Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Dental health is part of overall health. Dental health status of one person can be known
from teeth and oral hygiene. Based on preliminary data retrieval can be known low
status of oral hygiene in Class V and VI SDLB A YPAB Surabaya. Therefore, how to
maintain oral hygiene right to know the children at an early age, including children with
disabilities (blind). Parenting of parents become one of the important factors in
tercpainya status of oral hygiene is good. The purpose of this study was to determine the
relationship of parenting parents with status of oral hygiene in grade V and V1 SDLB A
YPAB Surabaya. Type of study is a cross sectional analytic with the target number of 20
students (dependent variable) and 20 mothers of students (independent variables),
methods of data collection used is the examination of dental and oral hygiene status and
distribution of questionnaires to the student's mother, a data analysis technique using chi
square and presented in tabular form. From the research that has been carried out it
was concluded that there was no relationship between parenting parents with dental and
oral hygiene status of blind students in grade V and VI SDLB A YPAB Surabaya.
Key words: Parenting of parents, status of oral hygiene, blind student
Pendahuluan
214
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)
215
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)
kelas V dan VI SDL YPAB Surabaya kelamin wanita mempunyai jumlah yang
( variabel bebas) dan siswa tunanetra kelas V seimbang yaitu masing-masing 50%.
dan V1 SDLB YPAB Surabaya (variabel
terikat). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis
Metode pengumpulan data pada variabel bebas Pekerjaan Ibu dari Siswa
dengan dengan wawancara, variabel terikat Tunanetra Kelas V dan VI SDLB
metode pengumpulan data dengan observasi A YPAB Surabaya
(pemeriksaan status kebersihan gigi dan mulut
pada siswa tunanetra SDLB A YPAB Pekerjaan Frekuensi Presentase
Surabaya). (%)
PNS 2 10
Kedua data yang telah diperoleh kemudian Wiraswasta
diolah melalui tahap pengolahan data sebagai 1 5
Swasta 1 5
berikut :
Ibu Rumah 15 75
1. Scoring, dilakukan dengan memberi tanda
Tangga
pada masing-masing jawaban dengan kode Lain-lain
berupa angka, sehingga memudahkan 1 5
Total 20 20
proses pemasukan data di computer.
2. Coding, dalam pengolahan data ini peneliti
melakukan pemberian kode berupa angka Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa
untuk selanjutnya dimasukkan pada tabel jenis pekerjaan responden dengan
kerja untuk mempermudah pembacaan. presentase yang paling banyak yaitu
3. Entri data merupakan suatu proses sebagai ibu rumah tangga (75%)
memasukkan data ke dalam perangkat dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain
komputer dengan pengolahan data SPSS. yaitu PNS (10%), Wiraswata (5%),
Swasta (5%), dan jenis pekerjaan yang
Analisa data : untuk melihat gambaran pola
asuh orangtua dan status kebersihan gigi dan
lain (5%).
mulut secara tunggal menggunakan analisis
univariat. menggunakan distribusi frekuensi dan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Umur
proporsinya. Untuk menganalisa hubungan Siswa Tunanetra Kelas V dan VI
antara pola serta orangtua dengan kebersihan SDLB A YPAB Surabaya
gigi dan mulut menggunakan analisa bivariat
dengan uji chi-square. Umur Frekuensi Presentase
(%)
Hasil Pengumpulan Data 11 5 25
12 8 40
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin 13 4 20
Siswa Tunanetra Kelas V dan VI 14 2 10
SDLB A YPAB Surabaya 15 1 5
Jenis Frekuensi Persentase Total 20 20
Kelamin (%) Berdasarkan tabel dapat diketahui siswa
Laki-laki 10 50 yang paling banyak berumur 12 tahun
Perempuan 10 50 (40%) dan yang paling sedikit adalah
Total 20 100 jumlah siswa yang berumur 15 tahun
(5%).
Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah
Tabel 4.Distribusi Frekuensi Umur Ibu
responden dengan jenis kelamin laki-laki
Siswa Siswa Tunanetra Kelas V
sama dengan responden dengan jenis
216
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)
217
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)
Tabel 8. Hubungan Pola Asuh Orang dalam peran asuh. Pengetahuan tentang
Tua dengan Kebersihan Gigi cara merawat kebersihan gigi dan mulut
dan Mulut Siswa SDLB A bisa diperoleh dari pendidikan formal
YPABSurabaya maupun non formal tentang kebersihan
gigi dan mulut5. Informasi dari
pendidikan non formal misalnya
Kategori Pola Total P.
Index Kebersihan Asuh Value
diperoleh dari kegiatan penyuluhan
Gigi Buruk Baik tentang cara merawat kebersihan gigi
Sedang 0 2 2 0,289
Buruk 9 9 18
dan mulut.
Total 9 11 20
b. Budaya
PEMBAHASAN Sering kali orang tua mengikuti cara-cara
Berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh masyarakat dalam
menggunakan chi-square dapat mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh
antara pola asuh orangtua dalam merawat anak. Orang tua mengharapkan kelak
kebersihan gigi dan mulut dengan anaknya dapat diterima dimasyarakat
rendahnya status kebersihan gigi dan dengan baik, oleh karena itu kebudayaan
mulut siswa tunanetra kelas V dan VI atau kebiasaan masyarakat dalam
SDLB A YPAB Surabaya. Penelitian ini mengasuh anak juga mempengaruhi setiap
sesuai dengan penelitian Karina Anggi orang tua dalam memberikan pola asuh
Hardiani (2013) menyimpulkan bahwa terhadap anaknya13. Padahal belum tentu
tidak hubungan pola asuh orangtua pola asuh yang ada pada masyarakat sesuai
dengan kebersihan rongga mulut anak dengan kondisi yang dibutuhkan pada
retardasi mental SLB-C yayasan taman anak, misalnya cara merawat kebersihan
pendidikan dan asuhan Jember, yang gigi dan mulut pada anak tunanetra
menunjukkan tidak ada hubungan. terdapat perbedaan dari bagaimana cara
Beberapa factor yang dapat menjadi orangtua mengajarkan sikat gigi
penyebab tidak adanya hubungan antara dibandingkan dengan anak normal
pola asuh dalam merawat kebersihan gigi
dan mulut dengan rendahnya status c. Lingkungan
kebersihan gigi dan mulut siswa tunanetra
kelas V dan VI SDLB A YPAB Surabaya Lingkungan banyak mempengaruhi
dapat ditinjau dari beberapa faktor yang perkembangan anak, maka tidak mustahil
mempengaruhi terbentuknya pola asuh jika lingkungan juga ikut serta mewarnai
diantaranya : pola-pola pengasuhan yang diberikan orang
a. Pengetahuan orangtua Tentang tua terhadap anaknya.
Kebersihan Gigi dan Mulut Ketiga faktor diatas merupakan
Pengetahuan orangtua sangat penting faktor penentu kualitas pola asuh yang
dalam mendasari terbentuknya pola asuh diberikan orangtua terhadap anaknya. Tidak
yang mendukung atau tidak mendukung terkecuali pola asuh pada anak tunanetra
kebersihan gigi dan mulut anak17. yang memiliki keterbatasan dalam
Hasil riset dari Sir Godfrey dan penglihatan. Anak tunanetra pada
Thomson mengatakan pengetahuan umumunya memiliki keterbatasan dalam
tentang kebersihan gigi dan mulut dapat konsep dan pengalaman baru, keterbatasan
mempengaruhi tingkah laku, pikiran, dan dalam berinteraksi dengan lingkungan, dan
sikap orangtua menjalankan kesiapannya keterbatasan dalam mobilitas, sehingga
218
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)
pembelajaran pada tunanetra harus menyikat gigi yang baik dan benar. Salah
mengacu pada kebutuhan akan pengalaman satu cara penyuluhan yang benar pada anak
kongkrit, kebutuhan akan pengalaman tunanetra adalah menggunakan komunikasi
memadukan, kebutuhan akan berbuat dan verbal ekstensif dan komprehensif dengan
bekerja dalam belajar. Demikian juga metode Tell Show Do. Tell berarti
orangtua dalam merawat kebersihan gigi memberikan penjelasan tentang cara
dan mulut pada anak tunanetra harus menjaga kebersihan gigi dan mulut. Show
memahami bagaimana caranya yang baik, berarti memfokuskan pada pengoptimalan
sehingga anak juga akan memiliki perabaan anak tunanetra terhadap edia yang
kebiasaan yang baik dalam merawat dipakai berupa manekin gigi disertai
kebersihan gigi dan mulut. penjelasan sehingga mudah dibayangkan.
Pola asuh orangtua akan Do berarti mengarahkan siswa untuk
mempengaruhi sikap seorang anak7 melakukan yang diajarkan5
Menurut teori L Green sikap termasuk Faktor yang terakhir adalah faktor
dalam predispocing factors,yang genetik atau keturunan dapat
mempengaruhi terbentuknya perilaku. mempengaruhi pertumbuhan gigi crowded
Tetapi Pengetahuan yang baik, sikap yang pada anak. Hal tersebut bisa terjadi apabila
baik, belum tentu tindakan yang dilakukan ibu memiliki jenis rahang kecil sedangkan
baik juga. Hal ini terjadi karena ayah memiliki jenis gigi dengan ukuran
pengetahuan dan sikap sebatas perilaku besar apabila anak memiliki jenis rahang
tertutup, artinya masih terbatas dalam dari ibu dan memiliki ukuran gigi dari ayah
bentuk perhatian, perasaan, persepsi. maka akan mengakibatkan crowded karena
Sedangkan tindakan merupakan perilaku rahang tidak cukup. Gigi yang crowded
terbuka, artinya telah dilakukan atau telah akan mempermudah sisa-sisa makanan
di praktekkan17. Sikap belum tentu terwujud untuk tinggal diantara gigi geligi sehingga
dalam tindakan sebab untuk terwujudnya mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut.
tindakan perlu faktor lain antara lain adanya
fasilitas atau sarana dan prasarana14. Simpulan
Rendahnya status kebersihan gigi Berdasarkan penelitian yang telah
dan mulut apabila ditinjau dari teori Blum dilakukan maka dapat disimpulkan :
tidak hanya ditentukan oleh perilaku yang a. Status kebersihan gigi dan mulut
dibentuk oleh pola asuh tetapi juga ada siswa tunanetra kelas V dan VI
faktor lain yang mempengaruhi diantaranya SDLB A YPAB Surabaya sebagian
lingkungan sekolah yaitu peran serta dari besar (90%) mempunyai kategori
guru dalam memberikan atau mengajarkan buruk.
anak-anak tentang cara menyikat gigi, b. Pola asuh orangtua dalam merawat
membimbing pola jajan anak-anak selama kebersihan gigi dan mulut pada anak
disekolah dengan cara menyediakan jenis tunanetra kelas V dan VI SDLB A
jajanan yang baik untuk kesehatan gigi YPAB Surabaya mempunyai jumlah
misalnya buah-buahan, menyediakan kategori baik (50%), yang termasuk
pemeriksaan gigi dan mulut setiap 6 bulan kategori buruk (50%).
sekali dengan cara bekerjasama dengan c. Tidak ada hubungan antara pola
pihak Puskesmas. Peran petugas kesehatan asuh orangtua dalam merawat
juga sangat penting, selain melakukan kebersihan gigi dan mulut dengan
upaya kuratif pada anak-anak juga harus status kebersihan gigi dan mulut
diikuti dengan upaya promotif dan preventif siswa tunanetra kelas V dan VI
misalnya penyuluhan serta kegiatan sikat SDLB A YPAB Surabaya.
gigi massal untuk mengajarkan cara Saran
219
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)
220
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)
221
JurnalKesehatanGigiVo.2No.2(Agustus2014)