You are on page 1of 8

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN STATUS KEBERSIHAN

GIGI DAN MULUT PADA SISWA TUNANETRA


( Studi pada Siswa Tunanetra kelas V dan VI SDLB A YPAB Surabaya)

Isnanto1, Dwi Rahayu2


Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Surabaya

Abstract

Dental health is part of overall health. Dental health status of one person can be known
from teeth and oral hygiene. Based on preliminary data retrieval can be known low
status of oral hygiene in Class V and VI SDLB A YPAB Surabaya. Therefore, how to
maintain oral hygiene right to know the children at an early age, including children with
disabilities (blind). Parenting of parents become one of the important factors in
tercpainya status of oral hygiene is good. The purpose of this study was to determine the
relationship of parenting parents with status of oral hygiene in grade V and V1 SDLB A
YPAB Surabaya. Type of study is a cross sectional analytic with the target number of 20
students (dependent variable) and 20 mothers of students (independent variables),
methods of data collection used is the examination of dental and oral hygiene status and
distribution of questionnaires to the student's mother, a data analysis technique using chi
square and presented in tabular form. From the research that has been carried out it
was concluded that there was no relationship between parenting parents with dental and
oral hygiene status of blind students in grade V and VI SDLB A YPAB Surabaya.
Key words: Parenting of parents, status of oral hygiene, blind student
Pendahuluan

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 sehingga dapat mempengaruhi


tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang kesehatan anggota tubuh lainnya, dan
Nasional (RPJP-N) Tahun 2005-2025 mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
tercantum bahwa pembangunan kesehatan Meningkatkan derajat kesehatan gigi
diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, anak-anak merupakan suatu hal yang
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi sangat penting. Usaha menanggulangi
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan serta memperbaiki kesehatan gigi anak
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat membutuhkan tenaga kesehatan dan
terwujud. Untuk mencapai tujuan peran serta orangtua.
pembangunan kesehatan tersebut Menurut Green orangtua dan
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan guru mempunyai peran terhadap
secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. perilaku anak dalam memelihara
Salah satu upaya kesehatan yang berpengaruh kesehatannya, termasuk memelihara
terhadap pembangunan kesehatan adalah kesehatan gigi8.
kesehatan gigi dan mulut. Gigi merupakan satu
kesatuan dengan anggota tubuh lainnya,

214
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)

Orangtua mempunyai peran yang sangat Guna mengetahui tingkat kebersihan


penting dalam perawatan gigi anak-anaknya, gigi dan mulut perlu dilakukan pemeriksaan
dengan peran yang dilakukan orang tua OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) dari
meliputi memberi contoh perawatan gigi, Green dan Vermilion, pemeriksaan ini dengan
memotivasi merawat gigi, mengawasi memakai debris indeks (DI) dan calculus
perawatan gigi, dan membawa anak ke indeks (CI) yang nilai dari kedua indeks
pelayanan kesehatan gigi jika anak sakit gigi, dijumlahkan untuk mengetahui jumlah OHI-S
baik melalui jalur rumah, maupun sekolah atau nya. Berdasarkan nilai OHI-S dapat diketahui
UKGS1. Peran orangtua juga sangat diperlukan tingkat kebersihan gigi seseorang masuk dalam
bagi anak-anak berkebutuhan khusus. kategori baik, sedang atau jelek. Kebersihan
Anak berkebutuhan khusus termasuk gigi dan mulut dapat diukur dengan
penyandang cacat merupakan salah satu menggunakan kriteria Oral Higiene Index
sumber daya manusia bangsa Indonesia yang Simplified (OHI-S) dari Green dan Vermilion.
kualitasnya harus ditingkatkan agar dapat OHI-S dikategorikan sebagai berikut: baik 0,0-
6
berperan, tidak hanya sebagai obyek 1,2, sedang 1,3-3,0, dan buruk 3,1-6,0
pembangunan tetapi juga sebagai subyek Berdasarkan hasil survey yang telah
pembangunan. Pemeliharaan kesehatan gigi dilakukan pada bulan Desember 2013 dengan
dan mulut pada tuna netra merupakan hal yang sasaran adalah siswa kelas V dan VI SDLB A
sangat penting, sama halnya seperti anak YPAB Surabaya, diperoleh nilai OHI-S rata-
normal. rata 3,23. Hal ini menunjukkan bahwa
Oral hygiene yang buruk merupakan kebersihan gigi dan mulut siswa kelas kelas V
faktor utama penyebab kerusakan gigi. dan VI SDLB A YPAB Surabaya masuk
Kerusakan pada gigi bisa dalam kategori jelek. Hal ini berarti bahwa
menyebakangangguan atau masalah kesehatan gigi dan mulut pada siswa SDLB
pertumbuhan dan perkembangan pada anak A YPAB Surabaya belum sesuai dengan
akibat kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi tingkat kesehatan yang di harapkan. SDLB A
dan mulut akan menurunkan selera makan YPAB Surabaya merupakan sekolah binaan
anak dan pemecahan makanan di dalam mulut Puskesmas yang kegiatan pemeriksaanya
tidak sempurna sehingga penyerapan nutrisi dilaksanakan setiap 1 bulan sekali karena
yang dibutuhkan oleh tubuh akan terganggu4 anak penyandang cacat berisiko lebih tinggi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh terhadap penyakit dibanding anak normal di
Joseph Z pada anak normal dan penderita sekolah umum dan rawan bertambah parah
tunanetra menunjukkan bahwa Indeks debris, kecacatannya serta ketergantungannya pada
kalkulus dan oral hygiene penderita tunanetra orang lain. Disamping itu SDLB A YPAB
lebih tinggi dibandingkan anak normal, hal ini Surabaya berada pada wilayah perkotaan
disebabkan mereka mengalami kesulitan dalam yang mempunyai sarana dan prasarana yang
memelihara kesehatan rongga mulut mereka, memadai untuk menjangkau pelayanan
menjangkau akses untuk perawatan gigi serta kesehatan gigi dan mulut.
mereka juga sulit menerima perawatan gigi. Pemeriksaangigidisekolahdilaksanakan
Maka dari itu peran serta dari orangtua dalam melalui program UKGS. UKGS ditujukan
usaha menjaga kebersihan gigi bagi tunanetra untuk memelihara, meningkatkan kesehatan
juga sangat diperlukan3 gigi dan mulut seluruh peserta didik di
Para tunanetra memiliki kepekaan indera sekolah yang memerlukan perawatan
pendengaran dan perabaan yang lebih baik
kesehatangigidanmulut1
dibandingkan dengan anak normal,maka dari
itu orangtua harus selalu
Metode Penelitian
mendampingi,mengarahkan dan memotivasi
anak untuk menjaga kebersihan giginya
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik
dengan membantu menyediakan fasilitas, serta
cross sectional . Sasaran penelitian adalah
membantu anak pada waktu menyikat gigi
orangtua siswa yaitu ibu dari siswa tunanetra
untuk menunjukkan bagaimana cara menyikat
gigi yang benar5

215
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)
kelas V dan VI SDL YPAB Surabaya kelamin wanita mempunyai jumlah yang
( variabel bebas) dan siswa tunanetra kelas V seimbang yaitu masing-masing 50%.
dan V1 SDLB YPAB Surabaya (variabel
terikat). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis
Metode pengumpulan data pada variabel bebas Pekerjaan Ibu dari Siswa
dengan dengan wawancara, variabel terikat Tunanetra Kelas V dan VI SDLB
metode pengumpulan data dengan observasi A YPAB Surabaya
(pemeriksaan status kebersihan gigi dan mulut
pada siswa tunanetra SDLB A YPAB Pekerjaan Frekuensi Presentase
Surabaya). (%)
PNS 2 10
Kedua data yang telah diperoleh kemudian Wiraswasta
diolah melalui tahap pengolahan data sebagai 1 5
Swasta 1 5
berikut :
Ibu Rumah 15 75
1. Scoring, dilakukan dengan memberi tanda
Tangga
pada masing-masing jawaban dengan kode Lain-lain
berupa angka, sehingga memudahkan 1 5
Total 20 20
proses pemasukan data di computer.
2. Coding, dalam pengolahan data ini peneliti
melakukan pemberian kode berupa angka Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa
untuk selanjutnya dimasukkan pada tabel jenis pekerjaan responden dengan
kerja untuk mempermudah pembacaan. presentase yang paling banyak yaitu
3. Entri data merupakan suatu proses sebagai ibu rumah tangga (75%)
memasukkan data ke dalam perangkat dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain
komputer dengan pengolahan data SPSS. yaitu PNS (10%), Wiraswata (5%),
Swasta (5%), dan jenis pekerjaan yang
Analisa data : untuk melihat gambaran pola
asuh orangtua dan status kebersihan gigi dan
lain (5%).
mulut secara tunggal menggunakan analisis
univariat. menggunakan distribusi frekuensi dan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur
proporsinya. Untuk menganalisa hubungan Siswa Tunanetra Kelas V dan VI
antara pola serta orangtua dengan kebersihan SDLB A YPAB Surabaya
gigi dan mulut menggunakan analisa bivariat
dengan uji chi-square. Umur Frekuensi Presentase
(%)
Hasil Pengumpulan Data 11 5 25
12 8 40
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin 13 4 20
Siswa Tunanetra Kelas V dan VI 14 2 10
SDLB A YPAB Surabaya 15 1 5
Jenis Frekuensi Persentase Total 20 20
Kelamin (%) Berdasarkan tabel dapat diketahui siswa
Laki-laki 10 50 yang paling banyak berumur 12 tahun
Perempuan 10 50 (40%) dan yang paling sedikit adalah
Total 20 100 jumlah siswa yang berumur 15 tahun
(5%).
Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah
Tabel 4.Distribusi Frekuensi Umur Ibu
responden dengan jenis kelamin laki-laki
Siswa Siswa Tunanetra Kelas V
sama dengan responden dengan jenis

216
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)

dan VI SDLB A YPAB


Surabaya Tabel 6 Distribusi Frekuensi Status

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa Umur Frekuensi Presentase


umur ibu-ibu yang paling banyak (%)
terdapat kelompok umur 31-35 tahun 31-35 8 40
kemudian ibu dengan kelompok umur 36-40 7 35
41-45 tahun mempunyai jumlah yang 41-45 2 10
paling sedikit (10%). 46-50 3 15
Total 20 100
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kebersihan Gigi dan Mulut
Pendidikan Orangtua Siswa Siswa
Tunanetra Kelas V dan VI
SDLB A YPAB Surabaya
Tabel 7 Tunanetra Kelas V dan VI SDLB
Pendidikan Frekuensi Presentase A YPAB Surabaya
(%)
SMA 15 75 Kategori Frekuensi Persentase
Sarjana 5 25 (%)
Total 20 100 Baik 0 0
Sedang 2 10
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa Buruk 18 90
latar belakang pendidikan ibu-ibu dari Total 20 100
siswa tunanetra kelas V dan VI SDLB A
YPAB Surabaya sebagian besar adalah Dari tabel diatas dapat
SMA sebesar 75%. disimpulkan bahwa status kebersihan
gigi dan mulut pada siswa tunanetra
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pola Asuh kelas V dan VI SDLB A YPAB
Orangtua dalam merawat Surabaya sebagian besar (90%)
Kebersihan Gigi dan Mulut mempunyai kategori buruk.
Siswa Tunanetra Kelas V dan VI Berdasarkan table 8 diketahui p
SDLB A YPAB Surabaya value 0,289 Sedangkan nilai tingkat
signifikan () yaitu 0,05. Dari data
Kategori Frekuensi Persentase tersebut menunjukkan p value >
(%) (0,289 > 0,05). Hal ini berarti H0
Baik 11 55 diterima sehingga kedua variabel
Buruk 9 45 tersebut tidak ada hubungan. Dengan
Total 20 100 demikian tidak ada hubungan secara
signifikan antara pola asuh orangtua
Berdasarkan tabel dapat diketahui dalam merawat kebersihan gigi dan
bahwa pola asuh orangtua dalam mulut dengan status kebersihan gigi dan
merawat kebersihan gigi dan mulut anak mulut siswa tunanetra kelas V dan VI
dengan kategori baik (55%) dan SDLB A YPAB Surabaya .
kategori buruk (45%).

5. Status Kebersihan Gigi dan Mulut


Siswa Tunanetra Kelas V dan VI
SDLB A YPAB Surabaya

217
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)

Tabel 8. Hubungan Pola Asuh Orang dalam peran asuh. Pengetahuan tentang
Tua dengan Kebersihan Gigi cara merawat kebersihan gigi dan mulut
dan Mulut Siswa SDLB A bisa diperoleh dari pendidikan formal
YPABSurabaya maupun non formal tentang kebersihan
gigi dan mulut5. Informasi dari
pendidikan non formal misalnya
Kategori Pola Total P.
Index Kebersihan Asuh Value
diperoleh dari kegiatan penyuluhan
Gigi Buruk Baik tentang cara merawat kebersihan gigi
Sedang 0 2 2 0,289
Buruk 9 9 18
dan mulut.
Total 9 11 20
b. Budaya
PEMBAHASAN Sering kali orang tua mengikuti cara-cara
Berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh masyarakat dalam
menggunakan chi-square dapat mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh
antara pola asuh orangtua dalam merawat anak. Orang tua mengharapkan kelak
kebersihan gigi dan mulut dengan anaknya dapat diterima dimasyarakat
rendahnya status kebersihan gigi dan dengan baik, oleh karena itu kebudayaan
mulut siswa tunanetra kelas V dan VI atau kebiasaan masyarakat dalam
SDLB A YPAB Surabaya. Penelitian ini mengasuh anak juga mempengaruhi setiap
sesuai dengan penelitian Karina Anggi orang tua dalam memberikan pola asuh
Hardiani (2013) menyimpulkan bahwa terhadap anaknya13. Padahal belum tentu
tidak hubungan pola asuh orangtua pola asuh yang ada pada masyarakat sesuai
dengan kebersihan rongga mulut anak dengan kondisi yang dibutuhkan pada
retardasi mental SLB-C yayasan taman anak, misalnya cara merawat kebersihan
pendidikan dan asuhan Jember, yang gigi dan mulut pada anak tunanetra
menunjukkan tidak ada hubungan. terdapat perbedaan dari bagaimana cara
Beberapa factor yang dapat menjadi orangtua mengajarkan sikat gigi
penyebab tidak adanya hubungan antara dibandingkan dengan anak normal
pola asuh dalam merawat kebersihan gigi
dan mulut dengan rendahnya status c. Lingkungan
kebersihan gigi dan mulut siswa tunanetra
kelas V dan VI SDLB A YPAB Surabaya Lingkungan banyak mempengaruhi
dapat ditinjau dari beberapa faktor yang perkembangan anak, maka tidak mustahil
mempengaruhi terbentuknya pola asuh jika lingkungan juga ikut serta mewarnai
diantaranya : pola-pola pengasuhan yang diberikan orang
a. Pengetahuan orangtua Tentang tua terhadap anaknya.
Kebersihan Gigi dan Mulut Ketiga faktor diatas merupakan
Pengetahuan orangtua sangat penting faktor penentu kualitas pola asuh yang
dalam mendasari terbentuknya pola asuh diberikan orangtua terhadap anaknya. Tidak
yang mendukung atau tidak mendukung terkecuali pola asuh pada anak tunanetra
kebersihan gigi dan mulut anak17. yang memiliki keterbatasan dalam
Hasil riset dari Sir Godfrey dan penglihatan. Anak tunanetra pada
Thomson mengatakan pengetahuan umumunya memiliki keterbatasan dalam
tentang kebersihan gigi dan mulut dapat konsep dan pengalaman baru, keterbatasan
mempengaruhi tingkah laku, pikiran, dan dalam berinteraksi dengan lingkungan, dan
sikap orangtua menjalankan kesiapannya keterbatasan dalam mobilitas, sehingga

218
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)

pembelajaran pada tunanetra harus menyikat gigi yang baik dan benar. Salah
mengacu pada kebutuhan akan pengalaman satu cara penyuluhan yang benar pada anak
kongkrit, kebutuhan akan pengalaman tunanetra adalah menggunakan komunikasi
memadukan, kebutuhan akan berbuat dan verbal ekstensif dan komprehensif dengan
bekerja dalam belajar. Demikian juga metode Tell Show Do. Tell berarti
orangtua dalam merawat kebersihan gigi memberikan penjelasan tentang cara
dan mulut pada anak tunanetra harus menjaga kebersihan gigi dan mulut. Show
memahami bagaimana caranya yang baik, berarti memfokuskan pada pengoptimalan
sehingga anak juga akan memiliki perabaan anak tunanetra terhadap edia yang
kebiasaan yang baik dalam merawat dipakai berupa manekin gigi disertai
kebersihan gigi dan mulut. penjelasan sehingga mudah dibayangkan.
Pola asuh orangtua akan Do berarti mengarahkan siswa untuk
mempengaruhi sikap seorang anak7 melakukan yang diajarkan5
Menurut teori L Green sikap termasuk Faktor yang terakhir adalah faktor
dalam predispocing factors,yang genetik atau keturunan dapat
mempengaruhi terbentuknya perilaku. mempengaruhi pertumbuhan gigi crowded
Tetapi Pengetahuan yang baik, sikap yang pada anak. Hal tersebut bisa terjadi apabila
baik, belum tentu tindakan yang dilakukan ibu memiliki jenis rahang kecil sedangkan
baik juga. Hal ini terjadi karena ayah memiliki jenis gigi dengan ukuran
pengetahuan dan sikap sebatas perilaku besar apabila anak memiliki jenis rahang
tertutup, artinya masih terbatas dalam dari ibu dan memiliki ukuran gigi dari ayah
bentuk perhatian, perasaan, persepsi. maka akan mengakibatkan crowded karena
Sedangkan tindakan merupakan perilaku rahang tidak cukup. Gigi yang crowded
terbuka, artinya telah dilakukan atau telah akan mempermudah sisa-sisa makanan
di praktekkan17. Sikap belum tentu terwujud untuk tinggal diantara gigi geligi sehingga
dalam tindakan sebab untuk terwujudnya mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut.
tindakan perlu faktor lain antara lain adanya
fasilitas atau sarana dan prasarana14. Simpulan
Rendahnya status kebersihan gigi Berdasarkan penelitian yang telah
dan mulut apabila ditinjau dari teori Blum dilakukan maka dapat disimpulkan :
tidak hanya ditentukan oleh perilaku yang a. Status kebersihan gigi dan mulut
dibentuk oleh pola asuh tetapi juga ada siswa tunanetra kelas V dan VI
faktor lain yang mempengaruhi diantaranya SDLB A YPAB Surabaya sebagian
lingkungan sekolah yaitu peran serta dari besar (90%) mempunyai kategori
guru dalam memberikan atau mengajarkan buruk.
anak-anak tentang cara menyikat gigi, b. Pola asuh orangtua dalam merawat
membimbing pola jajan anak-anak selama kebersihan gigi dan mulut pada anak
disekolah dengan cara menyediakan jenis tunanetra kelas V dan VI SDLB A
jajanan yang baik untuk kesehatan gigi YPAB Surabaya mempunyai jumlah
misalnya buah-buahan, menyediakan kategori baik (50%), yang termasuk
pemeriksaan gigi dan mulut setiap 6 bulan kategori buruk (50%).
sekali dengan cara bekerjasama dengan c. Tidak ada hubungan antara pola
pihak Puskesmas. Peran petugas kesehatan asuh orangtua dalam merawat
juga sangat penting, selain melakukan kebersihan gigi dan mulut dengan
upaya kuratif pada anak-anak juga harus status kebersihan gigi dan mulut
diikuti dengan upaya promotif dan preventif siswa tunanetra kelas V dan VI
misalnya penyuluhan serta kegiatan sikat SDLB A YPAB Surabaya.
gigi massal untuk mengajarkan cara Saran

219
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)

Berdasarkan hasil dan pembahasan 4. Greene and Vermillion. 1964. OHIS


penelitian yang dilakukan dapat maka Simplified
dapat diberikan saran sebagai berikut: http://www.whocollab.od.mah.se/index
a. Bagi orangtua .html diakses tanggal 15/12/2013
Diharapkan orangtua harus lebih 5. Hardiani K.A. 2013. Hubungan Pola
memahami bagaiman cara merawat Asuh Orangtua Dengan Kebersihan
kebersihan gigi dan mulut pada anak Rongga Mulut Anak Retardasi Mental
tunanetra yang baik dan benar sesuai SLB-C Yayasan Taman Pendidikan
kondisi anak. Dan Asuhan Jember. Universitas
b. Bagi Petugas Kesehatan Jember. Jurnal
Diharapkan meningkatkan frekuensi 6. Herijulianti. 2002. Pendidikan
penyuluhan (dengan metode yang sesuai Kesehatan Gigi. EGC. Jakarta. Hal 4-9
untuk anak tunanetra) tentang kesehatan 7. Hurlock, 1978. Pola asuh pembentuk
gigi terutama perilaku menyikat gigi, karakter
serta meningkatkan peranan kegiatan http://www.staff.uny.ac.id/.../ Diakses
UKGS ( Unit Kesehatan Gigi Sekolah ) tanggal 09/12/2013
dalam pembentukan perilaku kesehatan 8. Hutabarat, N. 2009. Peran Petugas
gigi siswa. Serta mefasilitasi kebutuhan Kesehatan, Guru dan Orang Tua
dalam kegiatan UKGS antara lain Dalam Pelaksanaan UKGS.
pelatihan bagi guru, atau tenaga Medan:Universitas Sumatera Utara.
tenaga pelaksana UKGS dan Rujukan Tesis
Kesehatan gigi siswa. 9. http://azuarjuliandi.com/usu/3teoridanh
c. Bagi Sekolah ipotesis.pdf Diakses tanggal 3/12/2013
Diharapkan memotivasi siswa dan pukul 20.00
orang tua siswa dalam hal menjaga 10. http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR.
kesehatan gigi dan mulut terutama _PEND._BAHASA_JERMAN/195906
dalam meningkatkan kesadaran siswa 231987031-SETIAWAN/PS_07.pdf
pada tunanetra dalam hal menjaga Diakses 10/01/2014 pukul 07.20
kebersihan gigi dan mulut. 11. Machfoedz, I. 2005. Menjaga
Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak- Anak
Dan Ibu Hamil. Fitramaya. Hal 88-89
Daftar Pustaka 12. Nursalam. 2008. Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
1. Dep.Kes RI. 2009. Rencana Keperawatan. Salemba Medika. Hal
Pembangunan Jangka Panjang Bidang 119-120
Kesehatan Tahun 2005-2025. 2009. 13. Notoatmodjo S. 2002. Metodologi
Dep.Kes RI. Jakarta. Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
2. Edward, 2006. Faktor-Faktor Pola Hal 145-146, 188-189
Asuh Orang Tua 14. Notoatmodjo S. 2012. Promosi
http://www.digilib.unimus.ac.id/dow Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan.
nload.php?id=5139 Diakses tanggal Rineka Cipta. Hal 194-195
14/01/2014 15. Wahyu, I. dkk. (2013). Hubungan
3. Girsang, E.N. 2003. Perbandingan Dukungan Keluarga Terhadap
Oral Hygieni Dengan Karies Gigi Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi
Pada Anak Tunanetra Dan Tidak Anak Usia Prasekolah Di Taman
Tunanetra Usia 12 Dan 15 Tahun. Kanak- Kanak AR-RIDLO Di
Medan: Universitas Sumatera Utara. Kecamatan Blimbing Kota Malang.
Tesis Universitas Brawijaya Malang. Jurnal

220
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)

16. Warni, L. (2009). Hubungan Perilaku


Murid SD Kelas V Dan VI Pada
Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap
Status Karies Gigi Di Wilayah
Kecamatan Delitua Kabupaten Deli
Serdang. Universitas Sumatera Utara
Medan. Tesis
17. Sindoro, Imam. 1996. Preventive
Dentistry. Hal 61-70
18. Yuniartiningtyas, F. 2001. Hubungan
Antara Pola Asuh Orang Tua Dan Tipe
Kepribadian Dengan Perilaku Bullying
Di Sekolah Pada Siswa SMP. Malang:
Universitas Negeri Malang.

221
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)

You might also like