan putih yang sudah (Zingeberofficinale) sambil minum
dimantra sebelumnya dan dimangkok tuak. Setelah proses pemberian nama
tersebut juga sudah ada memang (beras selesai, mereka juga mengadakan
ketan dan tuak) serta beram. Kemudian syukuran untuk si bayi tersebut yaitu
isi dalam mangkok tersebut, dipercikkan doa dan makan bersama dengan
di setiap rumah. Makna memercikkan masyarakat sekitar.
isi dari mangkok itu ke setiap rumah Pemanfaatan Tumbuhan untuk
yaitu mengusir segala kejahatan yang Ritual Adat Kelahiran Dayak Bukat
ada di kampung Bukat. Selanjutnya, Pantang hamil merupakan suatu
setelah ritual selesai pantang yang ditujukan ke suami dari
dilaksanakan maka masyarakat ibu yang sedang hamil. Pantang dari
berkumpul di gedung untuk suaminya tersebut ialah tidak boleh
bersilaturahmi antar masyarakat membuat sampan atau perahu, tidak
sekaligus makan dan minum yang sudah boleh memaku perahu, mengecat dan
dihidangkan. mangambil kayu bakar karena menurut
Pemanfaatan Tumbuhan untuk mereka jika pantang tersebut diabaikan
Ritual Adat Kelahiran Dayak Kayaan atau masih dilakukan maka ketika
Menurut masyarakat Dayak Kayaan anaknya lahir, akan ada tandanya.
beberapa hari setelah bayi lahir, Setelah melahirkan ada adat yang
diadakan acara pemberian nama untuk dinamakan “pantang melahirkan”.
si bayi. Pemberian nama tidak Pantang tersebut ditujukan untuk ibu
dilakukan oleh sembarang orang. Para yang sudah melahirkan. Pantangan
orang tua mempercayakan nama anak tersebut seperti tidak boleh memakan
pada orang yang tidak pernah labi-labi, kura-kura, ikan semah, ikan

390
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

kaloi, ikan tengadak, daun peranggi dan di samping mayat, ada lilin yang
daun ubi. Jika memakannya dipercaya dihidupkan dan disediakan juga
bisa gila atau bentak karena darah naik makanan. Pada proses penguburan,
ke kepala, dan jika memakan daun ubi setelah mayat tersebut ditimbun tanah,
dan daun peranggi bisa menyebabkan lalu ditaburkan daun pandan dan bunga-
sakit perut atau sakit biak yaitu pada bunga hias yang sudah dipotong kecil-
saat membuang air besar maka fesesnya kecil di atas kuburan. Hal ini didukung
tersebut berwarna hijau. Batas oleh Rahimah et al. (2018), yang
pantangannya kira-kira satu tahun atau menyebutkan bahwa digunakannya
sampai bayi bisa berjalan. Para ibu yang pandan karena aromanya yang wangi.
sudah melahirkan meminum jamu Setelah penguburan, ada yang
kunyit asam untuk membersihkan darah namanya masa berkabung atau yang
kotor yang ada didalam tubuhnya. Tidak biasa mereka sebut adat bulling yaitu
jauh berbeda dengan hasil penelitian pantang selama satu minggu. Pada masa
yang dilakukan oleh Prastiwi (2018), berkabung, daun talas diikat dengan
yang menyatakan kunyit mengandung kain merah lalu digantung di depan
banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu rumah. Menurutnya, di daun tersebut
nifas. ada bau yang khas untuk memberi tahu
Pada anak yang baru dilahirkan, roh orang yang meninggal bahwa
ketika berusia dua bulan dikenakan dirumah tersebut sedang ada masa
gelang manik dibagian tangan dan berkabung. Selama masa berkabung,
kakinya. Tali yang digunakan untuk orang tidak boleh sembarangan
gelang manik yaitu dari tali jala. berpergian ke rumah orang yang
Menurut mereka, dikenakannya gelang berkabung. Misalnya memakai
manik dilengan dan kaki ialah ketika perhiasan yang berlebihan, pakaian
besar nanti, tangan dan kakinya tumbuh serba baru, tidak boleh menghidupkan
bagus tidak bengkok, selain itu jika musik terlalu besar, sengaja mabuk-
tidak dikenakan manik, anak kecil mabukan, dan tidak boleh membuat
tersebut bisa lemah semangat. Manik kekacauan, karena menurut masyarakat
tersebut dilepas ketika sudah besar Kayaan itu pamali. Jika ada yang
sekitar usia 4 tahun. melanggar akan dikenakan sanksi.
Pemanfaatan Tumbuhan untuk Setelah tujuh hari, akan ada acara
Ritual Adat Kematian Dayak Kayaan buka bulling atau membuang pantang
Menurut kebiasaan masyarakat dengan mandi di sungai, karena
Dayak Kayaan jika ada orang atau menurut kepercayaan masyarakat Dayak
anggota keluarga yang meninggal, Kayaan jika belum mandi maka masih
sebelum dikuburkan mayat tersebut dinyatakan berkabung. Mereka
terlebih dahulu dimandikan lalu membuang pantang di sungai sebab
dikenakan pakaian adat. Kemudian dianggap selama mandi, air terus
mayat tersebut dibawa ke ruang tamu, mengalir maka semua yang melekat

391
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

ditubuh selama tujuh hari masa Makna dari meniup seruling ialah
berkabung hanyut bersama air tersebut. memanggil roh yang sudah meninggal,
Gong dibunyikan, tandanya sudah memberitahu agar roh orang yang
membuang pantang. Selanjutnya, orang- meninggal tersebut mengetahui bahwa
orang tersebut di mela atau dikibas- sudah terlepas dari dunia. Jika ada
kibaskan ke tangan kanannya oleh orang jangkrik yang berbunyi setelah
tertentu menggunakan C. fruticosa. memakamkan mayat, maka tandanya
Makna dari mela tersebut ialah bersih mereka sudah harus pulang. Perahu
dari segala penyakit dan masuk yang digunakan untuk mengantar mayat
semangat baru. ke kuburan nantinya dibalik lalu
Pemanfaatan Tumbuhan untuk ditenggelamkan (dikaramkan) di sungai.
Ritual Adat Kematian Dayak Bukat Buleng atau Bulling yaitu pantang
Masyarakat Dayak Bukat selama satu minggu. Orang yang
menuturkan bahwa ketika ada orang mengalami musibah tidak boleh keluar
yang meninggal mereka berkumpul di rumah, karena jika keluar rumah berarti
rumah duka, mereka berkumpul untuk tidak menggunakan adat sesuai di
menyiapkan segala persiapan untuk Bukat. Selama satu minggu, keluarga
pemakaman, seperti membuat peti, beserta masyarakat yang lain melakukan
plang nama, dan atap seng untuk rumah- sembahyang di rumah duka. Setelah
rumahnya serta kayu-kayunya. satu minggu, keluarga yang terkena
Bersamaan dengan orang-orang yang musibah tersebut melakukan buang
mempersiapkan untuk pemakaman, pantang. Buang pantang tersebut ialah
dilakukan juga pemandian untuk mayat keluarga yang terkena musibah dan
tersebut oleh keluarganya. Hal ini masyarakat lainnya pergi ke kuburan
didukung oleh Suwito el al. (2015), untuk melakukan doa. Selanjutnya
menyatakan bahwa mandi menjadi masyarakat yang ikut ke makam,
wujud kesucian karena sudah bersih dari memandikan keluarga duka. Daun
kotoran yang melekat dalam tubuh. palem yang sudah dianyam seperti
Keesokan harinya mereka berkumpul mangkok diisi air dan air itu digunakan
pada jam 6 pagi untuk mengantar untuk memandikan keluarganya.
mayatnya ke tempat pemakaman. Pada Selanjutnya keluarga duka dipakaikan
waktu mengantarkan mayat ke kuburan, baju baru. Setelah itu, mereka
mereka membawa tiang penamaan, mengadakan hiburan untuk orang yang
makanan yang dibungkus daun pisang, terkena musibah karena selama satu
serta seruling dari bambu. Keluarga minggu mereka tidak boleh keluar
yang terkena musibah tidak boleh ikut rumah. Salah satu hiburan tersebut ialah
ke kubur. taria-tarian.
Setelah proses penguburan selesai, Pemanfaatan Tumbuhan untuk
mereka menyimpan makanan tersebut Ritual Adat Membuka Ladang Dayak
dan ada orang yang meniup seruling. Bukat

392
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

Menurut masyarakat Bukat untuk disepakati kedua belah pihak keluarga


memulai membuka ladang, sebelumnya namun diantara barang seserahan
sudah ada tanda yaitu ada sejenis tersebut ada beberapa alat wajib yang
burung yang bisa ngomong untuk dibawa dan merupakan syarat khusus
menandakan boleh tidaknya dilanjutkan dalam pertunangan adat yaitu mandau,
atau dilakukan perladangan. Beras ketan tajung untuk laki-laki, bebendai, gong 5
putih dihambur-hamburkan dilokasi jengkal. Alat tersebut disimpan di
dimana akan digunakan untuk tempat perempuan, dan makna dari
perladangan. Sebelum dihambur- seserahan tersebut ialah tanda
hamburkan, terlebih dahulu beras ketan pemberian kasih.
putih tersebut diberi mantra. Makna dari Dua sampai tiga bulan setelah
dihambur-hamburkannya beras ketan tunangan, apabila sudah siap untuk
putih tersebut ialah supaya dalam menikah maka proses pernikahan
kegiatan perladangan tidak ada dilaksanakan secara adat. Pada
hambatan dan memohon jangan sampai pernikahan adat, mempelai laki-laki
menghalangi tujuan. Orang yang harus menyiapkan alat-alat yang wajib
menghamburkan beras ketan ialah dibawa dan diserahkan ke rumah
orangtua yang sudah berjasa selama mempelai perempuan. Alat-alat yang
berada di kampung Nanga Hovat, dan wajib dibawa seperti mandau, tajung,
apabila sembarang orang yang kain taah basaa’, gong 9 jengkal, taksa
menghamburkan takutnya ketulahan. hawa, bebenih/bebendai. Kedua
Menurut Hadiwijoyo et al. (2017), mempelai menghadap pastor untuk
berladang dilakukan secara gotong melakukan pemberkatan pernikahan
royong mulai dari persiapan dalam digereja setempat. Setelah acara
pemilihan ladang sampai dengan pemberkatan, mempelai perempuan
pemanenan. membawa suami beserta keluarganya ke
Pemanfaatan Tumbuhan untuk rumah pihak perempuan. Di rumah
Ritual Adat Pernikahan Dayak perempuan tersebut, keluarga lelaki
Kayaan menyerahkan alat-alat yang wajib
Pertunangan adat atau lebih dikenal dibawanya. Kemudian alat-alat yang
dengan istilah betunang adat pada diserahkan tersebut dihempas
masyarakat Dayak Kayaan menggunakan daun C. fruticosa, arti
menggunakan gelang yang terbuat dari dari dihempas ialah supaya hal-hal yang
benang dan diberi hiasan dua butir jelek hilang dan yang bagus masuk.
manik berwarna hitam dan putih sebagai Daun muda kelapa digantung di dinding
tanda pengikat bahwa keduanya telah pada acara pernikahan yaitu sebagai
menjadi sepasang kekasih dan gelang hiasan di Gereja dan ditempat resepsi.
tersebut wajib digunakan sampai pada Menurut mereka digunakannya kelapa
hari pernikahan. Selanjutnya, pemberian karena seluruh bagian kelapa bisa
barang seserahan yang telah dimanfaatkan, begitu juga dengan orang

393
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

yang akan menikah agar bisa mereka berkumpul dan melakukan


bermanfaat bagi semua orang. Hal ini ramah tamah agar lebih akrab. Setelah
didukung oleh Rahimah et al. (2018) itu laki-laki dan perempuan yang akan
pada Suku Aceh di Provinsi Aceh, yang menikah bisa tidur bersama sebelum
juga menggunakan kelapa dalam adat dilaksanakannya pernikahan asalkan
perkawinan dengan makna bahwa bisa dari mereka tidak ada yang berpaling
mulai membina keluarga baru dan lagi ke siapa-siapa. Pada saat akan
bermanfaat bagi semua orang. Acara menikah, kedua mempelai menghadap
selanjutnya, mereka berkumpul dan pastor paroki untuk melakukan
makan bersama. Klubo yaitu wadah pemberkatan pernikahan digereja
yang berisi nasi dan manik, wadah setempat. Pada resepsi pernikahan, ada
tersebut digunakan oleh kedua daun muda kelapa yang dimanfaatkan
mempelai untuk menyuapkan orangtua sebagai hiasan di dinding. Hal ini
dan saudaranya. didukung oleh Purwanti et al. (2017),
Pemanfaatan Tumbuhan untuk menyatakan bahwa daun kelapa
Ritual Adat Pernikahan Dayak Bukat digantung pada tiang raja pada resepsi
Sebelum menikah mempelai laki-laki pernikahan. Pemanfaatan laguang yaitu
meminta bantuan ke Ketua Adat dijadikan mantap ompong. Batang
untuk menanyakan kepada pihak laguang dibuat pada waktu acara
perempuan apakah mau menikah dimulai, sehingga pada waktu naik ke
dengan mempelai laki-laki sebelum rumah yang punya acara hanya orang
melaksanakan lamaran. Jika pihak terpenting yang pantas memotong
perempuan menerima ajakan dari pihak ompong.
laki-laki untuk menikah, maka KESIMPULAN
selanjutnya mereka berkumpul di rumah Berdasarkan hasil dari penelitian
yang bersangkutan untuk membicarakan bahwa tumbuhan ritual adat, yang
tentang pernikahan tersebut. Disitulah dimanfaatkan oleh masyarakat Desa
ada acara yang dikenal dengan istilah Datah Dian Kabupaten Kapuas Hulu
ngiban yaitu dimana pihak laki-laki yaitu sebagai berikut :
ditanya apakah mau untuk tinggal di 1. Jumlah jenis tumbuhan yang
rumah perempuan sesudah menikah, dimanfaatkan oleh masyarakat
jika laki-laki tersebut tidak mau tinggal Dayak Kayaan sebanyak 26 spesies
di rumah perempuan maka pernikahan dan jumlah jenis tumbuhan yang
tersebut tidak jadi dilaksanakan. dimanfaatkan oleh masyarakat
Sebaliknya, jika laki-laki tersebut mau Dayak Bukat sebanyak 9 spesies.
tinggal di rumah perempuan maka 2. Pelaksanaan ritual adat pada
pelaksanaan pernikahan dilanjutkan. masyarakat Dayak Kayaan terdapat 4
Ada istilah pesuro yaitu kegiatan yaitu ritual adat gawai,
mengantarkan pihak laki-laki ke rumah kelahiran, kematian, dan pernikahan
perempuan yang akan menikah, disitu sedangkan pada masyarakat Dayak

394
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395

Bukat terdapat 5 kegiatan yaitu ritual Kabupaten Tojo Una-Una.


adat gawai, kelahiran, kematian, Biocelebes 11(1):46-60.
membuka ladang, dan pernikahan. Rahimah, Hasanuddin, Djufri. 2018.
SARAN Kajian Etnobotani (Upacara Adat
Berdasarkan penelitian yang telah Suku Aceh di Provinsi Aceh).
dilakukan, maka perlu dilakukan Jurnal Biotik 6(1):53-58.
penelitian lanjutan dengan mengikuti Rahyuni E, Yniati E, Pitopang R. 2013.
rangkaian prosesi adat agar Kajian Etnobotani Tumbuhan
mendapatkan dokumentasi lengkap. Ritual Suku Tajio di Desa
DAFTAR PUSTAKA Kasimbar Kabupaten Parigi
Moutong. Jurnal of Natural
Hadiwijoyo E, Saharjo BH, Putra EI. Science 2(2): 46-54.
2017. Kearifan Lokal Masyarakat
Dayak Ngaju di Kalimantan Rivasintha E, Juniardi K. 2017.
Tengah dalam Melakukan Pergeseran Nilai-Nilai Budaya
Penyiapan Lahan dengan dalam Upacara Adat Gawai
Pembakaran. Jurnal Silvikultur Dayak Ditinjau dari Sosial
Tropika 8(1):1-8. Ekonomi Masyarakat Kota
Pontianak. Sosial Horizon 4(1):1-
Ivo H. 2001. Gawai Dayak dan 10.
Fanatisme Rumah Panjang
Sebagai Penelusuran Identitas. Setyowati FM, Riswan S, Susiarti S.
Humaniora 13(3):292-298. 2005. Etnobotani Msyarakat
Dayak Ngaju di Daerah Timpah
Kuni BE, Hardiansyah G, Idham. 2015. Kalimantan Tengah. Teknik
Etnobotani Masyarakat Suku Lingkungan 6(3):502-510.
Dayak Kerabat di Desa Tapang
Perodah Kecamatan Sekadau Hulu Suwito, Sriyanto A, Hidayat A. 2015.
Kabupaten Sekadau. Jurnal Tradisi dan Ritual Kematian
Hutan Lestari 3(3):383-400. Wong Islam Jawa. Jurnal
Kebudayaan Islam 13(2):197-216.
Mamahani AF, Simbala HEI, Saroyo.
2016. Etnobotani Tumbuhan Obat
Masyarakat Subetnis Tonsawang
Di Kabupaten Minahasa Tenggara
Provinsi Sulawesi Utara.
Pharmacon 5(2):205-212.
Prastiwi RS. 2018. Pengobatan
Tradisional (Jamu) dalam
Perawatan Kesehatan Ibu Nifas
dan Menyusui di Kabupaten
Tegal. Jurnal Siklus 7(1):263-267.
Purwanti, Miswan, dan Pitopang R.
2017. Studi Etnobotani Pada
Proses Ritual Adat Masyarakat
Suku Saluan Di Desa Pasokan

395

You might also like