You are on page 1of 17

467

PENGEMBANGAN MODEL TEACHING FACTORY DI BENGKEL


OTOMOTIF SMK KARSA MULYA PALANGKA RAYA
Galfri Siswandi¹ dan Sukoco²
¹Pendidikan Teknik Mesin Universitas Palangkaraya; ²Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: galfri_siswandi@yahoo.com

ABSTRACT

The objective of the study is to develop an applicable Teaching factory model for practices in the automotive
workshop of SMK Karsa Mulya Palangkaraya. This study used a quantitative approach. It was conducted in grade
XI of Motorcycles Engineering Department at SMK Karsa Mulya Palangkaraya. It was carried out in five phases:
(1) preliminary investigation, (2) design; (3) realization / construction, (4) test, evaluation and revision, (5) field
testing / implementation. Data collection instruments consisted of observation sheets and assessment sheets. The
results of the competency tests of 19 students were: (a) Tune Up; the highest score, the lowest score and the
average score were 98.82, 89.41, 95.23 respectively (b) Over Haul; the highest score, the lowest score and the
average score were 90.67, 82.67, 85.55 respectively (c) System Starter; the highest score, the lowest score and the
average score were 80.00, 77.33, 78.00 respectively. Thus it was noted that the model can be applied in the
vocational workshop of Motorcycle Engineering Department at SMK Karsa Mulya Palangkaraya.

Keywords: Automotive Workshop, Practices, Teaching factory

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model Teaching factory pada pembelajaran praktik di
bengkel Otomotif yang sesuai di SMK Karsa Mulya Palangka Raya. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif yang dilakukan terhadap siswa kelas XI jurusan Teknik Sepeda Motor SMK Karsa Mulya Palangka
Raya. Penelitian ini dilakukan melalui lima fase yaitu: (1) investigasi awal, (2) desain; (3) relisasi/kontruksi, (4)
tes, evaluasi dan revisi, (5) uji lapangan/implementasi. Instrumen pengumpulan data terdiri atas lembar observasi
persiapan, lembar observasi proses, dan lembar penilaian hasil ujian praktik siswa. Hasil uji kompetensi terhadap
19 orang siswa yaitu: (a) Tune Up nilai tertinggi (98,82), nilai terendah (89,41) dan nilai rata-rata (95,23), (b) Over
Haul nilai tertinggi (90,67), nilai terendah (82,67) dan nilai rata-rata (85,55), (c) Sistem Starter nilai tertinggi
(80,00), nilai terendah (77,33) dan nilai rata-rata (78,00). Dengan demikian jelas bahwa model teaching factory
dapat digunakan dan diterapkan pada bengkel Kejuruan jurusan Teknik Sepeda Motor SMK Karsa Mulya Palangka
Raya.

Kata kunci: Bengkel Otomotif, Pembelajaran Praktik, Teaching factory

PENDAHULUAN nomian bangsa. Pendidikan kejuruan berorien-


tasi lebih dekat dengan persyaratan sistem kerja
Pengertian pendidikan kejuruan dikem-
dan pasar tenaga kerja yang sesuai kebutuhan
bangkan dari terjemahan konsep vocational
industri. Pendidikan kejuruan sangat penting di
education dan occupational education, kedua-
negara-negara berkembang karena pendidikan
nya termasuk dalam pendidikan untuk meng-
kejuruan dapat melatih siswa secara terampil
hasilkan teknisi industri. Secara historis sekolah
untuk menguasai teknologi yang baru. Hal ini
kejuruan merupakan pengembangan dari pelati-
didasari karena perkembangan teknologi dapat
han kerja. Dalam pelatihan kerja, peserta didik
memberikan kontribusi yang besar bagi per-
dapat belajar sambil bekerja. Direktorat PSMK
kembangan suatu Negara.
(2006) menyatakan bahwa Sekolah Menengah
Pendidikan kejuruan merupakan sebuah
Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidi-
lembaga pendidikan yang berupaya memberi-
kan yang berperan untuk menyiapkan peserta
kan pengalaman baik afektif, kognitif dan
didik menjadi tenaga kerja tingkat menengah
psikomotorik dalam rangka persiapan siswa
untuk membantu pembangunan sektor pereko-
memasuki dunia kerja dan untuk menunjang se-
468 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4, Oktober 2015

seorang dalam menjalani kariernya di dunia Persyaratan pokok bengkel yang harus
kerja. Clarke dan Winch (2007) menyatakan diperhatikan dan dilaksanakan sebagai ciri
bahwa pendidikan kejuruan merupakan upaya utama yaitu adanya, temperatur lingkungan kerja
pengembangan sosial ketenagakerjaan, peme- baik sesuai dengan kaidah persyaratanya,
liharaan, percepatan, dan peningkatan kualitas pencahayaan yang baik, dan hemat energi,
tenaga kerja tertentu dalam rangka peningkatan tingkat kebisingan rendah, warna yang sesuai
produktifitas masyarakat. Pembelajaran adalah dan tidak menimbulkan refleksi yang merusak
suatu proses penyampaian pengetahuan yang kesehatan mata, kelengkapan perangkat untuk
dilaksanakan dengan menggunakan sebuah keselamatan kerja, dan tata letak bengkel yang
metode. Rumusan tersebut sejalan dengan ideal (school shop and the education Digest,
pendapat Mc. Donald (Hamalik, 2007) yang 1982). Terdapat lima syarat yang harus
memaparkan bahwa pendidikan adalah suatu dipertimbangkan dalam penyimpanan perleng-
proses atau kegiatan yang bertujuan meng- kapan, alat, dan peralatan bengkel otomotif
hasilkan perubahan tingkah laku manusia. menurut Edward dan Andrew (1976), yaitu: (1)
Selanjutnya proses belajar menghasilkan peri- safekeeping (penyimpanan); (2) accessibility
laku yang dikehendaki dan merupakan hasil dari (mudah dijangkau); (3) ease of handling (mu-
pembelajaran. Berdasarkan konsep di atas maka dah dalam penanganan); (4) inventorying (pe-
dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan ngimpentarisan); dan (5) safety (keamanan).
merupakan sebuah lembaga pendidikan yang Berdasarkan kelima syarat tersebut diharapkan
memiliki tujuan mendidik dan menciptakan dalam proses pelaksanaan praktik akan jauh
SDM yang mempunyai kemapuan baik dalam lebih mudah dan terlihat rapi serta aman.
bidang afektif, kognitif dan psikomotor sehingga Salah satu fungsi bengkel adalah sebagai
siap terjun ke dunia kerja dengan tingkat sarana praktikum belajar. Belajar adalah proses
kompetensi yang baik. perubahan tingkah laku individu sebagai hasil
Bengkel merupakan salah satu sarana dari interaksi. Orlich et.al (2007) menjelaskan bahwa
pendidikan teknik dan kejuruan yang berfungsi berdasarkan perspektif tingkah laku, belajar
sebagai tempat melatih dan mengembangkan dapat digambarkan sebagai suatu perubahan
keterampilan psikomotorik seseorang yang akan tingkah laku yang dapat diamati. Bengkel
mendalami suatu keterampilan tertentu. Menu- merupakan tempat pelaksanaan pembelajaran
rut asal mulanya bengkel otomotif termasuk praktik. Pembelajaran praktik kejuruan merupa-
dalam salah satu kategori laboratorium, bahkan kan ciri khas dari proses pembelajaran selain
ada yang menyebutkan laboratorium juga di- pembelajaran teori. Orlich et.al (2007) menyata-
sebut dengan sebutan bengkel (Their, 1970). kan bahwa domain kognitif mencakup sasaran
Pendidikan kejuruan memerlukan peralatan yang atau hasil yang berhubungan dengan daya ingat,
spesifik untuk tiap jenis bidang kejuruan, karena pengenalan pengetahuan, pengembangan ke-
program keterampilan kejuruan akan berhasil mampuan intelektual dan keterampilan. Sese-
dan memuaskan jika disediakan peralatan orang tidak dapat menguasai teori dengan baik
praktik yang layak, karena kompetensi yang tanpa praktik, sebaliknya seseorang tidak dapat
menyangkut ranah keterampilan tidak akan melaksanakan praktik dengan efektif tanpa
sukses hanya dengan pembelajaran teori saja pemahaman teori yang baik. Sejalan dengan
(Storm, 1995). Hal tesebut memberi arti bahwa pendapat Finch & Crunkilton (1999), yang
untuk menanamkan suatu kompetensi, siswa menyatakan bahwa belajar dalam pengemba-
harus dididik mendekati kondisi nyata atau ngan kepribadian tidak hanya terbatas di dalam
lingkungan sebenarnya seperti di tempat kerja, kelas atau laboratorium, siswa dapat mengem-
sehingga bengkel beserta isinya harus benar- bangkan keterampilan dan kemampuanya me-
benar memenuhi untuk melakukan pembelajaran lalui berbagai aktivitas pembelajaran dan pe-
praktik. ngalaman yang tidak memerlukan hitungan
Galfri Siswandi dan Sukoco, Pengembangan Model Teaching Factory Di Bengkel Otomotif SMK Karsa Mulya Palangka Raya 469

kredit seperti halnya lulusan dari lembaga Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupa-
pendidikan. Hal tersebut semakin menegaskan kan salah model pendidikan yang selama ini
bahwa bengkel merupakan tempat yang tepat banyak digunakan dan dikembangkan di SMK
sebagai tempat pembelajaran praktik. seluruh Indonesia. PSG pada dasarnya merupa-
Fungsi lain dari bengkel adalah sebagai unit kan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan
produksi sekolah. Secara umum unit produksi kejuruan yang memadukan secara sinkron pro-
sekolah merupakan suatu program yang pada gram pendidikan di sekolah dan program
awalnya merupakan satu kesatuan dengan pengusaan keahlian yang diperoleh melalui
program pengembangan sekolah seutuhnya kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk
dalam program pengembangan sekolah (school mencapai suatu tingkat keahlian profesional
integrated development). Unit produksi merupa- tertentu. Dengan demikian, PSG merupakan
kan proses kegiatan usaha yang dilakukan suatu strategi yang mendekatkan peserta didik ke
disekolah dan bersifat bisnis yang diharapkan dunia kerja. Kendala yang dihadapi dalam
dapat mendatangkan keuntungan ganda (finan- program pelaksanaan PSG terdapat pada dua
sial maupun nonfinansial). Unit produksi me- pihak yaitu pada pihak sekolah dan pada pihak
rupakan suatu aktivitas bisnis yang dilakukan industri (Dikmenjur, 1996). Kendala yang terjadi
oleh warga sekolah secara berkesinambungan oleh pihak sekolah yaitu: (1) keragaman
dalam mengelola sumber daya sekolah yang geografis; (2) keragaman kesiapan dan tingkat
dimiliki serta dikelola secara profesional kemajuan SMK; (3) keragaman program SMK
sehingga dapat menghasilkan barang atau jasa yang belum seimbang dengan keragaman
yang mendatangkan keuntungan. industri disekitar. Sugihartono (2009), kendala
Berdasarkan teori mengenai bengkel oto- yang dihadapi oleh pihak industri yaitu: (1)
motif di atas dapat disimpulkan bahwa bengkel belum dimiliki struktur jabatan dan keahlian
otomotif merupakan sebuah tempat yang diper- yang mantap terutama pada industri kecil, dan
gunakan oleh pihak sekolah kejuruan dalam menengah; (2) belum ada perencanaan alokasi
menjalankan proses pembelajaran praktik, biaya untuk pengembangan pendidikan; (3)
bengkel otomotif juga berfungsi sebagai unit belum memiliki persepsi tentang keuntungan
produksi sekolah. Dalam pencapaiaan tujuan PSG bagi industri; dan (4) kuranganya kesadaran
sekolah terkait program di bengkel, maka sebuah tentang peningkatan keefektifan efisiensi, dan
bengkel harus memiliki beberapa ketentuan. kualitas dalam pelaksanaan pelatihan di industri.
Ketentuan tersebut berupa standar kompetensi Teaching factory merupakan suatu konsep
pengelola, standar laboran, standar kompetensi yang menggabungkan belajar dan lingkungan
yang diajarkan di sekolah dan disesuaikan kerja yang realistis dan untuk memunculkan
dengan kompetensi yang dibutuhkan dunia pengalaman belajar yang relevan (Nayang
industri. Dengan demikian diperlukan suatu Polytechnic, 2003). Pembelajaran ini merupa-
model pembelajaran di bengkel yang dapat kan proses praktik yang mengintegrasikan
dilakukan untuk mengoptimalkan pembelajaran aplikasi berorientasikan pelatihan dengan
praktik dan unit produksi. Pengertian model pendekatan pemecahan masalah. Alptekin et al.
yang digunakan dalam konteks ini adalah pola (2001), memaparkan bahwa teaching factory
(contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan memiliki tujuan ganda. Salah satunya adalah
dibuat artinya semua sesuatu yang mewakili atau untuk memungkinkan siswa untuk mengem-
menggambarkan yang dicontoh. Forester (1973), bangkan skala kecil produk industri atau barang
mendefinisikan bahwa model sebagai pengganti konsumsi. Pembangunan melibatkan membuat
dari suatu benda atau suatu sistem yang prototype dan konsep dasar dari teaching factory
sebenarnya, yang dilakukan untuk keperluan dan kemajuan sampai saat ini disajikan sebagai
penyelidikan suatu eksperimen. berikut bagian informasi lebih lanjut tentang
berbagai proyek yang sedang berlangsung dapat
470 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4, Oktober 2015

ditemukan di teaching factory pengembangan workshop dan teaching factory. Fasilitas yang
website. Lamancusa et al. (2008), menge- dimiliki dalam standar training workshop ada-
mukakan bahwa konsep teaching factory dite- lah standar minimal yang harus dimiliki agar
mukan karena tiga hal yaitu: (1) pembelajaran terlaksananya kegiatan pembelajaran sesuai
yang biasa saja tidak cukup; (2) keuntungan dengan kurikulum sedangkan advance training
peserta didik diperoleh dari pengalaman praktik workshop merupakan tempat untuk melakukan
secara langsung; dan (3) pengalaman pem- kegiatan pembelajaran, sedangkan teaching
belajaran berbasis team yang melibatkan siswa, factory merupakan fasilitas yang dikhususkan
staf pengajar dan partisifasi industri mem- untuk kegiatan produksi yang berupa barang dan
perkaya proses pendidikan dan memberikan jasa.
manfaat yang nyata bagi semua pihak. Dengan Siswanto (2011), menyatakan bahwa proses
demikian dapat disimpulkan bahwa teaching teaching factory yang telah dilaksanakan di
factory adalah kegiatan pembelajaran dimana SMK RSBI di daerah Yogyakarta dipengaruhi
siswa secara langsung melakukan kegiatan faktor pendukung dan penghambat. Faktor
produksi baik berupa barang atau jasa di dalam pendukung pelaksanaan teaching factory ialah:
lingkungan pendidikan sekolah. (1) fasilitas peralatan yang baik; (2) sumber daya
Hadlock et al. (2008), menjelaskan bahwa manusia; (3) produk yang dihasilkan; (4)
tujuan teaching factory adalah menyadarkan pengaruh pasar; (5) kepemimpinan; dan (6)
bahwa mengajar siswa seharusnya lebih dari pemasaran. Faktor penghambat pelaksanaan
sekedar apa yang terdapat dalam buku. Peserta teaching factory ialah: (1) aturan tentang
didik tidak hanya mempraktikan soft skill dalam legalitas unit produksi; (2) kurangnya pe-
pembelajaran, belajar untuk dapat bekerja secara masaran; (3) persepsi orang tua siswa; (4) harga
tim, melatih kemampuan komunikasi secara dari produsen terlalu tinggi; dan (5) kesibukan
interpersonal, tetapi mendapatkan pengalaman guru dan siswa. Hasbullah (2010), menyimpul-
secara langsung dan latihan bekerja untuk kan bahwa salah satu pendekatan pembelajaran
memasuki dunia kerja nantinya. Pembelajaran yang berbasis produksi dan pembelajaran di
teaching factory mengajarkan kepada siswa dunia kerja adalah dengan pabrik pembelajaran
bagaimana menemukan masalah, membangun atau dikenal dengan teaching factory (TEFA).
prototype, belajar membuat proposal bisnis, dan Penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran
belajar untuk mempresentasikan solusi yang praktik dengan model teaching factory
mereka miliki. Proses pembelajaran teaching memanfaatkan unit produksi yang dimiliki oleh
factory peserta didik belajar tentang kete- sekolah sebagai tempat pelaksanaan teaching
rampilan yang penting untuk dikuasai, seperti factory. Sukardi (2008), memaparkan pengem-
bagaimana cara untuk memenuhi tingkat waktu bangan model bengkel kerja praktik terpadu di
dan dugaan-dugaan yang mungkin muncul, jurusan Teknik Mesin SMK rumpun teknologi
membangun dan bekerja dalam tim serta bekerja dengan mengadopsi konsep teaching factory.
sama dengan beragam orang yang memiliki Model bengkel kerja praktik tersebut meliputi:
kemampuan dan bakat yang beragam. (1) pengelolaan bahan praktik; (2) pengelolaan
Program teaching factory dapat berjalan mesin perkakas dan peralatan praktik lainya; (3)
jika sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sistem perawatan perbaikan mesin perkakas dan
sekolah memenuhi standar untuk melakukan peralatan praktik lainya; (4) organisasi penanga-
kegiatan produksi baik berupa barang atau jasa nan siswa; (5) tenaga pengajar dan teknisi beng-
sesuai dengan program pendidikan yang dimi- kel kerja praktik; (6) pengelolaan keselamatan
likinya. Dalam indikator SMK RSBI yang dike- kerja yang baik; (7) kemanfaatan (use factor)
luarkan oleh Direktorat PSMK (2008), kriteria penggunaan mesin perkakas praktik dan pera-
fasilitas yang harus dimiliki SMK adalah fasili- latan praktik; (8) pola kepemimpinan; dan (9)
tas standar training workshop, advance training
Galfri Siswandi dan Sukoco, Pengembangan Model Teaching Factory Di Bengkel Otomotif SMK Karsa Mulya Palangka Raya 471

pengelolaan proses pembelajaran di bengkel yang telah disusun sebelumnya. Usman (1998),
kerja praktik. mendeskripsikan efektivitas adalah melakukan
Evaluasi merupakan bidang kegiatan ilmiah pekerjaan yang benar (doing the right thing).
yang telah mendapat perhatian cukup besar. Usman juga menjelaskan bahwa efektivitas
Stark dan Thomas (1994), menyatakan bahwa merupakan kemampuan memilih sumber daya
evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan dengan alat dan teknologi yang tepat dalam
pemilihan, pengumpulan, menganalisis dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berda-
penyajian informasi yang sesuai untuk menge- sarkan beberapa pengertian tentang efektivitas
tahui sejauhmana tujuan program, prosedur, diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas
produk atau strategi telah dijalankan. Sehingga adalah keberhasilan dalam melaksanakan proses
bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta serta pencapaian tujuan sesuai dengan rencana
dapat menentukan beberapa alternatif keputusan yang telah disusun sebelumnya. Terkait dengan
untuk program selanjutnya. Tujuan evaluasi penelitian yang akan dilaksanakan jenis efek-
menurut Stufflebeam dan Shinkfield (1985), tivitas yang dimaksud yaitu apakah pengem-
menyatakan bahwa” The most important bangan model teaching factory di SMK Karsa
purpose of evaluation is not to prove, but to Mulya palangka Raya dapat dilaksanakan
improve”. Kalimat tersebut menjelaskan bahwa dengan baik. Efektivitas dari pengembangan ini
tujuan evaluasi adalah untuk meningkatkan, dapat dilihat berdasarkan hasil dari proses
bukan membuktikan. Berdasarkan tujuan dilaku- pelaksanaan pembelajaran praktik terhadap
kannya evaluasi di atas dapat disimpulkan model yang dikembangkan, dimana siswa
evaluasi yaitu sebuah proses yang dilakukan diharapkan tidak hanya mampu melakukan
untuk memperoleh data informasi yang di- praktik sesuai dengan prosedur tetapi siswa
butuhkan dalam mengambil keputusan me- mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai jam
nyangkut proses maupun produk yang dihasilkan kerja serta mampu menganalisis serta mampu
dalam suatu kegiatan. Berkaitan dengan kajian menentukan solusi terhadap masalah yang
teori tersebut dalam proses pengembangan pem- dihadapi pada saat bekerja/praktik. Dalam artikel
belajaran yang menerapkan teaching factory, ini dipaparkan mengenai pengembangan pem-
evaluasi dilakukan berdasarkan proses pengem- belajaran praktik yang mengadopsi model
bangan yang dilakukan dan produk yang teaching factory yang dilaksanakan di bengkel
dihasilkan. Kemudian hasil dari observasi ter- Otomotif SMK Karsa Mulya Palangka Raya.
hadap proses tersebut dijadikan sebagai sumber
data yang kemudian dilakukan analisis apakah
model teaching factory sudah cukup efektif
METODE
dilaksanakan di SMK Karsa Mulya Palangka Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Raya. adalah Research and Development (R&D) yang
Efektif memiliki arti manjur, dapat mem- mengadopsi pendekatan sebagaimana dikemu-
bawa hasil atau berhasil guna (Badan Pengem- kakan oleh Plomp (1997). Pengembangan
bangan dan Pembinaan Bahasa, 1995). Keefek- dilakukan melalui beberapa tahapan,meliputi:
tifan berarti kebersihan atau ketepatan menja- (1) investigasi awal; (2) desain; (3) realisasi/
lankan semua rencana sebuah program. Efekti- kontruksi; (4) tes, evaluasi dan revisi; dan (5) uji
vitas dengan kata dasar efektif merujuk pada lapangan/implementasi. Diagram alir taha-pan
rasio antara output terhadap input. Efektivitas pengembangan digambarkan pada Gambar 1
merupakan ukuran yang menyatakan sejauh berikut ini
mana sasaran dalam hal ini kuantitas, kualitas,
dan waktu yang dicapai. Masalah efektivitas
biasanya berkaitan erat dengan perbandingan
antara tingkat pencapaiaan tujuan dan rencana
472 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4, Oktober 2015

Investigasi awal informasi awal melalui kajian literatur, dan


observasi terkait dengan sumber data yang perlu
- kajian literatur: konsep dan model teaching diketahui. Berdasarkan data yang diperoleh
factory yang ada kemudian dilakukan pengkajian tentang model
- wawancara dan observasi: pembelajaran yang diterapkan sehingga ditemukan model yang
praktik saat ini dan tujuan bengkel
dikembangkan di bengkel SMK Karsa Mulya
Palangka Raya. Berdasarkan hasil data yang
Desain diperoleh dalam tahap investigasi awal
(pengumpulan data dan informasi), kemudian
- merumuskan tujuan produk dilakukan perancangan model pembelajaran
- sasaran produk praktik yang cocok di bengkel otomotif SMK
- deskripsi komponen produk dan
Karsa Mulya Palangka Raya. Dalam tahap
penggunaannya
perancangan ini beberapa hal yang harus
dilakukan yaitu: (1) merumuskan tujuan produk;
Realisasi/konstruk (2) sasaran produk; dan (3) deskripsi komponen
produk dan penggunaannya. Tahapan selan-
- pengembangan model (realisasi) jutnya adalah realisasi/konstruksi yang dilak-
- model hasil perancangan dikonsultasikan sanakan sekaligus dengan tahapan evaluasi dan
pada expert (konstruk)
revisi. Setelah revisi dilakukan maka selanjutnya
dilakukan tahapan uji lapangan/ implementasi
Tes, evaluasi, revisi sampai dengan hasil sesuai target.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Karsa
- Dilakukan ujicoba model Mulya Palangka Raya, yang terletak di Jl. G.
- Melakukan tes, evaluasi dan revisi Obos. KM 4,5 Nomor. 130 Palangka Raya.
Subjek penelitian terdiri atas: Kepala Bengkel,
Laboran, Instruktur dan siswa otomotif jurusan
Uji lapangan/implementasi
Tenik Sepeda Motor (TSM). Analisis data
- Observasi langsung proses praktik
observasi langsung dilaksanakan pada saat
(validasi tahapan model pembelajaran) peneliti berada di lapangan dan dilaksanakan
- Analisis hasil praktik siswa setelah sebagai alat dalam proses pengembangan untuk
melaksanankan pembelajaran praktik menentukan model yang akan dikembangkan
dengan model teaching factory
- Dilakukan berulang-ulang hingga hasil serta sebagai salah satu strategi yang digunakan
memehuhi target untuk memantau keterlaksanaan proses yang
dilakukan. Pengumpulan data proses pengemba-
ngan dilakukan dengan observasi langsung oleh
Gambar 1. Tahapan pengembangan
peneliti, sedangkan untuk data hasil dari proses
yang dilakukan yaitu dengan melakukan tes
Dari Gambar 1 diketahui bahwa pada
terhadap beberapa kompetensi yang sudah
tahapan investigasi awal, dilaksanakan pengum-
dilakukan pada saat siswa melakukan praktik.
pulan data awal sebagai dasar penentuan model
Dalam proses analisis data hasil tes ujian praktik
yang akan diterapkan di dalam pengelolaan
siswa dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah
sarana dan prasarana bengkel otomotif. Penen-
dibuat kemudian dianalisis secara deskriptif
tuan model pengelolaan yang tepat diharapkan
kuantitatif untuk melihat keberhasilan proses
akan menghasilkan peningkatan dan efektivitas
model yang dikembangkan.
pemanfaatan sarana dan prasarana bengkel
sebagai sarana penunjang dari sebuah proses
pembelajaran praktik. Pengumpulan data atau
Galfri Siswandi dan Sukoco, Pengembangan Model Teaching Factory Di Bengkel Otomotif SMK Karsa Mulya Palangka Raya 473

HASIL DAN PEMBAHASAN para ahli, gambaran model teaching factory


teaching yang telah dilakukan dan fungsi beng-
Pengembangan model yang dilaksanakan
kel, selanjutnya disesuaikan dengan kondisi di
merupakan penerapan model teaching factory di
SMK Karsa Mulya Palangka Raya.
bengkel SMK Karsa Mulya Palangka Raya.
Pengembangan model teaching factory
Model yang dimaksud adalah sebuah model
dalam penelitian ini juga dikembangkan
praktik di bengkel otomotif jurusan Teknik
berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan di
Sepeda Motor yang dirancang berdasarkan kon-
bengkel SMK Karsa Mulya Palangka Raya.
sep teaching factory. Pengembangan model
Berdasarkan hasil prasurvey tersebut diperoleh
teaching factory tersebut dilaksanakan dengan
gambaran mengenai model praktik yang biasa
tujuan meningkatkan proses pengelolaan sarana
dilakukan di SMK Karsa Mulya Palangka Raya.
dan prasarana yang dimiliki serta menerapkan
Berdasarkan hasil observasi data pendukung
sebuah proses pembelajaran praktik di bengkel
persiapan yang dilakukan diperoleh data yaitu:
sesuai dengan konsep tentang teaching factory.
(1) SMK Karsa Mulya sudah memiliki bengkel
Proses pembentukan model teching factory yang
yang sudah siap digunakan sebagai tempat untuk
diterapkan dalam penelitian ini diadopsi
melaksanakan proses praktikum; (2) unit pro-
berdasarkan kajian teori tentang konsep-konsep
duksi yang dimiliki oleh sekolah tersedia dalam
teaching factory, gambaran bentuk model-model
menunjang jenis pengembangan model teaching
teaching factory yang telah ada, gambaran model
factory yang akan dilakukan; (3) kunci-kunci,
praktik yang dimiliki oleh SMK Karsa Mulya
alat ukur yang dimiliki oleh sekolah telah siap
Palangka Raya, dan rencana pembangunan
dan memadai untuk melaksanakan proses
bengkel umum milik sekolah yang dikelola oleh
praktikum, berdasarkan observasi langsung
sekolah dengan memanfaatkan kompetensi
bahwa SMK Karsa Mulya Telah memiliki 4 set
siswa didalam prosesnya.
toolbox lengkap yang baru dan 4 set toolbox
Gambaran mengenai model teaching fac-
yang lama beserta beberapa alat ukur untuk
tory, yaitu berupa pembelajaran praktik berbasis
kejuruan teknik sepeda motor; (4) SMK Karsa
team yang melibatkan siswa, staf pengajar dan
Mulya untuk meja kerja (stand lift) belum
partisipasi industri dengan pendekatan pemeca-
tersedia sehingga dalam proses praktikum
han masalah yang relevan dengan kebutuhan
dilaksanakan memanfaatkan luas ruangan
industri yang berfungsi sebagai latihan bekerja
bengkel yang disusun sebaik mungkin sehingga
untuk memasuki dunia kerja nantinya (Laman-
proses praktikum bisa dilaksanakan dengan baik
cusa et al., 2008; Nayang Polytecnic, 2003;
dan nyaman, proses tersebut dilaksanakan
Alptekin et al., 2001; Hadlock et al, 2008; dan
seperti proses kerja di dunia industri yang juga
Direktorat PSMK, 2006). Hasil penelaahan
tidak memiliki stand lift; (5) kompresor
mengenai model-model teaching factory yang
berukuran sedang telah tersedia, sehingga untuk
ada, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksana-
proses praktik teknik sepeda motor sudah sangat
an pembelajaran praktik dengan model teaching
layak digunakan; (6) bahan praktik merupakan
factory dapat dilaksanakan di unit produksi dan
sepeda motor riil tidak lagi dilaksanakan
memerlukan persiapan tertentu terkait kebutu-
dikarenakan praktik bersifat training object.
han praktik, ruangan belajar, strategi pembelaja-
Bahan praktik tersebut yaitu sepeda motor milik
ran Siswanto (2011), Hasbullah (2010), Sukardi
konsumen seperti sepeda motor dewan guru,
(2008)). Unit produksi di bengkel SMK Karsa
kepala sekolah, seluruh siswa, dan masyarakat
Mulya dapat digunakan dalam model teaching
umum yang mengetahui keberadaan bengkel
factory. Fungsi bengkel selain sebagai unit
sekolah melalui informasi yang disampaikan
produksi dapat juga digunakan sebagai tempat
oleh seluruh siswa; (7) SMK Karsa Mulya telah
belajar praktik (Finch dan Crunkilton, 1999).
memiliki prosedur tentang K3 seperti adanya tata
Berdasarkan konsep yang telah dikemukakan
tertip kerja di bengkel akan tetapi untuk poster-
474 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4, Oktober 2015

poster prosedur K3 masih kurang; (8) manual karena yang diutamakan adalah terkait siswa
servis yang digunakan yaitu beberapa buku dapat praktik dengan baik; dan (3) penetapan
manual teknik sepeda motor jenis Honda dan strategi pembelajaran yaitu dengan meng-
yamaha sebagai contoh yaitu manual servis gunakan sistem training object. Kemudian
sepeda motor vega; (9) dari segi penataan proses pelaksanaan pembelajaran yaitu: (1)
ruangan yang dilakukan sebelum proses kegiatan siswa praktik dengan melakukan servis mesin
praktik dengan konsep teaching factory atau objek yang telah dimiliki sekolah; (2)
dilaksanakan maka dilakukan penataan lemari praktik dilakukan secara berkelompok antara 5-
alat dan bahan, ruang tempat tunggu konsumen, 6 orang untuk setiap obyek; (3) waktu praktik
ruang kepala bengkel dan guru sehingga proses menyesuaikan jam praktik yang telah ditetapkan
praktikum bisa berjalan dengan nyaman untuk sekolah; dan (4) tidak melibatkan unit produksi.
proses ini telah terlaksana dengan baik; (10) Kompetensi yang dihasilkan melalui proses
salah satu keunikan yang diterapkan di SMK yaitu siswa mampu melaksanakan praktik
Karsa Mulya yaitu sekolah atau bengkel dengan dengan benar sesuai dengan job sheet yang telah
menjalankan sistem memberikan kepercayaan ditetapkan. Penilaian pada pembelajaran praktik
penuh pada siswa dengan upaya melatih siswa dilaksanakan dengan melaksanakan observasi
dalam belajar bertanggung jawab; dan (11) untuk atau ujian praktik, proses ini dilakukan dengan
jadwal maintenance alat dan bahan dilaksa- tujuan mengetahui sejauh mana siswa mampu
nakan setiap awal dan akhir semester oleh guru melakukan praktek dengan benar dan sesuai
praktik dan instruktur, sedangkan untuk rungan prosedur.
tempat pelaksanaan praktik kebersihan dan Berdasarkan proses yang telah dilaksana-
kenyamanan lingkungan selalu di jaga setiap kan diperoleh beberapa kelemahan yang di-
hari. Data-data tersebut mendukung proses miliki SMK Karsa Mulya Palangka Raya dalam
persiapan dalam model teaching factory. Dengan proses praktikum. Kelemahan yang dimaksud
demikian, dapat disimpulkan bahwa SMK Karsa yaitu: (1) Model pembelajaran praktik yang
Mulya Palangka Raya telah memenuhi syarat dilaksanakan di SMK Karsa Mulya Palangka
untuk melaksanakan model pembelajaran Raya tersebut murni memanfaatkan bengkel
praktik teaching factory. sebagai sarana praktik tanpa melibatkan fungsi
Dari paparan tersebut secara umum model bengkel sebagai unit produksi; (2) dalam proses
pembelajaran praktik yang dilaksanakan di SMK pembelajaran praktik kegiatan persiapan
Karsa Mulya Palangka Raya tersebut murni cenderung dilaksanakan oleh guru dan instruk-
memanfaatkan bengkel sebagai sarana praktik tur sedangkan siswa hanya berperan dalam
tanpa melibatkan fungsi bengkel sebagai unit pelaksanaan proses pembelajaran saja; (3) pe-
produksi, dalam proses pembelajaran praktik laksanaan proses pembelajaran yang dilakukan
kegiatan persiapan dilaksanakan oleh guru dan yaitu menggunakan sistem training objek,
instruktur sedangkan siswa hanya berperan dimana dalam proses pembelajaran tersebut sis-
dalam pelaksanaan proses pembelajaran saja. wa dibagi kedalam beberapa kelompok adapun
Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaku- masing-masing kelompok terdiri atas 5-6 orang
kan yaitu menggunakan sistem training object. setiap objek; (4) proses pembelajaran praktik
Dalam proses pembelajaran tersebut terdapat juga dilakukan penilaian dimana penilaian
pemisahan antara unit produksi dan pembela- tersebut dilaksanakan dengan melak-sanakan
jaran praktik. Proses pelaksanaan pembelajaran observasi atau ujian praktik, proses ini dila-
praktik yang dilaksanakan terdiri atas dua bagian kukan dengan tujuan kompetensi yaitu sejauh
yaitu persiapan dan pelaksanaan pembelajaran. mana siswa hanya mampu melakukan praktek
Proses persiapan yaitu: (1) penyediaan bahan dengan benar dan sesuai prosedur; (5) dalam
praktik yang dilakukan oleh guru; (2) penataan proses pembelajaran praktik siswa hanya
ruangan tidak menjadi sebuah permasalahan diajarkan berdasarkan modul yang telah
Galfri Siswandi dan Sukoco, Pengembangan Model Teaching Factory Di Bengkel Otomotif SMK Karsa Mulya Palangka Raya 475

ditentukan; dan (6) siswa tidak dilibatkan dalam jelasan mengenai pelaksanaan model pem-
menjalankan unit produksi sekolah sehingga belajaran yang dilakukan di bengkel tersebut
siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk dapat dilihat pada Gambar 2.
belajar meningkatkan jiwa kewirausahaan. Pen-

Bengkel otomotif SMK Karsa Mulya

Unit Produksi Tempat pembelajaran praktik

Proses Pembelajaran Kelemahan model :


a. Persiapan a. Model pembelajaran praktik tidak
- Penyediaan bahan praktik dilakukan oleh guru. memanfaatkan fungsi bengkel sebagai
- Penataan ruangan tidak menjadi sebuah permasalahan unit produksi.
, yang penting siswa dapat praktik dengan baik . b. Proses pembelajaran praktik kegiatan
- Penetapan strategi pembelajaran yaitu dengan persiapan dilaksanakan oleh guru dan
menggunakan sistem training object instruktur sedangkan siswa hanya
b. Pembelajaran berperan dalam pelaksanaan proses
- Siswa praktek dengan melakukan servis mesin atau pembelajaran saja.
objek yang dimiliki sekolah. c. pelaksanaan proses pembelajaran
- Praktik dilakukan secara berkelompok antar 5-6 orang yang dilakukan yaitu menggunakan
untuk setiap objek. sistem training objek yang dimiliki
- Waktu praktik menyesuaikan lama jam praktik yang sekolah.
telah ditetapkan sekolah. d. proses penilaian dilakukan dengan
- Unit produksi tidak dilibatkan dalam proses tujuan kompetensi yaitu sejauh mana
pembelajaran. siswa mampu melakukan praktek
dengan benar dan sesuai prosedur.
e. dalam siswa hanya diajarkan
Evaluasi berdasarkan kompetensi yang dimiliki siswa
berdasarkan modul yang telah
ditentukan.
Nilai praktik: Nilai yang diperoleh sebatas siswa mampu f. siswa tidak dilibatkan dalam
melaksanakan praktek dengan benar sesuai prosedur menjalankan unit produksi.

Gambar 2. Model praktik SMK Karsa Mulya (non-teaching factory)

Gambar 2 menunjukkan model pelaksa- melakukan perubahan dalam bentuk fisik


naan pembelajaran praktik di bengkel Otomotif bangunan. Tujuan sekolah untuk mendirikan
SMK Karsa Mulya yang digunakan bukan sebuah bengkel sepeda motor juga menjadi
termasuk dalam model teaching factory. Hal acuan dalam pengembangan model teaching
tersebut ditandai dengan adanya pemisahan factory di bengkel otomotif SMK Karsa Mulya
fungsi bengkel sebagai unit produksi dan tempat Palangka Raya. Dari berbagai acuan tersebut
pembelajaran praktik. Dalam Gambar 2 dapat menunjukkan bahwa terdapat urgensi melaku-
diketahui bahwa masih ditemui beberapa kan perubahan pembelajaran praktik untuk
kelemahan pelaksanaan pembelajaran praktik menunjang ketercapaian tujuan belajar di
saat ini. Dengan demikian pengembangan model bengkel sepeda motor yang mengadopsi model
teaching factory dapat dilaksanakan dengan teaching factory.
melakukan beberapa perubahan. Perubahan yang Plomp (1997) mendeskripsikan bahwa
dilakukan hanya dilakukan dalam batasan desain sebagai rencana tertulis atau rencana kerja
penyusunan dan pengelolaan sarana dan dengan format titik awal dari tahap ini pe-
prasarana serta penyusunan pelaksanaan praktik mecahan yang akan direalisasikan atau dibuat.
dengan model teaching factory tidak sampai Hal ini diakhiri dengan kegiatan konstruksi atau
476 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4, Oktober 2015

produksi seperti pengembangan kurikulum atau evaluasi dan nilai praktik). Dengan model yang
produksi materi audio-visual. Beberapa hal yang telah dirancang diharapkan didapatkannya
perlu dirancang terkait temuan di investigasi model teahing factory dalam pengelolaan sarana
awal, yaitu: (1) merumuskan tujuan produk; (2) dan prasarana serta pembelajaran praktik di
sasaran produk; dan (3) deskripsi komponen bengkel otomotif yang baik dan sesuai berfungsi
produk dan penggunaannya. Tujuan produk untuk meningkatkan hasil praktik di bengkel
yaitu mendapatkan sebuah model teahing otomotif SMK Karsa Mulya Palangka Raya dan
factory dalam pengelolaan sarana dan prasarana mampu melibatkan peran bengkel sebagai unit
serta pembelajaran praktik di bengkel otomotif produksi.
yang baik dan sesuai untuk meningkatkan hasil Proses pembelajaran dilakukan dalam dua
praktik di bengkel otomotif SMK Karsa Mulya bagian yaitu persiapan dan pembelajaran. Per-
Palangka Raya. Sasaran produk pada tahap uji siapan yang dilakukan yaitu: (1) pengelolaan sa-
coba adalah SMK yang dipilih dan ditunjuk rana dan prasarana; (2) pengelolaan ruangan; dan
dengan berbagai pertimbangan yang memenuhi (3) penentuan strategi dan sistem yang
persyaratan untuk melakukan uji coba. Sasaran digunakan dalam proses pembelajaran praktik.
produk setelah uji coba (setelah model jadi) Pengelolaan ruangan disesuaikan dengan ben-
adalah para pengelola SMK yang sejenis baik di tuk bangunan yang telah dimiliki sekolah tanpa
tingkat sekolah negeri maupun swasta serta di merubah bentuk fisik dari bangunan tersebut.
tingkat pemerintah daerah atau pusat sebagai Penataan ruangan disusun secara rapi baik itu
bahan pertimbangan dalam memajukan perbai- ruang kerja, ruang tunggu, ruang kepala bengkel,
kan SMK di masa depan. Deskripsi Komponen ruang guru, ruang alat dan bahan, serta sarana
Produk yaitu produk yang diharapkan adalah penunjang lainya. Penyusunan sarana dan
model teaching factory yang ideal dan cocok prasarana berupa alat-alat dan bahan praktik
digunakan di bengkel otomotif SMK Karsa disusun rapi berdasarkan fungsi, sehingga
Mulya Palangka Raya. Dalam pembelajaran mempermudah dalam pengontrolan, memper-
praktik yang mengadopsi teaching factory secara mudah dalam menjangkau dan mempermudah
langsung melibatkan dan menjalankan unit penentuan alat-alat dan bahan yang akan
produksi. Komponen produk yang diharapkan digunakan pada saat praktik.
adalah meliputi: (1) pengelolaan sarana dan Dalam pelaksanaan proses pembelajaran
prasarana, kegunaanya sebagai pedoman dalam model teaching factory terdapat beberapa bagian
pengelolaan sarana dan prasarana yang baik khusus yang membedakan dengan model praktik
sesuai dengan proses dan kondisi pembelajaran non teaching factory yang diterapkan di SMK
praktek yang dilaksanakan, menyangkut proses Karsa Mulya Palangka Raya yaitu: (1) siswa
penataan, proses peminjaman alat serta proses melakukan pekerjaan real sesuai SOP seperti di
penggunaan alat; dan (2) pengelolaan pembe- dunia industri; (2) bahan praktik yang dikerjakan
lajaran praktik (proses pembelajaran di bengkel) yaitu benda riil atau kendaraan milik konsumen;
kegunaanya sebagai pedoman dalam pelaksana- (3) job kerja berdasarkan permasalahan yang
an pembelajaran praktik. terdapat pada kendaraan konsumen; (4)
Tahapan realisasi/konstruk adalah taha- pekerjaan berdasarkan standar kerja didukung
pan pengembangan model pembelajaran praktik dengan manual servis jenis kendaraan yang
dengan mengadopsi model teaching factory. dikerjakan; (5) siswa dituntut bekerja berda-
Secara umum tahapan tersebut memfungsikan sarkan waktu sama seperti waktu kerja di dunia
peran bengkel sebagai unit produksi dan tempat industri; (6) keselamatan kerja lebih diting-
belajar praktik, serta menggunakan tahapan katkan baik alat, orang dan benda kerja; dan (7)
pembelajaran yang terstruktur (analisis pada penanaman rasa tanggung jawab lebih besar
persiapan, penerapan model, bentuk kegiatan terutama terhadap kepuasan konsumen. Proses
pengembangan, proses pembelalajaran, produk, pelaksanaan pembelajaran praktik bertujuan
Galfri Siswandi dan Sukoco, Pengembangan Model Teaching Factory Di Bengkel Otomotif SMK Karsa Mulya Palangka Raya 477

menghasilkan sebuah produk yang berupa jasa melaksanakan praktik sesuai dengan SOP saja
servis sepeda motor. Berdasarkan produk yang melainkan siswa juga memiliki kompetensi,
dihasilkan tersebut maka guru atau instruktur pengalaman, dan kemampuan menyelesaikan
dapat melakukan penilaian terhadap kompetensi masalah terhadap motor yang diservis tepat
yang dimiliki siswa dengan melakukan observasi waktu karena hasil kerja tersebut menjadi poin
langsung terhadap proses praktik yang dilakukan terbesar bagi siswa dalam memperoleh nilai
oleh siswa dan hasil pekerjaan siswa tersebut. praktik. Secara mendetail mengenai model
Pencapaian yang diharapkan yaitu siswa me- pembelajaran teaching factory di SMK Karsa
miliki kompetensi yang tidak hanya mampu Mulya dapat dilihat dalam Gambar 3.

Bengkel otomotif SMK Karsa Mulya

Unit Produksi Tempat pembelajaran praktik

Proses Pembelajaran
Persiapan Penerapan Model 1. Proses Awal sebelum praktik
Teaching Factory a. Siswa mengganti pakaian sekolah dengan pakaian praktik.
1. Pengelolaan Sarana dan b. Siswa berbaris di depan bengkel dan dipimpin oleh siswa
Prasarana secara bergantian.
2. Pengelolaan Ruangan c. Siswa, guru, dan instruktur berdoa bersama sebagai awal
3. Penentuan strategi dan memulai pembelajaran.
sistem dalam pembelajaran d. Dilakukan persensi oleh guru dan instruktur
praktik e. Pembagian tugas untuk para siswa oleh guru dan instruktur.
f. Siswa dipersilahkan masuk keruangan.
g. Waktu pembelajaran praktik disamakan dengan di dunia
Bentuk Kegiatan industri
pengembangan 2. Proses pelaksanaa pembelajaran praktik
1. Siswa melakukan pekerjaan a. Pengarahan tentang job yang akan dikerjakan
real sesuai SOP seperti di b. Pengarahan tentang keselamatan kerja.
dunia industri, c. Penerapan Strategi pembelajaran praktik yang digunakan
2. Bahan praktik yang menggunakan konsep Teaching Factory
dikerjakan yaitu benda real d. Siswa menggunakan fasilitas 2 siswa satu fasilitas
3. Kerja berdasarkan e. Siswa memilih dan mengambil alat-alat yang dipergunakan
permasalahan yang terdapat dalam proses praktik.
pada kendaraan konsumen, f. Memeriksa dan mencatat alat-alat yang digunakan pada saat
4. Pekerjaan berdasarkan praktik.
standar kerja didukung g. Melakukan pekerjaan sesuai dengan job yang telah ditentukan
denga manual servis jenis oleh guru dan instruktur.
kendaraan yang dikerjakan, h. Menganalisis, mencatat dan belajar untuk mencari solusi akan
5. Siswa dituntut bekerja masalah yang dihadapi berdasarkan job yang dibagikan.
berdasarkan waktu seperti i. Guru dan instruktur melakukan pembimbingan
j. Sistem pendampingan maksimal 1guru/instruktur sebanyak 5
waktu di dudi
sampai 8 siswa.
6. Keselamatan kerja lebih 3. Akhir proses pembelajaran
ditingkatkan baik alat, a. Membersihkan alat-alat yang digunakan .
orang dan benda kerja, b. Melakukan pengecekan
7. penanaman rasa tanggung c. Mengembalikan alat-alat yang digunakan kedalam lemari alat.
jawab lebih besar terutama d. Menyususun alat-alat yang digunakan sesuai dengan tempat
terhadap kepuasan dan fungsinya.
konsumen. e. Membersihkan lokasi tempat bekerja.
f. Guru melakukan pengecekan
g. Siswa, guru dan instruktur berdoa bersama
Produk berupa jasa servis otomotif

Evaluasi berdasarkan hasil produk yang dikerjakan siswa

Nilai praktik: Pencapaian yang di targetkan berupa kompetensi siswa dan


keberhasilan kerja siswa dalam menyelesaikan masalah

Gambar 3. Model Teaching factory di SMK Karsa Mulya


478 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4, Oktober 2015

Gambar 3 memperlihatkan konstruksi kurikulum yang sudah disusun oleh sekolah serta
model teaching factory tidak lagi memisahkan beberapa teknik yang dilaksanakan juga
dua fungsi bengkel. Tahapan konstruksi pada mengikuti teknik yang dilaksanakan di dunia
intinya mengkonstruksi model pembelajaran industri; (4) dalam proses praktikum yang
praktik berbasis model teaching factory yang semula ditargetkan 2 siswa praktik meng-
sesuai di bengkel otomotif SMK Karsa Mulya. gunakan 1 fasilitas namun pada saat penelitian
Setelah konstruksi dilakukan dan dikonsultasi- dilaksanakan dan melalui diskusi dengan guru
kan kepada expert, maka selanjutnya dilakukan dan instruktur praktik maka disusun sebuah
tahapan tes, evaluasi dan revisi. Suatu pemeca- jadwal praktik sehingga pada saat praktik hanya
han yang dikembangkan harus diuji dan dilaksanakan oleh 4 orang siswa maka masing-
dievaluasi dalam praktik. Evaluasi yaitu sebuah masing siswa dapat menggunakan 1 fasilitas
proses yang dilakukan untuk memperoleh data secara penuh; (5) siswa diberikan kepercayaan
informasi yang dibutuhkan dalam mengambil penuh terhadap fasilitas yang digunakan dalam
keputusan menyangkut proses maupun produk proses pembelajaran praktik hal tersebut
yang dihasilkan dalam suatu kegiatan (Stark dan merupakan upaya untuk menanamkan rasa
Thomas, 1994; Stufflebeam dan Shinkfield, tanggung jawab siswa, melatih kejujuran siswa
1985). Evaluasi dilakukan berdasarkan proses dan memberikan hak kebebasan pada siswa
pengembangan yang dilakukan, produk yang untuk bekerja tanpa terbeban dengan rasa takut;
dihasilkan. Evaluasi sebagai proses pengumpu- (6) siswa dianjurkan untuk selalu melakukan
lan, pemrosesan dan penganalisaan informasi perkerjaan dengan cara menganalisis dan
secara sistematik, untuk memperoleh nilai mencatat masalah apa yang sedang dihadapi
realisasi dari pemecahan. Dengan kata lain, serta mencari solusi apa yang harus dilakukan
apakah situasi yang diinginkan sudah sesuai teknik ini berjalan dengan baik; (7) job yang
sebagaimana yang diuraikan pada perumusan dikerjakan oleh siswa yaitu melakukan servis
masalah. Sehingga dengan data yang didapatkan sepeda motor yang terdiri dari tune up, overhaul
melalui penelitian diketahui bagian atau masa- dan sistem kelistrikan, sepeda motor yang
lah mana yang sudah sesuai dan bagian mana dikerjakan tersebut terbuka bagi siapa saja
yang masih diperlukan pengembangan. Kegia- seperti sepeda motor milik bapak/ibu guru SMK
tan ini biasa disebut siklus balik. Siklus diulang Karsa Mulya, seluruh siswa dan terbuka bagi
sampai pemecahan yang diinginkan tercapai. masyarakat umum yang sudah mengetahui
Hasil observasi proses pembelajaran, me- keberadaan bengkel sekolah SMK Karsa Mulya;
nunjukkan kegiatan berupa: (1) siswa berbaris di (8) proses pendamping yang dilakukan oleh guru
depan bengkel dengan berpakaian kerja lengkap, praktik juga berjalan dengan baik berhubung
dilakukanya persensi dan doa pembuka, pem- dalam sehari hanya terdiri dari 4 siswa yang
bagian tugas yang dilakukan oleh guru/ins- melakukan praktik maka guru dapat dengan
truktur, kegiatan ini dilakukan rutin setiap 5 mudah untuk mengontol setiap kegiatan yang
menit sebelum proses praktik dilaksanakan; (2) dilakukan siswa selama melakukan praktik, (9)
pengarahan tentang job yang akan dikerjakan akhir proses kegiatan praktikum siswa mem-
pada saat praktik oleh guru dan instruktur dan bersihkan alat-alat yang digunakan, melakukan
pengarahan tentang keselamatan kerja berjalan pengecekan fasilitas yang digunakan, menyusun
dengan baik dan dilaksanakan rutin selama kembali alat-alat tersebut kembali ketempat
penelitian dilaksanakan; (3) penerapan strategi semula sama seperti sebelum praktik
pembelajaran praktik menggunakan konsep dilaksanakan; (10) siswa melakukan pember-
teaching factory dapat berjalan dengan baik sihan ruangan tempat praktik setiap proses
terlihat dari proses praktik yang dilaksanakan praktik berakhir dan dilakukan rutin, (11) guru
yaitu menyesuaikan dengan SOP yang dimiliki melakukan pengecekan atas fasilitas yang sudah
oleh dunia industri dan disesuaikan dengan digunakan pada saat praktik, dan (12) untuk
Galfri Siswandi dan Sukoco, Pengembangan Model Teaching Factory Di Bengkel Otomotif SMK Karsa Mulya Palangka Raya 479

akhir kegiatan prktikum semua dilakukan dalam jenis produk yang dihasilkan berupa jasa servis
waktu 15 menit setelah praktik dilakukan dan sepeda motor maka hasil kerja atau servis yang
sebelum pulang selalu dilakukan doa penutup. dilakukan sangat berpengaruh terhadap kepua-
Pada tahapan implementasi dilaksanakan san konsumen sehingga siswa dituntut benar-
dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang benar sabar dan teliti dalam melakukan servis.
ada dan terjadi di lapangan. Setelah dilakukan Keberhasilan siswa dalam melaksanakan servis
evaluasi dan diperoleh produk hasil, maka sepeda motor secara langsung otomatis menjadi
produk dapat dimplementasikan pada wilayah modal awal siswa dalam mempersiapkan diri
yang lebih luas. Plomp. (1997) menyatakan sebagai mekanik profesional setelah lulus dari
bahwa pemecahan masalah harus dikenalkan, SMK.
dengan kata lain, model teaching factory dalam Berdasarkan data hasil observasi langsung
pembelajaran praktik sebagai solusi pemecahan terhadap proses pengembangan yang dilakukan
masalah harus diimplementasikan. Berdasarkan dapat disimpulkan bahwa proses pengemba-
produk yang dihasilkan, evaluasi dilakukan ngan yang dilakukan telah berjalan dengan baik,
dengan melakukan observasi langsung proses akan tetapi terdapat beberapa proses yang tidak
praktik. Setelah siswa selesai melakukan praktik terlaksana sehingga diperlukan adanya revisi
dengan memperhatikan tahap-tahap dalam pro- terhadap model yang telah disusun sebelumnya
ses kerja yang dilakukan siswa serta keber- sehingga diperoleh sebuah model praktik yang
hasilan kerja siswa dalam memecahkan masalah cocok dilaksanakan di SMK Karsa Mulya
yang terjadi pada jenis sepeda motor yang Palangka Raya dengan keterbatasan yang
diservis sesuai dengan waktu kerja seperti yang dimiliki oleh pihak sekolah.
dilaksanakan di dunia industri pada umumnya, Tabel 1 merupakan data hasil praktik
maka dapat diketahui sejauh mana tingkat Tune Up, Over Haul, dan starter system yang
kompetensi yang dimiliki siswa dalam belajar diperoleh siswa SMK Karsa Mulya Jurusan
melaksanakan servis secara nyata, melakukan Teknik Sepeda Motor Kelas XI yang berjumlah
analisis, melakukan servis dan menentukan 19 orang selama melakukan praktik menggu-
solusi terhadap masalah yang dihadapi sehingga nakan konsep teaching factory.
memperoleh hasil kerja yang baik. Dikarenakan

Tabel 1. Data Nilai Hasil Praktik


Rerata Nilai
Materi Nilai Nilai
No Persi- Proses Hasil Sikap Skor
praktik Waktu Nilai tertinggi terendah
apan kerja kerja kerja total
1 Tune
4,93 4,59 4,53 4,99 5,00 80,95 95,23 98,82 89,41
Up
2 Over
4,33 4,43 5,00 3,89 4,00 64,16 85,55 90,67 82,67
Haul
3 Starter
4,35 3,41 4,95 4,00 4,00 58,47 78,00 80,00 77,33
System

Berdasarkan hasil perolehan nilai praktik terdapat siswa yang memperoleh skor 0-2.
pada saat praktik menggunakan model teaching Sehingga jika dimasukkan berdasarkan kriteria
factory di SMK Karsa Mulya Palangka Raya perhitungan nilai praktik maka nilai tertinggi dan
yang ditampilkan melalui Tabel 1 menggambar- terendah yang diperoleh siswa berada dalam
kan bahwa nilai kompetensi siswa berada pada kategori nilai yang baik (diatas 75).
tingkat kategori baik. Dengan melihat nilai tiap Melalui observasi langsung terhadap
mahasiswa, pada setiap sub komponen tes, siswa proses praktikum yang dilaksanakan dapat
memperoleh nilai pada skor 3-5 dan tidak dikatakan berjalan dengan baik. Skor yang
480 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4, Oktober 2015

ditetapkan dari masing-masing komponen yaitu Berdasarkan hasil proses pengembangan


berada pada rentang (0-5) jadi skor maksimal yang dilakukan mulai dari proses persiapan,
yang diperoleh siswa yaitu 5 dan skor terendah proses praktik dan proses evaluasi yang dilak-
yaitu 0. Adapun perolehan nilai praktik dari sanakan jelas bahwa proses pengembangan telah
masing-masing kompetensi yaitu: (a) nilai yang berjalan dengan baik serta tujuan pengem-
diperoleh siswa pada kompetensi Tune Up yaitu bangan yang dilakukan tercapai dengan baik.
skor nilai tertinggi= 98,82; nilai terendah= Pengembangan proses persiapan, proses praktik
89,41; dan nilai rata-rata= 95,23; (b) nilai yang dan proses evaluasi yang telah dilaksanakan
diperoleh siswa pada kompetensi Over Haul kemudian ditelaah dan direvisi. Hal yang direvisi
yaitu skor nilai tertinggi=90,67; nilai teren- meliputi: (1) pengelolaan sarana dan prasarana;
dah=(82,67; dan nilai rata-rata=85,54; serta (c) (2) waktu pelaksanaan praktik; dan (3)
nilai yang diperoleh siswa pada kompetensi pemanfaatan sarana dalam proses praktik terkait
system starter yaitu skor nilai tertinggi=80,00; pembagian jumlah kelompok dan jadwal praktik.
nilai terendah= 77,33; dan nilai rata-rata=77,96. Dibutuhkan pengelolaan sarana dan prasarana
Dari hasil perolehan nilai tersebut dapat di- kebutuhan praktikum yang lebih optimal. hal
simpulkan bahwa pembelajaran praktik dengan tersebut agar mudah dijangkau oleh siswa saat
model teaching factory dapat dilaksanakan di membutuhkan alat dan bahan praktik. Gambar 4
bengkel otomotif SMK Karsa Mulya dan secara berikut ini menunjukkan pengelolaan ruangan
nyata mampu membuat siswa mencapai kom- dengan model teaching factory.
petensi yang baik yang dibuktikan dengan
perolehan nilai diatas 75.

B G E H
D F
A C D B I

Keterangan: 1. Aspek aspek keselamatan kerja dan petunjuk kerja


A: Bahan Praktik di tempel di sisi dinding ruangan.
B: Meja guru 2. Jalur proses dan strategi yang dikembangkan semua
C: Ruang kepala bengkel, guru instruktur dilaksanakan di dalam bengkel dan sekitar halaman
D: Kursi tunggu pelanggan
E: Lemari alat TKR bengkel
F: Ruang Kelistrikan 3. Akses jalur menuju ruang bengkel mengikuti arah
G: Lemari alat dan bahan TSM panah.
H: Meja Kerja TKR 4. Jenis proses yang dilaksanakan diterangkan pada
I: Meja kerja bangku tabel model pengembangan yang dibuat.
: siswa dan guru/instruktur

Gambar 4. Bengkel Otomotif SMK Karsa Mulya Model Teaching factory

Gambar 4 menunjukkan pengelolaan model pembelajaran praktik yang mengadopsi


sarana dan prasarana yang terlihat telah teaching factory dalam pengelolaan sarana dan
memperhitungkan aspek K3 dan memudahkan prasarana praktik serta proses pelaksanaan pem-
siswa menjangkau alat dan bahan praktik. Dari belajaran praktik di bengkel otomotif SMK
hasil penelaahan dan revisi, maka diperoleh
Galfri Siswandi dan Sukoco, Pengembangan Model Teaching Factory Di Bengkel Otomotif SMK Karsa Mulya Palangka Raya 481

Karsa Mulya Palangka Raya, seperti Gambar 5 berikut ini.


Persiapan Penerapan Model Teaching Factory
1. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
(a) melakukan proses penataan alat-alat yang dimiliki disesuaikan dengan fungsi, jenis dan kondisi alat; (b)
menyusun tempat kedudukan mesin atau objek yang akan dijadikan job dalam pekerjaan; (c) membuat sebuah
sistem dalam pendistribusian alat-alat yang digunakan; (d) menyusun jadwal maintenance secara berkala; dan
(e) melakukan penyiapan alat-alat sebelum proses pembelajaran dilakukan
2. Pengelolaan Ruangan
(a) penataan ruangan bengkel menyerupai bengkel kerja di dunia industri; (b) menyusun sarana yang ada
berdasarkan job-job pekerjaan yang dilakukan (kerja bangku, kelistrikan, servis engine) pengkondisian rungan
yang nyaman untuk bekerja; (c) penyusunan ruangan berdasarkan masing-masing fungsi (ruang alat, ruang
guru/instruktur, ruang tunggu, dan ruang kerja); (d) penataan ruangan sesuai dengan fungsi, jenis kerja untuk
jurusan TSM; (e) menjaga kondisi ruangan agar tetap bersih dengan terus melakukan; (f) menyusun tanda-tanda
peringatan tentang K3; dan (g) menyusun pemasangan poster atau gambar prosedur kerja sesuai dengan lokasi
kerja yang dilakukan
3. Penentuan strategi dan sistem dalam pembelajaran praktik
(a) pemilihan strategi pembelajaran oleh guru; (b) penerapan Strategi pembelajaran praktik yang mengguna-kan
konsep Teaching Factory artinya kompetensi yang ditanamkan berpedoman pada pencapaiaan kompetensi
terhadap jenis job yang telah ditetapkan sebelumnya proses pekerjaan atau pembelajaran praktik dilakukan serta
disesuaikan dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Strategi berbasis produksi disesuaikan dengan job yang
ada dan permintaan dalam unit produksi; (c) sistem yang dignakan yaitu system blok dengan alasan penanaman
kompetensi akan sangat mudah tercapai jika proses kerja yang dilakukan tidak terputus-putus namun dibagi
dalam beberapa kelompok 1 kelompok 4 orang; (d) memanfaatkan unit produksi sebagai penunjang pelaksanaan
Teaching Factory.

Proses Pembelajaran
1. Proses Awal sebelum praktik
(a) siswa dipersilahkan untuk mengganti pakaian sekolah dengan pakaian praktik; (b) siswa berbaris di depan
bengkel dan dipimpin oleh siswa secara bergantian; (c) siswa, guru, dan instruktur berdoa bersama sebagai awal
memulai pembelajaran; (d) dilakukan persensi oleh guru dan instruktur; (e) pembagian tugas untuk para siswa
oleh guru dan instruktur; (f) siswa dipersilahkan masuk keruangan; dan(g) waktu pembelajaran praktik disamakan
dengan waktu kerja di dunia industri yaitu 1 jam = 60 menit dimulai jam 07.00 sampai 14.00 WIB.Proses ini
dilakukan 5 menit sebelum pembelajaran dilakukan.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran praktik
(a) pengarahan tentang job yang akan dikerjakan pada saat praktik oleh guru dan instruktur; (b) pengarahan
tentang keselamatan kerja; (c) penerapan Strategi pembelajaran praktik yang digunakan menggunakan konsep
Teaching Factory artinya kompetensi yang ditanamkan berpedoman pada pencapaiaan kompetensi terhadap jenis
job yang telah ditetapkan sebelumnya proses pekerjaan atau pembelajaran praktik yang dilakukan serta
disesuaikan dengan kurikulum yang telah ditetapkan; (d) siswa menggunakan fasilitas 1 siswa satu fasilitas hal
ini dilakukan karena hanya 4 siswa praktik setiap harinya; (e) siswa dipersilahkan menuju ruang alat untuk
memilih dan mengambil alat-alat yang dipergunakan dalam proses praktik; (f) memeriksa dan mencatat alat-alat
yang digunakan pada saat praktik; (g) melakukan pekerjaan sesuai dengan job yang telah ditentukan oleh guru
dan instruktur; (h) menganalisis, mencatat dan belajar untuk mencari solusi akan masalah yang dihadapi
berdasarkan job yang dibagikan; (i) guru dan instruktur melakukan pembimbingan dan memantau proses yang
dilakukan siswa; dan (j) sistem pendampingan dilaksanakan secara penuh dikarenakan siswa yang praktik hanya
4 siswa perharinya sehingga proses pendampingan pun sedikit lebih mudah dan maksimal. Proses ini dilakukan
sesuai dengan waktu pembelajaran praktik yang telah ditetapkan
3. Akhir proses pembelajaran
(a) membersihkan alat-alat yang digunakan; (b) melakukan pengecekan jumlah dan jenis alat yang telah
dipergunakan pada saat praktik; (c) mengembalikan alat-alat yang digunakan kedalam lemari alat; (d) penyu-
susun alat-alat yang digunakan sesuai dengan tempat dan fungsinya; (e) seluruh siswa bersama-sama
membersihkan lokasi tempat bekerja agar selalu bersih dan bebas dari bahaya; (f) guru melakukan pengecekan;
dan (g) siswa, guru dan instruktur berdoa bersama untuk mengakhiri proses pembelajaran praktik.Proses tersebut
dilakukan 15 menit setelah proses pembelajaran praktik dilakukan.

Produk berupa Jasa servis otomotif

Evaluasi: .(1) tes ujian praktik; (2) tes tertulis; (3) penilaian proses pelaksanaan praktikum melalui pengamatan
langsung; dan (4) hasil kerja siswa atau produk.
Uji kompetensi yang digunakan yaitu berpedoman pada uji kompetensi yang ditetapkan oleh Direktorat PSMK.

Gambar 5. Model teaching factory di SMK Karsa Mulya


482 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4, Oktober 2015

Secara umum dapat diketahui dari Gambar dengan cepat, baik dan benar serta hasil uji
5, bahwa pembelajaran praktik model teaching kompetensi terhadap proses pembelajaran yang
factory yang dilaksanakan di bengkel Otomotif telah dilaksanakan selama praktik dengan
SMK Karsa Mulya terdiri dari: (1) persiapan menerapkan model Teaching factory serta
berupa: (a) pengelolaan sarana dan prasarana; (b) melalui pengamatan langsung informasi
pengelolaan ruangan; dan (c) penentuan strategi terhadap keberadaan bengkel otomotif SMK
dan sistem dalam pembelajaran praktik.; (2) Karsa Mulya mulai meluas dan minat konsumen
proses pembelajaran berupa: (a) proses awal lebih meninggkat. Berdasarkan hasil uji
sebelum praktik; (b) proses pelaksanaan kompetensi yang dilakukan menunjukan bahwa
pembelajaran praktik; dan (c) akhir proses dari 19 orang siswa jurusan teknik sepeda motor,
pembelajaran.; dan (3) Evaluasi berupa: (a) tes nilai praktik yang diperoleh siswa berdasarkan
ujian praktik; (b) tes tertulis; (c) penilaian proses kriteria penilaian praktik kejuruan yaitu rata-rata
pelaksanaan praktikum melalui pengamatan berada pada tingkatan baik. Hal tersebut
langsung; dan (d) hasil kerja siswa atau produk. ditunjukan dengan perolehan skor terendah
Dengan melaksanakan tahapan pembelajaran sebesar 3 dan skor tertinggi sebesar 5 pada
tersebut, pencapaian kompetensi siswa berupa rentang (0-5). Adapun perolehan nilai praktik
hasil produk yang dikerjakan siswa sesuai dari masing-masing kompetensi yaitu: (a) nilai
permintaan pelanggan dapat terpenuhi. Nilai yang diperoleh siswa untuk kompetensi tune up
praktik merupakan pencapaian kompetensi siswa yaitu skor nilai tertinggi sebesar 98,82 dan nilai
dan keberhasilan kerja siswa dalam menye- terendah sebesar 89,41 sedangkan nilai rata-rata
lesaikan masalah. sebesar 95,23, (b) nilai yang diperoleh siswa
untuk kompetensi over haul yaitu skor nilai
SIMPULAN tertinggi sebesar 90,67 dan nilai terendah sebesar
Simpulan yang dapat ditarik berdasarkan 82,67 sedangkan nilai rata-rata sebesar 85,55, (c)
analisis data dan kajian terhadap hasil pengem- nilai yang diperoleh siswa untuk kompetensi
sistem starter yaitu skor nilai tertinggi sebesar
bangan secara umum menunjukkan bahwa
model teaching factory yang dikembangkan 80,00 dan nilai terendah sebesar 77,33
sudah sesuai dengan criteria yang dipersya- sedangkan nilai rata-rata sebesa 78,00. Dengan
ratkan yaitu: (1) tersedianya ruangan sebagai demikian jelas bahwa model teaching factory
tempat pelaksanaan praktik; (2) Terdapat unit dapat digunakan dan diterapkan pada bengkel
produksi sebagai tempat pelaksanaan proses; (3) Kejuruan jurusan Teknik Sepeda Motor SMK
tersedia saranan dan prasarana penunjang seperti Karsa Mulya Palangka Raya.
Alat-alat, kunci-kunci, dan mesin; (4) telah
memanfaatkan kondisi lingkungan setem-pat DAFTAR RUJUKAN
dalam proses pembelajaran praktik; (5) sumber Alptekin, S.E. et al. 2001. Teaching factory.
daya manusia yang terlibat di dalam pelaksanaan Proceedings of the 2001 American Society
for Engineering Education Annual Confe-
yaitu guru/instruktur dan siswa; (6) adanya rence & Exposition, San Luis Obispo, 3563
kerjasama antara pihak industri dan pihak
sekolah; (7) guru mata pelajaran praktik, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
instruktur memiliki komitmen dalam melaksa- 1995. Kamus besar bahasa Indonesia.
nakan dan menerapkan konsep pembelajaran Jakarta: Balai Pustaka
praktik model teaching factory; dan (8) siswa Clarke, L., and Winch, C. 2007. Vocational
terlibat penuh dalam proses. Efektivitas terhadap Education: Internasional Approaches, De-
proses pengembangan model teaching factory velopments, and System. New York:
yang dilaksanakan ditunjukkan dengan kemam- Routledge
puan siswa dalam menyelesaikan pekerjaan
Galfri Siswandi dan Sukoco, Pengembangan Model Teaching Factory Di Bengkel Otomotif SMK Karsa Mulya Palangka Raya 483

Dikmenjur. 1996 Pedoman Teknik Pelaksanaan Lamancusa, J.S. et al. 2008. The Learning Factory:
Pendidikan System Ganda pada SMK, Industry-Partnered Active Learning.
Depdikbud: Jakarta Journal of Engineering Education

Direktorat PSMK. 2006. Penyelenggaraan Se- Nayang Polytechnic. 2003. Teaching factory
kolah Menengah Kejuruan Kaitanya dengan Concept. Diambil dari http://www.nyp.
Aspek Mutu Outcome Standar Nasional edu.sg/seg/innovative-teachingnlearning/
Pendidikan (SNP). Jakarta: Depdiknas the-teaching-factory-concept pada 14 Fe-
bruari 2013
Direktorat PSMK. 2008. Roadmap Pengemba-
ngan SMK 2010-2014. Jakarta: Departe- Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pem-
men Pendidikan Nasional belajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Edward V.W and Andrew D.A. 1976. Modern Orlich, D.C. et al. 2007. Teaching Strategies: A
School Shop Planning Seventh Edition, Guide to Effective Instruction. New York:
Michigan: Prakken Pub,inc Houghton Mifflin Company

Finch, C. R and Crunkilton. John. 1999. School Shop Magazine and The Education Digest.
Curriculum Development in Vocational and 1982. Modern School Shop Planning.
Technical Education: Planning, Content, Michigan: Prakken Pub,inc.
and Implementation. Needham Heights,
MA: Allyn & Bacon. Inc Stark, J.S & Thomas, A. 1994. Assessment and
Program Evaluation. Massachusetts: Si-
Forester, W.J. 1973. Industrial Dynamics. mon & Schuster Publishing
Massachusetts, USA: The MIT Press
Storm, G. 1995. Managing the Occupational
Hadlock, H. et al. 2008. From Practice to Education Laboratory, Michigan: Prakken
Entrepreneurship: Rethingking the Learn- Publications, inc.
ing Factory Approach. Proceeding of the
2008 IAJC IJME International Conference, Stufflebeam, D.L. and Shinkfield, A.J. 1985.
ISBN 978-1-60643-379-9 Systematic Evaluation. Massachusetts:
Kluwer-Nijhoff Publishing
Hasbullah. 2010. Implementasi Pabrik Pe-
ngajaran (Teaching factory) untuk Sugihartono. 2009. Kendala yang Dihadapi oleh
Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK: Pihak Industri dalam Pendidikan Sistem
Seminar Internasional, ISSN 1907-2066 Ganda. Diambil dari http://sugihartono1.
Peran LPTK Dalam Pengembangan wordpress.com/2009/11/04/pendidikan sis-
Pendidikan Vokasi di Indonesia: APTEK- tem ganda/ pada 14 Februari 2013
INDO
Their, Herbert, D. 1970. Teaching Elementary
Usman, Husaini. 1998. Kepemimpinan Entre- School Science. A Laboratory approach.
preneur di Pendidikan Kejuruan, Bandung: New York: Heath and Company
Alfabeta
Sukardi Thomas. 2008. Pengembangan Model
Siswanto Ibnu. 2011. Pelaksanaan Teaching Bengkel Kerja Praktik Sekolah Menengah
factory di SMK RSBI Daerah Yogyakarta. Kejuruan. Disertasi doctor, tidak diterbit-
Tesis Magister. Tidak diterbitkan. Uni- kan, Universitas Negeri Yogyakarta:
versitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta Yogyakarta

Plomp, T. 1997. Educational & Training system


Design: Introduction University of Twen-
=te. Faculty of Education Science and
Technology. Enschede, The Netherlands

You might also like