Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Health is a factor that plays an important role in realizing the quality of human resources. One of
the government's efforts are aimed at improving health community, namely the Family Hope Program
(PKH). Figures visits to health center in 2014 number 655, with the amount of health insurance
membership card users in 2046 participants. The number of visits is still dominated by public patients
at 817 visits. Preliminary studies have been conducted and showed that, most participants said never
use in the treatment of health insurance card, and some have said they do not know the function of
the card. Based on these problems, it is important to do research on the analysis of people's behavior
in the utilization of health services PKH participants. The aim of research to To analyze the behavior of
people in the utilization of health services in the district Paminggir PKH participants. This research is a
Qualitative content analysis approach. Subjects were participants PKH, variable research is a
predisposing factor, supporting and enabling behavior in the utilization of health services, the tools
used indepth interwiew. Analysis of data using qualitative data analysis techniques. Results of
analysis of indepth interwiew there are many factors that influence the behavior of participants PKH in
utilizing health services, predisposing factors include information, beliefs, thoughts, habits, cultural
values, comfort, and driving factors include social support, infrastructure, costs , access, decision
making processes, as well as enabling factors such as the attitude of the officers, regulatory / policy,
administration service providers. The Conclusions of research the behavior of the public in using
health services by PKH participants there were only utilizing medical health services, there is only an
alternative health care, and there was that utilize both.
ABSTRAK
Kesehatan merupakan faktor yang berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Salah satu upaya pemerintah yang bertujuan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yaitu Program Keluarga Harapan (PKH). Data kunjungan Puskesmas Paminggir tahun
2014 sejumlah 655, dengan jumlah kepesertaan pengguna kartu jaminan kesehatan 2046 peserta.
Jumlah kunjungan tersebut masih didominasi oleh pasien umum sebesar 817 kunjungan. Studi
pendahuluan telah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa, sebagian besar peserta menyatakan tidak
pernah menggunakan kartu jaminan kesehatan dalam berobat, bahkan ada yang menyatakan mereka
tidak mengetahui fungsi dari kartu tersebut. Berdasarkan permasalah tersebut, maka penting untuk
dilakukan penelitian mengenai analisis perilaku masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan
peserta PKH. Tujuan Penelitian menganalisis perilaku masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan
kesehatan peserta PKH di Kecamatan Paminggir. Metode Penelitian ini adalah Kualitatif dengan
pendekatan content analysis. Subjek penelitian adalah Peserta PKH, variabel penelitian yaitu faktor
predisposisi, pendorong dan pemungkin perilaku dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, alat yang
digunakan indepth interwiew. Analisis data menggunakan teknik analisa data kualitatif. asil analisis
dari indepth interwiew ada banyak faktor yang mempengaruhi perilaku peserta PKH dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan, faktor predisposisi meliputi informasi, keyakinan, pengalaman,
kebiasaan, nilai budaya, kenyamanan, dan faktor pendorong meliputi dukungan sosial, sarana
prasarana, biaya, akses, proses pengambilan keputusan, serta faktor pemungkin seperti sikap dari
petugas, peraturan/kebijakan, administrasi penyedia layanan. Kesimpulan penelitian ini
perilakumasyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan oleh peserta PKH ada yang hanya
130
Marnah, dkk., Analisa Perilaku Masyarakat dalam.. 131
memanfaatkan pelayanan kesehatan medis, ada yang hanya pelayanan kesehatan alternatif, dan ada
yang memanfaatkan keduanya.
bahkan dari segi tradisi budaya (air yang diberi sakit Amuntai tuh obat apotik pang kalo, jadi
doa dan dipidara/tradisi mengoleskan kunyit manarima acil pakai obat apotik
dan kapur oleh orang pintar untuk tuh…”(responden 5)
menghilangkan gangguan makhluk gaib). (“…Menurut pengalaman saya, berobat
Berikut merupakan transkip hasil wawancara: di puskesmas yang di sini sudah tidak mampu
“…Mun yakin tuh yakin aja pang menyembuhkan sakit saya. Saya langsung
keduanya, baik ke bubuhan puskesmas atawa berobat ke Rumah Sakit Amuntai, waktu
ke kampungan tadih, yakin aja keduanya kawa berobat ke puskesmas kemarin kalau minum
menangani keluhan acil, …” (Responden 1) obat dari puskesmas jantung berdetak
(“…Menurut keyakinan saya, saya kencang, kemudian jika obat sudah habis maka
yakin sama keduanya, baik dari segi medis sakitnya akan kumat kembali, sampai saya
maupun dari alternatif seperti dukun ini,karena tidak bisa bangun dari tempat tidur
keduanya sama-sama dapat menangani …”)(responden 5)
keluhan saya …”).(Responden 1) Pengalaman positif akan berpengaruh
Menurut Simamora, B dalam positif pada perilaku masyarakat dalam
analisisnya, bahwa kepercayaan pasien memanfaatkan pelayanan kesehatan. Seperti
terhadap dokter adalah kunci utama temuan pengalaman sembuh oleh responden,
keberhasilan penanganan suatu penyakit. sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
Sebagian besar indikasi berobat ke luar negeri hubungan yang sejalan antara turunnya
adalah bukan karena keterbatasan alat dan demam, selaindari faktor kepercayaan pada
kemampuan dokter, tetapi karena permintaan pelayanan alternatif tersebut, ternyata terbukti
keluarga pasien. Secanggih apapun sarana secara ilmiah bahwa hal tersebut dapat
medis atau sepintar apapun dokternya tidak dijelaskan secara medis.
akan berarti bila tidak ada rasa percaya. Hal ini 4) Kebiasaan Peserta PKH dalam
sejalan dengan penelitian ini bahwa, responden pemanfaatan pelayanan kesehatan
memiliki keyakinan tentang jenis pelayanan Kebiasaan peserta PKH dalam
yang digunakannya, kepercayaan tersebut ada pemanfaatan pelayanan kesehatan
berdasarkan dari pengalaman sembuh. Seperti tergambarkan pada kuantitas (jumlah), serta
hanya saat responden menyatakan bahwa ada kecenderungan untuk mengunjungi kembali ke
respon yang baik setelah mendapatkan penyedia layanan kesehatan tersebut, seperti
pelayanan di puskesmas, perawat dan bidan pada kutipan wawancara berikut:
(9). “…acil ni nak ae tulak beobat ke
Keyakinan responden tentang Kuripan tu rancak, ada dokternya di sana orang
pelayanan kesehatan alternatif juga kuat, hal ini Bali, habis tu kadang datang jua ke orang di
dinyatakan berdasarkan pada bukti, atau hasil Pulau Pisau tuh sidin bisa memberi akar-akaran
berobat mendapatkan hasil yang memuaskan. tatamba, abahnya tu pang yang banyak
Tinggi rendahnya kepercayaan pasien informasi jar kawannya beobat kancing manis
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya intensitas di situ ampih, tapi pas acil coba kada mau jua
komunikasi. Keterpaksaan yang dirasakan ampih. Nah imbah beobat ke rumah sakit
pasien akan berpengaruh negatif terhadap Amuntai, Alhamdulillah imbah tiga kali beobat
kepercayaan pasien (10). ke sana, ni sudah turun gula darah acil…”
3) Pengalaman Peserta PKH dalam (responden 5)
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan (“…saya sering berobat ke Kuripan,
Pengalaman peserta PKH dalam orang yang mengobati disana berasal dari Bali,
pemanfaatan pelayanan kesehatan juga kadang-kadang juga saya berkunjung ke Pulau
tergambar pada penjelasan responden yang Pisau untuk berobat, di sana ada tabib yang
menyatakan bahwa sudah pernah dialami bisa memberi obat yang berasal dari akar-
sendiri, terdapat beberapa kesan-kesan positif akaran, suami saya diberitahu informasi oleh
maupun negatif yang telah didapatkan saat temannya bahwa beliau ini dapat mengobati
kunjungan ke fasilitas penyedia pelayanan kencing manis sampai sembuh, tapi waktu saya
kesehatan medis maupun penyedia layanan coba ternyata saya tidak sembuh juga. Nah
kesehatan alternatif, seperti kutipan wawancara setelah berobat ke Rumah Sakit Amuntai
berikut: Alhamdulillah setelah tiga kali ke sana kata
“…Mun menurut pengalaman acil nak dokter gula darah saya sudah
ae, beobat di puskesmas kita neh kada tahan. turun…”)(responden 5)
Jadi acil langsung ke rumah sakit amuntai, Kebiasaan peserta PKH dalam
waktu beobat di puskes kita neh semalam, bila pemanfaatan pelayanan kesehatan
habis minum obat rasa geludupan dada, bila tergambarkan pada kuantitas (jumlah), serta
obat tuh habis beumpat pulang penyakit acil, kecenderungan untuk mengunjungi kembali ke
kada kawa bebangun acil. Mun obat di rumah penyedia layanan kesehatan tersebut, dalam
134 Jurnal Berkala Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Mei 2016 : 130-138
penelitian ini kebiasaan tersebut tergambar nyaman kaya ini dah dari dahulu, bah nyaman
pada kebiasaan berobat saat sakit, dan juga tu pang sudah, ngaran sudah kaya keluarga
kebiasaan menjaga kesehatan meski tidak lawan sidin, senang tu pang hati mun diurut
dalam keadaan sakit. Hal ini sejalan dengan sidin…”(responden 6)
klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan (“…pijatnya terasa enak badan yang
kesehatan (Healt Related Behaviour) (11). pegal-pegal jadi sembuh, saya merasa
5) Nilai-nilai budaya dalam pemanfaatan nyaman, sudah sejak lama ini saya alami,
pelayan kesehatan pelayanannya membuat saya merasa senang
Nilai-nilai budaya yang maksud dalam dengan rasa kekeluargaan…”) (responden 6)
penelitian ini adalah bentuk pandangan, Kenyamanan peserta PKH dalam
persepsi atau pola pikir yang terbentuk memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti
dimasyarakat berdasarkan pada adat atau adanya rasa gembira, bahagia, dan senang.
kebiasaan budaya setempat yang telah diwarisi Responden menyatakan memanfaatkan
secara turun temurun dari nenek moyang, yaitu pelayanan kesehatan baik medis maupun
tradisi bepidara. Selain adanya tradisi adat alternatif (jasa tukang pijat/urut) yang dirasakan
bepidara, juga terdapat tradisi air yang di tawar manfaatnya seperti ada rasa kekeluargaan
(air doa) yang dipercaya berguna untuk dalam pelayanannya dan sudah terbiasa dan
menurunkan panas dan menyembuhkan rutin. Pelayanan personil memegang peranan
penyakit seperti demam. Tradisi memberi dalam menjaga mutu pelayanan sehingga
doa/mantra pada air biasanya dilakukan oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan menjadi
tokoh adat/agama (abah habib). Seperti kutipan puas. Personil itu terdiri dari dokter maupun
wawancara berikut ini: perawat, tenaga para medis serta penunjang
“…ke wadah ulak tu ae ah meminta non medis. Pelayanan personil dapat berupa
banyu penawar dari dahulu pelayanan secara profesional dan keramahan
sudah…”(responden 3) sehingga meningkatkan citra dari pelayanan
(“…iya ke tempat orang pintar untuk tersebut (12).
meminta air doa…”) (Responden 3) a. Faktor pendorong (reinforcing factors)
Belum ada penelitian yang perilaku peserta PKH dalam
menjelaskan tentang tradisi ini, namun hal ini pemanfaatan pelayanan kesehatan
didukung dari pemaparan seorang dokter 1) Dukungan sosial
puskesmas yang menyatakan bahwa, Dukungan sosial yang dijelaskan
kebiasaan peserta PKH dalam membawa anak responden dari segi dukungan kerabat dan
untuk melakukan tradisi bepidara setelah tetangga sekitar, ada terdapat dukungan
melakukan pengobatan secara medis. Hal ini emosional seperti simpatik dari tetangga
bisa dijelaskan bahwa pengobatan medis dapat terdekat dengan berkunjung untuk menjenguk,
menyembuhkan sakit setelah beberapa hari dukungan dari program pemerintah (PKH)
anak tersebut mendapatkan perawatan di dengan adanya keterjaminan kartu sehat untuk
rumah, seperti meminum obat, dan asupan pemanfaatan pelayanan kesehatan, serta
makanan yang seimbang. Nilai- nilai budaya dukungan internal dari dalam keluarga seperti
dalam bepidara yang diwarisi dari orang-orang dukungan kepala keluarga dan orang tua.
terdahulu terus dilestarikan masyarakat, Berikut merupakan transkip hasil wawancara
sehingga walaupun telah melakukan terkait dukungan sosial:
pemanfaatan pelayanan kesehatan medis “…nang memberi dukungan dalam
dalam hal ini seperti puskesmas, dokter, mengambil keputusan ke fasilitas layanan
perawat maupun bidan, masyarakat juga tetap kesehatan ya kita-kita ae beakal-akal…”(
akan melakukan kunjungan ke penyedia Responden 1)
layanan jasa keesehatan seperti orang pintar. (“…yang memberi dukungan dalam
6) Kenyamanan peserta PKH dalam mengambil keputusan ke fasilitas layanan
pemanfaatan pelayanan kesehatan kesehatan ya kita-kita sendiri yang inisiatif…”)(
Kenyamanan peserta PKH dalam Responden 1)
memanfaatkan pelayanan kesehatan seperti Menurut Supardi S dan Notosiswoyo
adanya rasa gembira, bahagia, dan senang. (13) tidak semua keluarga dan tetangga
Responden menyatakan memanfaatkan bersedia atau siap untuk memberikan
pelayanan kesehatan baik medis maupun dukungan, pengertian, dan kasih sayang bagi
alternatif (jasa tukang pijat/urut) yang dirasakan orang yang membutuhkan. Hal ini sejalan
manfaatnya seperti ada rasa kekeluargaan dengan pernyataan responden bahwa atas
dalam pelayanannya dan sudah terbiasa dan dasar inisiatif sendiri untuk melakukan
rutin. Seperti pada kutipan wawancara berikut: kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
“…sidin tuh nyaman meurutnya, awak
ampih singkal-singkal, aku neh merasa lebih
Marnah, dkk., Analisis Perilaku Masyarakat Dalam... 135
2) Sarana dan prasarana saat dipakai diluar jam kerja, seperti biasanya
Ketidaksediaan sarana prasarana akan berobat di malam hari. Selama berobat di
membuat masyarakat tidak mau dalam rumah sakit saya tidak pernah menggunakan
memanfaatkan pelayanan kesehatan tersebut. BPJS, saya pasien umum. Kalau ke puskesmas
Seperti penjelasan responden yang gratis memakai kartu BPJS, tapi saya tidak
menyatakan tidak melahirkan ke puskesmas cocok dengan obat puskesmas tersebut..”)
karena pada saat itu masih belum lengkap (Responden 5)
sarana prasaran yang tersedia. Kutipan Faktor yang mempengaruhi
wawancara sebagai berikut: pemanfaatan pelayanan kesehatan, yaitu tarif
“…baranak di rumah ni ae lawas pang atau biaya kesehatan sangat penting untuk
sudah tiga tahunan dahulu, lawan bidan menentukan dalam pemanfaatan pelayanan
kampung haja, puskesmas kita kada lengkap lo kesehatan. Adanya peningkatan harga
dahulu. Mun di rumahan ni nyaman pang kalo pelayanan kesehatan akan menyebabkan
hen bila handak betatapas atau besedia penurunan permintaan (Saleh et al, 2012),
macam-macam nang tepakai pas beranak, tetapi dalam hal ini, peningkatan harga tidak
misalnya banyu panas, lampin, kelambu menjadi kendalam dalam permintaan
supaya jangan benyamuk ...” (Responden 2) pelayanan yang lebih baik, artinya suatu bentuk
(“…saya melahirkan di rumah saja tiga kepuasan tidak terukur dalam besaran tarif atau
tahun yang lalu, sudah lama, ditolong oleh biaya. Responden menyatakan bahwa
dukun kampung saja, puskesmas di sini waktu penghasilan rata-rata dibawah satu juta rupiah,
dulu masih belum lengkap fasilitasnya. Kalau di tetapi masih ada responden lebih memilih
rumah ini saya menjadi lebih gampang mencuci membayar biaya dalam memanfaatkan
atau dalam mempersiapkan keperluan yang pelayanan kesehatan. Permintaan tersebut
dibutuhkan saat melahirkan, seperti air panas, dipengaruhi oleh pendapat medis dari dokter,
tempat tidur bayi, dan kelambu untuk dan juga faktor lain seperti pendapatan dan
menghindari nyamuk…”)(Responden 2) harga obat. Pelayanan kesehatan merupakan
Hal ini sejalan dengan penelitian keinginan untuk lebih sehat diwujudkan dalam
terdahulu, fasilitas yang baik akan perilaku mencari pertolongan tenaga
mempengaruhi sikap dan perilaku pasien, kedokteran. Jadi dapat disimpulkan bahwa,
pembentukan fasilitas yang benar akan Permintaan (demand) pelayanan kesehatan
menciptakan perasaan sehat, aman, dan adalah pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
nyaman (12). dan diinginkan oleh pasien yang disertai juga
3) Biaya dengan daya beli yang dimiliki oleh pasien
Memanfaatkan fasilitas layanan tersebut (14).
kesehatan tidak terlepas dari biaya, yaitu 4) Transportasi (akses)
pembayaran tarif jasa maupun barang seperti Jarak antara tempat tinggal dengan
obat-obatan, alat kesehatan dan lain-lain. Biaya tempat fasilitas pelayanan kesehatan juga
menjadi perhitungan penting oleh peserta PKH menjadi faktor pendukung dalam pemanfaatan
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan. Responden menyatakan
Responden menyatakan merasa senang bahwa rutin mengikuti kegiatan posyandu
memanfaatkan pelayanan kesehatan karena lansia, sebagai bentuk pemanfaatan terhadap
gratis. Berikut kutipan wawancara: pelayanan kesehatan yang dikunjungi hanya
“…aku merasa ketuju banar, maka dengan berjalan kaki. Seperti kutipan
gratis ha pulang…” (Responden 7) wawancara di bawah ini:
(“…saya merasa sangat senang dan “…saban bulan aku rutin meumpati
pelayanannya gratis…”) (Responden 7) posyandu dihilir tuh, atau bila pas auran aku
Berbeda dengan responden berikut, mendatangi ke puskesmasnya langsung minta
yang menyatakan tidak menggunakan BPJS, diperiksa, parak haja hen bejalan
dan lebih memilih berobat secara umum batis…”(Responden 7)
(berbayar). Berikut kutipan wawancara: (“…setiap bulan saya rutin mengikuti
“…saorang bayar jua hen. BPJS kada posyandu dihilir itu, atau jika disaat jadwal
tepakai nak ae mun diluar jam kerja tuh. posyandu saya sibuk dan tidak bisa hadir,
Rancak malam pang mengiau. Kartu BPJS ada maka saya datang ke puskesmas langsung
ae beisi, tapi kada pernah acil pakai, bebayar untuk memeriksakan kesehatan karena dekat
pang tarus mun beobat ke rumah sakit, mun saja…”)( Responden 7)
dipuskes kita neh gratis ae bila membawa Letak pelayanan kesehatan yang dekat
ngintuh, tapi acil kada manarima obat dengan rumah memudahkan dalam
puskesmas..”(Responden 5) menjangkau tanpa mengeluarkan banyak uang
(“…saya membayar semua biayanya, untuk transportasi serta sarana dan prasarana
walaupun punya BPJS tetapi itu tidak berlaku yang memadai. Hal ini dapat diperoleh dengan
136 Jurnal Berkala Kesehatan, Vol. 1, No. 2, Mei 2016 : 130-138