Professional Documents
Culture Documents
Analisis Kebijakan 9.2.2012-4.epi Syahadat N Subarudi PDF
Analisis Kebijakan 9.2.2012-4.epi Syahadat N Subarudi PDF
Oleh / By :
Epi Syahadat1 & Subarudi2
1,2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan
Jl. Gunungbatu 5, PO Box 272, Bogor 16610, Telp (0251) 8633944, Fax (0251) 8634924
e-mail : syahadatepi@yahoo.com, rudi.subarudi@yahoo.co.id
ABSTRACT
Formulation of land use system in province area (RTRWP) and in district/city area (RTRWK) is closely
related to land-use and presence of forest areas. The RTRWP formulation still have problems related to long and
unsolved process of revision from several provincial governments. Therefore, the review on RTRWP problems is
important and relevant to find its solution. The objectives of the study were to review existing policy on land-use
system, to identify its problems, and to formulate strategies to solve the problems. Actually, there are regulations
and policies on land-use system and forest land-uses changes, however, it needs further review on harmonization
and synchronization from its substantial aspects. Problems on revision of RTRWP are: (i) revision was pushed by
political force (extension of new provinces/districts), (ii) revision to save the existing non-forestry businesses, (iii)
APL revision is not completed by technical and spatial review related its utilization target and realization, (iv)
overlapping licenses for forestry and non-forestry businesses, (v) crop estate and other businesses at forest areas
without legal license procedure from Ministry of Forestry, (vi) revision has big risks on living environment, and
(vii) solution of revisionis time consuming. Strategies to solve land-use problem in RTRWP revision were: (i)
changing of forest uses and function, (ii) speeding up of integrated team on changing of forest uses and function,
(iii) implementing of audit for utilization of forest areas, and applying principles and guidances in forest area
audit.
ABSTRAK
Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP) dan kabupaten/kota (RTRWK) sangat
terkait dengan penataan dan keberadaan kawasan hutan. Penyusunan RTRWP masih menyisakan
persoalan terkait dengan penyelesaian yang berlarut-larut terhadap usulan revisi dari beberapa pemerintah
daerah provinsi. Oleh karena itu, kajian tentang permasalahan RTRWP ini menjadi penting dan relevan
untuk membantu penyelesaiannya. Tujuan dari kajian ini adalah menelaah kebijakan penataan ruang yang
ada, mengidentifikasi permasalahannya dan menyusun strategi penyelesaian masalahnya. Sebenarnya
sudah tersedia perangkat peraturan dan kebijakan penataan ruang wilayah dan kawasan hutan, namun
masih perlu pengkajian lebih lanjut terkait dengan harmonisasi dan sinkronisasi dari aspek substansinya.
Permasalahan yang muncul dalam revisi RTRWP adalah: (i) revisi dipaksakan karena desakan politik
(maraknya pemekaran wilayah), (ii) revisi untuk menyelamatkan keterlanjutan keberadaan usaha non
131
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 2, Agustus 2012 : 131 - 143
kehutanan, (iii) revisi APL tidak dilengkapi kajian teknis dan spasial terkait rencana dan realisasi
pemanfaatannya, (iv) tumpang tindih perijinan usaha kehutanan dan non kehutanan, (v) usaha
perkebunan dan lainnya di hutan tanpa ijin resmi dari Menteri Kehutanan, (vi) revisi memiliki resiko
besar terhadap lingkungan hidup, dan (vii) penyelesaian revisi memerlukan waktu relatif lama. Adapun
strategi penyelesaian masalah tata ruang dalam revisi RTRWP meliputi: (i) perubahan peruntukan dan
fungsi kawasan hutan, (ii) percepatan kerja tim terpadu perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan,
(iii) pelaksanaan audit pemanfaatan ruang kawasan hutan, dan menerapkan prinsip dan arahan dalam
audit kawasan hutan.
132
Permasalahan Penataan Ruang Kawasan Hutan dalam . . .
Epi Syahadat & Subarudi
TGHK
Pembangunan Pembangunan
Paduserasi
Hutan Nasional
RTRWP
133
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 2, Agustus 2012 : 131 - 143
134
Permasalahan Penataan Ruang Kawasan Hutan dalam . . .
Epi Syahadat & Subarudi
135
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 2, Agustus 2012 : 131 - 143
136
Permasalahan Penataan Ruang Kawasan Hutan dalam . . .
Epi Syahadat & Subarudi
sudah berjalan tanpa atau belum melalui oleh pemda setempat di daerah yang berada
mekanisme perubahan fungsi kawasan hutan dalam kawasan hutan yang tidak atau
yang berlaku saat ini, atau belum adanya belum sesuai dengan mekanisme dan
persetujuan dari Kementerian Kehutanan ketentuan UU Nomor 41/1999 tentang
sesuai dengan amanat yang tercantum dalam Kehutanan (hal tersebut terkait dengan
UU Nomor 41/1999 Pasal 19. Kondisi tersebut pemahaman terhadap otonomi daerah
ternyata memberikan implikasi yuridis/ yang dalam kondisi tertentu dapat
hukum yang tidak mudah untuk dicarikan menimbulkan konflik kepentingan antara
jalan keluarnya. Ketentuan tidak diperboleh- lembaga pemerintah dengan pemerintah
kan pemutihan di dalam penelaahan ulang tata daerah).
ruang di dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 dan 5. Adanya tumpang tindih penggunaan
keharusan penerapan pengenaan sanksi kawasan hutan, seperti kebun di dalam
terhadap pelanggaran UU Nomor 41/1999 areal IUPHHK, Tambang dalam areal
merupakan permasalahan hukum yang harus IUPHHK, pemukiman transmigrasi dalam
segera dicarikan jalan keluarnya/solusinya. areal IUPHHK, dan lain sebagainya.
Sebagai gambaran umum permasalahan- Kondisi tersebut menambah kompleksnya
permasalahan dalam proses persetujuan permasalahan penataan ruang kawasan
substansi kehutanan atas usulan revisi hutan.
RTRWP, di antaranya : 6. Sebagian besar usulan revisi RTRWP
1. Tuntutan perubahan tata ruang yang menghendaki perubahan peruntukan/
sangat kuat seiring dengan maraknya status maupun fungsi kawasan hutan dalam
pemekaran wilayah. luasan yang cukup besar, yang dapat ber-
2. Perubahan kawasan hutan yang diusulkan implikasi terhadap kepastian usaha serta
terjadi karena adanya kecenderungan berkurangnya daya dukung lingkungan
untuk mengakomodasi keterlanjuran (fungsi hutan sebagai penyangga kehi-
keberadaan kegiatan non kehutanan di dupan).
dalam kawasan hutan. 7. Persetujuan substansi kehutanan atas
3. Usulan perubahan peruntukan kawasan usulan revisi RTRWP memerlukan waktu
hutan menjadi Areal Penggunaan Lain yang cukup lama, karena pada Pasal 19 UU
(APL) pemerintah darah setempat tidak Nomor 41/1999 dinyatakan “Perubahan
dilengkapi dengan hasil kajian teknis dan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
spasial terkait rencana serta realisasi ditetapkan oleh Pemerintah dengan
pemanfaatan ruang sebelumnya. Peru- didasarkan pada hasil penelitian terpadu
bahan kawasan hutan yang dapat dan apabila perubahan peruntukan
dikonversi (HPK) menjadi APL ternyata tersebut dalam skala besar, strategis dan
tidak selalu dapat diikuti dengan pening- berdampak penting harus melalui
katan kegiatan ekonomi daerah dan persetujuan DPR-RI”.
kesejahteraan masyarakat, hal tersebut Penggunaan kawasan hutan bertujuan
dapat dilihat dari masih rendahnya untuk mengatur penggunaan sebagian
persentase realisasi penggunaan APL kawasan hutan untuk kepentingan pem-
(pembanguanan perkebunan) yang berasal bangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa
dari HPK tersebut. mengubah fungsi pokok kawasan hutan, dan
4. Banyaknya perijinan perkebunan dan hal tersebut hanya dapat dilakukan dalam
perijinan lain yang terlanjur diterbitkan kawasan hutan produksi dan kawasan hutan
137
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 2, Agustus 2012 : 131 - 143
lindung. Penggunaan kawasan hutan juga a. Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan
wajib mempertimbangkan batasan luas, jangka hutan di dalam revisi RTRWP.
waktu tertentu, dan kelestarian lingkungan.
Hutan sebagai karunia dan amanah
Tuhan Yang Maha Esa, merupakan sumber
C. Strategi Penyelesaian Permasalahan
daya alam yang memiliki aneka ragam
Penataan Ruang
kandungan kekayaan alam yang bermanfaat
Karyaatmaja (2009) dalam makalahnya bagi manusia, baik manfaat ekologi, sosial
mengatakan ada 2 (dua) kelompok tipologi budaya, maupun ekonomi. Sebagai bentuk
permasalahan utama terhadap keterlanjuran perwujudan rasa syukur terhadap karunia-
penggunaan kawasan hutan yang dapat Nya, maka hutan harus diurus dan diman-
dicarikan solusi, yaitu : faatkan secara optimal dengan memper-
1. Permasalahan ijin pemanfaatan sumber- timbangkan kecukupan luas kawasan hutan
daya alam. Dalam kaitannya dengan dalam Daerah Aliran Sungai (DAS), pulau,
permasalahan ini dapat dilakukan alter- dan/atau provinsi serta keserasian manfaat
natif pemecahan dengan menetapkan masa secara proporsional sesuai sifat, karakteristik
transisi dengan menyelesaikan satu daur dan kerentanan peranannya sebagai penyerasi
atau penyelesaian secara hukum, dalam hal keseimbangan lingkungan lokal, nasional, dan
ini pertimbangan terhadap dampak yang global. Sesuai dengan sifat, karakteristik dan
diakibatkan dari sisi sosial, budaya, kerentanannya sebagai penyerasi keseim-
ekonomi dan politik menjadi suatu hal bangan lingkungan, hutan dibagi dalam 3 (tiga)
yang sangat penting. fungsi pokok yaitu hutan konservasi, hutan
2. Permasalahan sosial (desa/kampung/ lindung, dan hutan produksi. Selanjutnya
masyarakat adat/lokal), seringkali penga- masing-masing fungsi pokok hutan diatur
kuan wilayah hutan adat sudah berada pada pengelolaannya dalam rangka mewujudkan
lokasi yang tepat akan tetapi belum di prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari.
dukung syarat syahnya sebagai masyarakat Dalam rangka optimalisasi fungsi dan
adat yang harus dinyatakan dalam manfaat hutan dan kawasan hutan sesuai
Peraturan Daerah (Perda). Untuk itu solusi dengan amanat Pasal 19 UU No. 41/1999
pemecahannya adalah dengan menye- sebagaimana telah diubah dengan UU No.
lesaikan Perda masyarakat adat tersebut. 19/2004 tentang Penetapan Peraturan
Alternatif solusi seperti diuraikan di atas Pemerintah Pengganti UU No. 1/2004 tentang
dalam implementasinya perlu didukung Perubahan atas UU Nomor 41/1999 tentang
dengan alternatif kebijakan usulan penggunaan Kehutanan Menjadi Undang-Undang, dan
lahan dalam kawasan hutan. Dari hasil kajian dengan diterbitkannya PP No. 10/2010,
yang dilakukan ada beberapa strategi yang tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan
dapat dilakukan berkaitan dengan perma- Fungsi Kawasan Hutan, serta PP No. 24/2010,
salahan penataan ruang nasional dalam revisi tentang Penggunaan Kawasan Hutan, maka
RTRWP, yaitu : (a) perubahan peruntukan sesuai dengan dinamika pembangunan
dan fungsi kawasan hutan, (b) percepatan kerja nasional serta aspirasi masyarakat, pada
tim terpadu perubahan peruntukan dan fungsi prinsipnya kawasan hutan dapat diubah
kawasan hutan, (c) pelaksanaan audit peruntukan atau fungsinya.
pemanfaatan ruang kawasan hutan, dan (d) Untuk menjaga terpenuhinya keseim-
menerapkan prinsip dan arahan dalam audit bangan manfaat lingkungan, manfaat sosial
kawasan hutan. budaya dan manfaat ekonomi, maka
138
Permasalahan Penataan Ruang Kawasan Hutan dalam . . .
Epi Syahadat & Subarudi
perubahan peruntukan dan fungsi kawasan penataan ruang, perubahan penataan ruang
hutan harus berasaskan optimalisasi distribusi secara berkala merupakan amanat Undang-
fungsi dan manfaat kawasan hutan secara Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan
lestari dan berkelanjutan dengan memper- Ruang. Perubahan peruntukan dan fungsi
hatikan keberadaan kawasan hutan dengan kawasan hutan atau perubahan peruntukan
luasan yang cukup dan sebaran yang kawasan hutan dalam revisi tata ruang wilayah
proposional (Pasal 2, PP No. 10/2010). provinsi dilakukan dalam rangka pemantapan
Indonesia merupakan negara tropis yang dan optimalisasi fungsi kawasan hutan itu
sebagian besar mempunyai curah dan sendiri. Setiap perubahan peruntukan atau
intensitas hujan yang tinggi, terdiri dari pulau- perubahan fungsi kawasan hutan, terlebih
pulau besar, menengah dan kecil serta dahulu wajib didahului dengan penelitian
mempunyai konfigurasi daratan yang ber- terpadu yang diselenggarakan oleh lembaga
gelombang, berbukit dan bergunung, maka pemerintah yang kompeten dan memiliki
atas dasar kondisi alam tersebut di atas Menteri otoritas ilmiah bersama-sama dengan pihak
Kehutanan menetapkan luas kawasan hutan lain yang terkait (Pasal 19, ayat (1) UU 41/1999
dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) atau pulau dan Pasal 13, PP 10/2010). Untuk perubahan
paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) dari fungsi kawasan hutan yang berdampak
luas daratan (pasal 12, ayat (1) huruf (a), PP penting dan cakupan yang luas serta bernilai
No.10/2010). Penetapan luas kawasan hutan strategis, perubahan peruntukan kawasan
dan luas minimal kawasan hutan untuk setiap hutan yang dilakukan oleh pemerintah harus
DAS atau pulau, untuk setiap provinsi memperhatikan aspirasi rakyat melalui
berdasarkan kondisi biofisik, iklim, penduduk persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
dan keadaan sosial serta ekonomi masyarakat Republik Indonesia. Dalam rangka
setempat. optimalisasi fungsi kawasan hutan, mengingat
Perubahan peruntukan dan fungsi adanya keterbatasan data dan informasi yang
kawasan hutan dilakukan melalui mekanisme tersedia pada saat penunjukan kawasan hutan,
perubahan parsial atau perubahan untuk dinamika pembangunan, faktor alam, maupun
wilayah provinsi. Perubahan peruntukan faktor masyarakat, maka perlu dilakukan
kawasan hutan secara parsial atau pelepasan evaluasi fungsi kawasan hutan.
pada kawasan hutan produksi terbatas, pada
hutan produksi tetap, dan kawasan hutan b. Pelaksanaan tim terpadu perubahan
lindung dapat dilakukan dengan cara tukar peruntukan dan fungsi kawasan hutan di
menukar. Penggunaan kawasan hutan untuk dalam revisi RTRWP.
kepentingan pembangunan di luar kegiatan
Pertambahan penduduk, kebutuhan
kehutanan yang bersifat permanen yang harus
akan lahan dan rencana pengembangan
menggunakan kawasan hutan, menghilangkan
perekonomian, sosial, serta budaya merupa-
enclave dalam rangka memudahkan penge-
kan dasar pemerintah daerah untuk melaku-
lolaan kawasan hutan, dan memperbaiki batas
kan revisi RTRWP. Dalam Undang-undang
kawasan hutan juga dapat dilakukan dengan
Nomor 41 tahun 1999 tentang Kawasan Hutan
cara tukar menukar. Kegiatan tukar menukar
diatur bahwa setiap perubahan peruntukan
kawasan hutan dilakukan dengan kewajiban
dan fungsi kawasan hutan memerlukan
menyediakan lahan pengganti oleh pemohon.
penelitian oleh Tim Terpadu (sesuai dengan
Kawasan hutan merupakan bagian
pasal 19). Dalam ayat (1) dinyatakan bahwa
integral yang tidak terpisahkan dengan
“Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan
139
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 2, Agustus 2012 : 131 - 143
140
Permasalahan Penataan Ruang Kawasan Hutan dalam . . .
Epi Syahadat & Subarudi
141
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan
Vol. 9 No. 2, Agustus 2012 : 131 - 143
untuk hutan konservasi adalah pengelolaan dilengkapi kajian teknis dan spasial terkait
zonasi secara komprehensif sehingga fungsi rencana dan realisasi pemanfaatannya, (iv)
utama sebagai kawasan konservasi tetap terjaga tumpang tindih perijinan usaha kehutanan
akan tetapi peranan sebagai penyangga dan non kehutanan, (v) usaha perkebunan
kehidupan dan fungsi sosial bagi masyarakat di dan lainnya di hutan tanpa ijin resmi dari
dalam dan di sekitar hutan juga tetap Menteri Kehutanan, (vi) revisi memiliki
dijalankan. risiko besar terhadap lingkungan hidup,
Penataan ruang pada dasarnya ditujukan dan (vii) penyelesaian revisi memerlukan
untuk mengatur pembagian ruang menjadi waktu relatif lama.
beberapa fungsi sehingga terwujud ruang yang ® Strategi penyelesaian permasalahan
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. penataan ruang nasional dalam revisi
RTRWP dapat dilaksanakan melalui: (i)
perubahan peruntukan dan fungsi kawasan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN hutan, (ii) percepatan kerja tim terpadu
perubahan peruntukan dan fungsi kawasan
A. Kesimpulan hutan, (iii) pelaksanaan audit pemanfaatan
ruang kawasan hutan, dan menerapkan
® Pelaksanaan paduserasi antara TGHK dan
prinsip dan arahan dalam audit kawasan
RTRWP masih menyisakan persoalan
hutan.
terkait dengan munculnya beberapa usulan
revisi RTRWP dari pemerintah daerah
B. Saran
provinsi dan proses penyelesaiannya masih
berlarut-larut. ® Pemerintah pusat khususnya Kementerian
® Usulan revisi RTRWP lebih banyak Kehutanan harus konsisten untuk tidak
didominasi oleh usulan perubahan alih menyetujui revisi RTRWP dari pemda
fungsi kawasan hutan dan tukar menukar provinsi dan kabupaten yang berada di
kawasan hutan yang telah diokupasi oleh kawasan hutan lindung dan hutan
berbagai kegiatan di luar sektor kehutanan konservasi.
seperti perkebunan, pertambangan, energi ® Revisi APL yang diajukan harus dilengkapi
dan lokasi pemukiman dan pemekaran kajian teknis dan spasial terkait rencana
wilayah. dan realisasi pemanfaatannya sebagai upaya
® Kebijakan dan peraturan perundangan untuk mendukung moratorium ijin
baik dalam penataan ruang wilayah dan konversi hutan alam produksi dan
kawasan hutan sudah tersedia, namun menyelamatkan hutan alam yang tersisa.
masih memerlukan harmonisasi dan ® Ijin-ijin illegal dari keberadaan usaha-usaha
sinkronisasi dari sisi substansi untuk non kehutanan di kawasan hutan produksi
membantu memperlancar proses penye- perlu diselesaikan secara “ win-win
lesaian revisi RTRWP di seluruh wilayah solution” dengan melakukan tuntutan ganti
Indonesia. rugi atau sistem bagi hasil yang propor-
® Permasalahan yang muncul dalam revisi sional hingga berakhirnya masa berlaku
RTRWP adalah: (i) revisi dipaksakan ijin-ijin tersebut.
karena desakan politik (maraknya ® Pembuatan kriteria dan indikator dalam
pemekaran wilayah), (ii) revisi untuk melakukan eksekusi terhadap lahan yang
menyelamatkan keterlanjutan keberadaan dimohon untuk di rubah baik dalam
usaha non kehutanan, (iii) revisi APL tidak permohonan perubahan peruntukan
142
Permasalahan Penataan Ruang Kawasan Hutan dalam . . .
Epi Syahadat & Subarudi
maupun perubahan fungsi kawasan hutan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008
yang di buat oleh Tim Terpadu harus tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
ditetapkan secara jelas dan dijadikan Nasional.
sebagai suatu dasar acuan di seluruh
Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2007
Indonesia dalam memberikan reko-
tentang Tata Hutan Dan Penyusunan
mendasi.
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta
® Penyederhanaan persyaratan dalam per-
Pemanfaatan Hutan.
mohonan paduserasi RTRWP dengan
TGHK disertai kejelasan batas waktu Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008
dalam penyelesaian usulan permohonan tentang Perubahan Atas Peraturan
tersebut. Pemerintah No. 6 tahun 2007 tentang
Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan
DAFTAR PUSTAKA Hutan.
Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 2010
Dirjen Planologi. 2010. Tebu: Pemanfaatan
tentang Tata Cara Perubahan Per-
500.000 Hektar lahan baru harus dijaga.
untukan dan Fungsi Kawasan Hutan.
Harian Kompas, tanggal 10 Februari
2010, halaman 18. Jakarta. Peraturan Pemerintah No. 24. tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan.
Dirjen Planologi. 2010. Enklave dibatasi:
Pemutihan berdasarkan keputusan Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang
DPR. Harian Kompas, tanggal 8 Maret Kehutanan.
2010, halaman 13. Jakarta.
Undang-Undang Tata Ruang No. 26 tahun
Karyaatmaja, B. 2009. Makalah permasalahan 2007 tentang Penataan Ruang.
penataan ruang kawasan hutan dalam
rangka revisi RTRWP. Ditjen Planologi
Kehutanan. Jakarta.
143