You are on page 1of 18

1 Antologi UPI Volume Edisi No.

Juni 2015

MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI ANAK USIA


DINI MELALUI METODE EDUTAINMENT
Oleh:
Nurainun Thoyibah, Nenden Ineu Herawati1, Ai Sutini2
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
inun_ine@rocketmail.com

ABSTRAK

This research is motivated by the low confidence early childhood. This prompted
researchers to carry out research on the improvement of the child's confidence by using
edutainment. The objective of this study was to determine and describe (1) the
application activity edutainment method to increase the child's confidence and (2)
increase the child's confidence through edutainment method. The research design uses
a Class Action Research model of Elliot. Participants in this study were students in
group A Lab School kindergarten campus UPI Cibiru totaling 12 children. Collecting
data in this study using process performance assessment instrument response,
observation sheets, documentation and anecdotal record. Data collected by observation
techniques, technical documentation and anecdotal record. While the data collected
was analyzed by qualitative and quantitative techniques. This study shows that (1) the
activity of the application of the method edutainment to improve children's self-
confidence has increased. This is evidenced by the acquisition value of the average
percentage of achievement in the development of each cycle consisting of enthusiasm
participating in learning activities 31% in the first cycle, 58% in the second cycle and
83% in the third cycle. Courage shown when learning a percentage of 25% was
obtained in the first cycle, 67% in the second cycle and 75% in the third cycle.
Following the rules of the game acquired a percentage of 25% in the first cycle, 50%
in the second cycle and 83% in the third cycle. (2) an increase in self-confidence
through increased edutainment method. This is evidenced by the acquisition of a
percentage value as seen from each cycle consisting of the first cycle percentage value
in the first indicator that shows and tells the object and the results of his work in front
of his friends and teachers obtained the percentage of 44% in the first cycle, 61% in
the second cycle , 78% in the third cycle. , Whereas the second indicator is submitted
opinions without shame obtained a percentage of 39% in the first cycle, 65% in the
second cycle, and 79% in the third cycle. The third indicator is initiated recounts to his
teacher and obtained a percentage of 44% in the first cycle, 68% in the second cycle
and 81% in the third cycle. The percentage value indicates that the increase in the
1
penulis penanggung jawab
2
penulis penanggung jawab
Nurainun Thoyibah, Nenden Ineu Herawati1, Ai Sutini2 2
Meningkatkan Rasa Percaya Diri anak usia dini melalui Metode
Edutainment

child's confidence increased in each cycle. Thus the use of methods edutainment
effectively used to boost the child's confidence
Keyword: self confident, methods edutainment
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya rasa percaya diri anak usia dini.
Kondisi
ini mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian mengenai peningkatan rasa
percaya diri anak dengan menggunakan metode edutainment. Tujuan dilaksanakannya
penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan (1) aktivitas penerapan metode
edutainment untuk meningkatkan rasa percaya diri anak dan (2) peningkatan rasa
percaya diri anak melalui metode edutainment. Desain penelitian yang digunakan
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model Elliot. Partisipan dalam penelitian ini
adalah siswa kelompok A TK Lab School UPi kampus Cibiru yang berjumlah 12 orang
anak. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen penilaian respon
proses performa, lembar observasi, dokumentasi dan catatan lapangan. Pengumpulan
data dilakukan dengan teknik observasi, teknik dokumentasi dan catatan lapangan.
Sedangkan data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini menunjukkan bahwa (1) aktivitas penerapan metode edutainment untuk
meningkatkan rasa percaya diri anak mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan
dengan perolehan nilai persentase rata-rata capaian perkembangan pada setiap
siklusnya terdiri dari Antusias mengikuti kegiatan pembelajaran 31% pada siklus I,
58% pada siklus II dan 83% pada siklus III. Keberanian yang ditunjukkan saat
pembelajaran diperoleh persentase sebesar 25% pada siklus I, 67% pada siklus II dan
75% pada siklus III. Mengikuti aturan permainan diperoleh persentase sebesar 25%
pada siklus I, 50% pada siklus II dan 83% pada siklus III. (2) peningkatan rasa percaya
diri melalui metode edutainment mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan
perolehan nilai persentase yang dilihat dari setiap siklusnya terdiri dari Pada siklus
pertama nilai persentase pada indikator pertama yaitu menunjukkan dan menceritakan
benda maupun hasil karyanya di depan teman-temannya dan guru diperoleh persentase
44% pada siklus I, 61% pada siklus II, 78% pada siklus III. . Sedangkan pada indikator
kedua yaitu mengajukan pendapat tanpa rasa malu diperoleh persentase sebesar 39%
pada siklus I, 65% pada siklus II, dan 79% pada siklus III. Pada indikator ketiga yaitu
berinisiatif menceritakan pengalamannya kepada guru maupun temannya diperoleh
persentase sebesar 44% pada siklus I, 68% pada siklus II dan 81% pada siklus III. Nilai
persentase tersebut menunjukkan bahwa peningkatan rasa percaya diri anak mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya. Dengan demikian penggunaan metode edutainment
efektif digunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.

Kata Kunci: metode edutainment, rasa percaya diri


3 Antologi UPI Volume Edisi No. Juni 2015

PENDAHULUAN dengan berhasil. Kepercayaan diri


akan menentukan seberapa besar
Pendidikan pada anak usia dini potensi atau kemampuan diri yang
merupakan upaya pembinaan yang kita gunakan, seberapa baik dan
ditujukkan kepada anak usia 0-6 efektif tindakan kita dan tentu saja
tahun dengan menstimulus akhirnya akan menentukan hasil
pertumbuhan dan perkembangan yang didapatkan.
anak, baik secara jasmani maupun
secara rohani untuk mengoptimalkan Sejalan dengan pandangan yang
aspekaspek perkembangan yang dikemukakan diatas, Hakim (2002,
dimiliki anak. Pendidikan anak usia hlm 6) mengemukakan percaya diri
dini merupakan pendidikan yang merupakan pemahaman seseorang
paling mendasar dan paling awal, mengenai kelebihan-kelebihan yang
karena pada usia tersebut dimilikinya sehingga mendapatkan
perkembangan anak mencapai pada keyakinan dapat mencapai tujuan
puncak keemasan (golden age), didalam hidupnya .
sehingga pada usia tersebut harus Menurut teori emosional yang
dioptimalkan berbagai kemampuan dikemukakan oleh Maslow (dalam
yang dimiliki anak seperti Herawati, 2006, hlm. 4) mengenai
kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, tahapan kebutuhan manusia yang
kognitif, bahasa, sosio-emosional dan didalamnya terdapat kebutuhan rasa
spiritual. Salah satu perkembangan percaya diri, didalam tahapan tersebut
sosio-emosional anak usia dini yang terdapat dua kebutuhan rasa percaya
perlu dikembangkan secara optimal diri yaitu kebutuhan untuk perasaan
adalah percaya diri. Percaya diri kuat dan perasaan dihormati oleh
merupakan salah satu aspek orang lain. Kebutuhan yang termasuk
kepribadian yang sangat penting kedalam perasaan kuat adalah
dalam kehidupan manusia termasuk menguasai sesuatu, kompetensi dan
anak usia dini. Rasa percaya diri perlu kemandirian. Sedangkan perasaan
ditanamkan kepada anak sedini dihormati oleh orang lain seperti
mungkin. Percaya diri merupakan status, ketenaran, harga diri dan
bagian dari karakteristik anak. Proses penghargaan. Menurut Maslow
pembentukan atau peningkatan kepuasan dari tingkat kebutuhan ini
percaya diri sangat dipengaruhi oleh dapat tercapai akan membuat orang
aspek psikologis maupun aspek merasa percaya diri, berharga,
keterampilan yang dimiliki anak. mampu berguna dan dibutuhkan oleh
Gunawan (dalam wulandari, orang lain. Akan tetapi jika kepuasan
2014, hlm.1) memandang bahwa tersebut tidak tercapai akan
seseorang yang memiliki menimbulkan perasaan tidak
kepercayaan diri yang tinggi mampu dihargai, rendah diri, lemah dan tidak
bertindak dengan baik, seperti yang berdaya. Oleh karena itu, rasa percaya
dikemukakannya bahwa. diri seharusnya tumbuh atau berasal
dari perasaan dirinya yang memang
Kepercayaan diri adalah seberapa berhak mendapatkan rasa hormat dari
besar rasa percaya diri kita orang lain bukan karena dari
terhadap diri kita sendiri, bahwa ketenaran semata, melainkan untuk
diri kita sendiri mampu menumbuhkan rasa percaya diri.
melakukan sesuatu atau bertindak

1
penulis penanggung jawab
2
penulis penanggung jawab
Nurainun Thoyibah, Nenden Ineu Herawati1, Ai Sutini2 4
Meningkatkan Rasa Percaya Diri anak usia dini melalui Metode
Edutainment

Kondisi yang terjadi di lapangan salah satunya dengan menggunakan


tidak demikian, berdasarkan metode Edutainment.
observasi yang dilakukan oleh Metode Edutainment merupakan
peneliti di TK Lab School UPI metode pembelajaran yang
kampus Cibiru, pada anak-anak memadukan hiburan dan permainan
kelompok A kelas Kacapi, terdapat (game) ke dalam proses
beberapa permasalahan yang pembelajaran, tetapi bisa juga dengan
ditemukan berkaitan dengan rasa cara lain, misalnya dengan
percaya diri, diantaranya (1) menggunakan metode bermain peran
keyakinan dan optimis anak terhadap (role play), permainan, demonstrasi,
kemampuan sendiri masih rendah; (2) dan multimedia. Menurut Sutrisno
anak masih terlihat malu ketika (dalam Hamid, 2013, hlm. 17)
berbicara di depan kelas; (3) anak mengemukakan bahwa pelaksaan
mudah putus asa ketika tidak dapat pembelajaran dapat menggunakan
menyelesaikan tugas; (4) kurangnya berbagai macam strategi dan metode
antusias anak ketika mengikuti yang dapat menunjang proses
pembelajaran; (5) kemandirian anak pembelajaran sehingga dapat tercapai
masih rendah; dan (6) kurang berani tujuan pembelajaran tersebut dan
berpendapat dalam segala situasi dan siswa merasa senang saat proses
kondisi. Keadaan tersebut diperjelas pembelajaran. Tujuan digunakannya
oleh pernyataan guru mengenai metode tersebut adalah agar anak bisa
rendahnya kepercayaan diri anak mengikuti dan mengalami proses
kelompok A. pembelajaran dalam suasana yang
Permasalahan yang dipaparkan gembira, menyenangkan, menghibur,
diatas mungkin saja terjadi karena mencerdaskan dan dapat
proses kegiatan pembelajaran di meningkatkan rasa percaya diri anak.
dalam kelas, yaitu (1) guru kurang Keunggulan metode Edutainment ini
kreatif dalam mendesain kegiatan adalah memfasilitasi interaksi sosial
pembelajaran; (2) minimnya implem kepada anak dengan memasukkan
entasi pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran kedalam
menstimulasi rasa percaya diri anak; hiburan yang sudah akrab dengan
(3) suasana pembelajaran yang anak, seperti bermain, bercerita dan
monoton dan; (4) kurangnya antusias bernyanyi.
dan semangat guru dalam Berdasarkan keunggulan metode
menyampaikan kegiatan Edutainment yang telah dijelaskan
pembelajaran. Kondisi tersebut sebelumnya dan berdasarkan
dilihat dari hasil observasi yang permasalahan yang berkembang di
dilakukan oleh peneliti dan didukung atas, maka penelitian ini
oleh Rancangan Pengembangan memfokuskan kajian pada
Program Harian (RPPH) yang dibuat meningkatkan rasa percaya diri
oleh guru kelas A. anak usia dini melalui metode
Melihat permasalahan yang Edutainment.
dipaparkan di atas sangat
memprihatinkan. Oleh karena itu, Berdasarkan hal tersebut maka
dibutuhkan upaya atau treatment rumusan masalah dalam penelitian ini
yang sesuai untuk menumbuhkan atau adalah:
meningkatkan rasa percaya diri anak
5 Antologi UPI Volume Edisi No. Juni 2015

1. Bagaimana penerapan metode permainan (game), bermain peran


Edutainment untuk meningkatkan (role play), proyek dan demonstrasi.
rasa percaya diri anak usia dini Senada dengan Hamid, Sutrisno
dalam kegiatan pembelajaran di mengemukakan (dalam Hamid, 2013,
TK Lab School UPI kampus hlm. 17) bahwa Edutainment adalah
Cibiru? suatu proses pembelajaran yang di
2. Bagaimana peningkatan rasa desain sedemikian rupa sehingga
percaya diri anak usia dini muatan pendidikan dan hiburan dapat
sesudah diterapkannya metode dikombinasikan secara harmonis,
Edutainment pada kegiatan sehingga pembelajaran lebih
pembelajaran di TK Lab School menyenangkan. Pada dasarnnya,
UPI kampus Cibiru? Edutainment ini merupakan salah satu
Berdasarkan rumusan masalah, usaha untuk mengajarkan atau
adapun tujuannya: memfasilitasi interaksi sosial kepada
1. Untuk mengetahui penerapan peserta didik dengan memasukkan
metode Edutainment untuk pembelajaran dalam bentuk hiburan
meningkatkan rasa percaya diri yang peserta didik ketahui seperti
anak usia dini dalam kegiatan bermain, bercerita dan bernyanyi.
pembelajaran di TK Lab School Dengan demikian dapat
UPI kampus Cibiru; disimpulkan bahwa metode
2. Untuk mengetahui peningkatan Edutainment adalah suatu metode
rasa percaya diri anak usia dini pembelajaran berbasis kompetensi
sesudah diterapkannya metode yang aktif dan efisien, dirancang
Edutainment pada kegiatan melalui suatu prinsip permainan
pembelajaran di TK Lab School dengan menggunakan berbagai media
UPI kampus Cibiru. yang bisa menghibur. Metode ini
memadukan antara pembelajaran dan
Menurut New World hiburan. Konsep itu meliputi
Encyclopedia (dalam Hamid, 2013, dua kepentingan anak-anak yakni
hlm. 18) Edutainment adalah bermain dan belajar.
singkatan dari education plus Berdasarkan konsep (teori)
entertainment. Dapat diartikan belajar tersebut, maka bisa ditemukan
sebagai program pendidikan atau beberapa prinsip yang menjadi
pelatihan yang dikemas dalam konsep karakteristik dari konsep
hiburan sedemikian rupa, sehingga Edutainment yaitu :
tiap-tiap peserta didik hampir tidak 1. Konsep Edutainment adalah
menyadari bahwa mereka sebenarnya suatu rangkaian pendekatan
sedang diajak untuk belajar atau dalam pembelajaran untuk
untuk memahami nilai-nilai (value) menjembatani jurang yang
setiap individu. Dari segi bahasa memisahkan antara proses
Menurut Hamid (2013, hlm. 17) mengajar dan proses belajar,
mendefinisikan Edutainment sehingga diharapkan bisa
merupakan pendidikan yang meningkatkan motivasi dan hasil
menghibur dan menyenangkan. belajar.
Selain itu dari segi terminologi 2. Konsep dasar Edutainment,
Edutainment merupakan suatu proses seperti halnya konsep belajar
pembelajaran yang menyenangkan akselerasi, berupaya agar
biasanya dilakukan dengan humor, pembelajaran yang terjadi

1
penulis penanggung jawab
2
penulis penanggung jawab
Nurainun Thoyibah, Nenden Ineu Herawati1, Ai Sutini2 6
Meningkatkan Rasa Percaya Diri anak usia dini melalui Metode
Edutainment

berlangsung dalam suasana yang benda tiruan, diorama, boneka,


kondusif dan menyenangkan. topeng, peta, globe, pameran dan
3. Konsep Edutainment museum.
menawarkan suatu sistem 2. Media yang menggunakan
pembelajaran yang dirancang teknik, yaitu slide, film rekaman,
dengan jalinan yang efisien, radio, televisi, VCD,
meliputi diri peserta didik, guru, laboratorium elektronik, ruang
proses pembelajaran dan kelas otomatis, internet, dan
lingkungan pembelajaran. komputer.
4. Proses dan aktivitas Dari media pembelajaran yang
pembelajaran tidak lagi tampil dipaparkan, peneliti menggunakan
dalam wajah yang beberapa media dalam menunjang
menakutkan, tetapi dalam proses belajar pembelajaran yang
wujud yang humanis dan dalam dapat meningkatkan rasa percaya diri
interaksi edukatif yang terbuka anak diantaranya yaitu tape recorder,
dan menyenangkan. media non proyeksi (seperti papan
Berdasarkan empat karakteristik tulis, poster, papan tempel, kartun,
Edutainment yang melandasi papan planel, komik, bagan, diagram,
berbagai praktek pembelajaran yang gambar, grafik dan lain-lain).
menyenangkan, maka karakteristik Berdasarkan pendapat yang
pembelajaran yang menyenangkan itu dikemukakan oleh hakim (2002, hlm.
antara lain : Adanya lingkungan 6) mengenai percaya diri yaitu suatu
belajar nyaman dan mendukung keyakinan seseorang terhadap segala
suasana pembelajaran yang gembira aspek kelebihan yang dimiliki dan
dan menyenangkan, materi keyakinan tersebut membuatnya
pembelajaran yang relevan dan merasa mampu untuk bisa mencapai
bermakna, pembelajaran bersifat berbagai tujuan didalam hidupnya.
sosial, membuat jalinan kerjasama Isna (dalam Kintani, dkk, 2013)
diantara siswa, hakikat belajar adalah mengemukakan bahwa percaya diri
memahami dan menciptakan sendiri merupakan sebuah kekuatan yang
makna dan nilai yang dipelajari dan luar biasa. Percaya diri seperti reaktor
menjadikan aktivitas fisik sebagai yang dapat membangkitkan segala
bagian dari proses belajar . energi yang ada pada diri seseorang
Media pembelajaran yang untuk mencapai sukses. Sebagai
digunakan dalam metode generasi penerus bangsa, sikap
Edutainment (Hamid, 2013) antara percaya diri sangat penting
lain : ditanamkan pada peserta didik agar ia
1. Alat-alat audiovisual , alat-alat tumbuh menjadi sosok yang mampu
yang tergolong ke dalam mengembangkan potensi dirinya.
kategori ini, yaitu: media Menurut para ahli, anak-anak
proyeksi (overhead projector, akan tumbuh dengan baik bila
slide, film dan LCD), media non kebutuhannya terpenuhi, yaitu
- proyeksi (papan tulis, poster, kebutuhan untuk merasa penting dan
papan tempel, kartun, papan berharga atau berarti. Ketika anak
planel, komik, bagan, diagram, merasa aman, kompeten, dan mampu,
gambar, grafik dan lain-lain), ketika mereka didengarkan, terutama
benda tiga dimensi antara lain sebagai sumber kewenanga
7 Antologi UPI Volume Edisi No. Juni 2015

sehubungan dengan diri mereka diri seharusnya tumbuh atau berasal


sendiri. Sejalan dengan hal tersebut dari perasaan dirinya yang memang
Adywibowo (2010, hlm. 38) berhak mendapatkan rasa hormat dari
mengatakan bahwa ketika anak dapat orang lain bukan karena dari
mengembangkan bakat yang ketenaran semata.
dimilikinya, anak akan tumbuh Sejalan dengan hal tersebut dalam
dengan perasaan kuat dalam diri teori emosional yang dikemukakan
mereka dan percaya diri. Sebaliknya, oleh Maslow (dalam Herawati, 2006,
bila kebutuhan dasar mereka tidak hlm. 4-5) ada beberapa tahapan-
terpenuhi, ia akan merasa diabaikan, tahapan kebutuhan atau sering disebut
tersisih, merasa tidak pantas untuk sebagai hiraki kebutuhan yaitu:
mendapatkan perhatian, dan mudah 1. Kebutuhan fisiologis
malu. Berkembangnya rasa percaya 2. Kebutuhan akan rasa aman
diri atau citra diri yang positif pada 3. Kebutuhan memiliki dan cinta
diri anak sangatlah penting untuk 4. Kebutuhan rasa percaya diri
kebahagiaan dan kesuksesan anak. 5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Anak yang mempunyai kepercayaan Dari Hirarki kebutuhan yang
diri yang tinggi akan merasa nyaman dikemukakan oleh Maslow, terdapat
dengan dirinya sendiri, cenderung kebutuhan rasa percaya diri. Hirarki
mengetahui potensi yang ada pada tersebut berada pada tingkat yang
dirinya, dapat bersosialisasi dan keempat. Kebutuhan rasa percaya diri
berkomunikasi dengan orang lain meliputi kebutuhan untuk perasaan
dengan baik. yang kuat, menguasai sesuatu dan
Menurut teori emosional yang kemandirian, perasaan dihormati oleh
dikemukakan oleh Maslow (dalam orang lain, serta harga diri dan
Herawati, 2006, hlm. 4) mengenai penghargaan. Jika kebutuhan tersebut
tahapan kebutuhan manusia yang terpenuhi atau ada kepuasan dalam
didalamnya terdapat kebutuhan rasa melaluinya, dan akan membuat
percaya diri, didalam tahapan tersebut seseorang merasa percaya diri. Ketika
terdapat dua kebutuhan rasa percaya anak merasa kebutuhan rasa percaya
diri yaitu kebutuhan untuk perasaan dirinya telah terpenuhi anak akan
kuat dan perasaan dihormati oleh mengaktualisasikan dirinya atau
orang lain. Kebutuhan yang termasuk mengembangkan diri dan melakukan
kedalam perasaan kuat adalah apa yang dikuasainya dengan percaya
menguasai sesuatu, kompetensi dan diri.
kemandirian. Sedangkan perasaan Rahayu (dalam Wulandari 2014)
dihormati oleh orang lain seperti mendeskripsikan bahwa anak yang
status, ketenaran, harga diri dan memiliki kepercayaan diri tinggi
penghargaan. Menurut Maslow merupakan anak yang yakin akan
kepuasan dari tingkat kebutuhan ini dirinya (optimis), berani mengambil
dapat tercapai akan membuat orang keputusan untuk melangkah,
merasa percaya diri, berharga, menyukai pengalaman atau tantangan
mampu berguna dan dibutuhkan oleh baru, bertanggung jawab, dan
orang lain. Akan tetapi jika kepuasan memiliki rasa toleransi
tersebut tidak tercapai akan (bekerjasama). Senada dengan
menimbulkan perasaan tidak Andrea (dalam Kamila, 2013) yang
dihargai, rendah diri, lemah dan tidiak juga mengatakan hal yang sama.
berdaya. Oleh karena itu, rasa percaya Namun lebih rinci Lauster (dalam

1
penulis penanggung jawab
2
penulis penanggung jawab
Nurainun Thoyibah, Nenden Ineu Herawati1, Ai Sutini2 8
Meningkatkan Rasa Percaya Diri anak usia dini melalui Metode
Edutainment

Hartini, 2012) mengemukakan orang 3. Sulit menetralisir timbulnya


yang memiliki kepercayaan diri yang ketegangan di dalam suatu
positif adalah: situasi.
4. Gugup dan terkadang bicara
1. Keyakinan akan kemampuan gagap.
diri yaitu sikap positif 5. Memiliki perkembangan
seseorang tentang dirinya kurang baik sejak masa kecil.
bahwa mengerti sungguh- 6. Kurang memiliki kelebihan
sungguh akan apa yang pada bidang tertentu dan tidak
dilakukan. tahu bagaimana cara
mengembangkan diri untuk
2. Optimis yaitu sikap optimis memiliki kelebihan tertentu.
seseorang yangselalu 7. Sering menyendiri dari
berpandangan baik dalam kelompok yang dianggapnya
menghadapi segala hal lebih dari dirinya.
tentang diri, harapan dan 8. Mudah putus asa.
kemampuan. 9. Cenderung tergantung pada
3. Obyektif yaitu orang yang orang lain dalam mengatasi
percaya diri memandang masalah.
permasalahan atau segala 10. Pernah mengalami trauma.
sesuatu sesuai dengan 11. Sering berekasi negative
kebenaran semestinya, bukan dalam menghadapi masalah,
menurut kebenaran pribadi misalnya dengan menghindari
atau menurut dirinya sendiri. tanggung jawab atau
mengisolasi diri, yang
4. Bertanggung jawab yaitu menyebabkan rasa tidak
kesediaan seseorang untuk percaya dirinya semakin
menanggung jawab segala tinggi.
sesuatu yang telah menjadi
konsekuensinya. Kesadaran anak untuk
Rasional dan realistis yaitu menghargai diri sendiri yang
analisa terhadap suatu masalah, suatu didukung oleh orang tua dapat
hal, sesuatu kejadian dengan menumbuh-kembangkan rasa
menggunakan pemikiran yang percaya diri. Orang tua perlu
diterima oleh akal dan sesuai dengan memberi perhatian khusus
kenyataan. terhadap tingah-tingkah laku yang
Lebih lanjut Hakim (2002, hlm. 8) mendukung pengembangan
mengemukakan bahwa orang yang kemampuan anak. Hal ini dapat
memiliki gejala tidak percaya diri, dilakukan oleh orang tua dengan
sebagai berikut, cara memberi kesempatan anak
untuk melakukan sesuatu yang
1. Mudah cemas dalam terencana atau alamiah perilaku
menghadapi persoalan dengan tanpa perencanaan. Menurut
tingkat kesulitan tertentu. hakim (2002, hlm. 223) langkah
2. Memiliki kelemahan atau awal untuk menumbuhkan rasa
kekurangan dari segi mental, percaya diri adalah pemahaman
fisik, sosial, atau ekonomi. diri. Pemahan diri secara objektif
9 Antologi UPI Volume Edisi No. Juni 2015

akan memungkinkan seseorang Menurut Isjoni (2011) ada


dapat melihat kelebihan- beberapa hal yang perlu diketahui
kelebihan yang dapat mengenai karakteristik anak usia
membuatnya percaya diri untuk dini rentang usia 4-6 tahun antara
bisa berbuat segala sesuatu, lain:
sekalipun harus bersaing dengan a. Berkaitan dengan
orang lain. Langkah selanjutnya perkembangan fisik, anak
yaitu memanfaatkan kelebihan sangat aktif melakukan berbagai
diri sendiri, salah satu modal kegiatan. Hal itu bermanfaat
utama dalam menumbuhkan rasa untuk pengembangan otot-otot
percaya diri adalah dengan kecil maupun besar, seperti
mengembangkan bakat yang memanjat, melompat dan
dimiliki untuk memeperoleh berlari.
suatu keterampilan yang b. Perkembangan bahasa juga
bermanfaat bagi diri sendiri dan semakin baik. Anak sudah
orang lain. Rasa percaya diri akan mampu memahami
meningkat jika seseorang pembicaraan orang lain dan
memiliki suatu keterampilan yang mampu mengungkapkan
membuatnya dibutuhkan oleh pikirann dalam batas-batas
orang lain, apalagi hal tersebut tertentu, seperti menniru,
dapat membuat orang lain mengulang pembicaraan dan
mengaguminya. Upaya lain sebagainya.
selanjutnya yaitu dengan c. Perkembangan kognitif (daya
melakukan interaksi sosial pikir) sangat pesat, ditujukkan
dengan orang lain. Setiap kali dengan rasa ingin tahu anak
seseorang terlibat di dalam yang luar biasa terhadap
interaksi sosial, ia pun sudah lingkungan sekitar. Hal itu
melakukan proses belajar untuk terlihat dari seringnya anak
memahami diri, orang lain dan menanyakan segala sesuatu
lingkungannya. Dengan belajar ia yang dilihat.
akan bisa menyesuaikan diri Bentuk permainan anak masih
dengan orang lain dan bersifat individu, bukan
lingkungannya. permainan sosial, walaupun
Mengenal karakteristik aktivitas bermain dilakukan anak
peserta dini untuk kepentingan secara bersama.
proses pembelajaran merupakan
hal yang penting. Adanya
pemahaman yang jelas tentang METODE
karakteristik peserta didik akan Pelaksanaan penelitian
memberikan kontribusi terhadap Tindakan Kelas ini dilaksanakan
pencapaian tujuan pembelajaran di TK Lab UPI kampus Cibiru
secara efektif. Berdasarakan Kecamatan Cileunyi, Kabupaten
pemahaman yang jelas mengenai Bandung. Penelitian dilaksanakan
karakteristik peserta didik, para pada anak kelas A TK Lab UPI
guru dapat merancang dan kampus Cibiru dengan jumlah
melaksanakan kegiatan siswa 12 orang, yang terdiri dari 5
pembelajaran sesuai dengan orang laki-laki dan 7 orang
perkembangan anak. perempuan. TK Lab UPI kampus

1
penulis penanggung jawab
2
penulis penanggung jawab
Nurainun Thoyibah, Nenden Ineu Herawati1, Ai Sutini2 10
Meningkatkan Rasa Percaya Diri anak usia dini melalui Metode
Edutainment

Cibiru ini digunakan sebagai menganalisis masalah yang


tempat penelitian, karena di TK muncul, dan membuat
tersebut terdapat permasalahan perencanaan umum.
yang sesuai dengan penelitian Instrumen penelitian yang
yang dilakukan oleh peneliti, akan digunakan pada saat
adanya kesesuaian antara penelitian yang meliputi;
kurikulum dengan materi penilaian aktivitas anak, penilaian
pembelajaran yang menjadi performa, lembar observasi
sasaran penelitian, selain itu jarak terhadap aktivitas guru, lembar
tempuh pun tidak begitu sulit, observasi terhadap aktivitas anak,
memperoleh kemudahan dalam catatan lapangan, dan kamera foto
perizinan karena peneliti sedang untuk mendokumentasikan
melakukan program PPL di TK kegiatan pembelajaran. Teknik
Lab UPI kampus Cibiru tersebut. pengumpulan data dilakukan
Metode penelitian yang dengan teknik observasi, catatan
digunakan dalam penelitian ini lapangan dan dokumentasi.
adalah Penelitian Tindakan Kelas Analisis data adalah kegiatan
(Classroom action research). memilih, memilah, membuang
Abidin (2011, hlm.216) dan menggolongkan data untuk
mengemukakan bahwa menjawab masalah-masalah yang
Secara sederhana penelitian dirumuskan dalam penelitian ini.
tindakan kelas adalah Pengelolaan data dan analisisnya
seperangkat proses penelitian dilakukan secara terus menerus
yang dilakukan dengan jalan dari awal sampai akhir
mengidentifikasi masalah pelaksanaan pembelajaran.
melakukan sesuatu untuk Adapun teknik analisis data yang
memecahkannya, melihat digunakan yaitu: kualitatif,
keberhasilan pemecahan kuantitatif dan triangulasi.
masalah tersebut dan jika
belum memuaskan akan TEMUAN DAN PEMBAHASAN
dilakukan beberapa Temuan penelitian merupakan
pengulangan. hasil implementasi dari pelaksaan
kegiatan tindakan kelas yang telah
Desain penelitian tindakan dilaksanakan di TK labschool UPI
kelas yang digunakan oleh kampus Cibiru. Adapun yang
peneliti adalah adalah model yang menjadi subjek penelitian adalah
dikemukakan oleh Elliot. siswa kelas A (Kelas Kacapi)
Menurut Abidin (2011, hlm. 238) yang berusia antar 4 sampai
model penelitian Elliot ini dengan 5 tahun. Jumlah anak di
dijelaskan dalam pelaksanaannya kelas A (Kelas Kacapi) sebanyak
satu siklus terdiri dari tiga 12 orang terdiri dari 5 orang anak
tindakan. Pelaksanaan penelitian laki-laki dan 7 orang anak
jenis Elliot ini langkah pertama perempuan.
yang dilakukan yaitu menentukan
ide awal berupa temuan analisis Sarana dan prasarana yang
latar belakang pelaksanaan terdapat di TK labschool UPI
penelitian, setelah itu kampus Cibiru cukup memadai,
memiliki 3 kelas ruang
11 Antologi UPI Volume Edisi No. Juni 2015

pembelajaran dengan ventilasi Temuan Esensial


udara dan cahaya yang cukup Saat berbaris tidak semua anak
baik, 1 ruangan kantor, 1 ruangan mengikuti kegiatan berbaris
Saat melaksanakan kegiatan
perpustakaan, 1 ruangan UKS, 3 bernyanyi dan berdoa masih ada anak
ruang kamar mandi, 1 ruang yang bermain-main dengan temannya
dapur, dan halaman bermain yang Saat berdoa, tidak semua anak
cukup luas. Penelitian tindakan mengikutinya, ada yang melamun dan
kelas ini membahas tentang salah mengobrol
satu perkembangan emosi anak Saat berdiskusi mengenai kendaraan 3
orang anak asik mengobrol tidak
yaitu percaya diri anak melalui memperhatikan guru
metode edutainmen di TK Saat kegiatan inti, anak kurang
labschool UPI kampus Cibiru terkondisikan dengan baik, sehingga
yang dilakukan 3 siklus 9 tidak semua anak mengerti kegiatan
tindakan. Siklus pertama yang akan dilaksanakan
Anak kurang antusias ketika
dilakukan pada hari selasa 28
mendengarkan temannya bercerita
April 2015. menggunakan flashcard kendaraan
Ada beberapa anak yang tidak mau
Adapun yang menjadi objek
bercerita di depan guru dan teman,
penelitian ini adalah proses anak tersebut sibuk dengan flashcard
pembelajaran dengan tema yang diberikan guru
kendaraan, yang akan diperbaiki
dari kegiatan pembelajaran ini Pada saat jam istirahat, ada anak
adalah salah satu perkembangan yang tidak mau main di dalam kelas
Pada saat merapihkan mainan, ada
emosi anak dalam meningkatkan yang yang tidak ikut merapihkan
rasa percaya diri anak usia dini mainan
melalui metode Edutainment. pada saat melakukan evaluasi, ada
anak yang tidak memperhatikan guru
Penelitian ini dilatar dan mengobrol dengan teman
belakangi oleh situasi kegiatan Saat berdoa tidak semua anak
pembelajaran yang terlalu mengikuti kegiatan berdoa, ada
monoton dan kurang bervariasi beberapa anak yang diam
sehingga berdampak pada emosi
anak yang mengakibatkan anak Berdasarkan data yang diperoleh
cenderung manja, kurang percaya ketika proses pembelajaran dalam
diri, tiba-tiba menangis, emosinya meningkatkan rasa percaya diri anak
masih meledak-ledak, mudah pada Siklus ke-1. Masih banyak yang
merasa bosan, mengeluh bila harus diperbaiki dalam proses
diberikan tugas oleh guru, kurang pembelajaran maupun dalam proses
mampu menjalin hubungan menstimulus peningkatan rasa
dengan orang lain. percaya diri. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisir kendala-kendala yang
1. Siklus Pertama ditemukan pada siklus ke-1. Hal-hal
yang harus diperbaiki pada siklus
Kegiatan yang dilakukan pada selanjutnya yaitu sebagai berikut.
siklus pertama adalah bermain 1) Peneliti harus melihat kesiapan
picture and picture, stick emosi anak dalam mengikuti
dan bermain warna-warna pembelajaran, agar anak dapat
bernyanyi dan bunyi berantai. terkondisikan dengan baik.
Dengan temuan esensial
dilapangan sebagai berikut.
1
penulis penanggung jawab
2
penulis penanggung jawab
Nurainun Thoyibah, Nenden Ineu Herawati1, Ai Sutini2 12
Meningkatkan Rasa Percaya Diri anak usia dini melalui Metode
Edutainment

2) Peneliti harus dapat menciptakan Alif, putra, dan abyan bermain-main


lingkungan belajar yang saat berbaris sebelum permainan
dimulai.
menyenangkan bagi anak, agar
Alif dan yosefin tidak mau mengikuti
anak dapat mengikuti instruksi yang diberikan guru.
pembelajaran sesuai dengan Pada saat bermain bebas narendra
instruksi yang diberikan guru. mengejek yosefin sehingga menangis
3) Peneliti lebih memotivasi anak pada saat melakukan evaluasi, ada anak
pada saat kegiatan pembelajaran yang tidak memperhatikan guru dan
supaya anak merasa diperhatikan mengobrol dengan teman
Saat berdoa tidak semua anak mengikuti
oleh guru, dengan cara kegiatan berdoa, ada beberapa anak
memberikan reward. Reward yang diam
yang diberikan dapat berupa Berdasarkan data yang diperoleh
bintang, tongkat pelangi, topi dari ketika proses pembelajaran dalam
kertas, dan lain sebagainya. meningkatkan rasa percaya diri anak
4) Lebih diperhatikan, penggunaan pada siklus kedua. Peningkatan
media sebaiknya langsung tersebut ditunjukkan dengan data
bersentuhan dengan anak, statistik yang diperoleh pada saat
sehingga mempermudah guru kegiatan pembelajaran. Peneliti
dalam menstimulus rasa percaya memperbaiki media pembelajaran
diri anak. yang digunakan sesuai dengan
Peneliti lebih memperhatikan metode yang digunakan supaya lebih
antara metode dengan media yang menarik perhatian anak dan kegiatan
digunakan sesuai tidak dalam pembelajaran tidak membosankan.
menstimulus rasa percaya diri Peneliti menciptakan lingkungan
anak. belajar yang menyenangkan dengan
2. Siklus Kedua menata ruang kelas sebelum kegiatan
Kegiatan yang dilaksanakan pembelajaran.
pada siklus kedua adalah bermain
harta karun, bermain tangkap- Pada siklus kedua ada beberapa
tangkapan bola, dan bermain hal yang harus ditingkatkan seperti
gambar bertanya. pengkondisian anak saat kegiatan
Temuan Esensial pembelajaran. Peneliti kurang
Ada beberapa orang anak pada saat menanggapi pertanyaan saat apresiasi
berbaris masih mengobrol dan tidak dan respon anak. Peneliti lebih
memperhatikan guru. memotivasi anak pada saat kegiatan
Putra bertanya mengenai tema yang pembelajaran supaya anak merasa
akan dilaksanakan diperhatikan oleh guru, dengan cara
Alif dan abyan pada saat bernyanyi
rakit tidak mengikuti karena asik
memberikan reward. Reward yang
mengobrol diberikan dapat berupa bintang,
Ada beberapa anak yang terlihat malas- tongkat pelangi, topi dari kertas, dan
malasan setelah mendengar kegiatan lain sebagainya. Peneliti kurang
yang akan dilaksanakan pada hari ini. mengkondisikan anak pada saat
kegiatan pembelajaran sehingga
Pada saat guru memberikan aturan
masih ada anak yang main-main.
dalam permainan yang akan
dilaksanakan ada anak yang melamun. Media yang digunakan oleh peneliti
diharapkan lebih bervariasi lagi
supaya anak lebih merasa tertarik lagi
13 Antologi UPI Volume Edisi No. Juni 2015

dalam mengikuti kegiatan mampu mengkondisikan anak ketika


pembelajaran dan tidak bermain-main melakukan permainan.
terus dengan temannya. Faktor yang dirasakan peneliti
dapat membantu peningkatan pada
perkembangan rasa percaya diri anak
antara lain adalah pembiasaan dari
guru untuk melakukan tanya jawab
dengan anak yang pada dasarnya
3. Siklus Ketiga
memberikan anak pengalaman
langsung. Dan memupuk keberanian
Kegiatan yang dilaksanakan pada anak untuk bertanya, pada saat
siklus ketiga adalah bermain pesawat kegiatan bermain sisipkan kegiatan
abjad dan bercerita, bermain peran yang membuat anak bersaing dengan
menjadi pilot dan penumpang dan teman sehingga anak dapat percaya
menonton cerita mengenai kendaraan diri dengan kemampuannya. Selain
Temuan Esensial itu kegiatan pembelajaran dengan
mengenalkan lagu dapat memupuk
Pada saat kegiatan berbaris berdoa rasa percaya diri anak supaya dapat
tidak semua anak mengikuti.
maju ke depan kelas.
Pada saat menyimpan sepatu sudah
tertib tidak berebut.
Pada saat kegiatan bercerita narendra
menggangu guru.
PEMBAHASAN
Pada saat kegiatan membuat pesawat Berdasarkan hasil deskripsi
yosefin dan kenisha berebut kertas lipat pembelajaran dan analisis pada siklus
dengan warna yang sama. I, siklus II dan siklus III yang
Pada saat kegiatan berlangsung alif dilaksanakan di TK Lab School UPI
menangis karena takut ditinggal oleh kampus Cibiru, menghasilkan data
ayahnya.
Andika dan narendra tidak sabar
yang cukup baik. Pembahasan
menunggu giliran untuk bermain. penelitian tindakan kelas ini pada
hakekatnya menyangkut dua
Pada saat bermain bebas anak-anak
bermain bersama-sama.
permasalahan pokok yang
Pada saat melakukan evaluasi anak-anak sebagaimana dituangkan dalam
terkondisi dengan baik. rumusan masalah yaitu penerapan
Pada saat pemberian reward anak metode Edutainment untuk
berebut memilih warna. meningkatkan rasa percaya diri anak
usia dini dalam kegiatan
Berdasarkan analisis data di atas, pembelajaran di TK Lab UPI Cibiru
maka dapat disimpulkan bahwa dan Peningkatan rasa percaya diri
kegiatan pembelajaran pada siklus III anak usia dini sesudah diterapkannya
sudah meningkat. Peningkatan metode Edutainment pada kegiatan
didapatkan pada siklus ketiga ini pembelajaran di TK Lab UPI Cibiru.
menunjukkan adanya kemajuan
perkembangan rasa percaya diri anak Berdasarkan rumusan masalah
pada siklus I dan siklus II. Pada siklus diatas peneliti membahas data hasil
III anak sudah menunjukkan penelitian dengan menghubungkan
peningkatan dalam memberikan teori yang menyangkut rasa percaya
media yang sesuai dengan metode
dalam menstimulus rasa percaya diri
anak, selain itu juga peneliti sudah
1
penulis penanggung jawab
2
penulis penanggung jawab
Nurainun Thoyibah, Nenden Ineu Herawati1, Ai Sutini2 14
Meningkatkan Rasa Percaya Diri anak usia dini melalui Metode
Edutainment

diri anak usia dini. Adapun murung dan sedang merasa tidak enak
pembahasan tersebut sebagai berikut. badan, biasanya peneliti melakukan
stimulasi tanya jawab secara
DIAGRAM PERSENTASE AKTIVITAS individual kepada anak. Anak yang
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN belum menunjukkan keberaniannya
METODE EDUTAINMENT dalam mengemukakan pendapat.
Peneliti memotivasi anak dan
83% 83%
75% menstimulasi anak saat kegiatan
67%
58%
50% pembelajaran, sehingga anak mampu
31% 25% 25% meningkatkan antusias dan
ANAK ANTUSIAS KEBERANIAN ANAK MAMPU keberanian anak dalam mengikuti
MENGIKUTI MENGIKUTI kegiatan pembelajaran untuk
PEMBELAJARAN ATURAN meningkatkan rasa percaya diri anak
PERMAINAN
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III dan pembelajaran pada siklus
berikutnya.
Gambar 4.1 Diagram Persentase Berdasarkan kegiatan
Aktivitas Pembelajaran pembelajaran yang telah
Menggunakan Metode Edutainment dilaksanakan peneliti, secara umum
rasa percaya diri anak dengan
Berdasarkan gambar 4.1 diketahui menggunakan metode Edutainment
bahwa aktivitas anak memiliki mengalami peningkatan pada setiap
peningkatan yang berbeda. Apabila siklusnya. Peningkatan yang terjadi
dilihat dari diagram di atas, aktivitas dari siklus pertama sampai dengan
yang mengalami peningkatan drastis siklus ketiga, dapat dilihat dari
yaitu anak antusias mengikuti peningkatan capaian pada setiap
kegiatan pembelajaran dan anak indikator. Adapun perolehan skor
mampu mengikuti aturan permainan.
Hal ini dikarenakan pada saat
kegiatan kegiatan pembelajaran Persentase Rasa Percaya Diri
dimulai anak dalam perasaan yang
gembira, karena anak datang ke
Anak Dari Siklus I Sampai Siklus
sekolah tidak terlambat, anak bermain III
dengan temannya sebelum memulai 90% 81%
79%
78%
kegiatan pembelajaran di kelas. Dan 80%
68%
65%
pada saat anak mengikuti aturan 70% 61%
permainan, dikarenakan anak tertarik 60%
dengan permainan yang akan 50% 44% 44%
39%
dilaksanakan. Sejalan dengan hal 40%
tersebut Sujiono (2011, hlm 9) 30%
pembelajaran pada anak usia dini 20%
haruslah menggunkanan konsep 10%
belajar sambil bermain, belajar 0%
SIKLUS 1 SIKLUS 2 SIKLUS 3
sambil berbuat, dan belajar melalui A 44% 61% 78%
stimulasi. Adapun ketika anak yang B 39% 65% 79%
tidak antusia biasanya dikarenakan C 44% 68% 81%
anak yang datang terlambat, dalam
suasana hati yang tidak senang atau A B C
15 Antologi UPI Volume Edisi No. Juni 2015

persentase setiap indikator dapat persentase yang paling meningkat


dilihat pada gambar 4.2. terdapat pada indikator berinisiatif
Dilihat dari gambar 4.2 di atas, menceritakan pengalamannya
dapat dilihat bahwa perolehan skor kepada guru maupun temannya. Hal
persentase setiap indikator pada ini dilatarbelakangi oleh kegiatan
setiap siklusnya mengalami tanya jawab yang dilakukan oleh
peningkatan. Pada siklus pertama peneliti pada saat kegiatan pembuka
nilai persentase pada indikator dan kegiatan penutup, karena dengan
pertama yaitu menunjukkan dan tanya jawab anak dapat merasakan
menceritakan benda maupun hasil perhatian, stimulus dan motivasi
karyanya di depan teman-temannya yang diberikan kepada anak,
dan guru diperoleh persentase 44%. sehingga dapat meningkatkan rasa
Sedangkan pada indikator kedua percaya diri anak.
yaitu mengajukan pendapat tanpa
rasa malu diperoleh persentase Pada indikator kedua yaitu
sebesar 39%. Pada indikator ketiga mengajukan pendapat tanpa rasa
yaitu berinisiatif menceritakan malu, peningkatan yang ditunjukkan
pengalamannya kepada guru cukup baik. Hal ini diperoleh pada
maupun temannya diperoleh saat anak melaksanakan kegiatan
persentase sebesar 44%. Pada siklus pembuka, anak ingin tahu mengenai
kedua skor persentase pada indikator kegiatan pembelajaran yang akan
pertama yaitu menunjukkan dan dilaksanakan. Sehingga dalam
menceritakan benda maupun hasil kegiatan pembelajaran anak dapat
karyanya di depan teman-temannya meningkatkan rasa percaya dirinya.
dan guru diperoleh persentase 61%. Pada indikator selanjutnya yang
Sedangkan pada indikator kedua mengalami peningkatan yang cukup
yaitu mengajukan pendapat tanpa yaitu menunjukkan dan menceritakan
rasa malu diperoleh persentase benda maupun hasil karyanya di
sebesar 65%. Pada indikator ketiga depan teman-temannya dan guru.
yaitu berinisiatif menceritakan Dengan cara menggunakan media-
pengalamannya kepada guru media yang dapat menstimulus rasa
maupun temannya diperoleh percaya diri anak. Sehingga anak
persentase sebesar 68%. Pada siklus dapat menunjukkan dan menceritakan
ketiga skor persentase pada indikator benda maupun hasil karyanya di
pertama yaitu menunjukkan dan depan teman-temannya dan guru.
menceritakan benda maupun hasil
karyanya di depan teman-temannya Perolehan skor persentase yang
dan guru diperoleh persentase 78%. diperoleh dalam peningkatan rasa
Sedangkan pada indikator kedua percaya diri anak dapat ditingkatkan
yaitu mengajukan pendapat tanpa melalui metode Edutainment. Kondisi
rasa malu diperoleh persentase ini dikarenakan anak mengalaminya
sebesar 79%. Pada indikator ketiga sendiri yaitu dengan bermain
yaitu berinisiatif menceritakan langsung, mendengarkan dan
pengalamannya kepada guru menceritakan dengan menggunakan
maupun temannya diperoleh media yang disediakan dan dalam
persentase sebesar 81%. keadaan gembira. Senada dengan
Berdasarkan data di atas, yang dikemukakan oleh Hurlock
indikator yang menunjukkan skor (1987, hlm 320) bermain dilakukan

1
penulis penanggung jawab
2
penulis penanggung jawab
Nurainun Thoyibah, Nenden Ineu Herawati1, Ai Sutini2 16
Meningkatkan Rasa Percaya Diri anak usia dini melalui Metode
Edutainment

secara sukarela dan tidak ada paksaan edutainment anak-anak merasa


atau tekanan dari luar atau kewajiban. senang dan terhibur terlebih rasa
percaya diri anak saat bermain
KESIMPULAN meningkat.
Berdasarkan hasil penelitian dan Kemampuan dalam menunjukkan
pembahasan mengenai penggunaan rasa percaya diri sebelumnya masih
metode Edutainment, sebagai upaya rendah, anak tidak mau menjawab
meningkatkan rasa percaya diri anak pertanyaan sederhana, tidak mau
pada anak Kelompok A di TK Lab mengungkapkan keinginan dan
school UPI kampus Cibiru, ketidak setujuan, dan belum mampu
mengalami perkembangan sangat mengungkapkan pendapatnya,
baik. Hal tersebut dapat disimpulkan Setelah mendapatkan pembinaan
sebagai berikut: menggunakan metode Edutainment
1. Proses penerapan metode anak mengalami peningkatan dalam
Edutainment untuk perkembangan rasa percaya dirinya.
meningkatkan rasa percaya diri Penerapan metode Edutainment
anak menggunakan berbagai menjadikan anak mampu menjawab
media dan permaianan pada pertanyaan sederhana,
anak-anak TK Lab School UPI mengungkapkan keinginan dan
kampus Cibiru. Pada siklus ketidak setujuan, dan mampu
pertama, permainan yang mengungkapkan pendapatnya. Hal
diberikan kepada anak yaitu tersebut dapat dilihat dari hasil
permainan Picture anda picture, persentase Kemampuan anak
Stick emosi dan bunyi berantai. menunjukan rasa percaya diri pada
Pada siklus kedua dengan saat berbicara, berkembang dengan
menggunakan permainan baik setelah mendapatkan pembinaan
bermain harta karun, tangkap menggunakan metode Edutainment.
bola, dan gambar bertanya. Pada Penerapan metode Edutainment
siklus ketiga menggunakan menjadikan anak mampu menjawab
permainan pesawat abjad dan pertanyaan sederhana,
bercerita, bermain peran, dan mengungkapkan keinginan dan
menonton cerita. Saat kegiatan ketidak setujuan, dan mampu
awal pembelajaran, anak mengungkapkan pendapatnya. Hal
diperkenalkan dengan media tersebut dapat dilihat dari hasil
yang akan digunakan, kemudian persentase Pada siklus pertama nilai
diberitahukan aturan persentase pada indikator pertama
permainannya kepada anak. Jika yaitu menunjukkan dan menceritakan
ada anak yang tidak mengikuti benda maupun hasil karyanya di
aturan permainan anak diberikan depan teman-temannya dan guru
punishment yang menghibur. diperoleh persentase 44%. Sedangkan
Kegiatan permainan yang dipilih pada indikator kedua yaitu
oleh peneliti yaitu kegiatan yang mengajukan pendapat tanpa rasa malu
dapat merangsang atau diperoleh persentase sebesar 39%.
menstimulus perkembangan Pada indikator ketiga yaitu
sosial emosional anak yaitu rasa berinisiatif menceritakan
percaya diri. Pada saat kegiatan pengalamannya kepada guru maupun
menggunakan metode temannya diperoleh persentase
17 Antologi UPI Volume Edisi No. Juni 2015

sebesar 44%. Pada siklus kedua skor Desmita. (2012). Psikologi


persentase pada indikator pertama perkembangan. Bandung: PT Remaja
yaitu menunjukkan dan menceritakan Rosdakarya.
benda maupun hasil karyanya di
depan teman-temannya dan guru Hakim, T. (2002). Mengatasi Tidak
diperoleh persentase 61%. Sedangkan Percaya Diri. Jakarta: Puspa
pada indikator kedua yaitu Swara.
mengajukan pendapat tanpa rasa malu Hamid, S. (2013). Metode
diperoleh persentase sebesar 65%. Edutainment. Yogyakarta:
Pada indikator ketiga yaitu Diva press.
berinisiatif menceritakan
pengalamannya kepada guru maupun Herawati, I. N.(2006). Psikologi
temannya diperoleh persentase Perkembangan III. Program
sebesar 68%. Pada siklus ketiga skor Pendidikan Guru Sekolah
persentase pada indikator pertama Taman Kanak-kanak
yaitu menunjukkan dan menceritakan Universitas Pendidikan
benda maupun hasil karyanya di Indonesia, Bandung.
depan teman-temannya dan guru Isjoni.(2011). Model Pembelajaran
diperoleh persentase 78%. Sedangkan Anak Usia Dini. Bandung:
pada indikator kedua yaitu Alfabeta.
mengajukan pendapat tanpa rasa malu
diperoleh persentase sebesar 79%. Kinanti, Y., Ali, M. & Endang,
Pada indikator ketiga yaitu B.(2013). Sikap Percaya Diri
berinisiatif menceritakan dalam Proses Pembelajaran
pengalamannya kepada guru maupun Pada Anak Usia 5-6 Tahun
temannya diperoleh persentase Segedong. Jurnal Pendidikan
sebesar 81%. Dengan demikian dan Pembelajaran, 2(10),
metode Edutainment dapat hlm. 1-11.
meningkatkan rasa percaya diri anak.
Kunandar.(2012). Langkah Mudah
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Tindakan Kelas
sebagai Pengembangan
Abidin, Y. (2011). Penelitian Profesi Guru. Depok: PT
Pendidikan Dalam Gamintan Rajagrafindo Persada.
Pendidikan Dasar dan PAUD.
Sujiono, N.Y.(2011). Konsep Dasar
Bandung: Rizqi Press.
Pendidikan Anak Usia Dini.
Adywibowo, I. P. (2010). Jakarta: PT Indeks.
Memperkuat Kepercayaan Syaodih, E. & Agustin, M.(2010).
Diri Anak Melalui Bimbingan Konseling untuk
Percakapan Referensial. Anak Usia Dini. (Edisi
Jurnal Pendidikan Penabur, Kesatu). Jakarta: Universitas
15 (4), hlm. 37-49. Terbuka.
Arsyad, A. (2011). Media Universitas Pendidikan Indonesia.
Pembelajaran. Jakarta: (2014). Pedoman Karya Tulis
Rajawali Pers. Ilmiah. Bandung: UPI
Tom & Sobol, Harriet.(2003).
Rancang Bangun Anak

1
penulis penanggung jawab
2
penulis penanggung jawab
Nurainun Thoyibah, Nenden Ineu Herawati1, Ai Sutini2 18
Meningkatkan Rasa Percaya Diri anak usia dini melalui Metode
Edutainment

Cerdas. Jakarta: Inisiasi


Press.
Tim Bina Potensi.(2011). Pedoman
Teknis Penyelenggaraan
Kelompok Bermain. Bandung
: CV Nuansa Aulia.
Wulandari.(2014). Meningkatkan
Rasa Percaya Diri Anak Usia
Dini Melalui Metode Show
and Tell. Skripsi pada FIP
Unversitas Pendidikan
Indonesia. Bandung: Tidak
Diterbitkan.
Yamin, M. & Sanan, S.J.(2010).
Panduan Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Gaung
Persada Press Jakarta,
A.(2011). Model Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana prenada media grup.

You might also like