You are on page 1of 7

1.

Masalah Etis Seputar Konsumen

Konsumen merupakan stakeholder yang sangat hakiki dalam bisnis modern. Bisnis
tidak mungkin berjalan, kalau tidak ada kosnumen yang menggunakan produk atau jasa
yang dibuat dan ditawarkan oleh bisnis.

Agar bisnis dapat berkesinambungan, konsumen perlu secara teratur memakai serta
membeli produk atau jasa dan menjadi seorang pelanggan bagi suatu perusahaan.
Pelanggan, dalam hal ini menduduki posisi kunci.

Hal ini secara tidak langsung menunjukkan tugas pokok produsen atau penyedia jasa
untuk selalu mengupayakan kepuasan konsumen. Pelanggan harus dilayani dan dijadikan
tujuan utama dalam kegiatan produsen.

Menyangkut hal tersebut, dapat dikatakan bahwa konsumen harus diperlakukan


dengan baik secara moral, bukan saja untuk memenuhi tuntutan etis, melainkan juga
untuk mencapai keberhasilan dalam bisnis.

a. Perhatian untuk Konsumen

Saat ini, kesadaran akan kewajiban bisnis terhadap para konsumen belum begitu lama
timbul dalam dunia bisnis. Kebanyakan produsen lebih mencurahkan perhatiannya
kepada produk yang ditawarkan dan bukannya kepada konsumen.

Padahal, belum tentu barang atau jasa yang ditawarkan oleh produsen tersebut sama
dengan yang ingin dibeli atau diinginkan oleh konsumen. Kerap kali, barang atau jasa
yang beredar di pasaran tidak benar-benar menawarkan sesuai dengan keinginan atau
ekspektasi pelanggan.

Karenanya, pada tahun 1962, Presiden John F. Kennedy mengirim kepada Kongres
Amerika suatu hal yang disebut Special Message on Protecting the Consumer Interest,
dimana dalam pesan tersebut, beliau menetapkan empat hak yang dimiliki setiap
konsumen. Yakni:

 The Right to Safety


 The Right to be Informed
 The Right to Choose
 The Right to be Heard
Perumusan tersebut agaknya masih terbilang tidak lengkap, namun dapat dianggap
sebagai jalan masuk yang tepat untuk emmenuhi masalah etis sekitar konsumen.

 Hak atas Keamanan

Produk-produk yang ditawarkan di pasaran banyak ang mengandung risiko tertentu


untuk konsumen, khususnya dalam masalah kesehatan dan keselamatan. Banyak obat
yang memiliki efek samping dan juga makanan-makanan yang mengandung zat pengawet
atau pewarna yang dapat membahayakan kesehatan konsumen.

Tak hanya seputar makanan dan obat-obatan, ada pula kendaraan yang keamanannya
tidak sesuai standar sehingga akan berbahaya saat terjadi kecelakaan lalu lintas. Terdapat
pula alat-alat dan perkakas lain yang akan menjadi membahayakan saat terdapat salah
konstruksi oleh perusahaan.

Karena inilah, konsumen memiliki hak atas produk yang aman. Produk-produk yang
memiliki kesalahan teknis atau yang lainnya tidak boleh ditawarkan di pasaran karena
dapat merugikan konsumen, baik kesehatannya atau bahkan akan membahayakan hidup
konsumen.

 Hak atas Informasi

Konsumen berhak mengetahui informasi yang relevan mengenai produk yang


dibelinya. Baik dari bahan baku, cara menggunakan, dan juga risiko yang mungkin saja
akan terjadi saat produk tersebut digunakan baik secara jangka panjang maupun jangka
pendek.

Hak tersebut mencakup segala aspek pemasarann dan periklanan. Baik dalam
amsalahn garansi dan jangka waktunya, semua informasi yang disebut pada label,
semuanya haruslah benar dari segala aspek tanpa perlu dipertanyakan kebenarannya.

 Hak untuk Memilih

Dalam sistem ekonomi pasar bebas, kompetisi tentu saja tejadi dari segala aspek oleh
para produsen. Dalam hal ini, konsumen berhak untuk memilih produk atau jasa yang
ditawarkan oleh para produsen tersebut.
Kualitas dan harga produk tentu saja akan berbeda. Begitupun bahan baku yang
digunakan oleh produk yang ditawarkan, konsumen memiliki hak untuk
membandingkannya sebelum mengambil keputusan untuk membeli.

 Hak untuk Didengarkan

Konsumen adalah orang yang menggunakan produk atau jasa, maka ia berhak untuk
menyampaikan keinginannya tentang produk atau jasa tersebut. Konsumen juga berhak
untuk didengarkan dan dipetimbangkan baik saran maupun keluhannya.

Akan lebih baik jika hak-hak konsumen dapat dipahami sebagai cita-cita atau tujuan
yang harus direalisasikan di masyarakat, terutama sebagai pertimbangan oleh para
produsen baik jasa maupun produk-produk yang beredar di masyarakat.

 Hak Lingkungan Hidup

Melalui produk yang digunakan, konsumen tentu saja memanfaatkan sumber daya
alam. Konsumen dalam hal ini berhak untuk menerima produk yang dibuat sedemikian
rupa, sehingga tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan atau merugikan
keberlanjutan proses-proses alam.

 Hak Konsumen atas Pendidikan

Tak hanya konsumen hanya mempunyai hak, konsumen sendiri harus juga menyadari
haknya. Konsumen harus mengemukakan kritik atau keluhan bila haknya dilanggar.
Karenanya, konsumen memiliki hak untuk secara positif dididik ke arah tersebut, baik di
sekolah dan juga melalui media massa. Masyarakat harus dipersiapkan menjadi
konsumen yang kritis dan sadar akan haknya.

b. Tanggung Jawab Bisnis untuk Menyedikan Produk yang Aman

Kerugian konsumen sebagai akibat dari pemakaian produk tertentu menjadi tanggung
jawab produsen . akan tetapi produsen hanya bertanggung jawab kalau kerugian
disaebabkan karena kesalahan produksi atau konstruksi. jika produk disalahgunakan oleh
konsumen , maka produsen tidak bertanggung jawab . Produsen juga tidak bertanggung
jawab bila alat yang berbahaya mengakibatkan kerugian karena konsumen tidak berhati-
hati.
Ada tiga pandangan dasar teoritis bagi pendekatan etis maupun yuridis mengenai
hubungan antara produsen dan konsumen , khususnya dalam hal tanggung jawab atas
produk yang ditawarkan oleh produsen dan dibeli oleh konsumen yaitu:

 Teori kontrak

Menurut pandangan ini hubungan antara produsen dan konsumen sebaiknya dilihat
sebagai semacam kontrak dan kewajiban produsen terhadap konsumen didasarkan atas
kontrak itu. Jika konsumen membeli sebuah produk, ia seolah olah mengadakan kontrak
dengan perusahaan yang menjual produk tersebut. Transaksi jual beli harus dijalankan
sesuai dengan apa yang tertera dalam kontrak itu dan hak pembeli maupun kewajiban
penjual memperoleh dasarnya dari apa yang tertera.

Agar kontrak tersebut menjadi sah , kontrak harus memenuhi beberapa syarat lagi,
yaitu:

 Kedua belah pihak harus mengetahui betul baik arti kontrak maupun sifat produk
 Kedua belah pihak harus melukiskan dengan benar fakta yang menjadi obyek kontrak.
 Ketiga tidak boleh ada paksaan antar kedua belah pihak.

Kewajiban paling penting adalah melaksanakan kontrak sesuai dengan ketentuanya.


Produk yang disampaikan kepada konsumen harus mempunyai kualitas yang dijanjikan
atau disepakati sebelumnyadan dalam memberi kesepakatan konsumen harus mengambil
keputusan dengan kebebasan penuh.

Dari berbagai segi pandangan kontrak tidak memuaskan, ada 3 keberatan terhadap
pandangan ini, yaitu:

 Teori kontrak mengandaikan bahwa produsen dan konsumen berada pada taraf yang
sama.
 Teori kontrak mengandaikan hubungan langsung antara produsen dan konsumen.
 Konsepsi kontrak tidak cukup untuk melindungi konsumen dengan baik.

 Teori Perhatian semestinya

Berbeda dengan pandangan kontrak, pandangan kedua ini tidak menyetarakan


produsen dan konsumen, melainkan bertolak dari kenyataan bahwa konsumen selalu
dalam posisi lemah, karena produsen mempunyai jauh lebih banyak pengetahuan dan
pengalaman tentang produk yang tidak dimiliki oleh konsumen.

Produsen bertanggung jawab atas kerugian yang dialami konsumen dengan memakai
produk, walaupun tanggung jawab itu tidak tertera dalam kontrak jual beli atau bahkan
disangkal secara eksplisit.

Pandangan ’perhatian semestinya’ ini tidak memfokuskan kontrak atau persetujuan


antara konsumen dan produsen, melainkan terutama kualitas produk serta tanggung jawab
produsen. Karena itu tekananya bukan pada segi hukum saja akan tetapi pada etika dalam
arti luas. sehingga teori ini mempunyai basis etika yang teguh.

Setelah mempelajari seluk beluknya maka pandangan ”perhatian semestinya” ini lebih
memuaskan daripada pandangan kontrak . namun demikian hal itu tidak berarti bahwa
pandangan ini pun tidak mempunyai kelemahan . dua kesulitan yang bisa muncul di teori
ini adalah :

 Tidak gampang menentukan apa arti ”semestinya”.

 Pengetahuan produsen juga terbatas.

 Teori Biaya sosial

Teori biaya sosial menegaskan bahwa produsen bertanggung jawab atas semua
kekurangan produk dan setiap kerugian yang dialami konsumen dalam memakai produk
tersebut. Hal itu juga berlaku jika produsen sudah mengambil semua tindakan yang
semestinya dalam merancang serta memproduksi produk bersangkutan atau jika produsen
sudah mengingatkan kepada konsumen tentang resiko yang ditimbulkan dari produk
tersebut. Teori ini terlalu berat sebelah dengan membebankan segala tanggung jawab
pada produsen.

c. Tanggung Jawab Bisnis Lainnya terhadap Konsumen

Tiga kewajiban moral lain yang masing masing berkaitan dengan kualitas produk
harganya, dan pemberian label serta pengemasan:

 Kualitas Produk

Produk harus sesuai dengan apa yang dijanjikan oleh produsen (melalui iklan atau
informasi lainya) dan apa yang secara wajar boleh diharapkan oleh konsumen. Konsumen
berhak atas produk yang berkualitas, karena ia membayar untuk itu. Dan bisnis
berkewajiban untuk menyampaikan produk yang berkualitas, misalnya seperti produk
yang tidak kadaluwarsa.

Salah satu cara yang biasanya ditempuh oleh produsen adalah dengan cara
memberikan jaminan kualitas produk berupa garansi dari produk tersebut. Akhirnya
bahwa kualitas produk tidah hanya merupakan suatu tuntutan etis melainkan juga suatu
syarat untuk mencapai sukses dalam bisnis .

 Harga

Harga yang adil merupakan sebuah topik etika yang sudah tua. Dalam zaman yunani
kuno, masalah etis sudah dibicarakan dengan cukup mendalam. Karena itu masalah harga
pun menjadi kenyataan ekonomis sangat kompleks yang ditentukan oleh banyak faktor
namun masalah ini tetap mempunyai implikasi etis yang penting.

Harga merupakan buah hasil perhitungan faktor faktor seperti biaya produksi, biaya
investasi, promosi, pajak dan laba yang wajar. Dalam sistem ekonomi pasar bebas,
sepintas harga yang adil adalah hasil akhir dari perkembangan daya pasar. Harga yang
adil dihasilkan oleh tawar menawar sebagaimana dilakukan di pasar tradisional, dimana si
pembeli sampai pada maksimum harga yang mau ia bayar dan sampai pada minimum
harga yang mau penjual pasang.

Dalam situasi harga yang adil terutama merupakan hasil dari penerapan dua prinsip
tersebut, yaitu pengaruh pasar dan stabilitas harga. Harga menjadi tidak adil setidaknya
karena 4 faktor, yakni:

 Penipuan

Terjadi bila beberapa produsen berkoalisi untuk menentukan harga.

 Ketidaktahuan

Ketidaktahuan pada pihak konsumen juga mengakibatkan harga menjadi tidak adil.

 Penyalahgunaan kuasa

Terjadi dengan banyak cara, salah satunya adalah pengusaha besar yang merasa
dirinya kuat memasang harga murah hingga sainganya tergeser dari pasaran.
 Manipulasi emosi

Merupakan faktor lain yang bisa mengakibatkan harga menjadi tidak adil.
Memanipulasikan keadaan emosional seorang untuk memperoleh untung besar melalui
harga tinggi dan tak lain mempermainkan konsumen itu sendiri.

 Pengemasan dan Pemberian Label

Pengemasan produk dan label yang ditempelkan pada produk merupakan aspek bisnis
yang semakin penting. Selain bertujuan melindungi produk dan memungkinkan
mempergunakan produk dengan mudah.
Pada produk yang berbahaya, harus disebut informasi yang dapat melindungi si
pembeli dan orang lain. Tuntutan etis lainya adalah bahwa pengemasan tidak boleh
menyesatkan konsumen

You might also like