You are on page 1of 6

39

Buana Sains Vol 12 No 1: 39-44, 2012

KARAKTERISTIK MORFOLOGI RUMPUT GAJAH DAN RAJA


DI TANAH VULKANIK DENGAN PEMBERIAN
BAHAN ORGANIK

A. Hanifa, Y.B.P. Subagyo dan Lutojo


Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
The experiment was aimed to investigate the effect of grasses variety and organic matter on
the morphology characteristic of Elephant and King grasses in Volcanic soil of Klakah
village, Selo sub district, Boyolali regency. A completely randomized design in a series of 2
x 4 experiment, with 4 replications were used to arrange the experiment. The first factor
consisted of two grasses variety: Elephant grass (R1) and King grass (R2). The second
factors were kinds of organics matter: D0 (no organic matter); D1 (organic matter 5
ton/ha); D2 (organic matter 10 t/ha) and D3 (organic matter 15 t/ha). The results showed
highly significant effect of dietary organic matter on the morphological characteristic of
tiller total of Elephant and King grasses. Both treatments showed significant interaction
(P=0.05) on tiller total. Dietary organic matter factor did not affect plant height of two
kind of grasses, but significantly affected leaf and culm ratio. The kinds of grasses factor
showed highly significant effect (P=0.01) on plant height, but significant effect on leaf and
culm ratio. The organic matter increased number of tiller total on two kinds of grasses.
King grass responded better than elephant grass on height plant and leaf and culm ratio. It
is concluded that dietary organic matter at 5 t/ha could be recommended to be applied on
volcanic soil.

Key words: morphology characteristic, Elephant grass, King grass, organics matter, volcanic soil
40
A. Hanifa, Y.B.P. Subagyo dan Lutoyo / Buana Sains Vol 12 No 1: 39-44, 2012

Pendahuluan Pakan utama ternak ruminansia


diantaranya sapi, kerbau, kambing dan
Kejadian erupsi Gunung Merapi selain
domba adalah hijauan. Namun,
berdampak merugikan juga membawa
berdasarkan data yang ada di Kabupaten
berkah yaitu material vulkanik (baik abu,
Boyolali diketahui ketersediaan pakan
pasir dan batu) yang dimuntahkan dapat
hijauan terutama rumput gajah di musim
menyuburkan tanah karena banyak
kemarau sangat jarang ditemui.
mengandung unsur hara yang tinggi.
Penggunaan bahan organik pada lahan
Komponen utama penyusun material
pasca erupsi Merapi diharapkan mampu
vulkanik adalah kandungan mineral gelas
memperbaiki dan mengembalikan struktur
amorf yang ikut berperan dalam
dan komposisi kimia tanah dalam waktu
mempercepat pelapukan. Karena faktor
jangka panjang. Ketersediaan unsur hara
iklim dan cuaca serta angin mengakibatkan
yang mencukupi akan mampu
partikel-partikel vulkanik dapat berpindah
meningkatkan produktivitas rumput dan
ke tempat lain dan mengendap tanpa
akhirnya kebutuhan ternak ruminansia
mengalami pemadatan terlebih dahulu,
akan pakan hijauan yang berasal dari
termasuk didalamnya unsur mineral yang
rumput juga terpenuhi.
bermanfaat bagi tanah. Oleh karena itu,
perlu diupayakan agar kandungan unsur
mineral pada abu vulkanik yang sangat Bahan dan Metode
bermanfaat bagi tanah itu tidak hilang. Bahan
Salah satu upaya pencegahannya yaitu
dengan pemberian bahan organik. Hal ini Penelitian dilaksanakan di Desa Klakah
disebabkan tanah yang berkembang dari Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
abu vulkanik umumnya dicirikan oleh Materi yang digunakan dalam penelitian
kandungan mineral liat allophan adalah: tanah vulkanik sebagai media
(Aluminosilikat amorf) yang tinggi, jika tanam, bahan organik berupa pupuk cair
bereaksi dengan bahan organik dapat yang berasal dari urine sapi ditambah
membentuk ikatan kompleks, sehingga dengan bahan empon-empon, bibit rumput
mineral unsur terikat dan tidak mudah (rumput gajah dan rumput raja). Peralatan
mengalami pelindian atau pelarutan. yang digunakan pada penelitian ini adalah:
Pemberian bahan organik ini sangat cangkul, sekop, plastik, gembor, tali rafia
menguntungkan karena dapat memperbaiki dan meteran.
struktur tanah, mengembalikan kondisi Metode
lahan pasca erupsi menjadi subur dalam
jangka panjang, membantu perkembangan Tanah yang digunakan dalam penelitian ini
mikroorganisme tanah dan adalah tanah vulkanik yang terletak dekat
mempertahankan ekosistem. Bahan (± 7 km) dengan Merapi. Tanah diolah
organik dapat berupa limbah tanaman, sampai kedalaman 0 sampai 20 cm dengan
pupuk hijau dan kotoran ternak (feses menggunakan cangkul. Setelah tanah siap,
maupun urine). Kotoran ternak berperan baru penanaman bibit rumput gajah dan
penting sebagai sumber pupuk organik, raja, dilakukan pula perawatan berupa
karena ternak dapat menghasilkan 19 penyiraman dan penyiangan gulma. Petak
sampai 40 kg/hari pupuk organik. Secara percobaan yang dipersiapkan sejumlah 32,
ilmiah terbukti dapat meningkatkan masing-masing seluas 3 x 4 m2 sesuai
produksi tanaman baik untuk pangan dengan perlakuan dan ulangannya serta
manusia maupun pakan ternak. dikondisikan siap tanam. Pupuk urine sapi
yang telah siap pakai kemudian dicampur
41
A. Hanifa, Y.B.P. Subagyo dan Lutoyo / Buana Sains Vol 12 No 1: 39-44, 2012

rata dengan tanah pada petak percobaan rumput meliputi jumlah anakan, tinggi
yang sesuai. Bahan tanam rumput yang tanaman dan nisbah daun batang.
digunakan adalah stek dengan jarak tanam
60 x 90 cm. Tanaman dibiarkan tumbuh
sampai potong umur 40 hari setelah tanam. Hasil dan Pembahasan
Pengamatan dilakukan setelah Karakteristik Morfologi Rumput Gajah dan
pertumbuhan kembali sampai defoliasi Raja
umur 40 hari.
Rancangan percobaaan yang Jumlah anakan
digunakan pada penelitian tahap ini adalah Pengamatan jumlah anakan rumput gajah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola dan raja yang diberi bahan organik dengan
Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, berbagai dosis tersaji pada Tabel 1. Hasil
masing-masing 4 ulangan. Faktor analisis statistik menunjukkan bahwa
perlakuannya adalah faktor I = Jenis pemberian bahan organik pada rumput
rumput: R1 (rumput gajah) dan R2 gajah berpengaruh sangat nyata (P<0,01)
(rumput raja); faktor II = dosis pupuk terhadap jumlah anakan dibandingkan
urine sapi: D0 ( 0 t/ha), D1 (5 t/ha), D2 dengan jumlah anakan pada rumput raja.
(10 tn/ha) dan D3 (15 t/ha). Data yang Rumput gajah mempunyai jumlah anakan
terkumpul dianalisis dengan menggunakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
analisis ragam, perhitungan selengkapnya rumput raja pada semua kombinasi
menggunakan paket SAS. Apabila perlakuan, dimana rataan jumlah anakan
perhitungan uji F menunjukkan signifikansi tertinggi pada rumput gajah sebesar 16 dan
pada taraf nyata (P<0,05) atau sangat nyata terendah pada rumput raja sebesar 6,5.
(P<0,01), maka dilanjutkan dengan Uji
Wilayah Ganda dari Duncan. Parameter
yang diukur adalah karakter morfologis

Tabel 1. Rataan jumlah anakan pada rumput gajah dan raja dengan perlakuan pemberian
bahan organik pada berbagai dosis
Jenis tanaman Dosis bahan organik (t/ha) Rataan
D0 (0) D1 (5) D2 (10) D3 (15)
Rumput Gajah (R1) 13b 22a 16b 13b 16A
Rumput Raja (R2) 6b 7 a 6 b 7 b 6,5B
Rataan 9,5B 14,5A 11B 10B
Keterangan: Superskrip huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata (P>0,05); Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05); Superskrip huruf besar yang berbeda pada kolom yang berbeda dan kolom
yang sama menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01)

Pemberian dosis bahan organik sebesar 5 organik antara D0, D2 dan D3


ton/ha (D1) berbeda sangat nyata menunjukkan tidak berbeda nyata
(P<0,01) dibandingkan dengan tanpa (P>0,05) dalam meningkatkan jumlah
pemberian bahan organik (D0), pemberian anakan baik pada rumput gajah maupun
bahan organik sebesar 10 t/ha (D2) dan rumput raja, dimana jumlah anakan
15 t/ha (D3) dalam meningkatkan jumlah tertinggi terdapat pada D1 dibandingkan
anakan. Sedangkan pemberian dosis bahan dengan D2, D3 dan D0.
42
A. Hanifa, Y.B.P. Subagyo dan Lutoyo / Buana Sains Vol 12 No 1: 39-44, 2012

Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat menghasilkan jumlah anakan yang sangat


keragaman pada jumlah anakan pada nyata lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan kombinasi baik jenis rumput dan tanpa pemberian bahan organik (D0),
dosis pemberian bahan organik. Interaksi pemberian bahan organik 10 t/ha ( D2)
perlakuan jenis rumput dan dosis bahan dan 15 t/ha (D3). Sumarsono et al. (2007)
organik berpengaruh nyata (P<0,05) bahwa pemberian bahan organik sampai
terhadap jumlah anakan. Interaksi 63,43 t/ha dapat meningkatkan jumlah
pemberian bahan organik pada rumput anakan.
gajah dan raja menghasilkan peningkatan Tinggi tanaman
jumlah anakan dengan nilai tertinggi pada
kombinasi perlakuan R1D1 yaitu sebesar Pengamatan tinggi tanaman rumput gajah
22 serta yang terendah (R2D0) dan (R2D2) dan raja yang diberi bahan organik dengan
yaitu masing-masing sebesar 6. Hal ini berbagai dosis tersaji pada Tabel 2.
berarti pemberian bahan organik sebesar 5
t/ha (D1) pada rumput gajah dan raja

Tabel 2. Rataan tinggi tanaman (cm) pada rumput gajah dan raja dengan perlakuan
pemberian bahan organik pada berbagai dosis
Jenis tanaman Dosis bahan organik (t/ha) Rataan
D0 (0) D1 (5) D2 (10) D3 (15)
Rumput Gajah (R1) 145 133 100 73 112,8B
Rumput Raja (R2) 135 130 115 109 122,2A
Rataan 140 131,5 107,5 91
Keterangan: Superskrip huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda
sangat nyata (P<0,01)

Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi antara perlakuan pemberian bahan organik


tanaman tidak memperlihatkan keragaman, dan jenis rumput menunjukkan tidak
baik di antara perlakuan jenis rumput dan berbeda nyata (P>0,05) tehadap tinggi
dosis pemberian bahan organik. Hasil tanaman. Hal ini berarti bahwa kombinasi
analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan antara dosis pemberian bahan
pemberian bahan organik berbagai dosis organik 5 t/ha (D1), 10 t/ha (D2) dan 15
baik pada rumput gajah maupun raja tidak t/ha (D3) dan jenis rumput (gajah dan raja)
berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap menghasilkan tinggi tanaman yang sama
tinggi tanaman. Namun, pemberian bahan dengan tanpa pemberian bahan organik
organik berbagai dosis pada rumput raja (D0). Hal ini tidak sesuai dengan
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) pernyataan yang dikemukakan oleh Tirta
menghasilkan tinggi tanaman dibandingkan (2006) bahwa pemberian bahan organik
dengan pemberian bahan organik berbagai sebesar 0,21 mL berpengaruh nyata
dosis pada rumput gajah. Rumput raja terhadap tinggi tanaman anggrek.
mempunyai tinggi tanaman yang lebih Ditambahkan lebih lanjut oleh Sumarsono
tinggi dibandingkan dengan rumput gajah et al. (2007) bahwa pemberian bahan
pada semua kombinasi dosis pemberian organik sebesar 63,43 t/ha berpengaruh
bahan organik. Rataan tinggi tanaman nyata dapat meningkatkan tinggi tanaman.
tertinggi pada rumput raja sebesar 122,2 Nisbah daun dan batang
cm dan terendah pada rumput gajah
sebesar 112,8 cm. Secara statistik, interaksi
43
A. Hanifa, Y.B.P. Subagyo dan Lutoyo / Buana Sains Vol 12 No 1: 39-44, 2012

Pengamatan nisbah daun dan batang organik dengan berbagai dosis tersaji pada
rumput gajah dan raja yang diberi bahan Tabel 3.

Tabel 3. Rataan nisbah daun dan batang pada rumput gajah dan raja dengan perlakuan
pemberian bahan organik pada berbagai dosis
Jenis tanaman Dosis bahan organik (t/ha) Rataan
D0 (0) D1 (5) D2 (10) D3 (15)
Rumput Gajah (R1) 11B 7B 8B 8B 8,5b
Rumput Raja (R2) 12A 10 A 10 A 8 A 10,0a
Rataan 11,5A 8,5 B 9,0 B 8,0 B

Keterangan: Superskrip huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda
sangat nyata (P<0,01); Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda sangat nyata (P<0,05).

Hasil analisis statistik menunjukkan Secara statistik, interaksi antara


bahwa pemberian bahan organik pada perlakuan pemberian bahan organik dan
rumput raja berpengaruh nyata (P<0,05) jenis rumput menunjukkan tidak berbeda
terhadap nisbah daun dan batang nyata (P>0,05) terhadap nisbah daun dan
dibandingkan dengan nisbah daun dan batang. Hal ini berarti bahwa kombinasi
batang pada rumput gajah. Rumput raja perlakuan antara dosis pemberian bahan
mempunyai nisbah daun dan batang organik 5 t/ha (D1), 10 t/ha (D2) dan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan 15 t/ha (D3) dan jenis rumput (gajah
rumput gajah pada semua kombinasi dan raja) menghasilkan nisbah daun dan
perlakuan pemberian bahan organik, batang yang sama dengan tanpa
dimana rataan nisbah daun dan batang pemberian bahan organik (D0). Interaksi
tertinggi pada rumput raja sebesar 10 bahan organik tidak memperlihatkan
dan terendah pada rumput gajah sebesar peningkatan nisbah daun dan batang
8,5. Pemberian bahan organik berbagai pada tanaman rumput gajah dan raja,
dosis pada jenis rumput gajah dan raja dengan nilai tertinggi (R2D0) yaitu
menunjukkan berbeda sangat nyata sebesar 12 dan yang terendah (R1D1)
(P<0,01). Perlakuan tanpa pemberian yaitu sebesar 7. Hal ini tidak sesuai
bahan organik (D0) menunjukkan dengan pendapat Sumarsono et al. (2007)
berbeda sangat nyata (P<0,01) bahwa penggunanan pupuk organik
dibandingkan dengan pemberian bahan berupa feses kambing sampai tingkat
organik sebesar 5 t/ha (D1), 10 t/ha 63,43 t/ha menunjukkan peningkatan
(D2) dan 15 t/ha (D3) dalam nisbah daun dan batang sampai 7,25%
meningkatkan nisbah daun dan batang. daripada tanaman tanpa pemberian
Sedangkan pemberian bahan organik pupuk organik. Lebih lanjut
antara D1, D2 dan D3 menunjukkan ditambahkan pula oleh Syahputra (2007)
tidak berbeda nyata (P>0,05) dalam bahwa pemberian bahan organik pada
meningkatkan nisbah daun dan batang tanaman akan meningkatkan nisbah
baik pada rumput gajah maupun rumput daun dan batang daripada tanaman yang
raja, dimana nisbah daun dan batang tidak diberi bahan organik.
tertinggi terdapat pada D0 (11,5) dan
berturut-turut terendah D2 (9), D1 (8,5)
dan D3 (8).
44
A. Hanifa, Y.B.P. Subagyo dan Lutoyo / Buana Sains Vol 12 No 1: 39-44, 2012

Kesimpulan Steel, R. G. dan Torrie, J.H. 1995. Prinsip


Prosedur Statistika. Gramedia Pustaka
1. Pemberian bahan organik mampu Utama, Jakarta (Diterjemahkan oleh B.
meningkatkan jumlah anakan pada Sumantri).
rumput gajah dan raja Sumarsono, S. Anwar, S. Budianto, dan.
2. Rumput raja lebih responsif dalam Widjajanto, D.W. 2007. Morphology and
peningkatan tinggi tanaman serta Forage Dry Matter Yield Performance of
nisbah daun dan batang Elephant and Para Grasses in Coastal
dibandingkan dengan rumput gajah Area Fertilized by Organic Fertilizer and
3. Pemberian bahan organik mampu Two Levels of Urea. Journal of Indonesia.
meningkatkan jumlah anakan pada Tropica Animal and Agriculture 32 (1):
58-63.
rumput gajah dan raja
Sumarsono. 2005. Peranan pupuk organik
4. Pemberian dosis bahan organik untuk perbaikan penampilan dan produksi
sebesar 5 t/ha dapat digunakan di hijauan rumput gajah pada tanah cekaman
tanah vulkanik. salinitas dan kemasaman. J urnal Sain
Peternakan 2 (2): 76-81.
Daftar Pustaka Suriadikarta, D.A., Abbas, A. Id., Sutono,
Erfandi, D,. Santoso, E. dan Kasno, A.
Dewi Hoediati, Sumarsono dan. Widjajanto, 2010. Identifikasi Sifat Kimia Abu
D.W. 1998. Pengaruh pupuk kandang dan Volkan, Tanah Dan Air di Lokasi
inokulasi rhizobium terhadap Dampak Letusan Gunung Merapi. Balai
pertumbuhan kembali lamtoro gung Penelitian Tanah, Bogor.
(Leucaena leucochepala) setelah pemotongan Syahputra, D.F. 2007. Efek Residu Pupuk
pertama. J. Pastura 2(1) : 1-5. Widjajanto, Organik Terhadap Produksi Sawi (Brassica
D.W., and N. Miyauchi. 2002. Organic Juncea L) dan Beberapa Sifat Kimia Tanah
farming and its prospect in Indonesia. Andisol. Skripsi. Fakultas Pertanian USU,
Bull. Fac. Agric. Kagoshima Univ., 52: Medan.
5762. Tirta, I.G. 2006. Pengaruh Beberapa Jenis
Lingga, P. dan Marsono. 2000. Petunjuk Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap
Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud
Jakarta. (Dendrobium macrophyllum A. Rich.).
Musnamar, E. I. 2005. Pupuk Organik Cair Biodiversitas 7(1): 81
dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar
Swadaya, Jakarta.

You might also like