You are on page 1of 25

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Ethylene Oxide

Ethylene Oxide, juga dikenal oksirana adalah senyawa organik dengan

rumus molekul C2H4O. Senyawa ini berjenis eter siklik. Ethylene Oxide

berbentuk gas tak berwarna mudah terbakar pada suhu ruangan dan berbau

manis. Senyawa ini merupakan epoksida paling sederhana: cincin tiga-

anggota dengan 1 oksigen dan 2 karbon. Ethylene Oxide umumnya digunakan

sebagai bahan pensteril. Dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk

mensterilkan bahan-bahan seperti pakaian, perabot rumah tangga dan bahkan

bulu binatang. Etilen oksida juga digunakan sebagai pestisida. Di dunia

kedokteran etilen oksida dikenal luas sebagai desinfektan peralatan bedah,

bahan-bahan plastik, dan alat-alat lain yang tidak tahan panas sehingga tidak

dapat disterilkan dengan uap pada suhu tinggi. (Kirk-Othmer, 1998)

Gambar 2.1 Struktur senyawa kimia ethylene oxide

(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Etilena_oksida)

6
7

Etilen oksida selain untuk penggunaan langsung, juga dapat

digunakan sebagai bahan baku pembuatan:

1. Monoetilen Glycol, dihasilkan dari reaksi etilen oksida dengan air,

merupakan agen antibeku yang digunakan pada mesin-mesin, Juga

digunakan untuk bahan baku produksi polietilen terephthalate (PET) dan

sebagai cairan penukar panas.

2. Dietilen Glycol, merupakan agen pelunak yang digunakan pada gabus

lem dan kertas. Juga digunakan sebagai solven dan agen de-icing pada

pesawat terbang maupun bandar.

3. Trietilen Glycol, merupakan agen humectant yang juga digunakan

sebagai solven, pernis dan pengering gas. Sering digunakan sebagai

drying agent pada pengolahan gas alam.

4. Tetraetilen Glycol, merupakan agen ekstraksi yang digunakan dalam

ekstraksi hidrokarbon aromatik.

5. Polietilen Glycol, digunakan sebagai bahan baku pembuatan kosmetik,

farmasi, pelumas, solven, bahan penunjang pembuatan keramik dan

bahan pembuat perekat maupun tinta cetak.

6. Polietilen oksida (Polyox), dihasilkan dengan reaksi polimerisasi dengan

melibatkan logam golongan IIA dan IIIA. Digunakan dalam bidang

pertanian, agen koagulasi dan bahan pengemas.


8

7. Etilen Glycol Ether, dihasilkan dari reaksi etilen oksida dengan alkohol.

Digunakan sebagai minyak rem, detergen, solven cat. Sering juga

digunakan untuk bahan pengekstrak bagi SO2, H2S, CO2, dan merkaptan

dari gas alam.

8. Ethanolamine, dihasilkan dari reaksi etilen oksida dengan amonia.

Digunakan sebagai bahan kimia dalam proses akhir tekstil, kosmetik,

sabun, detergen dan pemurnian gas alam.

9. Nonionic Surfactant, dihasilkan dari reaksi etilen oksida dengan

alkilphenol, alkilmerkaptan atau polipropilen glikol. Digunakan sebagai

bahan pengemulsi pada proses polimerisasi, bahan dasar industri

surfaktan, pembuatan kertas dan daur ulang.

10. Turunan Lain, misalnya Akrilonitril yang dihasilkan dari reaksi etilen

oksida dengan etilen cyanohidrin atau Urethane yang dihasilkan dari reaksi

etilen oksida dengan propilen oksida. (Mc.Ketta, 1979)

2.1.1 Sifat Fisik Ethylene Oxide

Sifat fisik: ( Perry’s, 1983 )

Rumus molekul : C2H4O

Berat molekul : 44,053 gr/gmol

Titik didih (1 atm¸°C) : 10,8

Titik lebur (1 atm, °C) : 112,5

Temperatur kritis (°C) : 195,8


9

Tekanan kritis : 7,2 Mpa

3
Densitas kritis : 314 kg/m

Densitas cairan pada 20°C : 876 kg/m

Densitas gas pada 20°C : 2,98 g/l

Tegangan permukaan 20°C : 24,5 m N/m

Kapasitas panas, gas 20°C : 1,1 kJ/kg K

Panas penguapan (25°C, 101,3 k Pa) : 5,495 kJ/kg

Panas pembakaran : 29,648 kJ/kg

Panas Pembentukan , gas : 117,86 kJ/kg

2.1.2 Sifat Kimia Ethylene Oxide

Ethylene Oxide adalah senyawa yang sangat mudah bereaksi

(reaktif), biasanya reaksinya dimulai dengan terbakarnya struktur

cincinnya dan umumnya bersifat eksotermis. Suatu ledakan dapat

terjadi jika ethylene oxide dalam bentuk uap mendapatkan pemanasan

yang berlebihan. Sifat kimia dari etilen oksida diantaranya adalah:

a. Dekomposisi

Etilen Oksida dalam bentuk gas akan mulai terdekomposisi pada

400°C membentuk CO, CH4, C2H4, H2 atau CH3CHO. Langkah

pertama yang terjadi adalah isomerisasi menjadi asetaldehid.

b. Reaksi dengan atom hidrogen labil

Etilen bereaksi dengan senyawa yang mengandung atom

hidrogen yang labil dan membentuk gugus hidroksil etil.


10

c. Reaksi oleh senyawa ikatan rangkap

Etilen oksida dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa

berikatan rangkap (double bond) dan CO2 membentuk senyawa

siklis.

d. Isomerisasi katalitik

Etilen oksida dapat bereaksi dengan suatu senyawa akan

membentuk asetaldehid dengan bantuan katalis Ag, pada kondisi

tertentu.

e. Reduksi menjadi etanol

Reduksi etilen oksida menjadi etanol dapat dilakukan dengan

katalis Ni, Cu, Cr, dan Al2O3.

f. Reaksi dengan pereaksi Grignard

Reaksi etilen oksida dengan pereaksi Grignard menghasilkan

senyawa dengan gugus hidroksil primer. ( Perry’s, 1983 )

Unit Ethylene Oxide yang beroperasi di PT. Polychem Indonesia merupakan

perusahaan yang dapat memproses 200.000 Ton/tahun ethylene. Katalis yang

digunakan yaitu katalis perak (Ag) dengan kandungan 16% perak dan 84% batu

tahan api. Produk yang dapat dihasilkan pada Unit Ethylene Oxide yaitu:

1. Ethylene Oxide (EO)

2. Mono Ethylene Glycol (MEG)

3. Di-Etilene Glikol (DEG)

Tri-Etilene Glikol (TEG) (Wafa, Agus Sohibul. 2013)


11

2.2 Reaktor

Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses

kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi

kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung dari banyak variabel yang

dapat dipelajari di teknik kimia, yaitu :

a. Waktu tinggal

b. Volume (V)

c. Temperatur (T)

d. Tekanan (P)

e. Konsentrasi senyawa

f. Koefisien perpindahan panas

Perancangan suatu reaktor kimia harus mengutamakan efisiensi kinerja

reaktor, sehingga didapatkan hasil produk dibandingkan masukan (input)

yang besar dengan biaya yang minimum, baik itu biaya modal maupun

operasi. Tentu saja faktor keselamatan pun tidak boleh dikesampingkan.

Biaya operasi biasanya termasuk besarnya energi yang akan diberikan atau

diambil, harga bahan baku, upah operator, dll. (Coulson, J. M. 1983)


12

2.2.1 Hal-hal penting terkait dengan Reaktor Kimia

1. Kecepatan Reaksi

Adalah bagian dari ilmu kimia yang berkaitan dengan kuantitas

(dalam satuan mol, gram, kg dan yang semisalnya)dari suatu reaktan

dan produk (perubahan jumlahnya). Kecepatan suatu bahan akan

semakin turun dalam waktu tertentu karena berkurangnya

konsentrasi bahan tersebut.

2. Mekanisme Reaksi

Adalah bagian dari ilmu kimia yang berkaitan dengan metodologi /

cara / tahapan terjadinya suatu reaksi.

3. Konversi

Adalah suatu bagian yang telah bereaksi

2.2.2 Tinjauan Reaksi

1. Berdasarkan fasenya:

a. Reaksi Homogen

Adalah reaksi beberapa senyawa yang berada pada satu fase

Contoh: A + B C

Syarat: A harus melarutkan B

A & B saling melarutkan


13

b. Reaksi Heterogen

Adaah reaksi beberapa senyawa yang berlangsung pada fase yang

berbeda

Jenisnya:

1. Reaksi antara padat dan cair

2. Reaksi antara padat dan gas

3. Reaksi antara cair dan gas

2. Berdasarkan penggunaan Katalis

a. Non Katalitik (tanpa katalis)

b. Katalitik (menggunakan katalis)

Jenisnya:

1. Katalitik Homogen (dimana fase katalis sama dengan fase zat

yang direaksikan).

2. Katalitik Heterogen (dimana fase katalis tidak sama dengan

fase zat yang direaksikan).


14

3. Berdasarkan Prosesnya

a. Reaktor Batch

Suatu reaktor yang didalamnya terjadi suatu reaksi kimia yang

tidak ada penambahan reaktan setelah semua reaktan dicampur

secara bersama-sama (tidak ada pengaliran produk ke sistem

lain). Komposisi seragam di mana-mana dalam reaktor, tapi

tentu saja komposisi berubah dengan waktu.

 Umumnya digunakan:

a. Biasanya untuk reaksi fase cair

b.Digunakan pada kapasitas produksi yang kecil

 Keuntungan reactor batch:

a. Lebih murah dibanding reactor alir

b.Lebih mudah pengoperasiannya

c. Lebih mudah dikontrol

 Kerugian reactor batch:

a. Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi

kebocoran pada lubang pengaduk)

b.Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk

pengisian, pemanasan zat pereaksi, pendinginan zat hasil,

pembersihan reactor, waktu reaksi). (Willey, John. 1976)


15

Gambar 2.2 Reaktor Batch

(Sumber : http://elib.unistuttgart.de/opus/volltexte/2009/

4798/pdf/eig16.pdf)

b. Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) / Constant Stirred

Reactor (CSTR)

Suatu reaktor yang didalamnya terdapat pengaduk & terjadi

reaksi kimia, dimana reaktan 1 diaduk terlebih dahulu kemudian

pada selang waktu yang tetap ditambahkan reaktan yang lainnya

sampai menghasilkan produk, lalu produk dialirkan.


16

 Keuntungan:

a. Suhu dan komposisi campuran dalam rerraktor sama

b.Volume reactor besar, maka waktu tinggal juga besar, berarti

zat pereaksi lebih lama bereaksi di reactor.

 Kerugian:

a. Tidak effisien untuk reaksi fase gas dan reaksi yang

bertekanan tinggi.

b.Kecepatan perpindahan panas lebih rendah dibanding RAP

c. Untuk menghasilkan konversi yang sama, volume yang

dibutuhkan RATB lebih besar dari RAP. (Willey, John.

1976)

Gambar 2.3 Reaktor Ali Tangki Berpengaduk

(Sumber : http://elib.unistuttgart.de/opus/volltexte/2009/

4798/pdf/eig16.pdf)
17

c. Reaktor Alir Pipa (RAP) / Plug Flow Reactor (PFR)

Suatu reaktor yang dimana reaksi kimia berlangsung secara

kontinu sepanjang sistem aliran. Cairan melewati reaktor tanpa

pencampuran sebelumnya dan cairan kemudian masuk, dan

tanpa menyalip. Seolah-olah cairan bergerak dalam satu file

melalui reaktor.

 Keuntungan :

Memberikan volume yang lebih kecil daripada RATB, untuk

konversi yang sama

 Kerugian:

a. Harga alat dan biaya instalasi tinggi.

b.Memerlukan waktu untuk mencapai kondisi steady state.

c. Untuk reaksi eksotermis kadang-kadang terjadi “Hot Spot”

(bagian yang suhunya sangat tinggi) pada tempat

pemasukan. Dapat menyebabkan kerusakan pada dinding

reaktor. (Willey, John. 1976)


18

Gambar 2.4 Plug Flow Reactor

(Sumber : http://elib.unistuttgart.de/opus/volltexte/2009/

4798/pdf/eig16.pdf)

d. Fix Bed Multitube

Katalisator diisi lebih dari satu tumpuk katalisator, fixed bed

dengan katalisator lebih dari satu tumpuk banyak dipakai dalam

proses adiabatik.

 Keuntungan:

a. Dapat digunakan untuk mereaksikan dua macam gas

sekaligus.

b. Kapasitas produksi cukup tinggi.

c. Pemakaian tidak terbatas pada kondisi reaksi tertentu

(eksoterm atau endoterm) sehingga pemakaian lebih

fleksibel.
19

d. Aliran fluida mendekati plug flow, sehingga dapat diperoleh

hasil konversi yang tinggi.

e. Pressure drop rendah.

f. Kontrol temperature lebih baik.

 Kerugian:

a. Rate transfer massa dan transfer panas rendah.

b. Pemindahan katalis sangat sulit dan memerlukan shut down

alat.

c. Konversi lebih rendah.

d. Ada kemungkinan terjadi reaksi samping homogen pada

liquid. (Willey, John. 1976)

Gambar 2.5 Fix Bed Multitube Reactor

(Sumber : http://elib.unistuttgart.de/opus/volltexte/2009/

4798/pdf/eig16.pdf)
20

e. Fluidized Bed

Suatu reaktor yang didalamnya terdapat tumpukan katalis, tetapi

seolah-olah keberadaan katalisnya tersebut itu diaduk sehingga

nampak pergerakannya didalam reaktor dan beroperasi

isotermal.

 Keuntungan:

a. Suhu konstan sehingga dapat dikontrol.

b.Regenerasi bed yang mudah.

c. Reaksi memiliki efek panas yang tinggi.

 Kerugian:

a. Bisa menyebabkan keausan dinding reaktor karena gerakan

bed yang terus-menerus bergesekan dengan dinding.

b.Bisa menyebabkan partikel bed mengecil dan terikut keluar

sebagai produk. (Willey, John. 1976)

Gambar 2.6 Fluidized Bed Reactor

(Sumber : http://elib.unistuttgart.de/opus/volltexte/2009/

4798/pdf/eig16.pdf)
21

4. Berdasarkan Operasinya

1. Isothermal (temperature constant)

Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran

dalam reaktor, aliran yang keluar dari reaktor selalu seragam dan

bersuhu sama.

2. Adiabatik (tidak terjadi pertukaran panas)

 Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara

reaktor dan sekelilingnya.

 Jika reaksinya eksotermis, maka panas yang terjadi karena

reaksi dapat dipakai untuk menaikkan suhu campuran di

reaktor. ( K naik dan – rA besar sehingga waktu reaksi menjadi

lebih pendek).

3. Non Isothermal - Non Adiabatik

5. Berdasarkan Jenis Reaksi

1. Reversible

2. Irreversible

3. Reaksi Paralel

4. Reaksi Seri

5. Reaksi Seri-paralel

6. Reaksi Berantai (Chain Reaction)

(Indrawijaya, Rifana. 2014)


22

Dari jenis-jenis reaktor diatas, berdasarkan prosesnya yang cocok

untuk umpan ethylene yaitu fixed bed multitube reaktor, yang mana terdiri

dari lebih 1 pipa yang berisi tumpukan katalis stasioner dan dioperasikan

vertikal. Biasanya dioperasikan secara adiabatis. Biasanya digunakan untuk

reaktan berfase gas, dan perlu di ketahui, reaksi kimia tersebut terjadi

sepanjang pipa, jadi semakin panjang pipa maka konversinya juga semakin

tinggi.

Fixed Bed Reactor katalitik dapat didefinisikan sebagai suatu tube

silindrikal yang dapat diisi dengan partikel-partikel katalis. Selama operasi,

gas atau liquid atau keduanya akan melewati tube dan partikel-partikel

katalis, sehingga akan terjadi reaksi.

Teori Reaksi Katalitik Gas-Liquid :

A(g) + B(l) → C(l)............................(Persamaan 2.1)

Reaktan A (gas) bereaksi dengan reaktan B yang merupakan liquid non-

volatil dengan katalis padat.

Mekanisme Reaksi Tiga-Fase :

a. transfer massa komponen A dari bulk gas ke antarmuka gas-liquid,

b. transfer massa komponen A dari antarmuka gas-liquid ke bulk liquid ,

c. transfer massa A dan B dari bulk liquid ke permukaan katalis,

d. difusi intra partikel spesies A dan B melalui pori-pori katalis ke sisi aktif,

e. adsorpsi kedua atau salah satu reaktan pada sisi aktif katalis,

f. reaksi permukaan yang meliputi salah satu atau kedua spesies adsorbat,

g. desorpsi produk berlawanan arah.


23

Gambar 2.7 Fixbed Multitube Reactor

(Sumber : http://elib.unistuttgart.de/opus/volltexte/2009/

4798/pdf/eig16.pdf)

Gambar 2.8 Bagian Dalam Reaktor

(Sumber : http://elib.unistuttgart.de/opus/volltexte/2009/

4798/pdf/eig16.pdf)
24

2.3 Katalis

Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi yang

berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi namun tidak ikut

bereaksi.(Indrawijaya, Rifana 2014) Secara umum dalam katalis terdapat

komponen-komponen yang sangat penting yaitu :

a. Pusat Aktif, adalah bagian katalis yang berhubungan dengan reaksi kimia

yang terjadi dan merupakan bagian utama pada pemilihan katalis.

 Logam : Fe, Ni, Pt, Ag, Cu

Logam digunakan untuk proses Hidrogenasi, Oksidasi

Hidrogenolisis.

 Oksida / Sulfida Logam : ZnO, MoS2

Untuk proses selektif Hidrogenasi, parsial Oksidasi,

Dehidrogenasi.

 Asam : Al2O3, SiO3, Zeolit

Digunakan untuk proses craking, hidrasi, isomerisasi.

b. Support, adalah bagian katalis yang berfungsi untuk menaikkan luas

permukaaan aktif katalis. Support haruslah memiliki luas permukaan

yang besar dan ukuran pori yang cukup untuk difusi reaktan dan produk.

c. Promotor, merupakan bagian katalis yang berfungsi untuk memperbaiki

performance katalis. Promotor dapat berupa fisikal atau kimia. Physical

promoters adalah aditif yang berfungsi untuk mempertahankan potensi

fisikal dari supporter atau deposit catalytic agent. Promotor dapat


25

ditambahkan saat pembuatan katalis atau saat reaksi. (Budhiarto, Adhi.

Catalytic Reforming Process)

2.4 Difusi

Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat

dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi

rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien

konsentrasi. Difusi merupakan salah satu peristiwa perpindahan massa yang

prosesnya sering juga dilakukan dalam industri-industri. Proses difusi

minimal melibatkan dua zat, salah satu zat berkonsentrasi lebih tinggi

daripada zat lainnya atau dapat dikatakan dalam kondisi belum setimbang,

Keadaan ini dapat menjadi kekuatan-kekuatan pendorong (driving force) dari

proses difusi. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas

secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan

molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang

sederhana adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara. Lambat laun

cairan menjadi manis. Contoh lain adalah pemberian gula pada cairan teh

tawar. Difusi yang paling sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini

terjadi jika terbentuk perpindahan dari sebuah lapisan (layer) molekul yang

diam dari solid atau fluida.


26

Proses difusi terjadi karena adanya perpindahan massa suatu zat

dimana massa dapat berpindah dari kondisi dengan konsentrasi tinggi ke

konsentrasi rendah. Perpindahan massa dapat terjadi dalam fasa gas maupun

cair. Peristiwa difusi berakhir jika telah mencapai keadaan setimbang antara

dua keadaan (pada keadaan sebelumnya terdapat perbedaan konsentrasi

sehingga keadaan belum setimbang). Proses difusi dapat terus-menerus

berlangsung jika perbedaan konsentrasi antara dua kondisi dipertahankan.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengalirkan fluida yang merupakan tempat

akan berdifusinya suatu molekul secara terus menerus. Proses difusi akan

berhenti jika kondisi dari dua fluida sudah sama atau setimbang.

Difusi merupakan proses perpindahan atau pergerakan molekul zat

atau gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Walaupun penyebab

difusi umumnya karena gradien konsentrasi,tetapi difusi dapat juga terjadi

karena gradien tekanan, karena gradien suhu, atau karena medan gaya yang

diterapkan dari luar seperti pada pemisah sentrifugal. Difusi molekuler yang

terjadi karena gradien tekanan (bukan tekanan parsial) disebut difusi tekanan

(pressure diffusion), yang disebabkan karena gradien suhu disebut difusi

termal (thermal diffusion), sedangkan yang disebabkan oleh medan gaya dari

luar disebut difusi paksa (forced diffusion).


27

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu :

• Ukuran partikel

Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak,

sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi.

• Ketebalan membran

Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi pada pori yang

sama.

• Luas suatu area

Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.

• Jarak

Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan

difusinya.

• Suhu

Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak

dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.

(Leonita, Shinta.2009)

Difusi molekular dapat didefinisikan sebagai perpindahan atau

pergerakan suatu molekul melewati suatu fluida dengan pergerakan yang

acak. Dapat dibayangkan suatu molekul yang bergerak lurus dan kemudian

akan bergerak dengan acak akibat tabrakan dengan molekul yang lain. Karena

pergerakan melekul berlangsung dalam gerakan acak, maka pergerakan

molekul sering disebut sebagai gerakan melekul acak (Random-Walk

Process). Difusi molekular merupakan perpindahan suatu molekul melalui


28

suatu fluida dengan pergerakan yang acak dalam fluida diam atau dalam

fluida yang mengalir secara laminer. Suatu molekul yang bergerak lurus

kemudian akan bergerak secara acak karena bertabrakan dengan molekul

yang lain, pergerakan molekul seperti ini disebut Random-Walk Process. Laju

difusi dapat dinaikkan dengan cara pengadukan sehingga kondisi

kesetimbangan dapat lebih cepat tercapai.

Gambar 2.9 Gerakan acak pada proses difusi

(Sumber : Brady, James E. 1999)

Peristiwa lain yang juga termasuk sebagai peristiwa difusi adalah tinta

biru yang diteteskan dalam air bening. Tinta akan berdifusi perlahan-lahan ke

seluruh bagian air hingga diperoleh kondisi kesetimbangan (tidak adanya

gradien konsentrasi). Untuk menaikkan laju difusi dapat dilakukan

pengadukan, sehingga kondisi kesetimbangan dapat lebih cepat dicapai.

Difusi tidak terbatas hanya pada perpindahan lapisan stagnant (diam)

zat padat atau zat cair saja. Difusi juga terjadi dalam fase fluida pencampuran

fisika dan pusaran Eddy aliran turbulen, sama seperti aliran kalor dalam fluida

dapat terjadi karena konveksi. Peristiwa ini disebut difusi pusaran (Eddy
29

diffusion). Bila dua macam gas ditempatkan dalam satu tempat yang sama,

molekul-molekulnya lambat laun akan bercampur sampai komposisi dari gas

akan sama. Proses pencampuran ini disebut difusi. Proses yang sama dengan

difusi disebut efusi. Suatu proses dimana suatu gas dengan tekanan akan

menguap dari wadahnya melalui suatu lubang yang kecil. Proses efusi terjadi

pada balon yang diisi gas helium. (Brady, James E. 1999)

2.3.1 Diffusivitas Thermal

Dalam analisis perpindahan panas, Difusivitas termal

adalah proses perpindahan atau pergerakan molekul zat atau gas dari

konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah yang disebabkan karena

gradien suhu. Difusivitas termal mengukur kemampuan material untuk

mengonduksi energi panas relatif terhadap kemampuannya untuk

menyimpan energi panas. Difusivitas termal adalah rasio turunan

waktu terhadap temperatur pada turunan keduanya. Difusivitas termal

dapat disebut juga sebagai ukuran dari inersia termal. Dalam zat dengan

difusivitas termal yang tinggi, panas bergerak cepat karena zat tersebut

menghantarkan panas relatif terhadap kapasitas panas volumetriknya.

(Leonita, Shinta.2009)
30

2.3.2 Diffusivitas Knudsen

Mekanisme perpindahan jenis ini sama dengan viscous flow.

Akan tetapi, penurunan diameter pori membran, maka mean free path

of gas molecule bisa menjadi lebih besar daripada diameter pori.

Mekanisme ini tergantung pada rasio akar kuadrat dari berat molekul

penetran. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme ini dapat

menghasilkan pemisahan yang tinggi apabila operasi terjadi secara

cascade. Mekanisme jenis ini biasanya digunakan untuk pemisahan gas.

Menurut Pabby dkk. (2009), knudsen diffusion terjadi pada membran

anorganik microporous atau disepanjang pori kecil dalam dense

polymer membrane atau dapat juga terjadi pada mixed matrix

membrane. (Pabby dkk. 2009)

You might also like