Professional Documents
Culture Documents
12
Juli 2007, First Draft
Katakunci:
keaktifan kader
kunjungan posyandu
lokasi posyandu
kelengkapan pelayanan posyandu
Abstract
1
District Health Office of Simalungun, North Sumatera Province
2
Magister Health Policy and Service Management, Gadjah Mada University, Yogyakarta
Latar Belakang
Metode Penelitian
Hasil
Analisis Univariable
Analisis univariabel untuk mengetahui karakteristik
responden digambarkan untuk mengetahui keadaan umum yang
melatarbelakangi terjadinya kelengkapan pelayanan posyandu.
Frekuensi lokasi posyandu berdasarkan Wilayah Regional di
Indonesia terlihat bahwa sebagian besar posyandu yang berada di
Jawa-Bali, yang berada di kota sebanyak 261 posyandu,
sebanyak 136 posyandu berada di desa Jawa-Bali. Ada 60
posyandu di daerah kota di Sumatera dan 58 posyandu di
kawasan desa. Di pedesaan kawasan Timur Indonesia ada 64
posyandu dan di kota sebanyak 51 posyandu. Kelengkapan
pelayanan posyandu dalam penelitian ini meliputi 9 pelayanan,
posyandu dikatakan mempunyai pelayanan yang lengkap apabila
jenis pelayanan yang diberikan di posyandu terdiri sedikitnya 5
jenis pelayanan sedangkan dikatakan tidak lengkap apabila jenis
pelayanan kurang dari 5.
Jumlah pelayanan posyandu oleh kader posyandu
menunjukkan bahwa kegiatan penimbangan yang dilaksanakan
oleh kader posyandu sebanyak 629 posyandu, pemberian
makanan tambahan yang dilaksanakan di 598 posyandu oleh
kader, oralit di berikan di 523 posyandu, pelayanan imunisasi yang
dilaksanakan di 549 posyandu, kegiatan periksa hamil yang
dilaksanakan di 397 posyandu, kegiatan pemberian pil zat besi
yang dilaksanakan di 456 posyandu, kegiatan pengobatan pasien
di dilaksanakan di 170 posyandu, kegiatan tumbuh kembang anak
dilaksanakan oleh kader posyandu di 289 posyandu, kegiatan
kesehatan ibu dan anak yang dilaksanakan oleh kader posyandu
di 265 posyandu. Kelengkapan pelayanan posyandu yang
dikatakan lengkap lebih besar dari lima pelayanan di posyandu
sebanyak 405 posyandu, sedangkan yang di katakan tidak
lengkap kurang dari lima pelayanan di posyandu sebanyak 225.
Distribusi kelengkapan pelayanan di posyandu terdiri dari 9
pelayanan. Satu posyandu memiliki kelengkapan untuk
penimbangan balita, dua belas posyandu memberikan makanan
tambahan, tiga puluh lima posyandu memberikan oralit, enam
puluh lima posyandu memberikan pelayanan imunisasi dan 112
posyandu melakukan pemeriksaan kehamilan, pemberian pil zat
besi dilakukan oleh 143 posyandu, pengobatan pasien dilakukan
oleh 124 posyandu, pengamatan tumbuh kembang anak dilakukan
Analisis Bivariable
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara
variabel bebas (keaktifan kader posyandu, jumlah kunjungan
posyandu, lokasi kota dan desa serta regional) terhadap variabel
terikat (kelengkapan pelayanan posyandu).
Analisis Multivariabel
Untuk menindaklanjuti analisis bivariabel dilakukan analisis
multivariabel. Analisis multivariabel digunakan untuk melihat
hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.
Pembahasan
Keaktifan Kader
Penentuan jumlah kader yang aktif dalam memberikan
pelayanan posyandu terbagi atas kader aktif dan kader tidak aktif.
Penentuan ini berdasarkan atas jumlah banyaknya kader yang
aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan di posyandu. Kader
dikatakan aktif apabila dalam posyandu terdapat jumlah kader
yang aktif lebih dari 5 dan dikatakan tidak aktif apabila jumlah
kader yang aktiif kurang dari 514.
Ketrampilan petugas posyandu merupakan salah satu
keberhasilan dari sistem pelayanan di posyandu. Pelayanan
posyandu yang dilakukan oleh kader posyandu yang trampil akan
mendapat respon positif dari ibu-ibu balita sehingga kader
tersebut terkesan ramah dan baik. Kader posyandu yang ramah,
trampil dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat
menyebabkan ibu-ibu balita rajin datang dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan di posyandu. Keaktifan kader didukung oleh
perasaan seseorang untuk menjadi kader. Karena dalam
melakukan tugas sebagai kader posyandu dilakukan secara
sukarela tanpa menuntut imbalan uang atau materi lainnya10.
Seseorang menjadi kader karena pada mulanya kader posyandu
hanya di tunjuk dan tidak tau apa-apa, tetapi sebagian dari
mereka tidak merasa keberatan, tidak menyesal dan tidak secara
terpaksa6.
Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kader
dengan cara mengikuti kursus, pelatihan dan refreezing secara
berkala tdari seg pengetahuan, teknis dari beberapa sektor sesuai
dengan bidangnya. Pengetahuan yang dimiliki oleh kader untuk
usaha melanjarkan proses pelayanan di posyandu. Proses
kelancaran pelayanan posyandu di dukung oleh keaktifan kader.
Aktif tidaknya kader posyandu dipengaruhi oleh fasilitas (mengirim
kader ke pelatihan kesehatan, pemberian buku panduan,
mengikutkan seminar-seminar kesehatan) penghargaan,
kepercayaan yang diterima kader dalam meberikan pelayanan
mempengaruhi aktif/ tidaknya seorang kader posyandu.
Penghargaan bagi kader dengan mengikutkan seminar dan
pelatihan serta pemberian modul-modul panduan kegiatan
pelayanan kesehatan15. Dengan beberapa kegiatan tersebut
diharapakan kader merasa mampu dalam memberikan pelayanan
dan aktif datang di setiap kegiatan posyandu.
Keterampilan petugas adalah tehnik yang dimiliki oleh
petugas dalam memberikan pelayanan berdasarkan kemampuan
dan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Keterampilan
petugas posyandu merupakan salah satu kunci keberhasilan
Kunjungan Kader
Penilaian jumlah kunjungan posyandu buka dalam
memberikan pelayanan posyandu. Penilaian kunjungan di
posyandu dinilai dalam waktu 3 bulan sekali. Penilaian score
untuk kunjungan berdasarkan nilai tengah dari score total
kunjungan. Kunjungan posyandu dikatakan aktif apabila jumlah
kunjungan lebih besar dari 36 dan dikatakan kunjungan tidak aktif
apabila jumlah kunjungan kurang dari 36. Dari segi pelaksanaan
pelayanan posyandu dapat berjalan dengan baik apabila jumlah
kunjungan yang tinggi. Fungsi posyandu bagi masyarakat desa
sangat berarti, hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan
posyandu di desa lebih tinggi dibandingkan jumlah kunjungan
posyandu di kota10. Pemanfaatan kelengkapan pelayanan
mempengaruhi kunjungan di posyandu. Kunjungan posyandu di
desa lebih tinggi dibandingkan posyandu di kota. Mengingat
terbatasnya sarana pelayanan kesehatan dan jarak untuk
mencapai sarana pelayanan tersebut serta terbatasnya jumlah
tenaga kesehatan yang ada di desa. Perbedaan yang ditemukan
pada posyandu di desa dan di kota terletak pada masalah
kesehatan yang dihadapi dan jarak posyandu dengan pusat
pelayanan kesehatan masyarakat yang jauh.
Kelengkapan Pelayanan
Kelengkapan pelayanan posyandu terdiri dari sembilan
kegiatan yaitu: a) penimbangan bayi dan anak, b) pemberian
makanan tambahan, c) pemberian oralit, d) pelayanan imunisasi,
e) periksa hamil, f) pemberian pil zat besi, g) pengobatan pasien,
h) tumbuh kembang anak, i) kesehatan ibu dan anak.
Kelengkapan pelayanan posyandu ini dikatakan lengkap apabila
posyandu melakukan kegiatan lebih > 5 dan dinyatakan tidak
lengkap jika kegiatan < 5. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan di
posyandu didukung oleh manajemen pelaksanaan yang
terorganisasi dengan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian
Ratminto (2005) yang menemukan bahwa keberhasilan program
pelaksanaan program suatu organisasi didukung oleh manajemen
proses dan pelaksanaan proses tujuan secara terpadu.
Penerapan manajemen pelaksanaan organisasi dilakukan
diposyandu demi menunjang keberhasilan tercapainya
pelaksanaan 9 kegiatan pelayanan posyandu. Pendapat Wijono
Kesimpulan
Kesimpulan
Dilihat dari hasil penelitan ini penulis mengambil
kesimpulan yang secara umum posyandu ini tidak sesuai dengan
harapan. Keaktifan kader tidak terkait dengan kelengkapan
pelayanan. Kelengkapan kemungkinan besar terkait dengan
keterlibatan puskesmas. Jumlah kunjungan tidak terkait dengan
kelengkapan pelayanan. Posyandu di pedesaan menunjukkan
pelayanan lebih lengkapan di bandingkan kota.
Saran
Merujuk hasil dan kesimpulan tentang proses pelaksanaan
manajemen pelayanan posyandu terhadap intensitas posyandu,
beberapa saran peneliti. Peran puskemas perlu di perkuat kalau
melihat lemahnya peran kader. Mengantungkan kepada desa
masih membutuhkan pertimbangan yang matang, kecuali kader di
berdayakan.
Daftar Pustaka
16. Eberhardt, M., Pamuk, E., R,. (2004) The important of place
of Residence: Examining Health in Rural and Non Rural
areas, American Journal of Public Helath, 94, 1682-1686,
http: www.AJPH.org, diakses 25-11-2006.