You are on page 1of 17

467

PENGEMBANGAN MODEL TEACHING FACTORY DI BENGKEL


OTOMOTIF SMK KARSA MULYA PALANGKA RAYA
Galfri Siswandi¹ dan Sukoco²
¹Pendidikan Teknik Mesin Universitas Palangkaraya; ²Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
E-mail: galfri_siswandi@yahoo.com

ABSTRACT

The objective of the study is to develop an applicable Teaching factory model for practices in the
automotive workshop of SMK Karsa Mulya Palangkaraya. This study used a quantitative approach. It was
conducted in grade XI of Motorcycles Engineering Department at SMK Karsa Mulya Palangkaraya. It was
carried out in five phases:
(1) preliminary investigation, (2) design; (3) realization / construction, (4) test, evaluation and revision, (5) field
testing / implementation. Data collection instruments consisted of observation sheets and assessment sheets. The
results of the competency tests of 19 students were: (a) Tune Up; the highest score, the lowest score and the
average score were 98.82, 89.41, 95.23 respectively (b) Over Haul; the highest score, the lowest score and the
average score were 90.67, 82.67, 85.55 respectively (c) System Starter; the highest score, the lowest score and
the average score were 80.00, 77.33, 78.00 respectively. Thus it was noted that the model can be applied in the
vocational workshop of Motorcycle Engineering Department at SMK Karsa Mulya Palangkaraya.

Keywords: Automotive Workshop, Practices, Teaching factory

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model Teaching factory pada pembelajaran praktik di
bengkel Otomotif yang sesuai di SMK Karsa Mulya Palangka Raya. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif yang dilakukan terhadap siswa kelas XI jurusan Teknik Sepeda Motor SMK Karsa Mulya Palangka
Raya. Penelitian ini dilakukan melalui lima fase yaitu: (1) investigasi awal, (2) desain; (3) relisasi/kontruksi, (4)
tes, evaluasi dan revisi, (5) uji lapangan/implementasi. Instrumen pengumpulan data terdiri atas lembar observasi
persiapan, lembar observasi proses, dan lembar penilaian hasil ujian praktik siswa. Hasil uji kompetensi terhadap
19 orang siswa yaitu: (a) Tune Up nilai tertinggi (98,82), nilai terendah (89,41) dan nilai rata-rata (95,23), (b)
Over Haul nilai tertinggi (90,67), nilai terendah (82,67) dan nilai rata-rata (85,55), (c) Sistem Starter nilai
tertinggi (80,00), nilai terendah (77,33) dan nilai rata-rata (78,00). Dengan demikian jelas bahwa model teaching
factory dapat digunakan dan diterapkan pada bengkel Kejuruan jurusan Teknik Sepeda Motor SMK Karsa Mulya
Palangka Raya.

Kata kunci: Bengkel Otomotif, Pembelajaran Praktik, Teaching factory

PENDAHULUAN nomian bangsa. Pendidikan kejuruan berorien-


Pengertian pendidikan kejuruan dikem- tasi lebih dekat dengan persyaratan sistem kerja
bangkan dari terjemahan konsep vocational dan pasar tenaga kerja yang sesuai kebutuhan
education dan occupational education, kedua- industri. Pendidikan kejuruan sangat penting di
nya termasuk dalam pendidikan untuk meng- negara-negara berkembang karena pendidikan
hasilkan teknisi industri. Secara historis sekolah kejuruan dapat melatih siswa secara terampil
kejuruan merupakan pengembangan dari pelati- untuk menguasai teknologi yang baru. Hal ini
han kerja. Dalam pelatihan kerja, peserta didik didasari karena perkembangan teknologi dapat
dapat belajar sambil bekerja. Direktorat PSMK memberikan kontribusi yang besar bagi per-
(2006) menyatakan bahwa Sekolah Menengah kembangan suatu Negara.
Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidi- Pendidikan kejuruan merupakan sebuah
kan yang berperan untuk menyiapkan peserta lembaga pendidikan yang berupaya memberi-
didik menjadi tenaga kerja tingkat menengah kan pengalaman baik afektif, kognitif dan
untuk membantu pembangunan sektor pereko- psikomotorik dalam rangka persiapan siswa
memasuki dunia kerja dan untuk menunjang se-
46 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 4, Oktober
2015
seorang dalam menjalani kariernya di dunia Persyaratan pokok bengkel yang harus
kerja. Clarke dan Winch (2007) menyatakan diperhatikan dan dilaksanakan sebagai ciri
bahwa pendidikan kejuruan merupakan upaya utama yaitu adanya, temperatur lingkungan
pengembangan sosial ketenagakerjaan, peme- kerja baik sesuai dengan kaidah persyaratanya,
liharaan, percepatan, dan peningkatan kualitas pencahayaan yang baik, dan hemat energi,
tenaga kerja tertentu dalam rangka peningkatan tingkat kebisingan rendah, warna yang sesuai
produktifitas masyarakat. Pembelajaran adalah dan tidak menimbulkan refleksi yang merusak
suatu proses penyampaian pengetahuan yang kesehatan mata, kelengkapan perangkat untuk
dilaksanakan dengan menggunakan sebuah keselamatan kerja, dan tata letak bengkel yang
metode. Rumusan tersebut sejalan dengan ideal (school shop and the education Digest,
pendapat Mc. Donald (Hamalik, 2007) yang 1982). Terdapat lima syarat yang harus
memaparkan bahwa pendidikan adalah suatu dipertimbangkan dalam penyimpanan perleng-
proses atau kegiatan yang bertujuan meng- kapan, alat, dan peralatan bengkel otomotif
hasilkan perubahan tingkah laku manusia. menurut Edward dan Andrew (1976), yaitu: (1)
Selanjutnya proses belajar menghasilkan peri- safekeeping (penyimpanan); (2) accessibility
laku yang dikehendaki dan merupakan hasil dari (mudah dijangkau); (3) ease of handling (mu-
pembelajaran. Berdasarkan konsep di atas maka dah dalam penanganan); (4) inventorying (pe-
dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan ngimpentarisan); dan (5) safety (keamanan).
merupakan sebuah lembaga pendidikan yang Berdasarkan kelima syarat tersebut diharapkan
memiliki tujuan mendidik dan menciptakan dalam proses pelaksanaan praktik akan jauh
SDM yang mempunyai kemapuan baik dalam lebih mudah dan terlihat rapi serta aman.
bidang afektif, kognitif dan psikomotor Salah satu fungsi bengkel adalah sebagai
sehingga siap terjun ke dunia kerja dengan sarana praktikum belajar. Belajar adalah proses
tingkat kompetensi yang baik. perubahan tingkah laku individu sebagai hasil
Bengkel merupakan salah satu sarana dari interaksi. Orlich et.al (2007) menjelaskan
pendidikan teknik dan kejuruan yang berfungsi bahwa berdasarkan perspektif tingkah laku,
sebagai tempat melatih dan mengembangkan belajar dapat digambarkan sebagai suatu
keterampilan psikomotorik seseorang yang akan perubahan tingkah laku yang dapat diamati.
mendalami suatu keterampilan tertentu. Menu- Bengkel merupakan tempat pelaksanaan
rut asal mulanya bengkel otomotif termasuk pembelajaran praktik. Pembelajaran praktik
dalam salah satu kategori laboratorium, bahkan kejuruan merupa- kan ciri khas dari proses
ada yang menyebutkan laboratorium juga di- pembelajaran selain pembelajaran teori. Orlich
sebut dengan sebutan bengkel (Their, 1970). et.al (2007) menyata- kan bahwa domain
Pendidikan kejuruan memerlukan peralatan kognitif mencakup sasaran atau hasil yang
yang spesifik untuk tiap jenis bidang kejuruan, berhubungan dengan daya ingat, pengenalan
karena program keterampilan kejuruan akan pengetahuan, pengembangan ke- mampuan
berhasil dan memuaskan jika disediakan intelektual dan keterampilan. Sese- orang tidak
peralatan praktik yang layak, karena kompetensi dapat menguasai teori dengan baik tanpa
yang menyangkut ranah keterampilan tidak praktik, sebaliknya seseorang tidak dapat
akan sukses hanya dengan pembelajaran teori melaksanakan praktik dengan efektif tanpa
saja (Storm, 1995). Hal tesebut memberi arti pemahaman teori yang baik. Sejalan dengan
bahwa untuk menanamkan suatu kompetensi, pendapat Finch & Crunkilton (1999), yang
siswa harus dididik mendekati kondisi nyata menyatakan bahwa belajar dalam pengemba-
atau lingkungan sebenarnya seperti di tempat ngan kepribadian tidak hanya terbatas di dalam
kerja, sehingga bengkel beserta isinya harus kelas atau laboratorium, siswa dapat mengem-
benar- benar memenuhi untuk melakukan bangkan keterampilan dan kemampuanya me-
pembelajaran praktik. lalui berbagai aktivitas pembelajaran dan pe-
ngalaman yang tidak memerlukan hitungan
kredit seperti halnya lulusan dari lembaga Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupa-
pendidikan. Hal tersebut semakin menegaskan kan salah model pendidikan yang selama ini
bahwa bengkel merupakan tempat yang tepat banyak digunakan dan dikembangkan di SMK
sebagai tempat pembelajaran praktik. seluruh Indonesia. PSG pada dasarnya merupa-
Fungsi lain dari bengkel adalah sebagai kan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan
unit produksi sekolah. Secara umum unit kejuruan yang memadukan secara sinkron pro-
produksi sekolah merupakan suatu program gram pendidikan di sekolah dan program
yang pada awalnya merupakan satu kesatuan pengusaan keahlian yang diperoleh melalui
dengan program pengembangan sekolah kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk
seutuhnya dalam program pengembangan mencapai suatu tingkat keahlian profesional
sekolah (school integrated development). Unit tertentu. Dengan demikian, PSG merupakan
produksi merupa- kan proses kegiatan usaha suatu strategi yang mendekatkan peserta didik
yang dilakukan disekolah dan bersifat bisnis ke dunia kerja. Kendala yang dihadapi dalam
yang diharapkan dapat mendatangkan program pelaksanaan PSG terdapat pada dua
keuntungan ganda (finan- sial maupun pihak yaitu pada pihak sekolah dan pada pihak
nonfinansial). Unit produksi me- rupakan suatu industri (Dikmenjur, 1996). Kendala yang
aktivitas bisnis yang dilakukan oleh warga terjadi oleh pihak sekolah yaitu: (1) keragaman
sekolah secara berkesinambungan dalam geografis; (2) keragaman kesiapan dan tingkat
mengelola sumber daya sekolah yang dimiliki kemajuan SMK; (3) keragaman program SMK
serta dikelola secara profesional sehingga dapat yang belum seimbang dengan keragaman
menghasilkan barang atau jasa yang industri disekitar. Sugihartono (2009), kendala
mendatangkan keuntungan. yang dihadapi oleh pihak industri yaitu: (1)
Berdasarkan teori mengenai bengkel oto- belum dimiliki struktur jabatan dan keahlian
motif di atas dapat disimpulkan bahwa bengkel yang mantap terutama pada industri kecil, dan
otomotif merupakan sebuah tempat yang diper- menengah; (2) belum ada perencanaan alokasi
gunakan oleh pihak sekolah kejuruan dalam biaya untuk pengembangan pendidikan; (3)
menjalankan proses pembelajaran praktik, belum memiliki persepsi tentang keuntungan
bengkel otomotif juga berfungsi sebagai unit PSG bagi industri; dan (4) kuranganya
produksi sekolah. Dalam pencapaiaan tujuan kesadaran tentang peningkatan keefektifan
sekolah terkait program di bengkel, maka efisiensi, dan kualitas dalam pelaksanaan
sebuah bengkel harus memiliki beberapa pelatihan di industri. Teaching factory
ketentuan. Ketentuan tersebut berupa standar merupakan suatu konsep yang menggabungkan
kompetensi pengelola, standar laboran, standar belajar dan lingkungan kerja yang realistis dan
kompetensi yang diajarkan di sekolah dan untuk memunculkan pengalaman belajar yang
disesuaikan dengan kompetensi yang relevan (Nayang Polytechnic, 2003).
dibutuhkan dunia industri. Dengan demikian Pembelajaran ini merupa- kan proses praktik
diperlukan suatu model pembelajaran di yang mengintegrasikan aplikasi
bengkel yang dapat dilakukan untuk berorientasikan pelatihan dengan
mengoptimalkan pembelajaran praktik dan unit pendekatan pemecahan masalah. Alptekin et al.
produksi. Pengertian model yang digunakan (2001), memaparkan bahwa teaching factory
dalam konteks ini adalah pola (contoh, acuan, memiliki tujuan ganda. Salah satunya adalah
ragam) dari sesuatu yang akan dibuat artinya untuk memungkinkan siswa untuk mengem-
semua sesuatu yang mewakili atau bangkan skala kecil produk industri atau barang
menggambarkan yang dicontoh. Forester konsumsi. Pembangunan melibatkan membuat
(1973), mendefinisikan bahwa model sebagai prototype dan konsep dasar dari teaching
pengganti dari suatu benda atau suatu sistem factory dan kemajuan sampai saat ini disajikan
yang sebenarnya, yang dilakukan untuk sebagai berikut bagian informasi lebih lanjut
keperluan penyelidikan suatu eksperimen. tentang berbagai proyek yang sedang
berlangsung dapat
ditemukan di teaching factory pengembangan workshop dan teaching factory. Fasilitas yang
website. Lamancusa et al. (2008), menge- dimiliki dalam standar training workshop ada-
mukakan bahwa konsep teaching factory dite- lah standar minimal yang harus dimiliki agar
mukan karena tiga hal yaitu: (1) pembelajaran terlaksananya kegiatan pembelajaran sesuai
yang biasa saja tidak cukup; (2) keuntungan dengan kurikulum sedangkan advance training
peserta didik diperoleh dari pengalaman praktik workshop merupakan tempat untuk melakukan
secara langsung; dan (3) pengalaman pem- kegiatan pembelajaran, sedangkan teaching
belajaran berbasis team yang melibatkan siswa, factory merupakan fasilitas yang dikhususkan
staf pengajar dan partisifasi industri mem- untuk kegiatan produksi yang berupa barang
perkaya proses pendidikan dan memberikan dan jasa.
manfaat yang nyata bagi semua pihak. Dengan Siswanto (2011), menyatakan bahwa
demikian dapat disimpulkan bahwa teaching proses teaching factory yang telah dilaksanakan
factory adalah kegiatan pembelajaran dimana di SMK RSBI di daerah Yogyakarta
siswa secara langsung melakukan kegiatan dipengaruhi faktor pendukung dan penghambat.
produksi baik berupa barang atau jasa di dalam Faktor pendukung pelaksanaan teaching factory
lingkungan pendidikan sekolah. ialah:
Hadlock et al. (2008), menjelaskan bahwa (1) fasilitas peralatan yang baik; (2) sumber
tujuan teaching factory adalah menyadarkan daya manusia; (3) produk yang dihasilkan; (4)
bahwa mengajar siswa seharusnya lebih dari pengaruh pasar; (5) kepemimpinan; dan (6)
sekedar apa yang terdapat dalam buku. Peserta pemasaran. Faktor penghambat pelaksanaan
didik tidak hanya mempraktikan soft skill dalam teaching factory ialah: (1) aturan tentang
pembelajaran, belajar untuk dapat bekerja legalitas unit produksi; (2) kurangnya pe-
secara tim, melatih kemampuan komunikasi masaran; (3) persepsi orang tua siswa; (4) harga
secara interpersonal, tetapi mendapatkan dari produsen terlalu tinggi; dan (5) kesibukan
pengalaman secara langsung dan latihan bekerja guru dan siswa. Hasbullah (2010), menyimpul-
untuk memasuki dunia kerja nantinya. kan bahwa salah satu pendekatan pembelajaran
Pembelajaran teaching factory mengajarkan yang berbasis produksi dan pembelajaran di
kepada siswa bagaimana menemukan masalah, dunia kerja adalah dengan pabrik pembelajaran
membangun prototype, belajar membuat atau dikenal dengan teaching factory (TEFA).
proposal bisnis, dan belajar untuk Penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran
mempresentasikan solusi yang mereka miliki. praktik dengan model teaching factory
Proses pembelajaran teaching factory peserta memanfaatkan unit produksi yang dimiliki oleh
didik belajar tentang kete- rampilan yang sekolah sebagai tempat pelaksanaan teaching
penting untuk dikuasai, seperti bagaimana cara factory. Sukardi (2008), memaparkan pengem-
untuk memenuhi tingkat waktu dan dugaan- bangan model bengkel kerja praktik terpadu di
dugaan yang mungkin muncul, membangun dan jurusan Teknik Mesin SMK rumpun teknologi
bekerja dalam tim serta bekerja sama dengan dengan mengadopsi konsep teaching factory.
beragam orang yang memiliki kemampuan dan Model bengkel kerja praktik tersebut meliputi:
bakat yang beragam. (1) pengelolaan bahan praktik; (2) pengelolaan
Program teaching factory dapat berjalan mesin perkakas dan peralatan praktik lainya; (3)
jika sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sistem perawatan perbaikan mesin perkakas dan
sekolah memenuhi standar untuk melakukan peralatan praktik lainya; (4) organisasi penanga-
kegiatan produksi baik berupa barang atau jasa nan siswa; (5) tenaga pengajar dan teknisi beng-
sesuai dengan program pendidikan yang dimi- kel kerja praktik; (6) pengelolaan keselamatan
likinya. Dalam indikator SMK RSBI yang dike- kerja yang baik; (7) kemanfaatan (use factor)
luarkan oleh Direktorat PSMK (2008), kriteria penggunaan mesin perkakas praktik dan pera-
fasilitas yang harus dimiliki SMK adalah fasili- latan praktik; (8) pola kepemimpinan; dan (9)
tas standar training workshop, advance training
pengelolaan proses pembelajaran di bengkel yang telah disusun sebelumnya. Usman (1998),
kerja praktik. mendeskripsikan efektivitas adalah melakukan
Evaluasi merupakan bidang kegiatan pekerjaan yang benar (doing the right thing).
ilmiah yang telah mendapat perhatian cukup Usman juga menjelaskan bahwa efektivitas
besar. Stark dan Thomas (1994), menyatakan merupakan kemampuan memilih sumber daya
bahwa evaluasi merupakan suatu proses atau dengan alat dan teknologi yang tepat dalam
kegiatan pemilihan, pengumpulan, menganalisis mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berda-
dan penyajian informasi yang sesuai untuk sarkan beberapa pengertian tentang efektivitas
menge- tahui sejauhmana tujuan program, diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas
prosedur, produk atau strategi telah dijalankan. adalah keberhasilan dalam melaksanakan proses
Sehingga bermanfaat bagi pengambilan serta pencapaian tujuan sesuai dengan rencana
keputusan serta dapat menentukan beberapa yang telah disusun sebelumnya. Terkait dengan
alternatif keputusan untuk program selanjutnya. penelitian yang akan dilaksanakan jenis efek-
Tujuan evaluasi menurut Stufflebeam dan tivitas yang dimaksud yaitu apakah pengem-
Shinkfield (1985), menyatakan bahwa” The bangan model teaching factory di SMK Karsa
most important purpose of evaluation is not to Mulya palangka Raya dapat dilaksanakan
prove, but to improve”. Kalimat tersebut dengan baik. Efektivitas dari pengembangan ini
menjelaskan bahwa tujuan evaluasi adalah dapat dilihat berdasarkan hasil dari proses
untuk meningkatkan, bukan membuktikan. pelaksanaan pembelajaran praktik terhadap
Berdasarkan tujuan dilaku- kannya evaluasi di model yang dikembangkan, dimana siswa
atas dapat disimpulkan evaluasi yaitu sebuah diharapkan tidak hanya mampu melakukan
proses yang dilakukan untuk memperoleh data praktik sesuai dengan prosedur tetapi siswa
informasi yang di- butuhkan dalam mengambil mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai jam
keputusan me- nyangkut proses maupun produk kerja serta mampu menganalisis serta mampu
yang dihasilkan dalam suatu kegiatan. menentukan solusi terhadap masalah yang
Berkaitan dengan kajian teori tersebut dalam dihadapi pada saat bekerja/praktik. Dalam
proses pengembangan pem- belajaran yang artikel ini dipaparkan mengenai pengembangan
menerapkan teaching factory, evaluasi pem- belajaran praktik yang mengadopsi model
dilakukan berdasarkan proses pengem- bangan teaching factory yang dilaksanakan di bengkel
yang dilakukan dan produk yang dihasilkan. Otomotif SMK Karsa Mulya Palangka Raya.
Kemudian hasil dari observasi ter- hadap proses
tersebut dijadikan sebagai sumber data yang
kemudian dilakukan analisis apakah model METODE
teaching factory sudah cukup efektif Metode yang digunakan dalam penelitian ini
dilaksanakan di SMK Karsa Mulya Palangka adalah Research and Development (R&D) yang
Raya. mengadopsi pendekatan sebagaimana dikemu-
Efektif memiliki arti manjur, dapat mem- kakan oleh Plomp (1997). Pengembangan
bawa hasil atau berhasil guna (Badan Pengem- dilakukan melalui beberapa tahapan,meliputi:
bangan dan Pembinaan Bahasa, 1995). Keefek- (1) investigasi awal; (2) desain; (3) realisasi/
tifan berarti kebersihan atau ketepatan menja- kontruksi; (4) tes, evaluasi dan revisi; dan (5)
lankan semua rencana sebuah program. Efekti- uji lapangan/implementasi. Diagram alir taha-
vitas dengan kata dasar efektif merujuk pada pan pengembangan digambarkan pada Gambar
rasio antara output terhadap input. Efektivitas 1 berikut ini
merupakan ukuran yang menyatakan sejauh
mana sasaran dalam hal ini kuantitas, kualitas,
dan waktu yang dicapai. Masalah efektivitas
biasanya berkaitan erat dengan perbandingan
antara tingkat pencapaiaan tujuan dan rencana
Investigasi awal informasi awal melalui kajian literatur, dan
observasi terkait dengan sumber data yang perlu
kajian literatur: konsep dan model teaching factory yang diketahui.
ada Berdasarkan data yang diperoleh
wawancara dan observasi: pembelajaran praktik saat ini dan tujuan bengkel
kemudian dilakukan pengkajian tentang model
yang diterapkan sehingga ditemukan model
yang dikembangkan di bengkel SMK Karsa
Mulya Palangka Raya. Berdasarkan hasil data
Desain yang diperoleh dalam tahap investigasi awal
(pengumpulan data dan informasi), kemudian
merumuskan tujuan produk dilakukan perancangan model pembelajaran
sasaran produk
deskripsi komponen produk dan penggunaannya
praktik yang cocok di bengkel otomotif SMK
Karsa Mulya Palangka Raya. Dalam tahap
perancangan ini beberapa hal yang harus
dilakukan yaitu: (1) merumuskan tujuan
Realisasi/konstruk produk;
(2) sasaran produk; dan (3) deskripsi komponen
pengembangan model (realisasi)
produk dan penggunaannya. Tahapan selan-
model hasil perancangan dikonsultasikan pada expert (konstruk)
jutnya adalah realisasi/konstruksi yang dilak-
sanakan sekaligus dengan tahapan evaluasi dan
revisi. Setelah revisi dilakukan maka
Tes, evaluasi, revisi selanjutnya dilakukan tahapan uji lapangan/
implementasi sampai dengan hasil sesuai target.
Dilakukan ujicoba model
Melakukan tes, evaluasi dan revisi
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Karsa
Mulya Palangka Raya, yang terletak di Jl. G.
Obos. KM 4,5 Nomor. 130 Palangka Raya.
Uji lapangan/implementasi Subjek penelitian terdiri atas: Kepala Bengkel,
Laboran, Instruktur dan siswa otomotif jurusan
- Observasi langsung proses praktik Tenik Sepeda Motor (TSM). Analisis data
(validasi tahapan model
pembelajaran) observasi langsung dilaksanakan pada saat
- Analisis hasil praktik siswa setelah peneliti berada di lapangan dan dilaksanakan
melaksanankan pembelajaran sebagai alat dalam proses pengembangan untuk
praktik dengan model teaching menentukan model yang akan dikembangkan
factory
- Dilakukan berulang-ulang hingga serta sebagai salah satu strategi yang digunakan
hasil memehuhi target untuk memantau keterlaksanaan proses yang
Gambar 1. Tahapan pengembangan dilakukan. Pengumpulan data proses pengemba-
ngan dilakukan dengan observasi langsung oleh
Dari Gambar 1 diketahui bahwa pada peneliti, sedangkan untuk data hasil dari proses
tahapan investigasi awal, dilaksanakan pengum- yang dilakukan yaitu dengan melakukan tes
pulan data awal sebagai dasar penentuan model terhadap beberapa kompetensi yang sudah
yang akan diterapkan di dalam pengelolaan dilakukan pada saat siswa melakukan praktik.
sarana dan prasarana bengkel otomotif. Penen- Dalam proses analisis data hasil tes ujian
tuan model pengelolaan yang tepat diharapkan praktik siswa dilakukan berdasarkan kriteria
akan menghasilkan peningkatan dan efektivitas yang sudah dibuat kemudian dianalisis secara
pemanfaatan sarana dan prasarana bengkel deskriptif kuantitatif untuk melihat keberhasilan
sebagai sarana penunjang dari sebuah proses proses model yang dikembangkan.
pembelajaran praktik. Pengumpulan data atau
HASIL DAN PEMBAHASAN para ahli, gambaran model teaching factory
Pengembangan model yang dilaksanakan teaching yang telah dilakukan dan fungsi beng-
merupakan penerapan model teaching factory di kel, selanjutnya disesuaikan dengan kondisi di
bengkel SMK Karsa Mulya Palangka Raya. SMK Karsa Mulya Palangka Raya.
Model yang dimaksud adalah sebuah model Pengembangan model teaching factory
praktik di bengkel otomotif jurusan Teknik dalam penelitian ini juga dikembangkan
Sepeda Motor yang dirancang berdasarkan kon- berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan di
sep teaching factory. Pengembangan model bengkel SMK Karsa Mulya Palangka Raya.
teaching factory tersebut dilaksanakan dengan Berdasarkan hasil prasurvey tersebut diperoleh
tujuan meningkatkan proses pengelolaan sarana gambaran mengenai model praktik yang biasa
dan prasarana yang dimiliki serta menerapkan dilakukan di SMK Karsa Mulya Palangka Raya.
sebuah proses pembelajaran praktik di bengkel Berdasarkan hasil observasi data pendukung
sesuai dengan konsep tentang teaching factory. persiapan yang dilakukan diperoleh data
Proses pembentukan model teching factory yaitu:
yang diterapkan dalam penelitian ini diadopsi (1) SMK Karsa Mulya sudah memiliki bengkel
berdasarkan kajian teori tentang konsep-konsep yang sudah siap digunakan sebagai tempat
teaching factory, gambaran bentuk model- untuk melaksanakan proses praktikum; (2) unit
model teaching factory yang telah ada, pro- duksi yang dimiliki oleh sekolah tersedia
gambaran model praktik yang dimiliki oleh dalam menunjang jenis pengembangan model
SMK Karsa Mulya Palangka Raya, dan rencana teaching factory yang akan dilakukan; (3)
pembangunan bengkel umum milik sekolah kunci-kunci, alat ukur yang dimiliki oleh
yang dikelola oleh sekolah dengan sekolah telah siap dan memadai untuk
memanfaatkan kompetensi siswa didalam melaksanakan proses praktikum, berdasarkan
prosesnya. observasi langsung bahwa SMK Karsa Mulya
Gambaran mengenai model teaching fac- Telah memiliki 4 set toolbox lengkap yang baru
tory, yaitu berupa pembelajaran praktik berbasis dan 4 set toolbox yang lama beserta beberapa
team yang melibatkan siswa, staf pengajar dan alat ukur untuk kejuruan teknik sepeda motor;
partisipasi industri dengan pendekatan pemeca- (4) SMK Karsa Mulya untuk meja kerja (stand
han masalah yang relevan dengan kebutuhan lift) belum tersedia sehingga dalam proses
industri yang berfungsi sebagai latihan bekerja praktikum dilaksanakan memanfaatkan luas
untuk memasuki dunia kerja nantinya (Laman- ruangan bengkel yang disusun sebaik mungkin
cusa et al., 2008; Nayang Polytecnic, 2003; sehingga proses praktikum bisa dilaksanakan
Alptekin et al., 2001; Hadlock et al, 2008; dan dengan baik dan nyaman, proses tersebut
Direktorat PSMK, 2006). Hasil penelaahan dilaksanakan seperti proses kerja di dunia
mengenai model-model teaching factory yang industri yang juga tidak memiliki stand lift; (5)
ada, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksana- kompresor berukuran sedang telah tersedia,
an pembelajaran praktik dengan model teaching sehingga untuk proses praktik teknik sepeda
factory dapat dilaksanakan di unit produksi dan motor sudah sangat layak digunakan; (6) bahan
memerlukan persiapan tertentu terkait kebutu- praktik merupakan sepeda motor riil tidak lagi
han praktik, ruangan belajar, strategi pembelaja- dilaksanakan dikarenakan praktik bersifat
ran Siswanto (2011), Hasbullah (2010), Sukardi training object. Bahan praktik tersebut yaitu
(2008)). Unit produksi di bengkel SMK Karsa sepeda motor milik konsumen seperti sepeda
Mulya dapat digunakan dalam model teaching motor dewan guru, kepala sekolah, seluruh
factory. Fungsi bengkel selain sebagai unit siswa, dan masyarakat umum yang mengetahui
produksi dapat juga digunakan sebagai tempat keberadaan bengkel sekolah melalui informasi
belajar praktik (Finch dan Crunkilton, 1999). yang disampaikan oleh seluruh siswa; (7) SMK
Berdasarkan konsep yang telah dikemukakan Karsa Mulya telah memiliki prosedur tentang
K3 seperti adanya tata tertip kerja di bengkel
akan tetapi untuk poster-
poster prosedur K3 masih kurang; (8) manual karena yang diutamakan adalah terkait siswa
servis yang digunakan yaitu beberapa buku dapat praktik dengan baik; dan (3) penetapan
manual teknik sepeda motor jenis Honda dan strategi pembelajaran yaitu dengan meng-
yamaha sebagai contoh yaitu manual servis gunakan sistem training object. Kemudian
sepeda motor vega; (9) dari segi penataan proses pelaksanaan pembelajaran yaitu: (1)
ruangan yang dilakukan sebelum proses siswa praktik dengan melakukan servis mesin
kegiatan praktik dengan konsep teaching atau objek yang telah dimiliki sekolah; (2)
factory dilaksanakan maka dilakukan penataan praktik dilakukan secara berkelompok antara 5-
lemari alat dan bahan, ruang tempat tunggu 6 orang untuk setiap obyek; (3) waktu praktik
konsumen, ruang kepala bengkel dan guru menyesuaikan jam praktik yang telah ditetapkan
sehingga proses praktikum bisa berjalan dengan sekolah; dan (4) tidak melibatkan unit produksi.
nyaman untuk proses ini telah terlaksana Kompetensi yang dihasilkan melalui proses
dengan baik; (10) salah satu keunikan yang yaitu siswa mampu melaksanakan praktik
diterapkan di SMK Karsa Mulya yaitu sekolah dengan benar sesuai dengan job sheet yang telah
atau bengkel dengan menjalankan sistem ditetapkan. Penilaian pada pembelajaran praktik
memberikan kepercayaan penuh pada siswa dilaksanakan dengan melaksanakan observasi
dengan upaya melatih siswa dalam belajar atau ujian praktik, proses ini dilakukan dengan
bertanggung jawab; dan (11) untuk jadwal tujuan mengetahui sejauh mana siswa mampu
maintenance alat dan bahan dilaksa- nakan melakukan praktek dengan benar dan sesuai
setiap awal dan akhir semester oleh guru praktik prosedur.
dan instruktur, sedangkan untuk rungan tempat Berdasarkan proses yang telah dilaksana-
pelaksanaan praktik kebersihan dan kan diperoleh beberapa kelemahan yang di-
kenyamanan lingkungan selalu di jaga setiap miliki SMK Karsa Mulya Palangka Raya dalam
hari. Data-data tersebut mendukung proses proses praktikum. Kelemahan yang dimaksud
persiapan dalam model teaching factory. yaitu: (1) Model pembelajaran praktik yang
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dilaksanakan di SMK Karsa Mulya Palangka
SMK Karsa Mulya Palangka Raya telah Raya tersebut murni memanfaatkan bengkel
memenuhi syarat untuk melaksanakan model sebagai sarana praktik tanpa melibatkan fungsi
pembelajaran praktik teaching factory. bengkel sebagai unit produksi; (2) dalam proses
Dari paparan tersebut secara umum model pembelajaran praktik kegiatan persiapan
pembelajaran praktik yang dilaksanakan di cenderung dilaksanakan oleh guru dan instruk-
SMK Karsa Mulya Palangka Raya tersebut tur sedangkan siswa hanya berperan dalam
murni memanfaatkan bengkel sebagai sarana pelaksanaan proses pembelajaran saja; (3) pe-
praktik tanpa melibatkan fungsi bengkel sebagai laksanaan proses pembelajaran yang dilakukan
unit produksi, dalam proses pembelajaran yaitu menggunakan sistem training objek,
praktik kegiatan persiapan dilaksanakan oleh dimana dalam proses pembelajaran tersebut sis-
guru dan instruktur sedangkan siswa hanya wa dibagi kedalam beberapa kelompok adapun
berperan dalam pelaksanaan proses masing-masing kelompok terdiri atas 5-6 orang
pembelajaran saja. Pelaksanaan proses setiap objek; (4) proses pembelajaran praktik
pembelajaran yang dilaku- kan yaitu juga dilakukan penilaian dimana penilaian
menggunakan sistem training object. Dalam tersebut dilaksanakan dengan melak-sanakan
proses pembelajaran tersebut terdapat observasi atau ujian praktik, proses ini dila-
pemisahan antara unit produksi dan pembela- kukan dengan tujuan kompetensi yaitu sejauh
jaran praktik. Proses pelaksanaan pembelajaran mana siswa hanya mampu melakukan praktek
praktik yang dilaksanakan terdiri atas dua dengan benar dan sesuai prosedur; (5) dalam
bagian yaitu persiapan dan pelaksanaan proses pembelajaran praktik siswa hanya
pembelajaran. Proses persiapan yaitu: (1) diajarkan berdasarkan modul yang telah
penyediaan bahan praktik yang dilakukan oleh
guru; (2) penataan ruangan tidak menjadi
sebuah permasalahan
ditentukan; dan (6) siswa tidak dilibatkan dalam jelasan mengenai pelaksanaan model pem-
menjalankan unit produksi sekolah sehingga belajaran yang dilakukan di bengkel tersebut
siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk dapat dilihat pada Gambar 2.
belajar meningkatkan jiwa kewirausahaan. Pen-

Bengkel otomotif SMK Karsa Mulya

Unit Produksi Tempat pembelajaran praktik

Proses Pembelajaran Kelemahan model :


a. Persiapan a. Model pembelajaran praktik tidak
- Penyediaan bahan praktik dilakukan oleh guru. memanfaatkan fungsi bengkel
- Penataan ruangan tidak menjadi sebuah permasalahan sebagai unit produksi.
, yang penting siswa dapat praktik dengan baik . b. Proses pembelajaran praktik kegiatan
- Penetapan strategi pembelajaran yaitu dengan persiapan dilaksanakan oleh guru
menggunakan sistem training object dan instruktur sedangkan siswa
b. Pembelajaran hanya berperan dalam pelaksanaan
- Siswa praktek dengan melakukan servis mesin proses pembelajaran saja.
atau objek yang dimiliki sekolah. c. pelaksanaan proses pembelajaran
- Praktik dilakukan secara berkelompok antar 5-6 orang yang dilakukan yaitu
untuk setiap objek. menggunakan sistem training
- Waktu praktik menyesuaikan lama jam praktik objek yang dimiliki sekolah.
yang telah ditetapkan sekolah. d. proses penilaian dilakukan dengan
- Unit produksi tidak dilibatkan dalam tujuan kompetensi yaitu sejauh
proses pembelajaran. mana siswa mampu melakukan
praktek dengan benar dan sesuai
prosedur.
Evaluasi berdasarkan kompetensi yang dimiliki siswa
e. dalam siswa hanya diajarkan
berdasarkan modul yang
Nilai praktik: Nilai yang diperoleh sebatas siswa mampu telah ditentukan.
melaksanakan praktek dengan benar sesuai prosedur f. siswa tidak dilibatkan
dalam menjalankan unit
Gambar 2. Model praktik SMK Karsa Mulya (non-teaching factory)

Gambar 2 menunjukkan model pelaksa- melakukan perubahan dalam bentuk fisik


naan pembelajaran praktik di bengkel Otomotif bangunan. Tujuan sekolah untuk mendirikan
SMK Karsa Mulya yang digunakan bukan sebuah bengkel sepeda motor juga menjadi
termasuk dalam model teaching factory. Hal acuan dalam pengembangan model teaching
tersebut ditandai dengan adanya pemisahan factory di bengkel otomotif SMK Karsa Mulya
fungsi bengkel sebagai unit produksi dan Palangka Raya. Dari berbagai acuan tersebut
tempat pembelajaran praktik. Dalam Gambar 2 menunjukkan bahwa terdapat urgensi melaku-
dapat diketahui bahwa masih ditemui kan perubahan pembelajaran praktik untuk
beberapa kelemahan pelaksanaan menunjang ketercapaian tujuan belajar di
pembelajaran praktik saat ini. Dengan demikian bengkel sepeda motor yang mengadopsi model
pengembangan model teaching factory dapat teaching factory.
dilaksanakan dengan melakukan beberapa Plomp (1997) mendeskripsikan bahwa
perubahan. Perubahan yang dilakukan hanya desain sebagai rencana tertulis atau rencana
dilakukan dalam batasan kerja dengan format titik awal dari tahap ini pe-
penyusunan dan pengelolaan sarana dan mecahan yang akan direalisasikan atau dibuat.
prasarana serta penyusunan pelaksanaan praktik Hal ini diakhiri dengan kegiatan konstruksi atau
dengan model teaching factory tidak sampai
produksi seperti pengembangan kurikulum atau evaluasi dan nilai praktik). Dengan model yang
produksi materi audio-visual. Beberapa hal telah dirancang diharapkan didapatkannya
yang perlu dirancang terkait temuan di model teahing factory dalam pengelolaan
investigasi awal, yaitu: (1) merumuskan tujuan sarana dan prasarana serta pembelajaran praktik
produk; (2) sasaran produk; dan (3) deskripsi di bengkel otomotif yang baik dan sesuai
komponen produk dan penggunaannya. Tujuan berfungsi untuk meningkatkan hasil praktik di
produk yaitu mendapatkan sebuah model bengkel otomotif SMK Karsa Mulya Palangka
teahing factory dalam pengelolaan sarana dan Raya dan mampu melibatkan peran bengkel
prasarana serta pembelajaran praktik di bengkel sebagai unit produksi.
otomotif yang baik dan sesuai untuk Proses pembelajaran dilakukan dalam dua
meningkatkan hasil praktik di bengkel otomotif bagian yaitu persiapan dan pembelajaran. Per-
SMK Karsa Mulya Palangka Raya. Sasaran siapan yang dilakukan yaitu: (1) pengelolaan sa-
produk pada tahap uji coba adalah SMK yang rana dan prasarana; (2) pengelolaan ruangan;
dipilih dan ditunjuk dengan berbagai dan
pertimbangan yang memenuhi persyaratan (3) penentuan strategi dan sistem yang
untuk melakukan uji coba. Sasaran produk digunakan dalam proses pembelajaran praktik.
setelah uji coba (setelah model jadi) adalah para Pengelolaan ruangan disesuaikan dengan ben-
pengelola SMK yang sejenis baik di tingkat tuk bangunan yang telah dimiliki sekolah tanpa
sekolah negeri maupun swasta serta di tingkat merubah bentuk fisik dari bangunan tersebut.
pemerintah daerah atau pusat sebagai bahan Penataan ruangan disusun secara rapi baik itu
pertimbangan dalam memajukan perbai- kan ruang kerja, ruang tunggu, ruang kepala
SMK di masa depan. Deskripsi Komponen bengkel, ruang guru, ruang alat dan bahan, serta
Produk yaitu produk yang diharapkan adalah sarana penunjang lainya. Penyusunan sarana
model teaching factory yang ideal dan cocok dan prasarana berupa alat-alat dan bahan praktik
digunakan di bengkel otomotif SMK Karsa disusun rapi berdasarkan fungsi, sehingga
Mulya Palangka Raya. Dalam pembelajaran mempermudah dalam pengontrolan, memper-
praktik yang mengadopsi teaching factory mudah dalam menjangkau dan mempermudah
secara langsung melibatkan dan menjalankan penentuan alat-alat dan bahan yang akan
unit produksi. Komponen produk yang digunakan pada saat praktik.
diharapkan adalah meliputi: (1) pengelolaan Dalam pelaksanaan proses pembelajaran
sarana dan prasarana, kegunaanya sebagai model teaching factory terdapat beberapa
pedoman dalam pengelolaan sarana dan bagian khusus yang membedakan dengan model
prasarana yang baik sesuai dengan proses dan praktik non teaching factory yang diterapkan di
kondisi pembelajaran praktek yang SMK Karsa Mulya Palangka Raya yaitu: (1)
dilaksanakan, menyangkut proses penataan, siswa melakukan pekerjaan real sesuai SOP
proses peminjaman alat serta proses seperti di dunia industri; (2) bahan praktik yang
penggunaan alat; dan (2) pengelolaan pembe- dikerjakan yaitu benda riil atau kendaraan milik
lajaran praktik (proses pembelajaran di bengkel) konsumen;
kegunaanya sebagai pedoman dalam pelaksana- (3) job kerja berdasarkan permasalahan yang
an pembelajaran praktik. terdapat pada kendaraan konsumen; (4)
Tahapan realisasi/konstruk adalah taha- pekerjaan berdasarkan standar kerja didukung
pan pengembangan model pembelajaran praktik dengan manual servis jenis kendaraan yang
dengan mengadopsi model teaching factory. dikerjakan; (5) siswa dituntut bekerja berda-
Secara umum tahapan tersebut memfungsikan sarkan waktu sama seperti waktu kerja di dunia
peran bengkel sebagai unit produksi dan tempat industri; (6) keselamatan kerja lebih diting-
belajar praktik, serta menggunakan tahapan katkan baik alat, orang dan benda kerja; dan (7)
pembelajaran yang terstruktur (analisis pada penanaman rasa tanggung jawab lebih besar
persiapan, penerapan model, bentuk kegiatan terutama terhadap kepuasan konsumen. Proses
pengembangan, proses pembelalajaran, produk, pelaksanaan pembelajaran praktik bertujuan
menghasilkan sebuah produk yang berupa jasa melaksanakan praktik sesuai dengan SOP saja
servis sepeda motor. Berdasarkan produk yang melainkan siswa juga memiliki kompetensi,
dihasilkan tersebut maka guru atau instruktur pengalaman, dan kemampuan menyelesaikan
dapat melakukan penilaian terhadap kompetensi masalah terhadap motor yang diservis tepat
yang dimiliki siswa dengan melakukan waktu karena hasil kerja tersebut menjadi poin
observasi langsung terhadap proses praktik terbesar bagi siswa dalam memperoleh nilai
yang dilakukan oleh siswa dan hasil pekerjaan praktik. Secara mendetail mengenai model
siswa tersebut. Pencapaian yang diharapkan pembelajaran teaching factory di SMK Karsa
yaitu siswa me- miliki kompetensi yang tidak Mulya dapat dilihat dalam Gambar 3.
hanya mampu

Bengkel otomotif SMK Karsa Mulya

Unit Produksi Tempat pembelajaran praktik

Proses Pembelajaran
Persiapan Penerapan Model 1. Proses Awal sebelum praktik
Teaching Factory a. Siswa mengganti pakaian sekolah dengan pakaian praktik.
1. Pengelolaan Sarana dan b. Siswa berbaris di depan bengkel dan dipimpin oleh siswa
Prasarana secara bergantian.
2. Pengelolaan Ruangan c. Siswa, guru, dan instruktur berdoa bersama sebagai awal
3. Penentuan strategi dan memulai pembelajaran.
sistem dalam pembelajaran d. Dilakukan persensi oleh guru dan instruktur
praktik e. Pembagian tugas untuk para siswa oleh guru dan instruktur.
f. Siswa dipersilahkan masuk keruangan.
g. Waktu pembelajaran praktik disamakan dengan di dunia
Bentuk Kegiatan industri
pengembangan 2. Proses pelaksanaa pembelajaran praktik
1. Siswa melakukan pekerjaan a. Pengarahan tentang job yang akan dikerjakan
real sesuai SOP seperti di b. Pengarahan tentang keselamatan kerja.
dunia industri, c. Penerapan Strategi pembelajaran praktik yang digunakan
2. Bahan praktik yang menggunakan konsep Teaching Factory
dikerjakan yaitu benda real d. Siswa menggunakan fasilitas 2 siswa satu fasilitas
3. Kerja berdasarkan e. Siswa memilih dan mengambil alat-alat yang dipergunakan
permasalahan yang terdapat dalam proses praktik.
pada kendaraan konsumen, f. Memeriksa dan mencatat alat-alat yang digunakan pada saat
4. Pekerjaan berdasarkan praktik.
standar kerja didukung g. Melakukan pekerjaan sesuai dengan job yang telah ditentukan
denga manual servis jenis oleh guru dan instruktur.
kendaraan yang dikerjakan, h. Menganalisis, mencatat dan belajar untuk mencari solusi akan
5. Siswa dituntut bekerja masalah yang dihadapi berdasarkan job yang dibagikan.
berdasarkan waktu seperti i. Guru dan instruktur melakukan pembimbingan
waktu di dudi j. Sistem pendampingan maksimal 1guru/instruktur sebanyak 5
6. Keselamatan kerja lebih sampai 8 siswa.
ditingkatkan baik alat, 3. Akhir proses pembelajaran
orang dan benda kerja, a. Membersihkan alat-alat yang digunakan .
7. penanaman rasa tanggung b. Melakukan pengecekan
jawab lebih besar terutama c. Mengembalikan alat-alat yang digunakan kedalam lemari alat.
terhadap kepuasan d. Menyususun alat-alat yang digunakan sesuai dengan tempat
konsumen. dan fungsinya.
e. Membersihkan lokasi tempat bekerja.
f. Guru melakukan pengecekan
Produk berupa jasa servis otomotif g. Siswa, guru dan instruktur berdoa bersama

Evaluasi berdasarkan hasil produk yang dikerjakan siswa

Nilai praktik: Pencapaian yang di targetkan berupa kompetensi siswa dan


keberhasilan kerja siswa dalam menyelesaikan masalah

Gambar 3. Model Teaching factory di SMK Karsa Mulya


Gambar 3 memperlihatkan konstruksi kurikulum yang sudah disusun oleh sekolah
model teaching factory tidak lagi memisahkan serta beberapa teknik yang dilaksanakan juga
dua fungsi bengkel. Tahapan konstruksi pada mengikuti teknik yang dilaksanakan di dunia
intinya mengkonstruksi model pembelajaran industri; (4) dalam proses praktikum yang
praktik berbasis model teaching factory yang semula ditargetkan 2 siswa praktik meng-
sesuai di bengkel otomotif SMK Karsa Mulya. gunakan 1 fasilitas namun pada saat penelitian
Setelah konstruksi dilakukan dan dikonsultasi- dilaksanakan dan melalui diskusi dengan guru
kan kepada expert, maka selanjutnya dilakukan dan instruktur praktik maka disusun sebuah
tahapan tes, evaluasi dan revisi. Suatu pemeca- jadwal praktik sehingga pada saat praktik hanya
han yang dikembangkan harus diuji dan dilaksanakan oleh 4 orang siswa maka masing-
dievaluasi dalam praktik. Evaluasi yaitu sebuah masing siswa dapat menggunakan 1 fasilitas
proses yang dilakukan untuk memperoleh data secara penuh; (5) siswa diberikan kepercayaan
informasi yang dibutuhkan dalam mengambil penuh terhadap fasilitas yang digunakan dalam
keputusan menyangkut proses maupun produk proses pembelajaran praktik hal tersebut
yang dihasilkan dalam suatu kegiatan (Stark dan merupakan upaya untuk menanamkan rasa
Thomas, 1994; Stufflebeam dan Shinkfield, tanggung jawab siswa, melatih kejujuran siswa
1985). Evaluasi dilakukan berdasarkan proses dan memberikan hak kebebasan pada siswa
pengembangan yang dilakukan, produk yang untuk bekerja tanpa terbeban dengan rasa takut;
dihasilkan. Evaluasi sebagai proses pengumpu- (6) siswa dianjurkan untuk selalu melakukan
lan, pemrosesan dan penganalisaan informasi perkerjaan dengan cara menganalisis dan
secara sistematik, untuk memperoleh nilai mencatat masalah apa yang sedang dihadapi
realisasi dari pemecahan. Dengan kata lain, serta mencari solusi apa yang harus dilakukan
apakah situasi yang diinginkan sudah sesuai teknik ini berjalan dengan baik; (7) job yang
sebagaimana yang diuraikan pada perumusan dikerjakan oleh siswa yaitu melakukan servis
masalah. Sehingga dengan data yang didapatkan sepeda motor yang terdiri dari tune up, overhaul
melalui penelitian diketahui bagian atau masa- dan sistem kelistrikan, sepeda motor yang
lah mana yang sudah sesuai dan bagian mana dikerjakan tersebut terbuka bagi siapa saja
yang masih diperlukan pengembangan. Kegia- seperti sepeda motor milik bapak/ibu guru SMK
tan ini biasa disebut siklus balik. Siklus diulang Karsa Mulya, seluruh siswa dan terbuka bagi
sampai pemecahan yang diinginkan tercapai. masyarakat umum yang sudah mengetahui
Hasil observasi proses pembelajaran, me- keberadaan bengkel sekolah SMK Karsa Mulya;
nunjukkan kegiatan berupa: (1) siswa berbaris (8) proses pendamping yang dilakukan oleh
di depan bengkel dengan berpakaian kerja guru praktik juga berjalan dengan baik
lengkap, dilakukanya persensi dan doa berhubung dalam sehari hanya terdiri dari 4
pembuka, pem- bagian tugas yang dilakukan siswa yang melakukan praktik maka guru dapat
oleh guru/ins- truktur, kegiatan ini dilakukan dengan mudah untuk mengontol setiap kegiatan
rutin setiap 5 menit sebelum proses praktik yang dilakukan siswa selama melakukan
dilaksanakan; (2) pengarahan tentang job yang praktik, (9) akhir proses kegiatan praktikum
akan dikerjakan pada saat praktik oleh guru dan siswa mem- bersihkan alat-alat yang digunakan,
instruktur dan pengarahan tentang keselamatan melakukan pengecekan fasilitas yang
kerja berjalan dengan baik dan dilaksanakan digunakan, menyusun kembali alat-alat tersebut
rutin selama penelitian dilaksanakan; (3) kembali ketempat semula sama seperti sebelum
penerapan strategi pembelajaran praktik praktik dilaksanakan; (10) siswa melakukan
menggunakan konsep teaching factory dapat pember- sihan ruangan tempat praktik setiap
berjalan dengan baik terlihat dari proses praktik proses praktik berakhir dan dilakukan rutin, (11)
yang dilaksanakan yaitu menyesuaikan dengan guru melakukan pengecekan atas fasilitas yang
SOP yang dimiliki oleh dunia industri dan sudah digunakan pada saat praktik, dan (12)
disesuaikan dengan untuk
akhir kegiatan prktikum semua dilakukan dalam jenis produk yang dihasilkan berupa jasa servis
waktu 15 menit setelah praktik dilakukan dan sepeda motor maka hasil kerja atau servis yang
sebelum pulang selalu dilakukan doa penutup. dilakukan sangat berpengaruh terhadap kepua-
Pada tahapan implementasi dilaksanakan san konsumen sehingga siswa dituntut benar-
dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang benar sabar dan teliti dalam melakukan servis.
ada dan terjadi di lapangan. Setelah dilakukan Keberhasilan siswa dalam melaksanakan servis
evaluasi dan diperoleh produk hasil, maka sepeda motor secara langsung otomatis menjadi
produk dapat dimplementasikan pada wilayah modal awal siswa dalam mempersiapkan diri
yang lebih luas. Plomp. (1997) menyatakan sebagai mekanik profesional setelah lulus dari
bahwa pemecahan masalah harus dikenalkan, SMK.
dengan kata lain, model teaching factory dalam Berdasarkan data hasil observasi
pembelajaran praktik sebagai solusi pemecahan langsung terhadap proses pengembangan yang
masalah harus diimplementasikan. Berdasarkan dilakukan dapat disimpulkan bahwa proses
produk yang dihasilkan, evaluasi dilakukan pengemba- ngan yang dilakukan telah berjalan
dengan melakukan observasi langsung proses dengan baik, akan tetapi terdapat beberapa
praktik. Setelah siswa selesai melakukan praktik proses yang tidak terlaksana sehingga
dengan memperhatikan tahap-tahap dalam pro- diperlukan adanya revisi terhadap model yang
ses kerja yang dilakukan siswa serta keber- telah disusun sebelumnya sehingga diperoleh
hasilan kerja siswa dalam memecahkan masalah sebuah model praktik yang cocok dilaksanakan
yang terjadi pada jenis sepeda motor yang di SMK Karsa Mulya Palangka Raya dengan
diservis sesuai dengan waktu kerja seperti yang keterbatasan yang dimiliki oleh pihak sekolah.
dilaksanakan di dunia industri pada umumnya, Tabel 1 merupakan data hasil praktik
maka dapat diketahui sejauh mana tingkat Tune Up, Over Haul, dan starter system yang
kompetensi yang dimiliki siswa dalam belajar diperoleh siswa SMK Karsa Mulya Jurusan
melaksanakan servis secara nyata, melakukan Teknik Sepeda Motor Kelas XI yang berjumlah
analisis, melakukan servis dan menentukan 19 orang selama melakukan praktik menggu-
solusi terhadap masalah yang dihadapi sehingga nakan konsep teaching factory.
memperoleh hasil kerja yang baik. Dikarenakan

Tabel 1. Data Nilai Hasil Praktik


Mater Rerata Nilai
i Nilai Nilai
No Persi- Proses Hasil Sikap Waktu Skor
praktik total Nilai tertinggi terendah
apan kerja kerja kerja
1 Tune
4,93 4,59 4,53 4,99 5,00 80,95 95,23 98,82 89,41
Up
2 Over
4,33 4,43 5,00 3,89 4,00 64,16 85,55 90,67 82,67
Haul
3 Starter 4,35 3,41 4,95 4,00 4,00 58,47 78,00 80,00 77,33
System

Berdasarkan hasil perolehan nilai praktik terdapat siswa yang memperoleh skor 0-2.
pada saat praktik menggunakan model teaching Sehingga jika dimasukkan berdasarkan kriteria
factory di SMK Karsa Mulya Palangka Raya perhitungan nilai praktik maka nilai tertinggi
yang ditampilkan melalui Tabel 1 menggambar- dan terendah yang diperoleh siswa berada
kan bahwa nilai kompetensi siswa berada pada dalam kategori nilai yang baik (diatas 75).
tingkat kategori baik. Dengan melihat nilai tiap Melalui observasi langsung terhadap
mahasiswa, pada setiap sub komponen tes, proses praktikum yang dilaksanakan dapat
siswa memperoleh nilai pada skor 3-5 dan tidak dikatakan berjalan dengan baik. Skor yang
ditetapkan dari masing-masing komponen yaitu Berdasarkan hasil proses pengembangan
berada pada rentang (0-5) jadi skor maksimal yang dilakukan mulai dari proses persiapan,
yang diperoleh siswa yaitu 5 dan skor terendah proses praktik dan proses evaluasi yang dilak-
yaitu 0. Adapun perolehan nilai praktik dari sanakan jelas bahwa proses pengembangan
masing-masing kompetensi yaitu: (a) nilai yang telah berjalan dengan baik serta tujuan pengem-
diperoleh siswa pada kompetensi Tune Up yaitu bangan yang dilakukan tercapai dengan baik.
skor nilai tertinggi= 98,82; nilai terendah= Pengembangan proses persiapan, proses praktik
89,41; dan nilai rata-rata= 95,23; (b) nilai yang dan proses evaluasi yang telah dilaksanakan
diperoleh siswa pada kompetensi Over Haul kemudian ditelaah dan direvisi. Hal yang
yaitu skor nilai tertinggi=90,67; nilai teren- direvisi meliputi: (1) pengelolaan sarana dan
dah=(82,67; dan nilai rata-rata=85,54; serta (c) prasarana;
nilai yang diperoleh siswa pada kompetensi (2) waktu pelaksanaan praktik; dan (3)
system starter yaitu skor nilai tertinggi=80,00; pemanfaatan sarana dalam proses praktik terkait
nilai terendah= 77,33; dan nilai rata-rata=77,96. pembagian jumlah kelompok dan jadwal
Dari hasil perolehan nilai tersebut dapat di- praktik. Dibutuhkan pengelolaan sarana dan
simpulkan bahwa pembelajaran praktik dengan prasarana kebutuhan praktikum yang lebih
model teaching factory dapat dilaksanakan di optimal. hal tersebut agar mudah dijangkau oleh
bengkel otomotif SMK Karsa Mulya dan secara siswa saat membutuhkan alat dan bahan praktik.
nyata mampu membuat siswa mencapai kom- Gambar 4 berikut ini menunjukkan pengelolaan
petensi yang baik yang dibuktikan dengan ruangan dengan model teaching factory.
perolehan nilai diatas 75.

B G E
H
D F
A C D B I

Keterangan: 1. Aspek aspek keselamatan kerja dan petunjuk


A: Bahan Praktik kerja di tempel di sisi dinding ruangan.
B: Meja guru
2. Jalur proses dan strategi yang dikembangkan
C: Ruang kepala bengkel, guru instruktur
D: Kursi tunggu pelanggan semua dilaksanakan di dalam bengkel dan sekitar
E: Lemari alat TKR halaman bengkel
F: Ruang Kelistrikan 3. Akses jalur menuju ruang bengkel mengikuti
G: Lemari alat dan bahan TSM arah panah.
H: Meja Kerja TKR
4. Jenis proses yang dilaksanakan diterangkan
I: Meja kerja bangku
: siswa dan guru/instruktur pada tabel model pengembangan yang
dibuat.
Gambar 4. Bengkel Otomotif SMK Karsa Mulya Model Teaching factory

Gambar 4 menunjukkan pengelolaan model pembelajaran praktik yang mengadopsi


sarana dan prasarana yang terlihat telah teaching factory dalam pengelolaan sarana dan
memperhitungkan aspek K3 dan memudahkan prasarana praktik serta proses pelaksanaan pem-
siswa menjangkau alat dan bahan praktik. Dari belajaran praktik di bengkel otomotif SMK
hasil penelaahan dan revisi, maka diperoleh
Karsa Mulya Palangka Raya, seperti Gambar 5 berikut ini.
Persiapan Penerapan Model Teaching Factory
1. Pengelolaan Sarana dan Prasarana
(a) melakukan proses penataan alat-alat yang dimiliki disesuaikan dengan fungsi, jenis dan kondisi alat; (b)
menyusun tempat kedudukan mesin atau objek yang akan dijadikan job dalam pekerjaan; (c) membuat sebuah
sistem dalam pendistribusian alat-alat yang digunakan; (d) menyusun jadwal maintenance secara berkala; dan
(e) melakukan penyiapan alat-alat sebelum proses pembelajaran dilakukan
2. Pengelolaan Ruangan
(a) penataan ruangan bengkel menyerupai bengkel kerja di dunia industri; (b) menyusun sarana yang ada
berdasarkan job-job pekerjaan yang dilakukan (kerja bangku, kelistrikan, servis engine) pengkondisian rungan
yang nyaman untuk bekerja; (c) penyusunan ruangan berdasarkan masing-masing fungsi (ruang alat, ruang
guru/instruktur, ruang tunggu, dan ruang kerja); (d) penataan ruangan sesuai dengan fungsi, jenis kerja untuk
jurusan TSM; (e) menjaga kondisi ruangan agar tetap bersih dengan terus melakukan; (f) menyusun tanda-
tanda peringatan tentang K3; dan (g) menyusun pemasangan poster atau gambar prosedur kerja sesuai dengan
lokasi kerja yang dilakukan
3. Penentuan strategi dan sistem dalam pembelajaran praktik
(a) pemilihan strategi pembelajaran oleh guru; (b) penerapan Strategi pembelajaran praktik yang mengguna-
kan konsep Teaching Factory artinya kompetensi yang ditanamkan berpedoman pada pencapaiaan kompetensi
terhadap jenis job yang telah ditetapkan sebelumnya proses pekerjaan atau pembelajaran praktik dilakukan
serta disesuaikan dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Strategi berbasis produksi disesuaikan dengan job
yang ada dan permintaan dalam unit produksi; (c) sistem yang dignakan yaitu system blok dengan alasan
penanaman kompetensi akan sangat mudah tercapai jika proses kerja yang dilakukan tidak terputus-putus
namun dibagi dalam beberapa kelompok 1 kelompok 4 orang; (d) memanfaatkan unit produksi sebagai
penunjang pelaksanaan Teaching Factory.

Proses Pembelajaran
1. Proses Awal sebelum praktik
(a) siswa dipersilahkan untuk mengganti pakaian sekolah dengan pakaian praktik; (b) siswa berbaris di depan
bengkel dan dipimpin oleh siswa secara bergantian; (c) siswa, guru, dan instruktur berdoa bersama sebagai awal
memulai pembelajaran; (d) dilakukan persensi oleh guru dan instruktur; (e) pembagian tugas untuk para siswa
oleh guru dan instruktur; (f) siswa dipersilahkan masuk keruangan; dan(g) waktu pembelajaran praktik
disamakan dengan waktu kerja di dunia industri yaitu 1 jam = 60 menit dimulai jam 07.00 sampai 14.00
WIB.Proses ini dilakukan 5 menit sebelum pembelajaran dilakukan.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran praktik
(a) pengarahan tentang job yang akan dikerjakan pada saat praktik oleh guru dan instruktur; (b) pengarahan
tentang keselamatan kerja; (c) penerapan Strategi pembelajaran praktik yang digunakan menggunakan konsep
Teaching Factory artinya kompetensi yang ditanamkan berpedoman pada pencapaiaan kompetensi terhadap
jenis job yang telah ditetapkan sebelumnya proses pekerjaan atau pembelajaran praktik yang dilakukan serta
disesuaikan dengan kurikulum yang telah ditetapkan; (d) siswa menggunakan fasilitas 1 siswa satu fasilitas hal
ini dilakukan karena hanya 4 siswa praktik setiap harinya; (e) siswa dipersilahkan menuju ruang alat untuk
memilih dan mengambil alat-alat yang dipergunakan dalam proses praktik; (f) memeriksa dan mencatat alat-alat
yang digunakan pada saat praktik; (g) melakukan pekerjaan sesuai dengan job yang telah ditentukan oleh guru
dan instruktur; (h) menganalisis, mencatat dan belajar untuk mencari solusi akan masalah yang dihadapi
berdasarkan job yang dibagikan; (i) guru dan instruktur melakukan pembimbingan dan memantau proses yang
dilakukan siswa; dan (j) sistem pendampingan dilaksanakan secara penuh dikarenakan siswa yang praktik hanya
4 siswa perharinya sehingga proses pendampingan pun sedikit lebih mudah dan maksimal. Proses ini dilakukan
sesuai dengan waktu pembelajaran praktik yang telah ditetapkan
3. Akhir proses pembelajaran
(a) membersihkan alat-alat yang digunakan; (b) melakukan pengecekan jumlah dan jenis alat yang telah
dipergunakan pada saat praktik; (c) mengembalikan alat-alat yang digunakan kedalam lemari alat; (d) penyu-
susun alat-alat yang digunakan sesuai dengan tempat dan fungsinya; (e) seluruh siswa bersama-sama
membersihkan lokasi tempat bekerja agar selalu bersih dan bebas dari bahaya; (f) guru melakukan pengecekan;
dan (g) siswa, guru dan instruktur berdoa bersama untuk mengakhiri proses pembelajaran praktik.Proses
tersebut dilakukan 15 menit setelah proses pembelajaran praktik dilakukan.

Produk berupa Jasa servis otomotif

Evaluasi: .(1) tes ujian praktik; (2) tes tertulis; (3) penilaian proses pelaksanaan praktikum melalui pengamatan
langsung; dan (4) hasil kerja siswa atau produk.
Uji kompetensi yang digunakan yaitu berpedoman pada uji kompetensi yang ditetapkan oleh Direktorat PSMK.

Gambar 5. Model teaching factory di SMK Karsa Mulya


Secara umum dapat diketahui dari dengan cepat, baik dan benar serta hasil uji
Gambar 5, bahwa pembelajaran praktik model kompetensi terhadap proses pembelajaran yang
teaching factory yang dilaksanakan di bengkel telah dilaksanakan selama praktik dengan
Otomotif SMK Karsa Mulya terdiri dari: (1) menerapkan model Teaching factory serta
persiapan berupa: (a) pengelolaan sarana dan melalui pengamatan langsung informasi
prasarana; (b) pengelolaan ruangan; dan (c) terhadap keberadaan bengkel otomotif SMK
penentuan strategi dan sistem dalam Karsa Mulya mulai meluas dan minat konsumen
pembelajaran praktik.; (2) proses pembelajaran lebih meninggkat. Berdasarkan hasil uji
berupa: (a) proses awal sebelum praktik; (b) kompetensi yang dilakukan menunjukan bahwa
proses pelaksanaan pembelajaran praktik; dan dari 19 orang siswa jurusan teknik sepeda
(c) akhir proses pembelajaran.; dan (3) Evaluasi motor, nilai praktik yang diperoleh siswa
berupa: (a) tes ujian praktik; (b) tes tertulis; (c) berdasarkan kriteria penilaian praktik kejuruan
penilaian proses pelaksanaan praktikum melalui yaitu rata-rata berada pada tingkatan baik. Hal
pengamatan langsung; dan (d) hasil kerja siswa tersebut ditunjukan dengan perolehan skor
atau produk. Dengan melaksanakan tahapan terendah sebesar 3 dan skor tertinggi sebesar 5
pembelajaran tersebut, pencapaian kompetensi pada rentang (0-5). Adapun perolehan nilai
siswa berupa hasil produk yang dikerjakan praktik dari masing-masing kompetensi yaitu:
siswa sesuai permintaan pelanggan dapat (a) nilai yang diperoleh siswa untuk kompetensi
terpenuhi. Nilai praktik merupakan pencapaian tune up yaitu skor nilai tertinggi sebesar 98,82
kompetensi siswa dan keberhasilan kerja siswa dan nilai terendah sebesar 89,41 sedangkan nilai
dalam menye- lesaikan masalah. rata-rata sebesar 95,23, (b) nilai yang diperoleh
siswa untuk kompetensi over haul yaitu skor
SIMPULAN nilai tertinggi sebesar 90,67 dan nilai terendah
Simpulan yang dapat ditarik berdasarkan sebesar 82,67 sedangkan nilai rata-rata sebesar
analisis data dan kajian terhadap hasil pengem- 85,55, (c) nilai yang diperoleh siswa untuk
bangan secara umum menunjukkan bahwa kompetensi sistem starter yaitu skor nilai
model teaching factory yang dikembangkan tertinggi sebesar 80,00 dan nilai terendah
sudah sesuai dengan criteria yang dipersya- sebesar 77,33 sedangkan nilai rata-rata sebesa
ratkan yaitu: (1) tersedianya ruangan sebagai 78,00. Dengan demikian jelas bahwa model
tempat pelaksanaan praktik; (2) Terdapat unit teaching factory dapat digunakan dan
produksi sebagai tempat pelaksanaan proses; (3) diterapkan pada bengkel Kejuruan jurusan
tersedia saranan dan prasarana penunjang Teknik Sepeda Motor SMK Karsa Mulya
seperti Alat-alat, kunci-kunci, dan mesin; (4) Palangka Raya.
telah memanfaatkan kondisi lingkungan setem-
pat dalam proses pembelajaran praktik; (5) DAFTAR RUJUKAN
sumber daya manusia yang terlibat di dalam Alptekin, S.E. et al. 2001. Teaching factory.
pelaksanaan yaitu guru/instruktur dan siswa; (6) Proceedings of the 2001 American Society
adanya kerjasama antara pihak industri dan for Engineering Education Annual Confe-
pihak sekolah; (7) guru mata pelajaran praktik, rence & Exposition, San Luis Obispo, 3563
instruktur memiliki komitmen dalam melaksa- Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
nakan dan menerapkan konsep pembelajaran 1995. Kamus besar bahasa Indonesia.
praktik model teaching factory; dan (8) siswa Jakarta: Balai Pustaka
terlibat penuh dalam proses. Efektivitas
terhadap proses pengembangan model teaching Clarke, L., and Winch, C. 2007. Vocational
Education: Internasional Approaches, De-
factory yang dilaksanakan ditunjukkan dengan
velopments, and System. New York:
kemam- puan siswa dalam menyelesaikan Routledge
pekerjaan
Dikmenjur. 1996 Pedoman Teknik Pelaksanaan Lamancusa, J.S. et al. 2008. The Learning
Pendidikan System Ganda pada SMK, Factory: Industry-Partnered Active
Depdikbud: Jakarta Learning. Journal of Engineering
Education
Direktorat PSMK. 2006. Penyelenggaraan Se-
kolah Menengah Kejuruan Kaitanya Nayang Polytechnic. 2003. Teaching factory
dengan Aspek Mutu Outcome Standar Concept. Diambil dari http://www.nyp.
Nasional Pendidikan (SNP). Jakarta: edu.sg/seg/innovative-teachingnlearning/
Depdiknas the-teaching-factory-concept pada 14 Fe-
bruari 2013
Direktorat PSMK. 2008. Roadmap Pengemba-
ngan SMK 2010-2014. Jakarta: Departe- Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pem-
men Pendidikan Nasional belajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Edward V.W and Andrew D.A. 1976. Modern Orlich, D.C. et al. 2007. Teaching Strategies: A
School Shop Planning Seventh Edition, Guide to Effective Instruction. New York:
Michigan: Prakken Pub,inc Houghton Mifflin Company
Finch, C. R and Crunkilton. John. 1999. School Shop Magazine and The Education Digest.
Curriculum Development in Vocational 1982. Modern School Shop Planning.
and Technical Education: Planning, Michigan: Prakken Pub,inc.
Content, and Implementation. Needham
Heights, MA: Allyn & Bacon. Inc Stark, J.S & Thomas, A. 1994. Assessment and
Program Evaluation. Massachusetts: Si-
Forester, W.J. 1973. Industrial Dynamics. mon & Schuster Publishing
Massachusetts, USA: The MIT Press
Storm, G. 1995. Managing the Occupational
Hadlock, H. et al. 2008. From Practice to Education Laboratory, Michigan: Prakken
Entrepreneurship: Rethingking the Learn- Publications, inc.
ing Factory Approach. Proceeding of the
2008 IAJC IJME International Conference, Stufflebeam, D.L. and Shinkfield, A.J. 1985.
ISBN 978-1-60643-379-9 Systematic Evaluation. Massachusetts:
Kluwer-Nijhoff Publishing
Hasbullah. 2010. Implementasi Pabrik Pe-
ngajaran (Teaching factory) untuk Sugihartono. 2009. Kendala yang Dihadapi oleh
Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK: Pihak Industri dalam Pendidikan Sistem
Seminar Internasional, ISSN 1907-2066 Ganda. Diambil dari http://sugihartono1.
Peran LPTK Dalam Pengembangan wordpress.com/2009/11/04/pendidikan sis-
Pendidikan Vokasi di Indonesia: APTEK- tem ganda/ pada 14 Februari 2013
INDO
Their, Herbert, D. 1970. Teaching Elementary
Usman, Husaini. 1998. Kepemimpinan Entre- School Science. A Laboratory approach.
preneur di Pendidikan Kejuruan, Bandung: New York: Heath and Company
Alfabeta
Sukardi Thomas. 2008. Pengembangan Model
Siswanto Ibnu. 2011. Pelaksanaan Teaching Bengkel Kerja Praktik Sekolah Menengah
factory di SMK RSBI Daerah Yogyakarta. Kejuruan. Disertasi doctor, tidak diterbit-
Tesis Magister. Tidak diterbitkan. Uni- kan, Universitas Negeri Yogyakarta:
versitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta Yogyakarta
Plomp, T. 1997. Educational & Training system
Design: Introduction University of Twen-
=te. Faculty of Education Science and
Technology. Enschede, The Netherlands

You might also like