Professional Documents
Culture Documents
(Ethnobotany Dayak Traditional Rituals Around the Forest in Datah Dian Village Kapuas Hulu
Regency)
Abstract
Ethnobotany is an interaction relationship between ethnic and plants. The Dayak Kayaan and
Dayak Bukat communities in Datah Dian Village, North Putussibau District, Kapuas Hulu
Regency have different knowledge in utilizing and managing plants for traditional ritual
activities. Research purpose was to obtain the ethnobotanical data utilized by the Dayak
Kayaan and Dayak Bukat communities for traditional rituals in Datah Dian Village, North
Putussibau District, Kapuas Hulu Regency. The method used in this research was a survey
method with snowball sampling technique by interviews with the community and assisted by
questionnaire. The results showed that the plants used by the Dayak Kayaan Tribe as many as
26 species and Dayak Bukat Tribe were obtained 9 species of plants. Plant utilization
performed by Dayak Kayaan community there are 4 activities namely for gawai, birth, death,
and marriage. The most widely used species of plants was tree habitus with 13 species and
parts of plants that are used mostly use were stem, leaves and all parts of plant with percentage
of each 27%. The utilization of plants performed by the Dayak Bukat community was 5 activities
that were for gawai, birth, death, marriage, and to open the fields. The most widely used species
of plants was the herb habitus form as many as 5 species and parts of plants that were most
widely utilized was leaf with a percentage of 56%. The implementation of traditional rituals by
Dayak Kayaan and Dayak Bukat communities is different, caused by different Dayak families.
Keywords : Dayak Kayaan, Dayak Bukat, Ethnobotany, Traditional Ritual
379
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
Tajio (Rahyuni et al. 2013). Penelitian agar mengetahui jenis tumbuhan yang
yang dilakukan di Desa Tapang Parodah digunakan masyarakat lokal dalam
Kecamatan Sekadau Hulu Kabupaten ritual adat agar tidak punah dan
Sekadau, diperoleh 6 spesies dari 6 berkelanjutan.
famili sebagai tumbuhan acara adat oleh Tujuan dari penelitian ini adalah
masyarakat Suku Dayak Karabat (Kuni untuk mendapatkan data etnobotani
et al. 2015). Penelitian di Desa Pasokan ritual adat yang dimanfaatkan oleh
Kabupaten Tojo Una-Una, diperoleh 31 masyarakat Suku Dayak Kayaan dan
spesies dari 22 famili pada proses ritual Dayak Bukat di Desa Datah Dian
adat yang dimanfaatlan oleh masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu. Hasil
Suku Saluan (Purwanti et al. 2017). penelitian diharapkan dapat menjadi
Penelitian oleh Suku Aceh di Provinsi sumber informasi terkait jenis tumbuhan
Aceh, diperoleh 28 spesies yang yang digunakan pada upacara ritual adat
dimanfaatkan sebagai upacara adat oleh serta pengetahuan masyarakat Dayak
masyarakat Suku Aceh (Rahimah et al. Kayaan dan Dayak Bukat dalam
2018). memanfaatkan tumbuhan yang
Dayak Kayaan dan Dayak Bukat digunakan.
merupakan Suku Dayak yang berada di METODE PENELITIAN
Desa Datah Dian, Kecamatan Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Datah Dian yang terdiri dari Dusun
Hulu. Masyarakat Suku Dayak Kayaan Umaa’ Suling, Dusun Pagung dan
dan Dayak Bukat masih bergantung Dusun Nanga Hovat, Kecamatan
pada hasil alam di sekitarnya. Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas
Masyarakat Dayak Kayaan dan Dayak Hulu dengan waktu selama ±4 minggu
Bukat memiliki pengetahuan yang di lapangan, dimulai dari tanggal 21 Juli
berbeda dalam pemanfaatan dan – 15 Agustus 2019.
pengelolaan sumber daya alam sesuai Alat yang digunakan dalam
dengan adat dan budayanya, diantaranya penelitian adalah buku identifikasi
untuk kegiatan ritual adat. Pemanfaatan tumbuhan, kuisioner dan tallysheet, alat
maupun penggunaan tumbuhan oleh tulis, kamera, alat perekam serta peta
masyarakat Suku Dayak ini sudah lokasi penelitian. Objek yang diteliti
menjadi tradisi secara turun-temurun. dalam penelitian ini adalah tumbuhan
Adanya perbedaan jenis tumbuhan yang dan masyarakat Suku Dayak Kayaan
digunakan serta cara memanfaatkannya dan Dayak Bukat di Desa Datah Dian
untuk kegiatan ritual adat terjadi Kabupaten Kapuas Hulu.
dikarenakan 2 sub etnis Dayak yang Penelitian dilakukan dengan
berbeda yang berada di Desa Datah menggunakan metode survey.
Dian. Pengetahuan lokal sangat Pengambilan data menggunakan teknik
diperlukan untuk dipelajari, selain snowball sampling. Data diperoleh
sebagai ilmu pengetahuan juga melalui observasi dan wawancara yang
380
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
dibantu dengan tallysheet. Data yang sehingga masyarakat Dayak Bukat ini
dikumpulkan berupa data primer dan tergolong masyarakat tertinggal
data sekunder. Data primer terdiri dari dibanding Dayak Kayaan. Kedua Suku
nama lokal tumbuhan, bentuk Dayak tersebut memanfaatkan
pemanfaatan, bagian yang digunakan tumbuhan untuk kegiatan ritual adat.
dan cara pemanfaatan ataupun Kegiatan ritual adat yang dilakukan oleh
pengolahan. Sedangkan untuk data masyarakat Dayak Kayaan ada 4 yaitu
sekunder diperoleh dari literatur, data- ritual adat gawai, kelahiran, kematian
data dari kantor desa atau data-data lain dan pernikahan. Sedangkan Dayak
yang terkait. Analisis data dalam Bukat ritual adatnya ada 5 yaitu ritual
penelitian ini menggunakan metode adat gawai, kelahiran, kematian,
deskriptif kualititaif. pernikahan dan membuka ladang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengetahuan masyarakat terhadap
Karakteristik Masyarakat Dayak pemanfaatan tumbuhan untuk ritual adat
Kayaan dan Dayak Bukat diperoleh secara turun-temurun dan ada
Desa Datah Dian merupakan salah beberapa yang mengetahuinya dari
satu desa yang berada di Kecamatan teman ke teman.
Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan
Hulu, dimana masyarakat desa tersebut Berdasarkan hasil wawancara
bersuku Dayak Kayaan dan Dayak dengan masyarakat diperoleh sebanyak
Bukat. Suku Dayak Kayaan mendiami 26 jenis dari 18 famili (1 tumbuhan
Dusun Umaa’ Suling dan Dusun Pagung yang belum diketahui jenisnya) yang
dengan jumlah penduduk Dayak dimanfaatkan oleh Suku Dayak Kayaan,
Kayaan 774 jiwa yang terdiri dari 194 disajikan pada Tabel 1 serta 9 jenis
KK. Sedangkan Suku Dayak Bukat tumbuhan dari 5 famili yang
mendiami Dusun Nanga Hovat dengan dimanfaatkan oleh Suku Dayak Bukat,
jumlah penduduknya 180 jiwa yang disajikan pada Tabel 2. Sementara itu,
terdiri dari 46 KK. Masyarakat Suku hasil penelitian Kuni et al. (2015),
Dayak Kayaan dan Dayak Bukat ini terdapat 6 jenis tanaman yang
merupakan masyarakat yang mendiami dimanfaatkan sebagai tumbuhan acara
Sungai Mendalam, akan tetapi adat oleh Suku Dayak Kerabat di Desa
pemukiman masyarakat Dayak Bukat Tapang Kabupaten Sekadau.
jauh lebih ke hulu Sungai Mendalam
381
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
depressa
11 Hivo - Aglaia sp Meliaceae Pohon Hutan
12 Hubo’ - Horsfieldia Myristicaceae Pohon Hutan
crassifolia
13 Hugul Juang Cordyline fruticosa Liliaceae Perdu Budidaya
14 Itun Luwe Talas Colocasia sp Araceae Herba Hutan
lung
15 Itun Ship - Calathea sp Marantaceae Herba Hutan
16 Kuyit Kunyit Curcuma Zingiberaceae Herba Budidaya
domestica Val
17 Lunan Ara Ficus sp Moraceae Pohon Hutan
18 Maeh - Xylopia sp Annonaceae Pohon Hutan
Payang
19 Nyoh Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Pohon Budidaya
20 Padaan Pandan Pandanus sp Pandanaceae Perdu Budidaya
21 Pare Padi Oryza sativa Poaceae Herba Budidaya
22 Putek Pisang Musa sp Musaceae Herba Budidaya
23 Sawit Sawit Elaeis guineensis Arecaceae Pohon Hutan
24 Segalaang - Syzygium sp Myrtaceae Pohon Hutan
25 Temau - Cratoxylum Hypericaceae Pohon Hutan
arborescens
26 Wee Rotan Calamus sp Arecaceae Liana Hutan
382
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
Tabel 2. Jenis-Jenis Tumbuhan yang Dimanfaatkan oleh Masyarakat Dayak Bukat Desa
Datah Dian, Kabupaten Kapuas Hulu (The species of plants used by the Dayak
Bukat community of Datah Dian Village, Kapuas Hulu Regency).
No Nama Nama Nama Ilmiah Famili Habitus Status di
Lokal Indonesia Alam
1 Apit Pisang Musa sp Musaceae Herba Budidaya
2 Baha Beras Oryza sativa Poaceae Herba Budidaya
perubak Ketan var. glutinosa
3 Buluk tugu Bambu Schyzostachyum Poaceae Semak Hutan
lemang brachyladum
4 Gurung Kelapa Cocos nucifera Arecaceae Pohon Budidaya
5 Koyan Palem Pinanga sp Arecaceae Pohon Hutan
6 Kunyik Kunyit Curcuma Zingiberaceae Herba Budidaya
domestica Val
7 Laguang Mahang Homalanthus Euphorbiaceae Pohon Hutan
populneus
8 Pekaran Pisang Musa borneensis Musaceae Herba Hutan
rutai
9 Pute’ Pisang Musa sp Musaceae Herba Budidaya
383
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
384
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
10
Dayak Kayaan
5
Dayak Bukat
0
Pohon Herba Liana Perdu Semak
Habitus
385
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
386
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
387
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
388
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
Kue yang wajib ada pada saat Dange bisa sukses, sekaligus diberikan
ialah kue pitoh, kue sirukung, kue dinu kemudahan dan rejeki dalam
serta lemang. Pada gawai ini, mereka perladangan pada tahun berikutnya.
menyembelih babi dan darah babi Mereka juga wajib membuat kue seperti
tersebut disimpan disuatu wadah yang kue pitoh, sirukung, dinu, dan lemang.
dinamakan mebang. Penari pada gawai Pada saat akan dimulainya
ini adalah anak kecil. perayaan gawai, ada orang yang
Ada istilah Purah Batang Bulit membunyikan gong. Gong tersebut
yaitu ada satu orang diatas membawa dibunyikan untuk memberitahu ke
air, air tersebut ditumpahkan ke orang- masyarakat bahwa acara gawai sudah
orang dibawahnya yang mengelilingi dimulai. Beberapa penari menari di
patung dan mereka membawa daun bakat, penari ini tidak sembarangan
pisang yang diisi nasi lalu dipukul- orang, orang yang boleh menari
pukul sambil berteriak (nga’i). Pada dipondok sebagai pembukaan tersebut
saat penutupan, ada acara Nyian Peji ialah orang yang pernah membunuh
yaitu bergandengan tangan, menurut orang. Pada saat menari di pondok,
mereka supaya kebersamaan penari tersebut membawa tombak dan
kekeluargaannya semakin erat. Ada mandau. Pada saat menari, ada kayu
beberapa orang menjaga gerbang bagian yang dicabut dengan akarnya ditombak
depan dan belakang, dan disinilah orang oleh penari lalu setelah ditombak ada
yang ada di dalam rumah adat tersebut serpihan kayu yang jatuh. Serpihan
dioles arang di mukanya dengan kayu yang jatuh tersebut disimpan di
maksud bahwa mereka telah mengikuti tapaan. Selanjutnya penari naik ke
gawai. rumah adat, ketika mereka akan naik
Gawai Inti atau Dange Jungkar lalu sape dibunyikan. Di pondok ini
Masyarakat mendirikan pondok juga ada dua orang Dayak Kayaan
atau Bakat pada perayaan Dange menyembelih babi dan orang yang
Jungkar, gawai inti ini diselenggarakan menyembelih babi tersebut dikelilingi
lima tahun sekali. Tumbuhan yang oleh penari-penari perempuan.
dimanfaatkan terdapat 20 spesies. Di Selanjutnya dua orang yang
dalam rumah adat ada tempat yang menyembelih babi tersebut di mela. Jika
dinamakan lasah yaitu simbol atau dalam pelaksanaannya tidak sesuai
media berupa sajian bagi masyarakat dengan ketentuan yang sudah ditetapkan
Dayak Kayaan untuk menyampaikan leluhur mereka, maka menurut mereka
doanya dan permohonan pada Tuhan. akan ada hujan petir disertai angin
Selain itu juga diadakan ritual neguk. kencang. Sebagai penutup dari acara ini
Ritual ini bertujuan untuk meminta pada ialah ada istilah Purah Batang Bulit.
tanah, hujan, kemarau, binatang dalam Pemanfaatan Tumbuhan untuk
tanah seperti cacing dan sebagainya Ritual Adat Gawai Dayak Bukat
agar kegiatan dange yang berlangsung
389
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
390
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
kaloi, ikan tengadak, daun peranggi dan di samping mayat, ada lilin yang
daun ubi. Jika memakannya dipercaya dihidupkan dan disediakan juga
bisa gila atau bentak karena darah naik makanan. Pada proses penguburan,
ke kepala, dan jika memakan daun ubi setelah mayat tersebut ditimbun tanah,
dan daun peranggi bisa menyebabkan lalu ditaburkan daun pandan dan bunga-
sakit perut atau sakit biak yaitu pada bunga hias yang sudah dipotong kecil-
saat membuang air besar maka fesesnya kecil di atas kuburan. Hal ini didukung
tersebut berwarna hijau. Batas oleh Rahimah et al. (2018), yang
pantangannya kira-kira satu tahun atau menyebutkan bahwa digunakannya
sampai bayi bisa berjalan. Para ibu yang pandan karena aromanya yang wangi.
sudah melahirkan meminum jamu Setelah penguburan, ada yang
kunyit asam untuk membersihkan darah namanya masa berkabung atau yang
kotor yang ada didalam tubuhnya. Tidak biasa mereka sebut adat bulling yaitu
jauh berbeda dengan hasil penelitian pantang selama satu minggu. Pada masa
yang dilakukan oleh Prastiwi (2018), berkabung, daun talas diikat dengan
yang menyatakan kunyit mengandung kain merah lalu digantung di depan
banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu rumah. Menurutnya, di daun tersebut
nifas. ada bau yang khas untuk memberi tahu
Pada anak yang baru dilahirkan, roh orang yang meninggal bahwa
ketika berusia dua bulan dikenakan dirumah tersebut sedang ada masa
gelang manik dibagian tangan dan berkabung. Selama masa berkabung,
kakinya. Tali yang digunakan untuk orang tidak boleh sembarangan
gelang manik yaitu dari tali jala. berpergian ke rumah orang yang
Menurut mereka, dikenakannya gelang berkabung. Misalnya memakai
manik dilengan dan kaki ialah ketika perhiasan yang berlebihan, pakaian
besar nanti, tangan dan kakinya tumbuh serba baru, tidak boleh menghidupkan
bagus tidak bengkok, selain itu jika musik terlalu besar, sengaja mabuk-
tidak dikenakan manik, anak kecil mabukan, dan tidak boleh membuat
tersebut bisa lemah semangat. Manik kekacauan, karena menurut masyarakat
tersebut dilepas ketika sudah besar Kayaan itu pamali. Jika ada yang
sekitar usia 4 tahun. melanggar akan dikenakan sanksi.
Pemanfaatan Tumbuhan untuk Setelah tujuh hari, akan ada acara
Ritual Adat Kematian Dayak Kayaan buka bulling atau membuang pantang
Menurut kebiasaan masyarakat dengan mandi di sungai, karena
Dayak Kayaan jika ada orang atau menurut kepercayaan masyarakat Dayak
anggota keluarga yang meninggal, Kayaan jika belum mandi maka masih
sebelum dikuburkan mayat tersebut dinyatakan berkabung. Mereka
terlebih dahulu dimandikan lalu membuang pantang di sungai sebab
dikenakan pakaian adat. Kemudian dianggap selama mandi, air terus
mayat tersebut dibawa ke ruang tamu, mengalir maka semua yang melekat
391
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
ditubuh selama tujuh hari masa Makna dari meniup seruling ialah
berkabung hanyut bersama air tersebut. memanggil roh yang sudah meninggal,
Gong dibunyikan, tandanya sudah memberitahu agar roh orang yang
membuang pantang. Selanjutnya, orang- meninggal tersebut mengetahui bahwa
orang tersebut di mela atau dikibas- sudah terlepas dari dunia. Jika ada
kibaskan ke tangan kanannya oleh orang jangkrik yang berbunyi setelah
tertentu menggunakan C. fruticosa. memakamkan mayat, maka tandanya
Makna dari mela tersebut ialah bersih mereka sudah harus pulang. Perahu
dari segala penyakit dan masuk yang digunakan untuk mengantar mayat
semangat baru. ke kuburan nantinya dibalik lalu
Pemanfaatan Tumbuhan untuk ditenggelamkan (dikaramkan) di sungai.
Ritual Adat Kematian Dayak Bukat Buleng atau Bulling yaitu pantang
Masyarakat Dayak Bukat selama satu minggu. Orang yang
menuturkan bahwa ketika ada orang mengalami musibah tidak boleh keluar
yang meninggal mereka berkumpul di rumah, karena jika keluar rumah berarti
rumah duka, mereka berkumpul untuk tidak menggunakan adat sesuai di
menyiapkan segala persiapan untuk Bukat. Selama satu minggu, keluarga
pemakaman, seperti membuat peti, beserta masyarakat yang lain melakukan
plang nama, dan atap seng untuk rumah- sembahyang di rumah duka. Setelah
rumahnya serta kayu-kayunya. satu minggu, keluarga yang terkena
Bersamaan dengan orang-orang yang musibah tersebut melakukan buang
mempersiapkan untuk pemakaman, pantang. Buang pantang tersebut ialah
dilakukan juga pemandian untuk mayat keluarga yang terkena musibah dan
tersebut oleh keluarganya. Hal ini masyarakat lainnya pergi ke kuburan
didukung oleh Suwito el al. (2015), untuk melakukan doa. Selanjutnya
menyatakan bahwa mandi menjadi masyarakat yang ikut ke makam,
wujud kesucian karena sudah bersih dari memandikan keluarga duka. Daun
kotoran yang melekat dalam tubuh. palem yang sudah dianyam seperti
Keesokan harinya mereka berkumpul mangkok diisi air dan air itu digunakan
pada jam 6 pagi untuk mengantar untuk memandikan keluarganya.
mayatnya ke tempat pemakaman. Pada Selanjutnya keluarga duka dipakaikan
waktu mengantarkan mayat ke kuburan, baju baru. Setelah itu, mereka
mereka membawa tiang penamaan, mengadakan hiburan untuk orang yang
makanan yang dibungkus daun pisang, terkena musibah karena selama satu
serta seruling dari bambu. Keluarga minggu mereka tidak boleh keluar
yang terkena musibah tidak boleh ikut rumah. Salah satu hiburan tersebut ialah
ke kubur. taria-tarian.
Setelah proses penguburan selesai, Pemanfaatan Tumbuhan untuk
mereka menyimpan makanan tersebut Ritual Adat Membuka Ladang Dayak
dan ada orang yang meniup seruling. Bukat
392
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
393
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
394
JURNAL HUTAN LESTARI (2020)
Vol. 8 (2) : 379 – 395
395