You are on page 1of 9

EVALUASI STATUS HARA TANAH DAN JARINGAN SEBAGAI DASAR

REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K


PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

Oleh: La Ode Safuan, Fransiscus S. Rembon, dan Hasbullah Syaf1)

ABSTRACT

Evaluation of Soil and Plant Nutreints content status as a Basic of the N, P, K fertilizers
Recommedation for Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.). Oil palm is one of the plantation crops
that has an economic beneficial prospect in the future in Indonesia, particularly in the Southeast
Sulawesi Province. Soil nutrients status is the most important factor for determining the kind and
dosages of fertilizer recommedation and application for plant. The objective of this research was
to determine the effect of the nutrients status in the soil and plant tissue as a basic standar for
determining fertilizer dosages recommendation and application. This research was conducted
using a survey method, collecting soil and plant samples from oil palm plantation with 7 months
age after transplanting, then analyzed in the soil test laboratory of the Agricultural Research and
Development, Department of Agriculture in Bogor. Parameters to be measured were soil N, P, K,
Ca, Mg contents, CEC, organic-C, pH, and soil characteristics in the field. Analysis of plant
tissue for N, P and K contents, including plant growth parameters (plant height, diameter,
number of leaves, leaflet length and width were also recorded. Justification of the applied
fertilizer dosages are based on the standard of an optimum nutrients content status in the leaflet
according to Von Uexkull and Fairhaust (1991).
The results showed that there was a variation of soil vertility between the top and the
middle hill of the slope compered to the bottom. The bottom slope tended to be more fertile than
that of the upper slope. In general, soil fertility status ranged from very low to low, except total-
K content was high to very high (17-91 ppm K2O), but available K was very low to low (0.01-
0.18 cmolc kg-1). N content was very low (0.02-0.03 %), soil pH was very acid to slightly acid
(pH 4.2-6.5), organic-C was very low (0.22-0.40 %). CEC was very low to low (0.42-10.53
cmolc kg-1), P content was also very low (1.10-3.90 ppm P2O5), Ca and Mg were both ranged
from very low to low (0.15-5.51 cmolc kg-1 and 0.08-0.92 cmolc kg-1, respectively). Based on the
N, P, K contents found in the leaflet which were fertilized with TSP (46 % P2O5) 350 g plant-1,
Rock Pospat (28 % P2O5) 575 g plant-1, and Urea 300 g and NPK 250 g plant-1 , respectively
indicated that N was still deficient, P was already reached to the optimum standard. While K was
already exeeded or higher than the optimum standard. On the bases of an optimum N, P, and K
contents in the leaflet, recommended dosages were around 350g TSP plant-1, 575 g Rock Pospat
plant-1, 400 g Urea and 230 g NPK plant-1, respectively.

Keywords: soil content status, plant nutreints, oil palm

PENDAHULUAN Sulawesi Tenggara merupakan salah


satu daerah pengembangan tanaman kelapa
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis sawit, tetapi pengembangan kelapa sawit di
guineensis Jacq.) merupakan salah satu daerah mempunyai faktor kendala terutama
tanaman perkebunan di Indonesia yang kesuburan tanah karena lahan pertanian di
memiliki masa depan cukup cerah. daerah ini didominasi oleh jenis tanah
Perkebunan kelapa sawit semula berkembang Ultisol yang mempunyai tingkat kesuburan
di daerah Sumatera Utara dan dan rendah. Kesuburan tanah tersebut dapat
Kalimantan, namun sekarang telah diperbaiki melalui pemupukan baik pupuk
berkembang ke berbagai daerah termasuk organik maupun anorganik terutama pupuk
Sulawesi, Maluku, dan, Papua. yang mengandung unsur hara N, P, dan K,

1
AGRIPLUS,
)Staf Pengajar Jurusan Volume
Agroteknologi 23Pertanian
Fakultas NomorUniversitas
: 02 Mei 2013, ISSN
Halu Oleo, 0854-0128
Kendari 154
155

karena ketiga unsur hara tersebut merupakan membran dan aktivitas membran sitosol.
unsur hara utama bagi tanaman. Kalium juga diperlukan untuk akumulasi dan
Kebanyakan tanaman mengandung translokasi karbonat yang baru saja dibentuk
nitrogen 1,50 sampai 6,00% dari berat kering tanaman dari hasil fotosintesis. Selain itu,
tanaman dengan nilai kecukupan 2,50 ion K+ memfasilitasi beberapa respon
sampai 3,50% dalam jaringan daun. Suatu fisiologi pada tanaman, termasuk pembukaan
rentang yang lebih rendah 1,80 sampai dan penutupan stomata, gerakan daun dan
2,20% ditemukan pada kebanyakan tanaman regulasi polarisasi membran (Elumalai et al.,
buah dan rentang yang lebih tinggi 4,80 2002).
sampai 5,50% ditemukan pada jenis legum. Kebutuhan hara N, P, dan K pada
Tanaman yang daya hasilnya tinggi akan tanaman dipenuhi melalui pemupukan, tetapi
mengandung 50 sampai 500 lbs N/A (56 pemupukan dengan dosis yang lebih rendah
sampai 560 kg N ha-1). Nilai kritis sangat dari kebutuhan tanaman tidak dapat
bervariasi, tergantung pada jenis tanaman, memberikan pengaruh yang optimal bagi
tingkat pertumbuhan, dan bagian tanaman pertumbuhan dan produksi tanaman baik
(Jones, 1998). Taraf N tertentu harus ada kuantitas maupun kualitas, sedangkan
dalam sel-sel tanaman untuk penggunaan pemupukan secara terus menerus melampaui
karbohidrat optimum yang dihasilkan selama kebutuhan tanaman dapat menurunkan
fotosintesis. Pada kondisi defisien kualitas lingkungan dan penurunan
penimbunan karbohidrat berlebihan berada pertumbuhan serta produksi tanaman.
pada sel-sel vegetatif yang berakibat Unsur hara yang diberikan melalui
terhadap penebalan dinding sel, membatasi pemupukan, tidak dapat diserap seluruhnya
pembentukan protoplasma, sukulensi oleh tanaman, terutama pada pemberian
berkurang, dan pertumbuhan berkurang. pupuk dengan dosis tinggi. Hal ini
Suatu pertumbuhan tanaman harus menyebabkan aplikasi pupuk pada
mempunyai input energi bebas secara terus pertanaman berikutnya tidak dapat
menerus untuk mensintesis makro molekul meningkatkan produksi tanaman, bahkan
dari precusor sederhana dan untuk transport dapat menurunkan produksi tanaman karena
aktif ion-ion dan sintesis bahan-bahan hara dalam tanah sudah melampaui
lainnya diseluruh bahagian tanaman. Karier kebutuhan optimal tanaman. Padahal filosofi
dari energi bebas ini adalah ATP, senyawa pemupukan berimbang adalah memberikan
yang mengadung N lainnya yang sangat unsur hara sesuai kebutuhan tanaman.
diperlukan (Olson dan Kurtz, 1985). Apabila unsur hara di dalam tanah sudah
Fosfor merupakan hara makro bagi dapat memenuhi kebutuhan tanaman, maka
setiap tanaman, oleh karena itu pemupukan tidak perlu dilakukan. Pemberian
ketersediaannya sangat menentukan pupuk pada tanah yang masih subur selain
pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. merupakan pemborosan, juga akan
Tanaman yang kekurangan fosfor akan menyebabkan perununan produksi tanaman
menampakan gejala-gejala pertumbuhan dan pencemaran lingkungan hidup. Oleh
lambat, lemah dan kerdil, berwarna hijau karena itu, sebelum dilakukan pemupukan
gelap, terjadi peningkatan pembentukan perlu dilakukan analisis tanah untuk
antosianin, proses pematangan buah dan biji mengetahui status hara tanah sebagai dasar
lambat, tanaman selalu hijau, pembentukan untuk menentukan rekomendasi pemupukan.
buah dan biji kurang sempurna, jumlah buah Penelitian ini bertujuan untuk : (1)
berkurang dan hasil rendah (Marschner, mengetahui pengaruh status hara tanah dan
1995). jaringan tanaman kelapa sawit terhadap
Kalium merupakan nutrisi tanaman pertumbuhan tanaman, (2) menentukan
yang dibutuhkan dalam jumlah banyak rekomendasi pemupukan N, P, dan K untuk
kemudian didistribusikan ke berbagai sel tanaman kelapa sawit berdasarkan status hara
seluruh organ (Banuelos et al., 2002) dan tanah dan jaringan tanaman.
memegang beberapa peranan penting dalam
fungsi sel termasuk pengaturan: (1) turgor,
(2) keseimbangan muatan, dan (3) potensial

AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128


156

METODE PENELITIAN untuk analisis sifat-sifat kimia dan fisika


tanah di laboratorium.
Tempat dan Waktu Umur tanaman kelapa sawit yang
Penelitian ini berlangsung dari bulan diteliti pada saat pengamatan, berumur
Oktober sampai Desember 2012 dalam areal sekitar 7 bulan setelah transplanting. Sampel
Perkebunan Kelapa Sawit P.T. Utama daun tanaman sawit diambil dari daun bagian
Agroindo Mas. Letak lokasi penelitian tengah pada anak daun ke-17. Tanaman
berada pada koordinat 03o5933.1 LS dan kelapa sawit yang diteliti telah dipupuk yang
122o2034,8 BT serta 04o0017.4 LS dan diaplikasikan bersamaan waktu
122o1917,0BT. Secara administrasi daerah transplanting, dengan masing-masing jenis
ini termasuk dalam wilayah Kecamatan dan takaran pupuk sebagai berikut: TSP (46
Besulutu, Kabupaten Konawe, Provinsi % P2O5) 350 g pohon-1, Rock Pospat (28 %
Sulawesi Tenggara. Analisis sampel tanah P2O5) 575 g pohon-1. Sedangkan pemberian
dan jaringan daun tanaman sawit Urea 300 g pohon-1 dan NPK 250 g pohon-1,
dilaksanakan di Laboratorium Pusat diberikan masing-masing 3 bulan dan 1
Penelitian Tanah Bogor. bulan setelah transpanting.
Penetapan dosis didasarkan pada
Bahan dan Alat standar kriteria kecukupan atau kadar
Bahan-bahan yang digunakan dalam optimum hara dalam jaringan daun tanaman
penelitian ini adalah : tanaman sawit pada menurut Von Uexkull dan Fairhust (1991).
lokasi perkebunan sawit P.T. Utama
Agroindo Mas, tanah, peta tanah, peta kebun, Prosedur Pelaksanaan Penelitian
dan peta kerja, kertas kalkir, dan bahan- Persiapan Penelitian
bahan kimia yang diperlukan untuk analisis Tahap persiapan meliputi (1)
tanah dan jaringan tanaman. Sedangkan alat- pengumpulan data sekunder mengenai lokasi
alat yang digunakan adalah: berupa penelitian seperti data iklim, dan peta kebun
peralatan survei tanah yang meliputi kompas, sawit, (2) survei pendahuluan dengan
altimeter, bor tanah, cangkul, GPS, pisau mempelajari lokasi penelitian (seluruh areal
survei, buku munsell soil colour chart, perkebunan) untuk menentukan sampel blok
kantong plastik, meteran, kartu daftar areal penelitian, (3) membuat peta kerja
dekskripsi tanah, parang timbangan, sekop, lapangan dan mempersiapkan peralatan
kantong plastik, stapler, kertas label, dan alat survei dan kegiatan pengamatan lapangan.
tulis.
Pengamatan dan Pengukuran Lapangan
Metode Penelitian Kegiatan pada tahap ini meliputi
Metode yang digunakan dalam beberapa kegiatan di lapangan dan persiapan
penelitian ini adalah metode survei dengan analisa di laboratorium:
pemilihan area sebagai sampel berdasarkan a. Observasi dengan mempelajari seluruh
blok penanaman karena dalam prakteknya areal sampel blok penelitian, kemudian
pembagian blok pada areal pertanaman menentukan dan membatasi satuan
kelapa sawit dibagi berdasarkan sampel pengamatan.
pertimbangan perbedaan tingkat kesuburan b. Pengamatan profil lengkap dilakukan
tanah, sehingga pada setiap blok akan terjadi pada setiap satuan lahan sampel yang
perbedaan tindakan budidaya. Hal ini akan telah ditetapkan. Penetapan sampel
menyebabkan adanya variasi tingkat pengamatan dilakukan dalam poligon
pertumbuhan tanaman. Tipe observasi yang pada masing-masing satuan lahan yang
dilakukan adalah deskripsi profil lengkap telah ditetapkan. Parameter yang diamati
guna melihat secara jelas karakteristik tanah adalah karakteristik internal profil seperti
dan proses pembentukan tanah yang terjadi. kedalaman tanah, warna tanah, struktur
Pengambilan contoh tanah utuh dan tanah, konsistensi tanah, dan porositas
komposit dilakukan pada kedalaman 0-30 cm tanah.
(lapisan atas) dan 30-60 cm (lapisan bawah) c. Pengambilan sampel tanah dilakukan
secara terstruktur (berdasarkan lereng

AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128


157

mikro pada masing-masing unit lahan) HASIL DAN PEMBAHASAN


agar dapat mewakili unit lahan ke empat
arah sebagai ulangan yang digunakan Deskripsi karakteristik tanah di lokasi
untuk analisis laboratorium yang penelitian
kedalamanannya disesuaikan dengan Berdasarkan data hasil pengamatan
pengamatan profil (pada setiap arah juga profil lengkap tanah yang dilakukan pada
dikompositkan dengan jarak (4 m x 4 m). setiap satuan lahan sampel kelapa sawit yang
Pengambilan sampel tanah dilakukan ditetapkan di lapangan menunjukkan adanya
pada dua kedalaman yaitu lapisan atas (0- variasi kedalaman efektif tanah. Dari 5 titik
30 cm) dan bawah (30-60 cm). Variabel pengamatan sampel, ternyata 3 diantaranya
yang diamati di laboratorium meliputi: atau 60 % cukup dalam, mencapai 70-120
pH, N-total, C-organik, P2O5, KTK, K, cm. Tetapi 2 diantaranya dangkal dengan
Ca, dan Mg, sedangkan sifat fisik tanah kedalaman bahan induk bervariasi antara 22-
yang dianalisis adalah tekstur tanah. 84 cm. Hal ini dapat menyebabkan adanya
d. Pengambilan data tanaman kelapa sawit keterbatasan perkembangan akar dan
dilakukan pada satuan lahan yang sama menjadi faktor pembatas untuk pertumbuhan
dengan tempat dilakukan penggalian dan perkembangan akar tanaman sawit.
profil. Tanaman yang dijadikan sampel Termasuk menjadi bahan pertimbangan
pengamatan adalah memiliki pengelolaan, dalam menentukan pemupukan karena akan
varietas dan umur yang sama. Data menjadi faktor pembatas juga bagi kesuburan
pertumbuhan tanaman meliputi : Tinggi tanah dengan terbatasnya ruang gerak dan
tanaman, Diameter batang, jumlah daun, ketersediaan hara.
panjang daun, panjang anak daun, kadar Warna tanah pada umumnya
hara N, P, dan K pada jaringan daun. mengindikasikan warna yang cukup terang
Sampel daun diambil dari daun bagian dengan dominasi variasi antara 7,5 YR
tengah pada anak daun ke-17. 10,5 YR. Dari hasil pengamatan warna tanah
dapat diinterpretasi bahwa kondisi aerasi
Pengolahan dan Analis Data berjalan cukup baik dan keadaan demikian
Untuk memperoleh gambaran akan berpengaruh terhadap reaksi oksidasi
tentang status hara tanah, dan jaringan sehingga berdampak baik terhadap
dilakukan perbandingan dengan status hara ketersediaan hara di dalam tanah.
yang sudah ada. Untuk memperoleh Konsistensi tanah dalam keadaan
gambaran secara umum tentang status hara lembab menunjukkan dominan agak teguh
pada areal pekebunan kelapa sawit yang sampai teguh, sementara dalam keadaan
diteliti, selain itu dilakukan penentuan basah bevariasi antara agak lekat sampai
kriteria berdasarkana kondisi pertumbuhan lekat. Hal ini berkaitan dengan
tanaman (persen pertumbuhan relatif) dengan perkembangan, pertumbuhan dan pergerakan
kadar hara tanah dan jaringan tanaman yang akar di dalam tanah. Kondisi teguh dan lekat
mengacu pada kriteria kadar hara dalam dapat menghambat perkembangan akar
jaringan daun tanaman kelapa sawit menurut tanaman sehingga hara yang ada di dalam
Von Uexkull dan Fairhust (1991) sebagai tanah dan yang diberikan atau ditambahkan
standar, sehingga akan diperoleh status hara melalui pemberian pupuk lambat terserap
spesifk lokasi. Selanjutnya dilakukan karena kesempatan berinteraksi dengan akar
interpretasi antara variabel sifat kimia tanah terbatas. Demikian halnya untuk kelarutan
dengan kadar hara jaringan, dan komponen dan pergerakan hara kemungkinan akan
pertumbuhan tanaman dengan mengacu pada terhambat.
standar kadar hara dalam jaringan daun sawit Struktur tanah dominan berbentuk
sesuai umur tanaman sampel. kubus bersudut, kurang mendukung untuk
perkembangan akar yang baik. Akar akan
lebih leluasa perkembangannya pada struktur
tanah yang lebih longgar seperti gembur,
remah.

AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128


158

Kondisi aktual pertumbuhan tanaman rendah, tergantung kondisi kelembaban atau


kelapa sawit di lokasi penelitian kadar air tanah. Hal ini menjadi menirik
Rata-rata tinggi tanaman bervariasi untuk diperhatikan sebagai dasar pemberian
antara 88,51-119,02 cm, diameter batang jenis dan takaran pupuk, untuk sementara
12,90-21,24 cm, jumlah helai daun 5,0-7,9, dosis pupuk pembawa K tidak terlalu separah
panjang daun 80,57-121,58 cm, panjang dengan kadar hara N dan P yang tergolong
lembar daun 27,07-33,24 cm, lebar lembar sangat rendah.
daun 2,04-2,94 cm, jumlah lembar helai Kadar Ca dan Mg tergolong rendah
daun 23,5-36,1 dan rata-rata lebar kanopi sampai sangat rendah, masing-masing berada
bervariasi antara 76,52-120,40 cm. Hal ini pada kisaran 0,15-5,51 cmolc kg-1 dan 0,08-
kemungkinan dominan disebabkan oleh 0,92 cmolc kg-1. Sementara KTK tanah juga
variasi kondisi kesuburan tanah yang tergolong dominan sangat rendah sampai
berbeda atara titik pengamatan, terutama rendah (0,42-10,53 cmolc kg-1). Secara
bagian atas, tengah dan bawah lereng. Selain empiris kisaran status kesuburan tanah secara
itu juga dari variasi keseragaman kondisi umum dari lokasi penelitian tergolong sangat
bibit yang ditanam. Dari data yang tersedia rendah sampai rendah, kecuali kadar K. Di
dapat terlihat adanya kecenderungan bagian lain pihak data hasil analisis jaringan daun
bawah lebih baik pertumbuhannya dibanding sampel kelapa sawit menunjukkan, kondisi
dengan bagian atas lereng, menyusul bagian cukup baik dan memadai. Kisaran kadar hara
tengah lereng. Hal ini sangat logis karena N dalam jaringan daun menunjukkan variasi
akumulasi hara dapat terjadi di bagian bawah cukup lebar yakni dari 1,82-3,93 %. Menurut
lereng akibat adanya pengaruh erosi melalui kriteria standar menurut Von Uexkull dan
aliran permukaan dari bagian atas menuju Fairhust (1991) yang digunakan dari data
bagian bawah lereng dan terjadi endapan yang diperoleh dan variasi kisarannya masih
pada bagian bawah lereng. dominan tergolong dalam kadar defisiensi
(kadar N 1,82-2,50 %). Kecuali yang
Kondisi kadar hara dan status kesuburan mempunyai kadar dengan kisaran antara
tanah dan kadar hara dalam jaringan 3,57- 3,93 % sudah tergolong dalam kategori
daun sampel tanaman kelapa sawit berlebihan seperti pada sampel No.5. Untuk
kadar P, menunjukkan hasil yang sudah
Berdasarkan data hasil analisis dominan tergolong optimum (0,16-0,22 %),
tanah dan status kesuburan tanah secara kecuali ada 3 dari 15 sampel daun yang
empiris, tekstur tanah tergolong agak kasar, berkadar 0,13-0,15 %, masih tergolong
dominan fraksi pasir dan debu. Reaksi tanah defisiensi. Berbeda halnya dengan kadar K
dominan masam dengan variasi antara sangat menunjukkan hasil yang dominan sudah
masam-agak masam (pH 4,2 6,5), kadar C- mencapai status berlebihan, kecuali ada 4
organik sangat rendah (0,22-0,40 %), N-total sampel yang berada pada kisaran tergolong
sangat rendah (0,02-0,03) agak homogen optimum (1,74-1,95 %). Hal ini sejalan
dengan rentang kisaran sangat sempit. Kadar dengan hasil analisis tanah yang
P2O5 sangat rendah (kisaran 1,10-3,90 ppm), menunjukkan kisaran kandungan total K
K2O total tergolong dominan tinggi sampai dalam tanah tergolong tinggi sampai sangat
sangat tinggi (17-91 ppm), kecuali ada 1 tinggi, kecuali K dapat tukar tergolong
sampel dari 15 contoh tanah yang dianalisis rendah. Kelarutannya tentu akan sangat
tergolong sangat rendah (5 ppm). Namun K dipengaruhi oleh kondisi air tanah atau
dapat tukar aktual pada saat pengambilan kelembaban tanah. Jika kondisinya memadai,
sampel tergolong sangat rendah sampai K dapat meningkat kelarutannya. Dikaitkan
rendah (0,01-0,18 cmolc kg-1). Tingginya dengan pemberian pupuk pembawa K yang
total K kemungkinan berasal dari sisa diaplikasikan 1 bulan setelah transplanting
serasah hasil pembersihan lahan saat yakni NPK dengan dosis 250 g pohon-1
pembukaan lahan yang mengalami sudah melampaui takaran yang optimum.
mineralisasi. Kalium terlarut tergolong

AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128


159

Tabel 2. Hasil analisis kadar hara dalam sampel tanah dan sampel jaringan daun kelapa sawit
Kadar hara dalam Kadar hara dalam
Dosis aplikasi pupuk g pohon-1
No. Kode sampel tanah jaringan daun (%)
N P2O5 K2O
N P K TSP RP Urea NPK
(%) (ppm) (ppm)
I L11 (Lereng Atas) 0,02 1,1 57 2,50 d 0,22 o 2,61 b 350 575 300 250
L11 (Lereng Tengah) 0,03 1,1 73 2,45 d 0.18 o 2,38 b 350 575 300 250
L11 (Bawah) 0,02 1,1 56 2,38 d 0.18 o 2,30 b 350 575 300 250
II J8 (Lereng Atas) 0,03 1,2 43 2,43 d 0,21 o 1,82 o 350 575 300 250
J8 (Lereng Tengah) 0,02 1,1 78 2,65 o 0,21 o 2,15 b 350 575 300 250
J8 (Bawah) 0,03 3,3 41 2,69 o 0,19 o 2,45 b 350 575 300 250
III L8 (Lereng Atas) 0,03 3,9 76 2,28 d 0,16 o 1,74 o 350 575 300 250
L8 (Lereng Tengah) 0,03 1,3 63 2,21 d 0,15 d 1,82 o 350 575 300 250
L8 (Bawah) 0,02 2,6 42 2,46 d 0,19 o 2,02 b 350 575 300 250
IV K8 (Lereng Atas) 0,03 1,4 91 1,84 d 0,20 o 2,30 b 350 575 300 250
K8 (Lereng Tengah) 0,03 1,6 51 1,87 d 0,13 d 2,24 b 350 575 300 250
K8 (Bawah) 0,03 1,7 5 1,82 d 0,20 o 2,73 b 350 575 300 250
V K9 (Lereng Atas) 0,03 1,4 17 3,93 b 0,19 o 1,95 o 350 575 300 250
K9 (Lereng Tengah) 0,02 2,0 51 3,78 b 0,22 o 2,04 b 350 575 300 250
K9 (Bawah) 0,02 1,9 23 3,57 b 0,14 d 2,05 b 350 575 300 250
Ket.: d =defisiensi, o = optimum, b = berlebihan (Kriteria hara dalam jaringan daun menurut Von Uexkull dan
Fairhust, 1991), RP = Rock Pospat

Diagnosis rekomendasi pemupukan tanaman. Dengan demikian kadar hara dalam


berdasarkan status hara tanah dan kadar tanah hanya menjadi gambaran umum saja
hara dalam jaringan daun tanaman dan tidak dapat dikorelasikan langsung
dengan pengaruhnya terhadap tanaman,
Berdasarkan data yang diperoleh dari karena aplikasi pupuk diberikan berdasarkan
hasil analisis tanah, analisis jaringan daun pada lingkaran proyeksi tajuk yang tidak
dan gambaran awal pertumbuhan tanaman di diambil contoh tanahnya dan tidak dianalisis.
lapangan maka dapat dibuat interpretasi Juga tidak ada tanaman yang tidak dipupuk
sebagai bahan pertimbangan diagnosis untuk yang dapat diambil sampel daunnya untuk
menentukan rekomendasi pemupukan pada menjadi kontrol pembanding dengan
lahan perkebunan kelapa sawit P.T. Utama tanaman yang dipupuk.
Agrindomas di Kecamatan Besulutu. Hasil analisis kadar N, P dan K
Berhubung sudah terlanjur ada perlakuan dalam jaringan daun yang selanjutnya
pemupukan yang diberikan pada lokasi dipadankan dengan standar status kadar N, P
peneltian sejak dari awal transplanting, maka dan K menurut Von Uexkul dan Fairhaust
interpretasi penentuan dosis pemupukan akan (1991) menunjukkan bahwa untuk kadar N
didasarkan pada pemberian awal dengan dalam jaringan daun tanaman masih
melihat bagaimana status kondisi hara dalam menunjukkan adanya variasi yang agak lebar
jaringan daun sampel yang dianalisis. antara defisiensi, optimum dan berlebihan.
Bagaimana dampak dari pemupukan N, P Namun dominan data (Tabel 2)
dan K yang diaplikasikan pada kadar hara menunjukkan masih mengalami defisiensi.
dalam jaringan tanaman. Kondisi awal status Hanya 2 sampel pada yang sudah mencapai
hara dalam tanah tergolong sangat rendah kadar optimum (sudah mencapai kadar N
sampai rendah (Tabel 2), kecuali kadar K jaringan 2,65 dan 2,69 %), 3 sampel lainnya
total sudah tergolong tinggi-sangat tinggi. malah sudah mencapai berlebihan yakni
Namun ada hal yang menjadi kelemahan sampel no. 5 sudah mencapai masing-masing
dalam pengambilan contoh tanah karena 3,57, 3,78 dan 3,93 % N dalam jaringan
diambil di luar lingkaran tajuk atau kanopi daun. Mungkin ini terjadi karena posisi

AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128


160

sampel 5 berada pada tempat dengan kondisi KESIMPULAN DAN SARAN


lereng yang memungkinkan terjadinya
akumulasi N di dalam tanah. Jika dikaitkan Berdasarkan hasil pengamatan di
dengan sifat fisik dan kimia tanah lainnya lapangan dan hasil analisis tanah serta
pemupukan N masih perlu ditingkatkan dari jaringan daun sampel dapat disimpulkan : (1)
dosis yang telah diaplikasikan. Jika Ada variasi kesuburan tanah antara lereng
diinterpretasi dari jumlah hara N yang masih atas dan tengah dibandingkan dengan lereng
perlu ditingkatkan dalam jaringan untuk bagian bawah. Cenderung lereng bagian
mencapai status optimum masih perlu tengah dan bawah menunjukkan
ditingkatkan sekitar rata-rata 18 % atau pertumbuhan tanaman yang lebih baik; (b)
setara dengan 18/100 x 300g = 54 g urea Secara empiris kisaran status kesuburan
pohon-1, tanpa memperhitungkan kehilangan tanah secara umum dari lokasi penelitian
atau efisiensi pemupukan. Jika tergolong sangat rendah sampai rendah,
diperhitungkan efisiensi pemupukan sekitar kecuali kadar K. Kandungan N sangat
60 %, maka perlu ditingkatkan lagi menjadi rendah (0,02-0,03 %), kecuali kadar K total
100/60 x 54 g = 90 g pohon-1. Jadi dosis atau potensial tergolong sedang, tinggi
pemupukan N yang direkomendasikan sampai sangat tinggi dengan variasi kadar
sebaiknya sekitar 350 sampai 400 g pohon-1. (17-91ppm K2O). Namun K tersedia
Untuk dosis pemupukan P yang tergolong sangat rendah sampai rendah
diaplikasikan, berdasarkan hasil analisis (0,01-0,18 cmolc kg-1). Reaksi sangat masam
jaringan daun menunjukkan hasil yang sudah sampai agak masam (pH 4,2-6,5), kadar C-
mencapai kadar optimum. Berarti dosis TSP organik sangat rendah (0,22-0,40 %). Kadar
350 g pohon-1 dan 575 g pohon-1 Rock P2O5 sangat rendah (kisaran 1,10-3,90 ppm.
Pospat sudah memenuhi syarat. Kadar Ca dan Mg tergolong rendah sampai
Lain halnya dengan pemupukan K, sangat rendah (berada pada kisaran 0,15-5,51
ternyata hasil analisis jaringan daun cmolc kg-1 dan 0,08-0,92 cmolc kg-1). KTK
menunjukkan kadar K dalam jaringan daun tanah juga tergolong sangat rendah sampai
sudah berlebihan. Hal ini sejalan dengan data rendah (0,42-10,53 cmolc kg-1); (c)
analisis tanah ternyata menunjukkan K Pemupukan yang telah dilakukan pada
potensial yang mungkin berasal dari tanaman kelapa sawit saat transplanting
mineralisasi bahan organik dari pembukaan dengan dosis 350 g TSP dan 575 g Rock
lahan baru. Jika diinterpretasi dari data hasil Pospat pohon-1 dan Urea 300 g pohon-1 3
analisis K dalam jaringan daun dengan bulan setelah transplanting dan NPK 250
berpatokan pada kadar optimum K dalam pohon-1, 1 bulan setelah tanam, menunjukkan
jaringan daun maka K masih perlu kadar N dalam jaringan daun masih
diturunkan sekitar rata-rata 53 % atau setara tergolong defisiensi, dan kadar P sudah
dengan 53/100 x 15/100 x 250 g pohon-1 optimal, sedang kadar K sudah berlebihan
(asumsi 15 % K dalan NPK) = 20 g pohon-1. dan (d) Dosis pemupukan yang
Jadi untuk dosis pupuk NPK sekitar 230 g direkomendasikan didasarkan pada
pohon-1. Dengan berdasarkan pada pendekatan kadar optimum hara dalam
pendekatan kadar optimum hara dalam jaringan daun adalah sekitar 350g TSP
jaringan daun maka rekomendasi pupuk yang pohon-1 , 575 g Rock Pospat pohon-1, 400 g
dapat disarankan adalah sekitar 350g TSP Urea pohon-1 dan 230 g pohon-1.
pohon-1 , 575 g Rock Pospat pohon-1, 400 g
Urea pohon-1 dan 230 g pohon-1, tiap aplikasi DAFTAR PUSTAKA
sampai pada umur 6 tahun sesuai kriteria
Von Uexkull dan Fairhaust (1991). Anjuran Ahn, P.M. 1993. Tropical Soil and
rekomendasi ini didasarkan pada asumsi- Fertilizer Use Intermediate
asumsi seperti telah diuraikan di atas. Tropical Agriculture Series.
England: Longman. Scientific &
Technical.

AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128


161

Badan Pusat Statistik. 2007. Sulawesi and Management Project (ARMP),


Tenggara dalam angka. BPS Bogor, 25 November - 7 Desember
Sulawesi Tenggara. 1996.
Banuelos, M.A., Graciadeblas, B., Cubero Jones, J.B. 1998. Plant Nutrition Manual.
B., and Navarro, A.R. 2002. New York: CRC Press.
Inventory and functional
Lawlor, D.W., Lemaire, G. and Gastal, F.
characterization of the hak
2001. Nitrogen, plant growth and
potassium transporters of rice.
crop yield. dalam: Lea P.J., Jean, F,
Plant Physiology , 130: 784-795.
Morot-Gaudry. Editor. Plant
Brady, N.C. 1990. The Nature and Nitrogen. Paris: INRA. Hlm. 343
Properties of Soils. 10th . Ed. New 367.
York: Macmillan.
Liu, Y.J., Laird, D.A. and Barak, P. 1997.
Elumalai, R.P., Nagpal, P and Reed, J.W. Fixation of Ammonium and
2002. A mutation in the Arabidopsis Potassium Under Long Term
Kt2/Kup2 potassium transporter Fertility Management. Soil Sci. Soc.
gene affects shoot cell expansion. Am.J. 61: 310-314.
Plant Cell, 14: 119-131.
Marschner, H. 1995. Mineral Nutrition in
Fallahi, E. and Mohan, S.K. 2000. Influence Higher Plants. New York: Academic
of nitrogen and rootstock on tree
Press.
growth, precocity, fruit quality, leaf
mineral nutrients, and fire blight in Mengel, K. and Kirkby, E.A. 1987.
Scarlet Gala Apple. Hort. Principles of Plant Nutrition. 4 th
Technology 10 (3):589-592. Edition. Switzerland: International
Potash Institute.
Gardner, F.P., Pearce, R.B. and Mitchell,
R.L. 1985. Fisiologi Tanaman Nommik, K. and Vahtras, K. 1982.
Budidaya. Terjemahan Susilo H. Retension and Fixation of
Jakarta:UI Press. Terjemahan dari : Ammonium and Ammonia in Soils.
Physiology of Crop Plant. Madison, Wisconsin, USA:
Agronomi Monograph no.22,
Havlin, J.L., Beaton, J.D., Tisdale, S.L. and
Nelson, W.L. 1999. Soil Fertility Olson, R.A. and Kurtz, L.T. 1985. Crop
and Ferlitizer; An Introduction to nitrogen requirements, utilization,
Nutrient Management. Sixth edition. and fertilization. dalam: F.J.
New Jersey: Prentice Hall. Upper Stevenson (editor). Nitrogen in
Saddle River. Agricultural Soils. Madison,
Wisconsin, USA. American Society
Helmke, P.A. and Sparks, D.L. 1996.
of Agronomy, Inc. Crop Science
Lithium, potassium, rubidium and
Society of America, Inc. Soil
cesium. Di dalam: Bartels, J.M.
Science Society of America, Inc.
(editor). Methods of Soil Analisis.
Publisher. hlm 567-604.
Part 3. Chemical Methods. Madison,
Wisconsin, USA: Soil Science Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa
Society of America and American Sawit Manajemen Agribisnis dari
Society of Agronomy. Hlm 551-574. Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya,
anggota Ikapi.
Idris, K. 1996. Penyerapan hara oleh
tanaman dan peranannya dalam Salisbury, F.B. and Ross, C.W. 1992.
metabolisme tanaman. Disajikan Fisiologi Tumbuhan. Diah R.
dalam Pelatihan Pembinaan Uji Lukman dan Sumaryono.
Tanah dan Analisis Tanaman, penerjemah. Bandung: ITB
Kerjasama antara Fakultas Pertanian, Bandung. Terjemahan dari: Plant
IPB dengan Agriculture Research Physiology.

AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128


162

Siahaan, M.M., Suwandi dan Panjaitan, A. 4th Edition. New York: Macmillan
1990. Pemupukan Tanaman Kelapa Publishing Company.
Sawit. Kumpulan Makalah
Thompson, L.M. and Troeh, F.R. 1978. Soil
Pertemuan Teknis Kelapa Sawit,
and Soil Fertility. New york: Mc
Pekanbaru.
Graw-Hill Book Company.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah.
Von Uexkull, H.R. and Fairhust, T.H. 1991.
Bogor: Departemen Ilmu Tanah,
International Potash Institute,
Fakultas Pertanian, IPB.
Bulletin 12. The oilpalm fertilizing
Sunarko, 2007. Petunjuk Teknis Budidaya for high yield and quality.
dan Pengolahan Kelapa Sawit. PT. International Potash Institute, Bern.
Agromedia Pustaka. 79pp.
Terry, N. and Ulrich, A. 1993. Effect of Weinbaum, S.A., Johnson, R.S. and De Jong,
phosphorus deviciency on the photo- T.M. 1992. Causes and
sinthesis and respiration of leaves in consequences of over fertilization in
sugar beet. Plant Physiol. 51: 43-47. orchards. Hort. Technology 2: 112-
121.
Tisdale, S.L., Nelson, W.L. and Beaton, J.D.
1985. Soil Fertility and Fertilizer.

AGRIPLUS, Volume 23 Nomor : 02 Mei 2013, ISSN 0854-0128

You might also like