You are on page 1of 8

Jurnal Inpafi

Vol. 2, No. 4, Nopember 2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
POKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X
SEMESTER II SMA NEGERI 1 DELITUA
Almira Novriyanti dan Derlina
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan
almirayanti85@yahoo.com

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of problem-based learning model
on student learning outcomes in the subject matter of temperature and
heat in the second half of class X SMA Negeri 1 Delitua. This research is
quasi-experimental. The study population was all students of class X SMA
Negeri 1 Delitua which consists of 10 classes then performed by means of
cluster sampling random sampling. The instrument used to determine
student learning outcomes are achievement test in the form of essay tests
totaling 10 questions. The results were obtained an average value of the
experimental class pretest 31,90 and control class 30,48 . Once the data
pretest is normal and homogeneous difference test second grade values
obtained that both classes have the same initial ability. Then given a
different treatment, the experimental class with a problem-based learning
model and grade control with conventional models. From the observation
of student activity conducted by the observer in experimental class found
that the average value of three times the activity of students meeting with a
fairly active category. The average value of 71,63 posttest experimental
class and control class 67,48. Once the data posttest is normal and
homogeneous difference test second grade values obtained that there is a
difference due to the influence model of problem-based learning on
learning outcomes of students in the subject matter of temperature and
heat in class X SMA Negeri 1 Delitua.
Key Words : problem-based learning model, activity, learning outcomes

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan
kalor di kelas X semester II SMA Negeri 1 Delitua. Jenis penelitian ini
adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa
kelas X SMA Negeri 1 Delitua yang terdiri dari 10 kelas kemudian
dilakukan pengambilan sampel dengan cara cluster random sampling.
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa adalah tes
hasil belajar yang berbentuk essay tes yang berjumlah 10 soal. Dari hasil
penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 31,90 dan kelas
kontrol 30,48. Setelah data pretes normal dan homogen dilakukan uji beda
nilai kedua kelas diperoleh bahwa kedua kelas memiliki kemampuan awal
yang sama. Kemudian diberikan perlakuan yang berbeda, kelas
eksperimen dengan model pembelajaran berbasis masalah dan kelas

89
Jurnal Inpafi
Vol. 2, No. 4, Nopember 2014

kontrol dengan model konvensional. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa


yang dilakukan oleh observer pada kelas eksperimen diperoleh bahwa nilai
rata-rata aktivitas siswa dari tiga kali pertemuan termasuk kategori cukup
aktif. Nilai rata-rata postes kelas eksperimen 71,63 dan kelas kontrol
67,48. Setelah data postes normal dan homogen dilakukan uji beda nilai
kedua kelas diperoleh bahwa ada pengaruh model pembelajaran berbasis
masalah terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor di
kelas X SMA Negeri 1 Delitua.
Kata kunci: model pembelajaran berbasis masalah, hasil Belajar,
aktivitas
PENDAHULUAN bersifat teacher center. Pembelajaran
Berkembangnya pendidikan fisika juga hanya berorientasi pada
akan mempengaruhi perkembangan hapalan dan rumus tanpa memahami
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi konsep dari fisika itu sendiri. Pelajaran
(IPTEK). Fisika sebagai salah satu fisika bukanlah mata pelajaran yang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hanya menuntut kemampuan
memiliki sumbangan yang besar menghapal rumus-rumus yang
terhadap kemajuan IPTEK dengan diberikan, tetapi juga harus terampil
berbagai penemuan di bidang sains dalam mengaplikasikannya untuk
dan teknologi. menyelesaikan permasalahan fisika di
Siswa berpendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
pelajaran fisika itu sulit karena mereka ditekankan untuk meningkatkan
banyak menjumpai persamaan kompetensi berpikir kritis dan
matematik sehingga fisika sistematis dalam memahami konsep
diidentikkan dengan angka dan rumus. fisika, sehingga siswa memperoleh
Pembelajaran fisika hanya pemahaman yang benar tentang fisika.
memfokuskan persamaan-persamaan Masalah-masalah diatas
fisika dan mengutamakan perhitungan menyebabkan hasil belajar fisika siswa
daripada menjelaskan konsep dasar, rendah. Hal ini sesuai dengan hasil
hubungan fisika dengan kehidupan wawancara peneliti dengan guru fisika
sehari-hari, dan masalah-masalah di sekolah tersebut yang menyatakan
fisika dalam kehidupan sehari-hari. bahwa hasil belajar fisika siswa kelas
Hal ini berdampak pada rendahnya X masih rendah jika dilihat dari nilai
minat siswa untuk belajar fisika. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Selanjutnya, dari hasil yaitu 68. Pada T.P. 2011/2012 nilai
observasi yang dilakukan oleh peneliti rata-ratanya 60 dan pada T.P.
ternyata guru fisika di sekolah tersebut 2012/2013 nilai rata-ratanya 61. Data
tidak menggunakan model ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata
pembelajaran yang bervariasi selama ujian fisika kelas X SMA Negeri 1
proses pembelajaran fisika. Guru Delitua untuk kedua Tahun Pelajaran
fisika hanya menggunakan model tersebut masih tergolong rendah.
pembelajaran konvensional yang Adapun hasil belajar yang
berupa kegiatan ceramah, tanya jawab, betul-betul baik menurut Sardiman
mencatat dan mengerjakan soal. Guru (1986), apabila memiliki ciri-ciri
lebih banyak menggunakan metode sebagai berikut:
ceramah dalam proses pambelajaran
fisika. Pembelajaran fisika masih

90
Jurnal Inpafi
Vol. 2, No. 4, Nopember 2014

a. Hasil itu tahan lama dan dapat melibatkan siswa untuk memecahkan
digunakan dalam kehidupan suatu masalah melalui tahap-tahap
siswa. metode ilmiah sehingga siswa dapat
b. Hasil itu merupakan pengetahuan mempelajari pengetahuan yang
“asli” atau “otentik”. berhubungan dengan masalah tersebut
c. Didasarkan pada pengakuan sekaligus memiliki keterampilan untuk
bahwa belajar secara esensial memecahkan masalah.
merupakan proses yang Berdasarkan uraian di atas
bermakna, bukan sesuatu yang peneliti berkeinginan melakukan
berlangsung secara mekanis penelitian dengan judul “ Pengaruh
belaka, tidak sekedar rutinisme. Model Pembelajaran Berbasis
Sesuai dengan yang Masalah terhadap Hasil Belajar Siswa
dikemukakan oleh Yamin (2010), Pada Materi Pokok Suhu dan Kalor Di
belajar merupakan proses orang Kelas X Semester II SMA Negeri 1
memperoleh kecakapan, keterampilan, Delitua T.P. 2013/2014”.
dan sikap. Maka, harus diterapkan
suatu model pembelajaran yang METODE PENELITIAN
mampu mengajak siswa untuk benar-
Penelitian ini dilaksanakan di
benar belajar dan memperoleh hasil
SMA Negeri 1 Delitua pada semester
belajar yang betul-betul baik.
genap, tahun pembelajaran 2013/2014
Peneliti menggunakan model
yang beralamat di Jalan Pendidikan
pembelajaran berbasis masalah
No. 1 Delitua.
(Problem Based Learning) untuk
Populasi dalam penelitian ini
menyelesaikan masalah-masalah
adalah seluruh siswa kelas X SMA
tersebut. Hasil penelitian Kennedy
Negeri 1 Delitua yang terdiri dari 10
(2009) yang menerapkan model
kelas.
pembelajaran berbasis masalah di
Sampel penelitian ditentukan
SMA N 4 Kisaran pada materi pokok
dengan teknik cluster random
pemuaian diperoleh nilai rata-rata
sampling untuk memperoleh dua kelas
pretes kelas eksperimen 30,66 setelah
yang masing-masing merupakan kelas
diberi perlakuan dengan model
eksperimen (pembelajaran
pembelajaran berbasis masalah maka
menggunakan model pembelajaran
hasil belajar fisika siswa meningkat
berbasis masalah) dan kelas kontrol
dengan nilai rata-rata postes 68,66.
(pembelajaran menggunakan model
Dari penelitian tersebut terlihat bahwa
pembelajaran konvensional). Maka
model pembelajaran berbasis masalah
diperoleh kelas X-1 sebagai kelas
dapat meningkatkan hasil belajar
eksperimen yang berjumlah 30 siswa
fisika.
dan kelas X-5 sebagai kelas kontrol
Menurut Arends (2008), model
yang berjumlah 31 siswa.
pembelajaran berbasis masalah
Instrumen yang digunakan adalah
merupakan model pembelajaran yang
tes hasil belajar siswa dan lembar
menyuguhkan berbagai situasi
observasi aktivitas siswa. Tes hasil
bermasalah yang autentik dan
belajar siswa berjumlah sepuluh (10)
bermakna kepada siswa, yang dapat
soal dalam bentuk tes essay. Tes ini
berfungsi sebagai batu loncatan untuk
diberikan sebanyak 2 kali yaitu pada
investigasi dan penyelidikan. Model
saat pretes dan postes. Sedangkan
pembelajaran berbasis masalah adalah
observasi yang dimaksud dalam
suatu model pembelajaran yang
penelitian ini adalah observasi yang

91
Jurnal Inpafi
Vol. 2, No. 4, Nopember 2014

dilakukan untuk mengamati kedua kelas yang menunjukkan bahwa


keseluruhan aktivitas belajar siswa ada pengaruh atau tidak model
selama pelaksanaan proses pembelajaran berbasis masalah
pembelajaran. terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian ini melibatkan dua kelas
yang diberi perlakuan yang berbeda. HASIL PENELITIAN DAN
Untuk mengetahui hasil belajar IPA PEMBAHASAN
siswa dilakukan dengan memberikan
tes pada kedua kelas sebelum dan Data dari hasil penelitian ini
sesudah diberikan perlakuan. berupa hasil belajar siswa yaitu pretes
Rancangan penelitian ini sebagai dan postes dan hasil observasi
berikut: aktivitas.
Hasil pretes kelas eksperimen
Tabel 1. Two Group Pretes – Posttest memperoleh nilai rata-rata 31,90 dan
Design nilai rata-rata kelas kontrol adalah
30,48. Dengan menggunakan uji t
Kelas Pretes Perlakuan Postes
ternyata hasil tersebut menyatakan
Eksperimen X1 bahwa kemampuan awal siswa pada
T1 T2
Kontrol X2 kelas eksperimen sama dengan
T1 T2 kemampuan awal siswa pada kelas
Dengan: kontrol. Hasil data pretes ditunjukkan
X1 = Pembelajaran dengan pada Tabel 2.
menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah Tabel 2. Data Pretes Kelas
X2 = Pembelajaran dengan Eksperimen dan Kelas Kontrol
menggunakan model
pembelajaran konvensional. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Ni Frek Rata- Ni Frek Rata-
T 1 = Pretes diberikan kepada kelas lai uensi rata lai uensi rata
eksperimen dan kelas kontrol 19 2 16 2
sebelum perlakuan. 22 3 19 2
24 2 22 3
T 2 = Postes diberikan setelah 27 3 24 3
perlakuan pada kelas 29 2 27 2
eksperimen dan kelas kontrol 30 3 30 3
31,90
32 3 32 6 30,48
Dari hasil pretest yang diperoleh
38 3 38 4
dilakukan uji Normalitas, uji 40 5 40 3
Homogenitas dan uji t untuk 41 3 43 3
menentukan apakah data berdistribusi 43 1
normal, homogen dan kedua kelas Σ = 30 Σ = 31
memiliki kemampuan awal yang
sama. Selanjutnya kedua kelas diberi
perlakuan yang berbeda. Setelah itu
kedua kelas diberi postes. Dari hasil
postes yang diperoleh dilakukan
kembali uji Normalitas, Homogenitas
dan uji t untuk menentukan apakah
data hasil belajar siswa berdistribusi
normal, homogen dan ada perbedaan
yang signifikan antara hasil belajar

92
Jurnal Inpafi
Vol. 2, No. 4, Nopember 2014

Aktivitas belajar siswa selama Tabel 4. Data Postes Kelas


pembelajaran dilakukan dengan cara Eksperimen dan Kelas Kontrol
observasi. Observasi dilakukan selama
kegiatan belajar mengajar di kelas
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
eksperimen yang terdiri dari tiga kali
Ni Frek Rata- Ni Freku Rata-
pertemuan. aspek yang dinilai adalah : lai uensi rata lai ensi rata
1) kerja sama dalam kelompok, 2) 59 3 53 3
keseriusan dalam belajar, 3) tanggung 61 3 59 3
jawab, 4) mengajukan pertanyaan, 5) 64 2 61 4
menjawab pertanyaan. Data observasi 66 4 64 4
aktivitas siswa untuk tiga kali 71 4 66 4
76 4 71,63 71 3 67,48
pertemuan ditunjukkan pada Tabel 3. 78 4 74 4
Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas 79 2 78 3
Siswa 82 1 82 2
Pert Persentase Rata- Katego 85 2 85 1
Ke aktivitas siswa rata ri 87 1
Penga Penga Σ = 30 Σ = 31
mat I mat II Pengaruh model pembelajaran
I 65,17 66,50 65,84 Cukup berbasis masalah memberikan
% % % aktif perbedaan terhadap hasil belajar
II 72,17 73,50 72,84 Cukup
% % % aktif
dikarenakan model pembelajaran
III 73,83 75,00 74,42 Cukup berbasis masalah dapat meningkatkan
% % % aktif aktivitas, kemampuan berpikir kritis
dan kreatif, serta kemampuan
Dari hasil observasi terlihat ada pemecahan masalah fisika siswa.
peningkatan aktivitas siswa dari Pembelajaran berbasis masalah
pertemuan pertama hingga pertemuan melibatkan semua siswa untuk aktif
ketiga. Jadi, penerapan model dikelas dalam kerjasama dan mencari
pembelajaran berbasis masalah di solusi dari permasalahan yang sedang
dalam kelas dapat meningkatkan dikaji melalui kegiatan tanya jawab.
aktivitas siswa. Masalah yang disajikan dibuktikan
Setelah perlakuan kedua kelas melalui kegiatan eksperimen yang
diberikan tes akhir (postes). Hasil rata- menuntut setiap siswa dalam
rata postes kelas eksperimen yaitu kelompoknya untuk ikut
71,63 sedangkan nilai rata-rata postes berpartisipasi. Masing-masing siswa
kelas kontrol 67,48. Hasil uji menyampaikan pendapatnya mengenai
normalitas untuk kedua sampel solusi dari masalah yang disajikan
menunjukkan bahwa kedua kelas kemudian berdiskusi untuk mencari
berdistribusi normal dan berasal dari solusi yang paling tepat. Kemudian
populasi yang homogen. Hasil uji masing-masing kelompok menyajikan
hipotesis untuk postes menunjukkan hasil diskusinya di depan kelas.
bahwa ada pengaruh model Keterlibatan aktif semua siswa selama
pembelajaran berbasis masalah proses pembelajaran akan mampu
terhadap hasil belajar siswa. Hasil data meningkatkan hasil belajar siswa
postes ditunjukkan pada Tabel 4. terutama hasil belajar kognitif. Hal ini
sejalan dengan penelitian Asiatun dkk
(2013), yang memperoleh kesimpulan
bahwa terdapat perbedaan yang

93
Jurnal Inpafi
Vol. 2, No. 4, Nopember 2014

signifikan secara simultan aktivitas meningkatkan keterampilan berpikir


dan prestasi belajar antara siswa yang kreatif siswa.
belajar dengan penerapan model Dengan penerapan model
pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran berbasis masalah di
model pembelajaran langsung pada dalam kelas juga dapat meningkatkan
pembelajaran IPA pada siswa kelas kemampuan pemecahan masalah
VII MTs. Mu’allimat NW Pancor. fisika siswa. Kemampuan pemecahan
Model pembelajaran berbasis masalah adalah kemampuan individu
masalah juga dapat meningkatkan dalam menggunakan proses
kemampuan berpikir kritis dan kreatif berpikirnya untuk memecahkan
siswa. Prinsip pelaksanaan permasalahan melalui pengumpulan
pembelajaran berbasis masalah, yaitu fakta-fakta, analisis informasi,
dalam proses belajar, siswa dituntut menyusun berbagai alternatif
untuk melakukan pemecahan masalah- pemecahan, dan memilih pemecahan
masalah yang disajikan dengan cara yang paling efektif. Di dalam model
menggali informasi sebanyak- pembelajaran berbasis masalah siswa
banyaknya, kemudian dianalisis melakukan serangkaian aktivitas
kemudian dicari solusi dari pembelajaran yang menekankan pada
permasalahan yang ada. Melalui proses penyelesaian masalah yang
pembelajaran berbasis masalah dengan dihadapi secara ilmiah. Selama proses
anggota kelompok yang heterogen pembelajaran dengan model
memungkinkan siswa untuk saling pembelajaran berbasis masalah siswa
bertukar pikiran, bekerjasama untuk tidak diharapkan hanya sekadar
memecahkan masalah yang pada mendengarkan, mencatat kemudian
akhirnya dapat meningkatkan menghafal materi pelajaran, akan
kemampuan berpikir kritis. Selain itu, tetapi dengan model pembelajaran
siswa juga dituntut untuk belajar berbasis masalah siswa aktif berpikir,
secara kreatif terutama dalam berkomunikasi, mencari dan mengolah
menggali dan memecahkan data, serta akhirnya menyimpulkan.
permasalahan. Siswa diharapkan Dengan proses pembelajaran yang
menjadi individu yang berwawasan sedemikian rupa mengarahkan siswa
luas serta mampu melihat hubungan dituntut untuk mampu memberikan
pembelajaran dengan aspek-aspek solusi pemecahan masalah yang
yang ada di lingkungannya sehingga sedang dikaji. Hal ini sejalan dengan
siswa tidak hanya mempelajari teori penelitian yang dilakukan oleh Dewi
namun juga melihat fakta di dkk (2014), diperoleh bahwa terdapat
lingkungan. Sehingga pembelajaran perbedaan kemampuan pemecahan
berbasis masalah mampu masalah antara kelompok siswa yang
meningkatkan kemampuan siswa belajar melalui model pembelajaran
untuk berpikir kritis dan kreatif. Hal berbasis masalah dengan kelompok
ini sejalan dengan penelitian Setyorini siswa yang belajar melalui model
dkk (2011) diperoleh bahwa model pembelajaran langsung.
pembelajaran berbasis masalah dapat Dengan penerapan model
meningkatkan kemampuan berpikir pembelajaran berbasis masalah di
kritis siswa. Selain itu, didukung juga dalam kelas juga dapat meningkatkan
oleh penelitian Liliawati (2010) yang kemampuan pemecahan masalah
memperoleh bahwa penerapan model fisika siswa. Kemampuan pemecahan
pembelajaran berbasis masalah dapat masalah adalah kemampuan individu

94
Jurnal Inpafi
Vol. 2, No. 4, Nopember 2014

dalam menggunakan proses Hasil belajar siswa pada materi


berpikirnya untuk memecahkan pokok suhu dan kalor dengan
permasalahan melalui pengumpulan menggunakan pembelajaran
fakta-fakta, analisis informasi, konvensional secara individu terdapat
menyusun berbagai alternatif 13 orang siswa yang tuntas (42,00%)
pemecahan, dan memilih pemecahan dan secara kelas dinyatakan tidak
yang paling efektif. tuntas ( jumlah siswa yang tuntas tidak
Model pembelajaran berbasis mencapai 85%).
masalah memiliki kelebihan. Aktivitas belajar siswa pada materi
Kelebihan pembelajaran berdasarkan pokok suhu dan kalor dengan
masalah sebagai suatu model menggunakan model pembelajaran
pembelajaran, yaitu (1) Pemecahan berbasis masalah di kelas X SMA
masalah merupakan teknik yang cukup Negeri 1 Delitua Semester Genap T.P.
bagus untuk lebih memahami isi 2013/2014 termasuk kategori cukup
pelajaran (2) Pemecahan masalah aktif.
dapat menentang kemampuan siswa Berdasarkan hasil pengujian
serta memberikan kepuasan untuk hipotesis dengan uji-t satu pihak
menemukan pengetahuan baru bagi diperoleh bahwa ada pengaruh model
siswa (3) Pemecahan masalah dapat pembelajaran berbasis masalah
meningkatkan aktivitas pembelajaran terhadap hasil belajar siswa pada
siswa (4) Pemecahan masalah dapat materi pokok suhu dan kalor di Kelas
membantu siswa bagaimana X semester II SMA Negeri 1 Delitua
mentransfer pengetahuan mereka T.P. 2013/2014.
untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata (5) Melalui SARAN
pemecahan masalah bisa Berdasarkan hasil dan kesimpulan
memperlihatkan kepada siswa bahwa dalam penelitian ini, maka peneliti
setiap mata pelajaran (matematika, mempunyai beberapa saran, yaitu :
IPA, sejarah, dan lain sebagainya), Kondisi kelas eksperimen yang
pada dasarnya merupakan cara ribut saat pembagian kelompok dan
berpikir, dan sesuatu yang harus pembacaan hasil diskusi dikarenakan
dimengerti oleh siswa, bukan hanya siswa yang belum terbiasa dengan
sekadar belajar dari guru atau dari pembelajaran secara berkelompok
buku-buku saja (Sanjaya, 2010). dapat mengurangi efektifitas dalam
belajar sehingga kepada peneliti
KESIMPULAN selanjutnya diharapkan dapat
Berdasarkan data hasil penelitian mengatur komunikasi yang baik antara
yang diperoleh dan analisis data serta guru dengan siswa maupun antara
pengujian hipotesis maka dapat siswa dengan siswa terutama pada saat
disimpulkan sebagai berikut : pembagian kelompok dan penbacaan
Hasil belajar siswa pada materi hasil diskusi.
pokok suhu dan kalor dengan Pada saat proses pembelajaran di
menggunakan model pembelajaran kelas eksperimen banyak siswa yang
berbasis masalah secara individu bertanya tentang praktikum yang
terdapat 18 orang siswa yang tuntas dilakukan, maka disarankan kepada
(60,00%) dan secara kelas dinyatakan peneliti selanjutnya agar memberikan
tidak tuntas ( jumlah siswa yang tuntas arahan tentang praktikum yang akan
tidak mencapai 85%).

95
Jurnal Inpafi
Vol. 2, No. 4, Nopember 2014

dilaksanakan sebelum memulai 2008/2009, Skripsi Unimed,


praktikum. Medan
Bagi mahasiswa calon guru Liliawati, Winny, dan Puspita, Erna,
hendaknya lebih memahami model (2010), Efektivitas
pembelajaran berbasis masalah Pembelajaran Berbasis
sebagai salah satu upaya untuk Masalah dalam Meningkatkan
meningkatkan hasil belajar siswa. Keterampilan Berpikir Kreatif
Siswa, Prosiding Seminar
DAFTAR PUSTAKA Nasional Fisika 2010
Sanjaya, W., (2010), Strategi
Arends, R.I., (2008), Learning to Pembelajaran Berorientasi
Teach, Pustaka Pelajar, Standar Proses Pendidikan,
Yogyakarta Kencana Prenada Media
Asiatun, Marhaeni, A.A.I.N., dan Group, Jakarta
Suastra, I. W., (2013), Sardiman, (1986), Interaksi dan
Pengaruh Penerapan Model Motivasi Belajar Mengajar, PT
Pembelajaran Berbasis Raja Grafindo Persada, Jakarta
Masalah berorientasi Setyorini, U., Sukiswo, S.E., dan
Biodiversitas terhadap Subali, B., (2011), Penerapan
Aktivitas dan Prestasi Belajar Model Problem
IPA, e-Journal Program Based Learning untuk
Pascasarjana Universitas meningkatkan kemampuan
Pendidikan Ganesha 3 : 1-10 berpikir kritis siswa SMP,
Astika, I.Kd. Urip, (2013), Pengaruh Jurnal Pendidikan Fisika
Model Pembelajaran Berbasis Indonesia 7 : 52-56
masalah terhadap Sikap Ilmiah Yamin, (2010), Strategi Pembelajaran
dan Keterampilan Berpikir Berbasis Kompetensi, Gaung
Kritis, e-Journal Program Persada Press, Jakarta
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha 3: 1-10
Dewi, P.S.U., Sadia, I.W., Suma, K.,
(2014), Pengaruh Model
Problem Based Learning
terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Fisika
Melalui Pengendalian Bakat
Numerik Siswa SMP, e-
Journal Program
Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha 4 : 1-10
Kennedy, (2009), Perbedaan Hasil
Belajar Siswa Menggunakan
Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based
Learning) dengan
Konvensional pada Materi
Pokok Pemuaian di SMA
Negeri 4 Kisaran T.A.

96

You might also like