You are on page 1of 15

BAB IV

KUAT GESER BATUAN

4.1 Tujuan Pengujian Kuat Geser


Pengujian kuat geser dilakukan untuk mengetahui sifat mekanik dari
batuan yang menjadi spesimen yaitu dari segi berapa kekuatan spesimen
terhadap suatu geseran disertai adanya pembebanan yang masih mampu
ditahan oleh spesimen tersebut, hal ini banyak digunakan dalam analisis
stabilitas lereng pada tambang terbuka, analisis stabilitas batuan samping pada
lubang bukaan bawah tanah dan sebagainya.

4.2 Teori Dasar


4.2.1 Kuat Geser Batuan
Karakteristik kekuatan geser batuan yang terdiri dari kohesi dan sudut
gesek dalam sangat berperan pada perancangan lereng. Kohesi dan sudut
gesek dalam dapat ditentukan di laboratorium dengan uji kuat geser langsung
dan uji triaksial. Pada umumnya kekuatan geser hasil pengujian insitu
memberikan nilai lebih rendah daripada hasil pengujian laboratorium. Penurunan
kekuatan geser dari pengujian laboratorium dan pengujian insitu dapat mencapai
63-84% (Kimishima, H., 1970). Sementara Rocha (Rocha, M., 1964)
mengemukakan bahwa batuan anisotropi, seperti batuskis mempunyai
perbedaan kekuatan geser batuan antara laboratorium dan insitu cukup besar
karena sangat dipengaruhi oleh pengaruh skala.
Pengujian mengenai kekuatan geser terhadap pengaruh ukuran pada
umumnya dilakukan dengan menggunakan uji kuat geser langsung, seperti yang
dilakukan oleh Bandis (Bandis, S,C., 1990) dan Cunha (Cunha, P. A., 1990).
Bandis (Bandis, S,C., 1990) dan Cunha (Cunha, P. A., 1990) menyatakan bahwa
kekuatan geser batuan akan semakin berkurang dengan bertambah panjang
bidang permukaan diskontinu. Hasil yang dilakukan Bandis (Bandis, S,C., 1990)
dan Cunha (Cunha, P. A., 1990) sama dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Fecker & Rengers (Fecker. E. and N. Rengers., 1971) bahwa kekuatan
geser semakin berkurang dengan pengurangan kekasaran permukaan. Pendapat
Fecker & Rengers (Fecker. E. and N. Rengers., 1971) diperkuat lagi dengan
pendapat beberapa peneliti seperti Barroso (Barosso, A., 1966), Pratt dkk. (Pratt,
H. R., Black, A. D. and Brace, W, F., 1974), Barton (Barton, N., 1976) dan
Yoshinaka dkk. (Yoshinaka, R., Yoshida, J., Arai, H and Arisaka, S., 1993) yang
berpendapat bahwa ukuran contoh berpengaruh pada kekuatan geser batuan.
Yoshinaka dkk. (Yoshinaka, R., Yoshida, J., Arai, H and Arisaka, S., 1993)
menyatakan bahwa kekuatan geser batuan sangat dipengaruhi oleh ukuran
contoh Pengujian yang diterapkan oleh Yoshinaka dkk mempunyai untuk ukuran
contoh batuan dari 20 cm2 sampai dengan 9600 cm2. Sementara Pratt dkk.
(Pratt, H. R., Black, A. D. and Brace, W, F., 1974) mengkhususkan untuk
penelitian terhadap sudut gesek dalam dan menyatakan bahwa tidak ada
kecenderungan pengaruh skala untuk sudut gesek dalam. Hal yang sama
dikemukan oleh Barton (Barton, N., 1976).
Il Nitskaya (1969, dikutip kembali oleh Vutukuri Lama & Saluja (Weibull,
W.A., 1939) telah melakukan uji geser skala laboratorium untuk contoh ukuran
besar Gabro dan Marmer berdameter dari 1 cm sampai dengan 7 cm,
menyatakan bahwa kohesi Gabro dan Marmer sangat dipengaruhi oleh pengaruh
skala dan mempunyai fungsi hubungan pengaruh skala dan kohesi adalah
sebagai fungsi power. Sebelumnya, Barroso (Barosso, A., 1966) menyatakan
bahwa ada pengaruh skala pada kohesi.
Londe (Londe, P., 1973) membuat kesimpulan dari hasil penelitian
batugamping terkekarkan, untuk contoh berukuran diameter contoh 8 cm sampai
dengan 30 cm, bahwa kohesi semakin berkurang dengan penambahan ukuran
contoh, dan sudut gesek dalam tidak dipengaruhi oleh pengaruh skala.
Muratha & Cunha (Schenider, H. J.,1976) meneliti hubungan antara
tegangan geser terhadap luas geser contoh dari 30 cm2 sampai dengan 160 cm2.
Kondisi kekasaran bidang kekar (Joint Roughness Condition, JRC), pada ukuran
30 cm2 mempunyai JRC antara 2 dan 4 kekuatan geser untuk menggeser besar,
dan pada ukuran 160 cm2 mempunyai JRC antara 8 dan 10 memperlihatkan hasil
kekuatan geser semakin kecil.
Muratha & Cunha (Schenider, H. J.,1976) membuat hubungan antara luas
permukaan dengan tegangan geser mengikuti fungsi eksponensial (Gambar 10),
yaitu:
t = c + a exp (-bA)
Keterangan : a, b, c : konstanta
C : diambil sebagai nilai minimum tegangan geser
A : luas permukaan geser.
Muratha & Cunha (Schenider, H. J.,1976) menyimpulkan bahwa kekuatan
akan menurun berdasarkan luas permukaan dan menjadi cepat penurunan
dengan meningkatnya tegangan normal.
4.2.2 Faktor Yang Berpengaruh Pada Kekuatan Geser
Faktor-faktor yang berpengaruh pada kekuatan geser adalah jenis
batuan, keberadaan bidang kekar, pelapukan, kondisi permukaan kekar, air,
pengaruh skala, metode pengujian dan material pengisi.
a. Jenis Batuan
Jenis batuan meliputi ukuran butir, tekstur mineral, sementasi antar butir
atau mineral.
b. Pelapukan
Pelapukan akan mempengaruhi Joint Roughness Coeficient (JRC) dan
Joint Compressive Strength (JCS). Dan pelapukan akan menyebabkan
berkurangnya kekuatan batuan sehingga menghasilkan penurunan
kekuatan geser. Ketebalan pelapukan di bidang kekar sangat tergantung
pada jenis batuan terutama pada tingkat permeabilitas batuan. Barton
menunjukkan pengaruh mekanik pelapukan, bahwa perubahan sedikit
dari batuan segar dapat menyebabkan penurunan kekuatan mekanik jauh
lebih parah daripada proses pelapukan yang bertahap di batuan lapuk.
Sementara, Daerman dkk. (Dearman, W. R., Baynes, F. J. and Irfan, T. Y.,
1978) memperlihatkan kuat tekan berkurang secara linier dengan
bertambahnya tingkat pelapukan.
c. Kondisi Geometri Permukaan Bidang Kekar
Kondisi geometri permukaan bidang kekar mempunyai pengaruh pada
perilaku geseran, dan terutama sangat berpengaruh pada proses dilatasi
dan secara umum mempengaruhi sudut kekasaran. Kondisi ini diperkuat
lagi oleh hasil penelitian Schneider (Saptono, S., Kramadibrata, S,
Wattimena, R. K., Sulistianto, B., Nugroho, P., Iskanadar, E., Bahri, S.,
2008) terhadap contoh granit, batupasir dan batugamping dengan
kekuatan sama dan JRC berbeda. Dengan demikian bahwa JRC
mempengaruhi kekuatan geser batuan.
d. Air
Keberadaan air pada bidang kekar menyebabkan pengaruh mekanik dan
kimia, yang paling penting adalah mengurangi kekuatan geser kerena
adanya tegangan efektif. Air akan cenderung mengurangi energi
permukaan dan kekuatan antar kristal penyusun batuan, hasilnya sifat
mekanik menjadi turun. Keberadaan air sangat berperan pada kekuatan
batuan, sebagai contoh batuan yang sangat peka terhadap air adalah
batulumpur, batulempung dan batulanau (Bukovansky, 1962; 1966 dikutip
kembali oleh Vutukuri Lama & Saluja, 1974). Keadaan ini secara berlanjut
mengurangi kekuatan geser. Barton (Barton, N., 1976) menerangkan
bahwa pengurangan kekuatan geser karena menurunnya tegangan tarik
dan kuat tekan. Sehingga penurunan sudut gesek dalam terjadi pada
batuan tidak brittle dan untuk batuan brittle berlaku sebaliknya, yaitu tidak
terjadi penurunan sudut gesek dalam.
e. Pengaruh skala
Pada beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan kuat
tekan batuan akibat pengaruh skala akan berhenti pada contoh batu uji
berukuran kurang lebih 1 m. Sedangkan pengaruh skala untuk kuat geser
hanya berlaku hingga ukuran batu uji antara 2 – 3 m (Rocha, M., 1964).
Sementara, hasil penelitian mengenai perpindahan pada lereng massa
batuan di tambang terbuka batubara menunjukkan bahwa perpindahan
kumulatif dapat mencapai 1 m untuk lereng dengan ketinggian 120 m,
perpindahan yang terjadi tidak menunjukkan terjadi kelongsoran tetapi
masih masuk dalam tahap rayapan. Proses rayapan merupakan
gabungan dari proses pengurangan kekuatan massa batuan, pengaruh
air dan pengaruh skala pada massa batuan.
f. Metode Pengujian
Pada umumnya metode pengujian yang diterapkan pada uji kuat geser
ukuran besar adalah pengujian kuat geser langsung. Karena dapat
mensimulasikan untuk kondisi asli di lapangan dan cocok untuk
diterapkan terhadap batuan berlapis dan terkekarkan (Chee-Kuen Yip.,
1977). Pada pengujian kuat geser langsung pemberian beban normal
merupakan hal yang penting. Kramadibarata dkk Kramadibrata, S.,
Saptono, S., Wicaksana, Y., Prasetyo H. S, 2009) menyarankan bahwa
pemberian beban normal perlu diperhatikan. Khusus untuk batuan yang
ada di Indonesia penutupaan crack batuan utuh setelah diberikan beban
12,5% dari kuat tekan uniaksial.
g. Material Pengisi
Pada kasus kelongsoran bidang pada umumnya diinisiasi oleh bidang
perlapisan yang terdapat material pengisi. Jika material pengisi lebih tebal
dari tinggi kekasaran, maka karakteristik material pengisi yang lebih
berpengaruh, tetapi jika material pengisi tersebut lebih tipis, maka
kekasaran akan berperan pada kelongsoran. Goodman (Goodman, R.
E.,1974) dan Ladanyi & Archambault (Ladanyi, R. and Archambault, G.
1970) melakukan penelitian terhadap perilaku kekar dengan pengisi dan
tidak ada material pengisi bahwa kekuatan geser akan berkurang secara
bertahap sesuai hingga mencapai 50% dari hasil kekuatan geser
laboratorium ketika ketebalan lapisan pengisi melebihi tinggi maksimum
kekasaran.
Pengujian ini untuk mengetahui kekuatan batuan terhadap suatu geseran
pada tegangan normal tertentu. Dari hasil pengujian kuat geser ini dapat
ditetukan:
 Garis “Coulomb’s shear strength”.
 Nilai kuat geser (shear strength) batuan
 Sudut geser dalam (Ø), dan
 Kohesi (C)

4.3 Alat dan Bahan


4.3.1 Alat
Alat yang digunakan untuk pengujian kuat geser batuan adalah :
1. Satu set alat untuk uji kuat geser dari suatu batuan
2. Jangka Sorong ketelitian 0,01 mm
3. Dial Gauge
4. Satu set cetakan sampel uji kuat geser batuan
5. Pompa pembebanan
6. Penunjukkan keadaan gesernya
4.3.2 Bahan
bahan atau sampel yang digunakan dalam pengujian kuat geser batuan
adalah sampel batuan berbentuk silinder dengan tinggi 2 kali diameter yang
memiliki bidang lemah tepat di bagian tengah. Sampel batuan di preparasi
dengan cetakan berbentuk prisma.
4.4 Prosedur
Pengujian kuat geser batuan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Ukur terlebih dahulu panjang dan lebar conto lalu catat pada formulir
pengujian
2. Masukan spesimen kedalam box penyimpanan dialat shear box,
kemudian beri beban normal sesuai dengan perhitungan

Sumber : Praktikum Geomekanika 2016, Lab Tambang


Foto 4.1
Sampel pada Shear Box
3. Pasang selang oil pressure pada saat posisi maju saat pengukuran maju,
demikian pula pada saat pengukuran mundur selang dipindahkan

Sumber : Praktikum Geomekanika 2016, Lab Tambang


Foto 4.2
Oil Pressure
4. Pompa beban yang digunakan (5 kg/cm2, 10 kg/cm2, 20 kg/cm2) dan
ditahan supaya konstan selama pengujian masih dilakukan.
Sumber : Praktikum Geomekanika 2016, Lab Tambang
Foto 4.3
Pompa Beban
5. Baca pressure gauge sesuai waktu yang diminta sebanyak 12 mm
perubahan
6. Beban yang diberikan jangan sampai berubah apabila berubah maka
pressure gaugenya juga akan berubah. Penunjuk keadaan geser
spesimen dengan skala 1 strip bernilai 0,5 KN

Sumber : Praktikum Geomekanika 2016, Lab Tambang


Foto 4.4
Pressure Gauge
7. Pompa untuk menggeser spesimen, digerak-gerakan selama alat
penunjuk geser maju atau mundur itu berputar pada satu putaran penuh
8. Setelah satu putaran dicatat data yang dihasilkan dari alat penunjuk
kekuatan geser (yang terletak di dekat pompa yang berfungsi untuk
menggeser)
9. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali dengan keadaan menggeser kearah
maju dan kearah mundur

4.5 Rumus-Rumus Yang Digunakan


Beberapa rumus yang digunakan diantaranya adalah:
1. Tegangan Normal
N
σn=
A
2. Kuat Geser
P
S=
A
keterangan: S = kuat geser, kg/cm2
N = beban normal, kg
A = luas permukaan bidang geser, cm2
P = pembebanan geser, kg
Dari beberapa nilai kuat geser maksimum (S) yang didapat kemudian
dibandingkan terhadap tegangan normal masing-masing, akan didapatkan nilai
parameter kohesi dan sudut geser dalam, dengan demikian maka:

S = σn tan Ф + c

Keterangan: σn = tegangan normal, kg/cm2


Ф = sudut geser dalam
C = kohesi

4.6 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1
Hasil Pengamatan

∆ Shear 5 kg/cm2 10 kg/cm2 20 kg/cm2


Kondisi
mm cm Shear Stress Shear Stress Shear Stress
0 0 0 0 0
1 0,1 18 16 24
2 0,2 22 17 29
3 0,3 21 15,5 32
4 0,4 25 16 28
5 0,5 13 15,5 26
Maju 6 0,6 18 17 18
7 0,7 17 18 22
8 0,8 21 17 23
9 0,9 17 15 23
10 1,0 17 15 25
11 1,1 17 12 25
12 1,2 17 12 25
mundu 12 1,2 0 0 0
r 11 1,1 7 13 5
10 1,0 7 14 5,5
9 0,9 8 15 5,5
8 0,8 10 14 6
7 0,7 11 12 6
6 0,6 8 10,5 7,5
5 0,5 7 11 10
4 0,4 7 11,5 11
3 0,3 6 11,5 11,5
2 0,2 6 11 13,5
1 0,1 5,5 10,5 15
0 0 6 10,5 15
Sumber : Praktikum Geomekanika 2016, Lab Tambang

4.7 Pengolahan Data


a. Beban 5 kg/cm2 (maju) b. Beban 5 kg/cm2 (mundur)
1. ∆ normal = 0 x 0 = 0 1. ∆ normal = 1,2x0 = 0
2. ∆ normal = 0,1x18 = 1,8 2. ∆ normal = 1,1x7 = 7,7
3. ∆ normal = 0,2x22 = 4,4 3. ∆ normal = 1,0x7 = 7
4. ∆ normal = 0,3x21 = 6,3 4. ∆ normal = 0,9x8 = 7,2
5. ∆ normal = 0,4x25 = 10 5. ∆ normal = 0,8x10 = 8
6. ∆ normal = 0,5x13 = 6,5 6. ∆ normal = 0,7x11 = 7,7
7. ∆ normal = 0,6x18 = 10,8 7. ∆ normal = 0,6x8 = 4,8
8. ∆ normal = 0,7x17 = 11,9 8. ∆ normal = 0,5x7 = 3,5
9. ∆ normal = 0,8x21 = 16,8 9. ∆ normal = 0,4x7 =2,8
10. ∆ normal = 0,9x17 = 15,3 10. ∆ normal = 0,3x6 = 1,8
11. ∆ normal = 1,0x17 = 17 11. ∆ normal = 0,2x6 = 1,2
12. ∆ normal = 1,1x17 = 18,7 12. ∆ normal = 0,1x5,5 = 0,55
13. ∆ normal = 1,2x10 = 20,4 13. ∆ normal = 0 x 6 = 0
12. ∆ normal = 1,1x12 = 13,2
13. ∆ normal = 1,2x12 = 14,4
b. Beban 10 kg/cm2 (mundur)
1. ∆ normal = 1,2x0 = 0
a. Beban 10 kg/cm2 (maju) 2. ∆ normal = 1,1x13 = 14,3
1. ∆ normal = 0 x 0 = 0 3. ∆ normal = 1,0x14 = 14
2. ∆ normal = 0,1x16 = 1,6 4. ∆ normal = 0,9x15 = 13,5
3. ∆ normal = 0,2x17 = 3,4 5. ∆ normal = 0,8x14 = 11,2
4. ∆ normal = 0,3x15,5 = 4,7 6. ∆ normal = 0,7x12 = 8,4
5. ∆ normal = 0,4x16 = 6,4 7. ∆ normal = 0,6x10,5 = 6,3
6. ∆ normal = 0,5x15,5 = 7,8 8. ∆ normal = 0,5x11 = 5,5
7. ∆ normal = 0,6x17 = 10,2 9. ∆ normal = 0,4x11,5 = 4,6
8. ∆ normal = 0,7x18 = 12,6 10. ∆ normal = 0,3x11,5 = 3,5
9. ∆ normal = 0,8x17 = 13,6 11. ∆ normal = 0,2x11 = 2,2
10. ∆ normal = 0,9x15 = 13,5 12. ∆ normal = 0,1x10,5 = 1,1
11. ∆ normal = 1,0x15 = 15 13. ∆ normal = 0 x 10,5 = 0

a. Beban 20 kg/cm2 (maju) 8. ∆ normal = 0,7x 22 = 15,4


1. ∆ normal = 0 x 0 = 0 9. ∆ normal = 0,8x23 = 18,4
2. ∆ normal = 0,1x24 = 2,4 10. ∆ normal = 0,9x23 = 20,7
3. ∆ normal = 0,2x29 = 5,8 11. ∆ normal = 1,0x25 = 25
4. ∆ normal = 0,3x32 = 9,6 12. ∆ normal = 1,1x25 = 27,5
5. ∆ normal = 0,4x28 = 11,2 13. ∆ normal = 1,2x25 = 30
6. ∆ normal = 0,5x26 = 13 b. Beban 20 kg/cm2 (mundur)
7. ∆ normal = 0,6x18 = 10,8 1. ∆ normal = 1,2x0 = 0
2. ∆ normal = 1,1x5 = 5,5 8. ∆ normal = 0,5x10 = 5
3. ∆ normal = 1,0x5,5 = 5,5 9. ∆ normal = 0,4x11 = 4,4
4. ∆ normal = 0,9x5,5 = 4,95 10. ∆ normal = 0,3x11,5 = 3,5
5. ∆ normal = 0,8x6 = 4,8 11. ∆ normal = 0,2x13,5 = 2,7
6. ∆ normal = 0,7x6 = 4,2 12. ∆ normal = 0,1x15 = 1,5
7. ∆ normal = 0,6x7,5 = 4,5 13. ∆ normal = 0 x 15 = 0

Luas
 Diameter = 5,1 cm
Tinggi = 11 cm
A = 2πr (r + t)
= 2 x 3,14 x 2,55 cm (2,55 + 11) cm
= 217,19 cm2
 Diameter = 5 cm
Tinggi = 10 cm
A = 2πr (r + t)
= 2 x 3,14 x 2,5 cm (2,5 + 10) cm
= 196,43 cm2
 Diameter = 4,8 cm
Tinggi = 10 cm
A = 2πr (r + t)
= 2 x 3,14 x 2,4 cm (2,4 + 10) cm
= 187,12 cm2

Tegangan normal
5 kg 2
σn= 2
=0,0230 kg /cm =0,0023 MPa
217,19 cm
10 kg
σn= 2
=0,0509 kg /cm2 =0,0051 MPa
196,43 cm
20 kg
σn= 2
=0,1069 kg/cm2=0,0107 MPa
187,12 cm

Sudut Dalam
1,8 cm
Tan θ =
2,3 cm
= arc tan 0,78 = 37,95o
Kuat Geser
 (5 kg) S = σn x tg ϕ + C
= 0,0230 kg/cm2 x tan 37,95o + 0,38 = 0,40 kg/cm2
 (10 kg) S = σn x tg ϕ + C
= 0,0509 kg/cm2 x tan 37,95o + 0,38 = 0,42 kg/cm2
 (20 kg) S = σn x tg ϕ + C
= 0,1069 kg/cm2 x tan 37,95o + 0,38 = 0,46 kg/cm2

4.8 Hasil Pengolahan Data


Tabel 4.2
Hasil Perhitungan ∆ Normal

Perubahan geser 5 kg/cm2 10 kg/cm2 20 kg/cm2


kondisi
mm cm ∆ Normal ∆ Normal ∆ Normal
0 0 0 0 0
1 0,1 1,8 1,6 2,4
2 0,2 4,4 3,4 5,8
3 0,3 6,3 4,65 9,6
4 0,4 10 6,4 11,2
5 0,5 6,5 7,75 13
maju 6 0,6 10,8 10,2 10,8
7 0,7 11,9 12,6 15,4
8 0,8 16,8 13,6 18,4
9 0,9 15,3 13,5 20,7
10 1,0 17 15 25
11 1,1 18,7 13,2 27,5
12 1,2 20,4 14,4 30
12 1,2 0 0 0
11 1,1 7,7 14,3 5,5
10 1,0 7 14 5,5
9 0,9 7,2 13,5 4,95
8 0,8 8 11,2 4,8
7 0,7 7,7 8,4 4,2
mundur 6 0,6 4,8 6,3 4,5
5 0,5 3,5 5,5 5
4 0,4 2,8 4,6 4,4
3 0,3 1,8 3,45 3,45
2 0,2 1,2 2,2 2,7
1 0,1 0,55 1,05 1,5
0 0 0 0 0
Sumber : Praktikum Geomekanika 2016, Lab Tambang
Sumber : Praktikum Geomekanika 2016, Lab Tambang
Grafik 4.1
Normal Stress 5 kg/cm2

4.9 Analisa
Dari hasil data diatas dapat dianalisa bahwa, tegangan normal
merupakan hasil bagi antara beban normal dengan luas permukaan bidang
geser sehingga diperoleh hasil tegangan normal dengan beban 5 kg 0,206,
kemudian tegangan normal dengan beban 10 kg diperoleh hasil 0,412 dan
tegangan normal dengan beban 20 kg diperoleh hasil 0,824. Sedangkan nilai
untuk kuat geser dengan beban 5 kg diperoleh hasil 0,403, kemudian nilai untuk
kuat geser dengan beban 10 kg diperoleh hasil 0,465 dan nilai untuk kuat geser
dengan beban 20 kg diperoleh hasil 0,590.

4.10 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa data yang didapat
digunakan sebagai acuan dalam menentukan nilai kuat geser dan kemudian
dituangkan dalam sebuah grafik hubungan antara tegangan normal terhadap
kuat geser dan diperoleh nilai sudut geser dalam dan juga nilai kohesi.
Dari praktikum ini didapatkan kohesi dan sudut geser dalam sebagai
berikut :
DAFTAR PUSTAKA

1. 1. Jailani, Akhmad. 2014. “Mekanika Batuan”.


2. http://miningfuture.blogspot
.co.id/2014/05/mekanika-batuan.html. Diakses pada tanggal 25
Maret 2016

3. 2. Deka. 2014. “Makalah Geologi Tentang Sifat Mekanik”.


4. http://deka
bopass.blogspot.co.id/2014/05/makalah-geologi-tentang-sifat-
mekanik.html. Diakses pada tanggal 25 Maret 2016
LAMPIRAN

You might also like