You are on page 1of 14

Working Paper Series No.

12
Juli 2007, First Draft

PROSES PELAKSANAAN MANAJEMEN


PELAYANAN POSYANDU TERHADAP
INTENSITAS POSYANDU

Analisis Data Sakerti 2000

Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri

Katakunci:
keaktifan kader
kunjungan posyandu
lokasi posyandu
kelengkapan pelayanan posyandu

-Tidak Untuk Disitasi-

Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan,Universitas


Gadjah Mada
Yogyakarta 2007
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

IMPLEMENTATION PROCESS OF POSYANDU


(INTEGRATED SERVICE POST) SERVICE MANAGEMENT
TOWARD POSYANDU INTENSITY OF SAKERTI DATA
ANALYSIS 2000

Yon Ferizal Mr. Koto1, Mubasysyir HAsanbasri2

Abstract

Background Health development was aimed to realize a healthy, smart,


productive and highly competitive human. In order to realize the vision of
Indonesia Sehat in the year of 2010; a comprehensive, continuous, and
integrated health service should be implemented. In order to improve the
coverage of health service, Primary Health Care is built. Primary Health
Care is the organizer of the first level of health service effort and a
pioneer in health service. One of the sistems of basic health service
organizer is Posyandu. Posyandu is the main connection of Primary
Health Care in giving the health service. The role of Posyandu is very
important as it is functioned as service facility in the basic level which
give service and health monitoring through activity of babys and children
weight, giving supplementary food, giving oralite, immunization service,
pregnancy check up, treatment, as well as maternal and perinatal health
service.
Objective This research was aimed to find out the implementation
process of Posyandu service management with intensity of Posyandu
which exist in the municipality and village in the area of Indonesia.
Method This was a non experimental observational research that used
cross sectional design. Data that was used was data of Household Life
Aspect Survey in the year of 2000. The sample of the research was 630
Posyandu in 13 provinces. The instrument in this research was
questioner of community and facility which available in data SAKERTI
2000. Data was analyzed in order to find out the description regarding
implementation process of Posyandu with intensity of Posyandu in the
village and municipality.
Result In the analysis, it was shown that Posyandus description was
different between Posyandu in the village and in the municipality. There
was a relationship between cadres activeness with intensity of
posyandus service. The location of posyandu also had relationship with
intensity of posyandus service. The number of visit in Posyandu had
relationship with intensity of Posyandus service.
Conclusion The quality of Posyandus service was influenced by
cadres activeness and location of posyandu. Cadres activeness and
geographic position between village and municipality were influenced
the completion service that was given by Posyandu.
Keywords: Cadres activeness, posyandus visit, posyandus location,
completion of Posyandus service

1
District Health Office of Simalungun, North Sumatera Province
2
Magister Health Policy and Service Management, Gadjah Mada University, Yogyakarta

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 2


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan mewujudkan manusia


yang sehat, cerdas, produktif dan mempunyai daya saing yang
tinggi. Pemerintah berupaya mewujudkan tujuan tersebut melalui
rencana meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang paling
potensial dalam sebuah sistem manajemen terpadu. Sistem
manajemen terpadu terdiri dari perencanaan, pelaksanaan
pengetahuan, dan evaluasi yang diselenggarakan secara
sistematik dan menyeluruh. Selanjutnya, sistem manajemen
tersebut dikembangkan secara komprehensif di berbagai tingkat
administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan
administrasi moderen1.
Sistem Kesehatan Nasional merupakan cermin upaya
bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud
dalam Undang-undang Dasar 1945. Undang-undang no. 23
tentang kesehatan bab I pasal 1 yang menyatakan kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis2. Sehat menurut World Health Organization adalah
keadaaan bugar secara lengkap baik fisik, mental dan sosial dan
bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan. Pembangunan
dibidang kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional3.
Upaya yang ditempuh oleh pemerintah untuk mewujudkan
kesehatan bagi semua orang di tahun 2000 health for all sesuai
kesepakatan dalam Konferensi Alma Ata ditempuh melalui
perawatan kesehatan primer. Perawatan kesehatan primer adalah
suatu konsep rumit yang menuntut penggunaan seefisien
mungkin berbagai sumber daya dengan melakukan pilihan dan
menentukan prioritas yang memerlukan pengambilan keputusan
oleh masyarakat4. Dalam meningkatkan jangkauan pelayanan
kesehatan, sampai dengan tahun 2000, telah dibangun sarana
kesehatan berupa puskesmas sebanyak 7.277 unit, dan 1.818
dilengkapi dengan unit rawat inap serta puskesmas pembantu
sebanyak 21.587 unit5.
Posyandu merupakan perpanjangan tangan Puskesmas
yang memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang
dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh
dan untuk masyarakat. Posyandu sebagai wadah peran serta
masyarakat, yang menyelenggarakan sistem pelayanan
pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia,

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 3


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

secara empirik telah dapat memeratakan pelayanan bidang


kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan imunisasi,
pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan
anak5. Peran posyandu sangat penting karena posyandu sebagai
wahana pelayanan berbagai program. Guna meningkatkan derajat
kesehatan serta melihat kemunduran kinerja posyandu. Mendagri
menginstruksikan program revitalisasi posyandu melalui surat
edaran no. 411.3/536/SJ tanggal 3 Maret 1999. Revitalisasi
posyandu adalah upaya pemberdayaan posyandu untuk
mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap penurunan status
gizi dan kesehatan ibu dan anak, yang bertujuan untuk
meningkatkan fungsi kerja dan kinerja posyandu. Pelaksanaannya
diselenggarakan dengan dukungan Lembaga Kesehatan
Masyarakat Desa, tim penggerak Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga, Lembaga Swadaya Masyarakat, sektor swasta dan
sektor terkait serta lembaga donor yang berminat6.
Hambatan yang dialami dalam meningkatkan sumber daya
manusia yang paling di rasakan saat ini adalah dampak dari krisis.
Akibatnya terjadi perubahan pola hidup masyarakat ekonomi
lemah, sehingga menyebabkan penurunan daya beli dan
konsumsi pangan. Dampak yang dirasakan adalah meningkatnya
kejadian gizi buruk pada anak-anak dan meningkatnya angka
kesakitan dan kematian serta meningkatnya penyakit infeksi yang
memperparah keadaan gizi penderita7. Krisis ekonomi yang
melanda Indonesia turut mempengaruhi aktivitas posyandu, hal ini
terlihat dengan adanya penurunan aktivitas kader di posyandu dan
terlihat dari banyak kader yang drop out. Kurangnya pembinaan,
baik dari petugas maupun dari intitusi yang ada di desa,
mengakibatkan turunnya aktivitas posyandu di lapangan.
Kenyataan ini mengakibatkan keberadaan posyandu makin
terpuruk (banyak posyandu yang tidak aktif). Di masyarakat
muncul berbagai pendapat yang intinya terbagi 2 yaitu: 1).
Masyarakat yang merasa bahwa posyandu sudah tidak cocok lagi
dan tidak mungkin (sulit) untuk dilaksanakan, 2). Masyarakat yang
merasa posyandu masih sangat dibutuhkan dan masih banyak
cara yang dapat dilaksanakan untuk mengaktifkan posyandu8.
Pengembangan program posyandu dan program keluarga
berencana di masa depan memerlukan desentralisasi. Salah satu
komponen dasar dari pembangunan sumber daya manusia adalah
status gizi. Masalah gizi mendapat perhatian serius dari
pemerintah. Arah kebijakan pembangunan jangka panjang tahap II
di awal repelita VI, isi dan kebijakan seperti ini menyangkut
pembangunan ekonomi yang merupakan pembangunan sumber
daya manusia bersifat kompleks, menyeluruh karena menyangkut
semua aspek kehidupan manusia1. Peningkatan derajat

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 4


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

kesehatan masyarakat memerlukan banyak faktor yang perlu


dipertimbangkan, salah satu diantaranya yang dipandang cukup
penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang optimal, merupakan salah satu syarat
agar tercipta pelayanan kesehatan yang bermutu. Peningkatan
dan pemeliharaan mutu pelayanan kesehatan secara khusus
mendapat perhatian yang serius dari pemerintah9, di bidang
kesehatan dan kesejahteraan sosial yang mengamanatkan bahwa
dalam meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan
pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya
manusia secara berkelanjutan, sarana dan prasarana dalam
bidang medis. Pelayanan kesehatan yang bermutu
diselenggarakan tersebut akan dapat meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pelayanan kesehatan yang pada akhirnya kepuasan
pasien dapat tercapai sesuai yang diharapan10.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui puskesmas dan
puskesmas pembantu makin efektif didukung oleh peran serta
masyarakat dalam bentuk pos pelayanan terpadu. Posyandu
merupakan bentuk peran serta masyarakat yang nyata khususnya
melalui Pembinaan Kesejahteraan Keluarga dan organisasi wanita
lainnya. Peningkatan peran serta Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga tersebut memungkinkan posyandu sebagai lembaga
masyarakat dapat berkembang pesat. Pada repelita III baru
tercatat sebanyak 25.000 posyandu. Pada akhir repelita IV
menjadi lebih dari 213.000 posyandu dan pada tahun 1996
tercatat sekitar 244.000 posyandu. Hasil guna semakin meningkat
lagi setelah dalam repelita V dilaksanakan kebijakan penempatan
bidan di desa. Tujuannya adalah agar di setiap desa setidak-
tidaknya terdapat seorang bidan yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, baik sebagai tenaga
puskesmas maupun sebagai perorangan1.
Pelayanan kesehatan terpadu adalah suatu bentuk
keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu
wilayah kerja puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan
program terpadu di balai dusun, balai kelurahan. Pelayanan
posyandu adalah kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
pemberantasan penyakit menular dengan imunisasi,
penanggulangan diare dan gizi yang di lakukan penimbangan
balita. Sasaran penduduk posyandu adalah ibu hamil, ibu
menyusui, pasangan usia subur dan balita. Program posyandu
merupakan strategi jangka panjang untuk menurunkan angka
kematian bayi infant mortality rate, angka kelahiran bayi birth rate,
dan angka kematian ibu maternal mortality rate turunnya Infant
mortality rate, birth rate, maternal mortality rate di suatu daerah
merupakan standart keberhasilan pelaksanaan program terpadu di

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 5


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

suatu wilayah tersebut. Untuk mempercepat penurunan angka


tersebut diperlukan peran serta masyarakat dalam mengelola
dan memanfaatkan posyandu karena posyandu adalah milik
masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan ditujukan untuk
kepentingan masyarakat11.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik
mengambil topik Proses Pelaksanaan Manajemen Pelayanan
Posyandu terhadap Intensitas Posyandu dengan mengambil
data Sakerti 2000.

Metode Penelitian

Penelitian observasional dengan rancangan penelitian


cross sectional non-eksperimental dalam rangka mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek yang
dilakukan dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan
data dilakukan pada saat yang sama12. Pengertian saat yang
sama di sini bukan berarti pada satu saat observasi dilakukan
pada semua subjek untuk semua varibel, tetapi tiap subjek hanya
di observasi sekali saja, dan faktor risiko serta efek diukur menurut
keadaan dan status waktu observasi way of thinking yaitu
bagaimana cara menilai suatu fenomena problematik dengan
menggunakan teori yang ada, sehingga terindentifikasi dan
terumuskan permasalahan utama yang dihadapi peneliti,
bagaimana satu model rancangan peneliti dipilih dalam rangka
pembuktian kebenaran hipotesis dan mencari jawaban yang
akurat bagi permasalahan tersebut13.
Lokasi penelitian 13 propinsi di Indonesia yaitu empat
propinsi di Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan dan Lampung), lima propinsi di Jawa-Bali (DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali)
dan tiga propinsi yang merupakan perwakilan kelompok pulau-
pulau besaran (Nusa Tenggara Timur, Kalimatan Selatan,
Sulawesi Selatan).
Populasi adalah jumlah posyandu yang berada di wilayah
Indonesia. Sampel yang terpilih adalah mewakili 6300 posyandu di
Indonesia. Variabel bebas: a) keaktivan kader posyandu, b)
jumlah kunjungan posyandu, c) lokasi posyandu (kota dan desa).
Variabel terikat adalah kelengkapan pelayanan posyandu.
Instrumen penelitian menggunakan data SAKERTI 2000. Analisis
data dilakukan secara kuantitatif. Analisis univariabel, bivariabel
dengan menggunakan uji Chi Square. Analisis multivariabel
dengan menggunakan uji regresi logistik, dengan interval
kepercayaan 95 persen. Pengaruh a) keaktivan kader posyandu,
b) jumlah kunjungan posyandu, c) lokasi posyandu (kota dan

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 6


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

desa) dengan kelengkapan pelayanan kejadian diketahui dengan


menggunakan Odds Ratio.

Hasil

Analisis Univariable
Analisis univariabel untuk mengetahui karakteristik
responden digambarkan untuk mengetahui keadaan umum yang
melatarbelakangi terjadinya kelengkapan pelayanan posyandu.
Frekuensi lokasi posyandu berdasarkan Wilayah Regional di
Indonesia terlihat bahwa sebagian besar posyandu yang berada di
Jawa-Bali, yang berada di kota sebanyak 261 posyandu,
sebanyak 136 posyandu berada di desa Jawa-Bali. Ada 60
posyandu di daerah kota di Sumatera dan 58 posyandu di
kawasan desa. Di pedesaan kawasan Timur Indonesia ada 64
posyandu dan di kota sebanyak 51 posyandu. Kelengkapan
pelayanan posyandu dalam penelitian ini meliputi 9 pelayanan,
posyandu dikatakan mempunyai pelayanan yang lengkap apabila
jenis pelayanan yang diberikan di posyandu terdiri sedikitnya 5
jenis pelayanan sedangkan dikatakan tidak lengkap apabila jenis
pelayanan kurang dari 5.
Jumlah pelayanan posyandu oleh kader posyandu
menunjukkan bahwa kegiatan penimbangan yang dilaksanakan
oleh kader posyandu sebanyak 629 posyandu, pemberian
makanan tambahan yang dilaksanakan di 598 posyandu oleh
kader, oralit di berikan di 523 posyandu, pelayanan imunisasi yang
dilaksanakan di 549 posyandu, kegiatan periksa hamil yang
dilaksanakan di 397 posyandu, kegiatan pemberian pil zat besi
yang dilaksanakan di 456 posyandu, kegiatan pengobatan pasien
di dilaksanakan di 170 posyandu, kegiatan tumbuh kembang anak
dilaksanakan oleh kader posyandu di 289 posyandu, kegiatan
kesehatan ibu dan anak yang dilaksanakan oleh kader posyandu
di 265 posyandu. Kelengkapan pelayanan posyandu yang
dikatakan lengkap lebih besar dari lima pelayanan di posyandu
sebanyak 405 posyandu, sedangkan yang di katakan tidak
lengkap kurang dari lima pelayanan di posyandu sebanyak 225.
Distribusi kelengkapan pelayanan di posyandu terdiri dari 9
pelayanan. Satu posyandu memiliki kelengkapan untuk
penimbangan balita, dua belas posyandu memberikan makanan
tambahan, tiga puluh lima posyandu memberikan oralit, enam
puluh lima posyandu memberikan pelayanan imunisasi dan 112
posyandu melakukan pemeriksaan kehamilan, pemberian pil zat
besi dilakukan oleh 143 posyandu, pengobatan pasien dilakukan
oleh 124 posyandu, pengamatan tumbuh kembang anak dilakukan

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 7


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

oleh 82 posyandu, dan lima puluh enam posyandu memantau


kesehatan ibu dan anak.
Kelengkapan pelayanan di posyandu oleh kader posyandu
berdasarkan regional kota dan desa. Kelengkapan pelayanan
yang dilakukan kader dalam regional Jawa-Bali terdapat di 491
posyandu, selanjutnya di regional Sumatera sebanyak 118
posyandu dan wilayah Indonesia Timur sebanyak 82 posyandu.
Pelayanan terbanyak yang dilakukan oleh kader berada di
regional Jawa, berdasarkan lokasi desa kota pemberi pelayanan
di desa sebanyak 135 posyandu dan yang di kota 256 posyandu.
Regional Sumatera pelayanan posyandu di kota sebanyak 62
posyandu dan di desa 56 posyandu. Sedangkan untuk regional
Kawasan Timur Indonesia pemberian pelayanan posyandu di kota
sebanyak 35 posyandu dan di desa 47 posyandu.

Analisis Bivariable
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara
variabel bebas (keaktifan kader posyandu, jumlah kunjungan
posyandu, lokasi kota dan desa serta regional) terhadap variabel
terikat (kelengkapan pelayanan posyandu).

Tabel 1. Hubungan Keaktifan Kader dengan Kelengkapan


Variabel Pelayanan posyandu p-value X2
Kader Tidak Lengkap Lengkap
Tidak Aktif 151 304 0,03 4,5
Aktif 74 101

Keaktifan kader dengan kelengkapan pelayanan posyandu


dapat dilihat di Tabel 2. Kader tidak aktif dengan pelayanan
posyandu yang tidak lengkap sebanyak 151 orang dan yang
lengkap 304 orang. Sedang kader aktif pada posyandu yang tidak
lengkap sebanyak 74 orang dan pelayanan yang lengkap
sebanyak 101. Terdapat hubungan yang bermakna antara
keaktifan kader dengan kelengkapan pelayanana dimana nilai p-
value 0,03 dengan nilai chi square 4,5. Hal ini menunjukkan
bahwa keaktifan kader memberikan pengaruh terhadap
kelengkapan pelayanan posyandu sebesar 0,03 kali.

Tabel 2. Hubungan Jumlah Kunjungan Posyandu dengan Kelengkapan


Variabel Pelayanan posyandu
p-value X2
Kunjungan Tidak Lengkap Lengkap
Tidak aktif 127 238 0,57 0,32
Aktif 98 167

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 8


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

Kunjungan posyandu yang tidak aktif dengan kelengkapan


pelayanan yang diberikan posyandu dapat dilihat di Tabel 3.
Kunjungan posyandu yang tidak aktif dengan pelayanan
posyandu yang tidak lengkap sebanyak 127 buah dan yang
lengkap 238 buah. Sedangkan untuk posyandu yang aktif dengan
kunjungan posyandu yang aktif memberikan pelayanan posyandu
yang tidak lengkap sebanyak 98 buah dan pelayanan yang
lengkap sebanyak 167 buah. Terdapat hubungan yang tidak
bermakna dimana nilai p-value 0,32 dengan nilai chi square 0,57.

Tabel 3. Hubungan Lokasi Posyandu dengan Kelengkapan Kader


Variabel Keaktifan kader 2
Lokasi Tidak kengkap Lengkap p-value X
Kota 61 197 0,000 27,7
Desa 164 208

Lokasi posyandu yang berada dengan kelengkapan


pelayanan yang diberikan posyandu dapat dilihat di Tabel 4.
Posyandu di kota dengan pelayanan posyandu yang tidak lengkap
sebanyak 61 buah dan yang lengkap 197 buah. Sedangkan untuk
posyandu di desa dengan pelayanan posyandu yang tidak
lengkap sebanyak 164 orang dan pelayanan yang lengkap
sebanyak 208. Terdapat hubungan yang bermakna dimana nilai p-
value 0,00 dengan nilai chi square 27,7.

Analisis Multivariabel
Untuk menindaklanjuti analisis bivariabel dilakukan analisis
multivariabel. Analisis multivariabel digunakan untuk melihat
hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.

Tabel 4. Hubungan Keaktifan Kader dengan Kelengkapan berdasarkan


Regional Kota dan Desa
Variabel OR p-value 95%CI
Kader Posyandu
Tidak Aktif 0,9 0,5 0,6-1,3
Aktif (ref) 1
Regional
Desa 0,4 0,0 0,3-0,6
Kota(ref) 1
Kelengkapan Pelayanan Posyandu
Tidak Lengkap 0,9 0,5 0,6-1,3
Lengkap (ref) 1

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 9


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

Pembahasan

Keaktifan Kader
Penentuan jumlah kader yang aktif dalam memberikan
pelayanan posyandu terbagi atas kader aktif dan kader tidak aktif.
Penentuan ini berdasarkan atas jumlah banyaknya kader yang
aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan di posyandu. Kader
dikatakan aktif apabila dalam posyandu terdapat jumlah kader
yang aktif lebih dari 5 dan dikatakan tidak aktif apabila jumlah
kader yang aktiif kurang dari 514.
Ketrampilan petugas posyandu merupakan salah satu
keberhasilan dari sistem pelayanan di posyandu. Pelayanan
posyandu yang dilakukan oleh kader posyandu yang trampil akan
mendapat respon positif dari ibu-ibu balita sehingga kader
tersebut terkesan ramah dan baik. Kader posyandu yang ramah,
trampil dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat
menyebabkan ibu-ibu balita rajin datang dan memanfaatkan
pelayanan kesehatan di posyandu. Keaktifan kader didukung oleh
perasaan seseorang untuk menjadi kader. Karena dalam
melakukan tugas sebagai kader posyandu dilakukan secara
sukarela tanpa menuntut imbalan uang atau materi lainnya10.
Seseorang menjadi kader karena pada mulanya kader posyandu
hanya di tunjuk dan tidak tau apa-apa, tetapi sebagian dari
mereka tidak merasa keberatan, tidak menyesal dan tidak secara
terpaksa6.
Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan kader
dengan cara mengikuti kursus, pelatihan dan refreezing secara
berkala tdari seg pengetahuan, teknis dari beberapa sektor sesuai
dengan bidangnya. Pengetahuan yang dimiliki oleh kader untuk
usaha melanjarkan proses pelayanan di posyandu. Proses
kelancaran pelayanan posyandu di dukung oleh keaktifan kader.
Aktif tidaknya kader posyandu dipengaruhi oleh fasilitas (mengirim
kader ke pelatihan kesehatan, pemberian buku panduan,
mengikutkan seminar-seminar kesehatan) penghargaan,
kepercayaan yang diterima kader dalam meberikan pelayanan
mempengaruhi aktif/ tidaknya seorang kader posyandu.
Penghargaan bagi kader dengan mengikutkan seminar dan
pelatihan serta pemberian modul-modul panduan kegiatan
pelayanan kesehatan15. Dengan beberapa kegiatan tersebut
diharapakan kader merasa mampu dalam memberikan pelayanan
dan aktif datang di setiap kegiatan posyandu.
Keterampilan petugas adalah tehnik yang dimiliki oleh
petugas dalam memberikan pelayanan berdasarkan kemampuan
dan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Keterampilan
petugas posyandu merupakan salah satu kunci keberhasilan

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 10


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

dalam sistim pelayanan di posyandu, karena dengan pelayanan


kader yang terampil akan mendapat respon positif dari Ibu-ibu
balita sehingga terkesan ramah, baik, pelayanannya teratur hal ini
yang mendorong Ibu-ibu rajin ke posyandu. Ketrampilan disini
dilihat dalam usaha melancarkan proses pelayanan di posyandu1.

Kunjungan Kader
Penilaian jumlah kunjungan posyandu buka dalam
memberikan pelayanan posyandu. Penilaian kunjungan di
posyandu dinilai dalam waktu 3 bulan sekali. Penilaian score
untuk kunjungan berdasarkan nilai tengah dari score total
kunjungan. Kunjungan posyandu dikatakan aktif apabila jumlah
kunjungan lebih besar dari 36 dan dikatakan kunjungan tidak aktif
apabila jumlah kunjungan kurang dari 36. Dari segi pelaksanaan
pelayanan posyandu dapat berjalan dengan baik apabila jumlah
kunjungan yang tinggi. Fungsi posyandu bagi masyarakat desa
sangat berarti, hal ini dapat dilihat dari jumlah kunjungan
posyandu di desa lebih tinggi dibandingkan jumlah kunjungan
posyandu di kota10. Pemanfaatan kelengkapan pelayanan
mempengaruhi kunjungan di posyandu. Kunjungan posyandu di
desa lebih tinggi dibandingkan posyandu di kota. Mengingat
terbatasnya sarana pelayanan kesehatan dan jarak untuk
mencapai sarana pelayanan tersebut serta terbatasnya jumlah
tenaga kesehatan yang ada di desa. Perbedaan yang ditemukan
pada posyandu di desa dan di kota terletak pada masalah
kesehatan yang dihadapi dan jarak posyandu dengan pusat
pelayanan kesehatan masyarakat yang jauh.

Kelengkapan Pelayanan
Kelengkapan pelayanan posyandu terdiri dari sembilan
kegiatan yaitu: a) penimbangan bayi dan anak, b) pemberian
makanan tambahan, c) pemberian oralit, d) pelayanan imunisasi,
e) periksa hamil, f) pemberian pil zat besi, g) pengobatan pasien,
h) tumbuh kembang anak, i) kesehatan ibu dan anak.
Kelengkapan pelayanan posyandu ini dikatakan lengkap apabila
posyandu melakukan kegiatan lebih > 5 dan dinyatakan tidak
lengkap jika kegiatan < 5. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan di
posyandu didukung oleh manajemen pelaksanaan yang
terorganisasi dengan baik. Hal ini sesuai dengan penelitian
Ratminto (2005) yang menemukan bahwa keberhasilan program
pelaksanaan program suatu organisasi didukung oleh manajemen
proses dan pelaksanaan proses tujuan secara terpadu.
Penerapan manajemen pelaksanaan organisasi dilakukan
diposyandu demi menunjang keberhasilan tercapainya
pelaksanaan 9 kegiatan pelayanan posyandu. Pendapat Wijono

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 11


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

(1997) menyatakan bahwa manajemen kesehatan masyarakat


adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan
kesehatan masyarakat. Salah satu bentuk dari pelayanan
kesehatan masyarakat tingkat pertama adalah posyandu.
Pelayanan kelengkapan kegiatan posyandu sangat dibutuhkan
oleh sebagian besar masyarakat dan mempunyai nilai strategis
untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Pelayanan
kelengkapan kegiatan posyandu sesuai dengan penelitian
Muninjaya (2004) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang
diberikan posyandu bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory /
out patient services), dan untuk menunjang keberhasilan
pelayanan kegiatan posyandu dengan perlu ditunjang oleh potensi
masyarakat dalam melaksanakan program kegiatan di posyandu.

Kesimpulan

Kesimpulan
Dilihat dari hasil penelitan ini penulis mengambil
kesimpulan yang secara umum posyandu ini tidak sesuai dengan
harapan. Keaktifan kader tidak terkait dengan kelengkapan
pelayanan. Kelengkapan kemungkinan besar terkait dengan
keterlibatan puskesmas. Jumlah kunjungan tidak terkait dengan
kelengkapan pelayanan. Posyandu di pedesaan menunjukkan
pelayanan lebih lengkapan di bandingkan kota.

Saran
Merujuk hasil dan kesimpulan tentang proses pelaksanaan
manajemen pelayanan posyandu terhadap intensitas posyandu,
beberapa saran peneliti. Peran puskemas perlu di perkuat kalau
melihat lemahnya peran kader. Mengantungkan kepada desa
masih membutuhkan pertimbangan yang matang, kecuali kader di
berdayakan.

Daftar Pustaka

1. Departemen Kesehatan RI, (1998) Keputusan Menteri


Kesehatan Draff Kesehatan , Depkes RI, Jakarta.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 12


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

2. Departemen Kesehatan RI, (1992) Undang-Undang


Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan,
Depkes RI, Jakarta.

3. Departemen Kesehatan RI, (1992) Sistem Kesehatan


Nasional, Jakarta.

4. BAPPENAS, (2004) Progam Nasional Bagi Anak Indonesia,


Kelompok Kerja Penyusun PNBAI, Jakarta.

5. Depdagri, (1999) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri


Tentang Revitalisasi Posyandu, Depdagri RI, Jakarta.

6. Kurniasih, S., (2002) Hubungan Antara Program Revilisasi


Dengan Kinerja Posyandu Di kecamatan Bagelen
Kabupaten Purworejo, Tesis, Universitas Gajah Mada.

7. Depkes RI, (2000) Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan, Hasil- hasil Penelitian Kesehatan Dan
Kedokteran, Jakarta.

8. Khotimah (2003) Evaluasi keaktifan kader dalam pelayanan


di program gizi dan posyandu tahun 2000 pada 4
puskesmas di Palembang, Tesis, Univeritas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

9. Departemen Kesehatan RI, (1999) Pembangunan


Kesehatan Menuju Indonesia sehat 2010, Jakarta.

10. Azwar, A., (1996) Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan,


Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

11. Muninjaya, A., A., G. (2004) Manajemen Kesehatan, EGC,


Jakarta.

12. Azwar, A., & Prihartono, J, (2003) Metode Penelitian


Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat, Binarupa Aksara,
Jakarta.

13. Pratiknya, A. W. (2001) Dasar-Dasar Metodologi Penelitian


Kedokteran Dan Kesehatan, RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
14. Effendy, N. (1998) Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan
Masyarakat, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 13


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Yon Ferizal Mr. Koto, Mubasysyir Hasanbasri; WPS No.12 April 2007 1st draft

15. Mantra. I. B., (1983) Kader Tenaga Harapan Masyarakat,


Depkes RI, Jakarta.

16. Eberhardt, M., Pamuk, E., R,. (2004) The important of place
of Residence: Examining Health in Rural and Non Rural
areas, American Journal of Public Helath, 94, 1682-1686,
http: www.AJPH.org, diakses 25-11-2006.

17. Azis, H. (2001) MKDU Ilmu Sosial Dasar,Jakarta, Bumi


Aksara.

18. Easterbrook, M., Godwin, M., Wilson, R., Hodgetts, G.,


Brown, G., Pong, R., Najgebauer, E., (1999) Rural
background and clinical rural rotations during medical
training: effect on practice location, Canadian Medical
Association, JAMC 20, 1159-1162.

Distant Learning Resouce Center Magister KMPK UGM 14


http://lrc-kmpk.ugm.ac.id

You might also like