You are on page 1of 15

UT101

Public Speaking

Transkrip
Minggu 4: Gaya Diri atau Style Direction

Video 1: Pengantar Style Direction


Video 2: Tiga Kata Ajaib
Video 3: Body Language
Video 4: Menyusun Materi Presentasi
Video 5: Style Direction
Video 6: Tips Berbicara Di Depan Public
Video 7: Rangkuman Elemen Penting Dalam Berbicara Di Depan Public

Video 1: Pengantar Style Direction

Saudara Peserta IndonesiaX di mana pun Anda berada. Sehat dan tetap semangat adalah
harapan kami untuk Anda semua. Pada minggu-minggu lalu kita sudah bicara soal persepsi,
komunikasi, dan etiket.

Nah, sesi minggu ini, yang merupakan akhir dari seluruh program Public Speaking akan
membahas mengenai style direction atau performance sebagai pembicara atau speaker dan
sekaligus merangkum apa yang sudah pernah kita bicarakan.

Bahasan akhir kita mengenai style direction atau gaya bicara atau dapat dikatakan sebagai
performance atau penampilan seseorang. Penampilan secara keseluruhan harus didasari
pada beberapa hal, yaitu etika komunikasi. Nah ada tiga hal yang harus ada pada diri
seseorang.

Saya menambahkan dari bahasan etika komunikasi yang kita bahas pada minggu kedua. Jadi
etika komunikasi haruslah terbuka terhadap informasi. Kemudian ada aktualisasi diri, dan
ada interaksi. Kenapa saya mengatakan etika, bukan etiket? Karena etika ini adalah dasar
yang ada dalam diri kita. Kita mau terbuka nggak sih terhadap informasi. Kalau kita tidak mau
terbuka terhadap informasi maka jangan harap Anda bisa menjadi seorang pembicara yang
baik.

Kemudian yang kedua aktualisasi diri. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan aktualisasi diri.
Kalau tadi terbuka terhadap informasi artinya kita bisa buka atau mencari informasi di mana
pun juga. Apalagi sekarang kita bisa browsing di internet dengan mudahnya kita mencari
informasi. Bagaimana dengan aktualisasi diri? Kalau aktualisasi diri sebetulnya lebih kepada
bagaimana saya, Anda, berinteraksi dengan pihak lain.

Jadi orang hidup itu kan pasti butuh teman. Orang hidup itu tidak pernah bisa sendiri.
Sehingga kita butuh aktualisasi. Tatkala kita aktualisasi, tatkala kita bertemu dengan orang
lain, tatkala kita bergaul dengan orang lain dan diterima dalam suatu komunitas, maka diri
kita sudah eksis dalam suatu komunitas, dalam suatu masyarakat. Dan ini yang disebut
dengan aktualisasi diri.

Halaman 1 dari 15
UT101

Saya sedikit menyinggung teori kebutuhannya Maslow. Kalau Maslow itu yang paling pertama
adalah kebutuhan dasar. Pangan, papan, sandang. Kemudian yang paling atas lebih kepada
eksistensi. Nah eksistensi ini yang disebut juga dengan aktualisasi diri. Oleh karena itu
aktualisasi diri, rasa ingin mengaktualisasikan dirinya itu adalah etika yang harus dimiliki oleh
seorang public speaker.

Jadi kalau Anda seorang pembicara, ingin menjadi pembicara yang handal, selain terbuka
terhadap informasi, juga harus mengaktualisasikan diri kita. Dan yang terakhir adalah
interaksi. Interaksi tadi kaitannya tentu saja dengan aktualisasi diri. Karena apa? Tanpa
interaksi tidak akan ada aktualisasi diri.

Oke, Saudara Peserta IndonesiaX, ketiga hal itu merupakan dasar yang memberikan motivasi
atau dorongan pada seseorang untuk memahami dan menerapkan etiket dalam kehidupan
keseharian kita. Dan selalu sadar bahwa kita tidak pernah terlepas dari pihak lain atau
lingkungan di mana kita berada.

Dan yang pasti, Etika akan mendasari suatu etiket.

Video 2: Tiga Kata Ajaib

Nah, dalam beretika, dalam beretiket, etika lebih kepada dalam diri kita sendiri, etiket lebih
diimplementasikan, dilihat orang, manner, cara. Ada tiga kata ajaib yang perlu diingat bahwa
etiket adalah kekuatan.

Jadi, orang mengatakan dan kita merasakan, saya merasakan, bahwa etiket adalah suatu
kekuatan. Kenapa? Ada tiga kata yang mempunyai kekuatan cukup besar dan bisa disebut
sebagai three magic words, yaitu greetings, apologize, dan thank you. Nah, apa itu semua?
Sebagai contoh begini. Greetings adalah salam: “Selamat pagi”, “Assalamu’alaikum”. Say
hello, menyampaikan bahwa “Hei ada aku”, “Hei ada Anda”. Greetings, salam.

Kemudian permintaan maaf, apologize. Apa salahnya sih kita minta maaf kalau kita memang
bersalah. Dan yang ketiga adalah thank you, terima kasih. Kadang kita sendiri lupa untuk
bilang terima kasih pada seseorang. Padahal orang lain itu kalau kita bilang terima kasih,
bilang maaf, akan berbeda.

Contoh yang paling sederhana. Kita memasuki suatu gedung baru, bukan gedung kita, bukan
di Universitas Terbuka, tapi di luar. Bukan juga di IndonesiaX mungkin, tapi di luar itu.
Kemudian kita bertemu orang ada dalam satu lift. Tentu saja orang itu belum kita kenal.

Tetapi tidaklah salah, dan sebaiknya, minimal kita tersenyum dengan orang itu. Begitu sama-
sama di lift, entah dia dulu yang ada atau kita yang baru masuk, sebaiknya kita bilang
“Selamat pagi”, “Selamat siang”. Hanya itu, sederhana.

Tetapi apa? Orang yang kita beri salam atau kita sendiri yang menerima salam akan merasa
nyaman, akan merasa dianggap orang. Kalau orang Jawa bilang itu “diuwongke”, kalau
Bahasa Indonesianya, dihargai keberadaan kita. Itu yang pertama soal greetings.

Di mana pun Anda berada, jangan segan-segan, dan greeting itu jangan dilakukan hanya
kepada orang yang sudah kita kenal. Kepada yang belum kenal pun selama kita ada di dalam

Halaman 2 dari 15
UT101

satu wilayah tertentu dan mempunyai tujuan yang mungkin sama, karena dalam satu lift.
Pasti tujuannya dalam gedung yang sama. Maka tidak ada salahnya kita mengucapkan salam.
Tapi jangan di mana-mana ya. Ketemu orang di jalan senyum, siapa pun disenyumin. Jangan.
Tapi selalu tahu tempatnya.

Kemudian permintaan maaf. Ada orang yang merasa gengsi untuk menyampaikan kata maaf.
Coba, buat Anda yang tidak terbiasa untuk menyampaikan kata maaf. Coba mulai sekarang
dibiasakan. Misalnya contoh yang paling sederhana, kita membuat satu kesalahan. Ini kita
salah.

Kemudian kita ditegur oleh atasan kita, misalnya. Maka yang pertama kali yang harus Anda
lakukan, walau pun Anda tidak bersalah, tetapi karena ini di grup, di satu tim, maka Anda ada
dalam tim itu. Kemudian tim itu melakukan kesalahan. Padahal kesalahan itu bukan (karena)
Anda. Tetapi (Anda) ditegur oleh atasan Anda.

Maka kata pertama yang sebaiknya Anda ucapkan sebelum defensif, sebelum
mempertahankan diri, adalah “Maaf, Pak”. Itu akan lebih enak. “Jadi, memang itu kesalahan
tim kami. Tetapi perlu kami jelaskan bahwa kronologinya seperti ini: A, B, C, D, E”.

Tapi ungkapan maaf itu sudah tercetus terlebih dahulu. Sehingga orang merasa, orang lain
merasa, bahwa orang ini merasa rendah hati. Mau mengakui kesalahannya. Walau pun
selanjutnya dia akan menjelaskan yang akhirnya menyatakan bahwa sebenarnya itu bukan
kesalahan saya.

Tapi cara kita mengungkapkan akan berbeda tatkala kita menghadap kemudian “Pak, tidak
bisa. Saya harus bercerita kronologi. Itu bukan kesalahan kami, bukan kesalahan saya.” Itu
akan lebih mengkonfrontasi, membuat suasana jadi lebih panas. Jadi sebaiknya memang
harus mengucapkan maaf terlebih dahulu kalau memang pekerjaan kita atau hal-hal yang
dilakukan dirasa oleh orang lain itu salah.

Apalagi kalau kita memang benar-benar bersalah. Jangan pernah malu, jangan pernah segan
meminta maaf. Yang tua ke yang muda. Atasan ke anak buah. Jangan pernah malu
mengucapkan maaf. Dan itu harus sincere, dari dalam diri. Jadi biasakan itu. Semua orang
bisa berbuat salah. Dan ini adalah manusiawi.

Bagi Anda pimpinan, bagi Anda senior, mengucapkan kata maaf kalau memang Anda bersalah
justru mendapatkan penghargaan dari anak buah, mendapatkan satu nilai plus dari junior
Anda. Apalagi Anda buat yang muda-muda ini tentu saja coba kita latih dari sekarang. Dan
yang ketiga, three magic words yang ketiga adalah terima kasih. Kadang kita itu susah ya
bilang terima kasih.

Dan jangan dikira bahwa terima kasih itu hanya dimengerti oleh orang yang berpendidikan.
Tidak. Terima kasih ini adalah suatu kebiasaan, suatu habit, yang harus di-create, yang harus
diciptakan, sejak kecil. Jadi kalau Anda, buat Anda yang sudah berkeluarga, punya anak, dan
masih muda-muda, masih kecil-kecil, biasakan tiga kata magic ini. Terima kasih, contoh yang
paling sederhana.

Kalau kita parkir, kemudian ada tukang parkir. Begitu selesai, kita memberi uang. Ada yang
hanya memberi, that’s it. Sudah. Hanya memberi saja. Tapi ada juga yang “Terima kasih ya,
Pak”. Sambil memberi sambil melihat “Terima kasih ya, Pak” kepada tukang parkir.

Halaman 3 dari 15
UT101

Rasanya itu apa ya.. Enak begitu. Apa pun dia sudah membantu kita walaupun kita bayar, tapi
jangan lupa ucapkan kata “Terima kasih”. Jadi ungkapan terima kasih itu tidak ada kaitannya
dengan pendidikan, dengan status sosial, enggak. Ini berlaku untuk siapa saja.

Nah, Saudara Peserta IndonesiaX, itu tadi adalah etika dan juga tiga kata yang mungkin
mendasari kita berinteraksi dengan orang lain. Kenapa ini sangat saya ikutkan dalam program
Public Speaking, karena buat saya dan tentunya Anda semua akan setuju, bahwa etika dan
etiket itu di mana pun tidak hanya sekadar berinteraksi, Anda sebagai seorang speaker pun,
seorang pembicara, harus sangat memahami hal ini.

Video 3: Body Language

Nah, baik, selanjutnya, saya akan bicara mengenai body language. Body language ini karena
kita sudah masuk pada bagian akhir tahap minggu keempat, lebih enak kalau bicara soal body
language, saya akan mengajak teman-teman saya, mengajak Mas Budi dan mengajak Mbak
Dona, untuk bersama-sama kita praktikkan. Artinya bagaimana sih body language bagi
seorang public speaker. Yuk, kita temui mereka.

Budi: Halo Ibu


Dian Budiargo: Eh apa kabar?
Budi: Baik
Dian: Terima kasih ya sudah mau datang
Dona: Iya
Budi: Terima kasih Ibu
Dian: Silakan, silakan duduk. Kita ngobrol. Gimana lagi ngobrolin apa nih?
Budi: Soal kerjaan
Dona: Kerjaan
Dian Budiargo: Soal kerjaan? Gini, aku panggil nama saja ya. Masih muda-muda banget.
Kemarin kita kan sudah praktik untuk bicara di depan. Pengalamannya apa nih yang
dirasakan?
Budi: Kalau saya sendiri sedikit nervous karena pertama kali berbicara, tanpa bersiapan juga.
Mungkin itu yang membuat sedikit nervous
Dian Budiargo: Cara menghilangkan nervous-nya?
Budi: Spontan saja, Bu. Ketika membaca pertama kali sedikit nervous, lama-kelamaan sudah
biasa.
Dian Budiargo: Jadi, kalau teorinya, yang pernah saya sampaikan, kan 10 detik pertama, 10
kata pertama. Gitu ya. Dan selanjutnya sudah oke. Jadinya enak. Kalau Mbak Dona sendiri?
Dona: Kalau saya memang pertama kali juga, tapi masih agak bingung untuk body language.
Jadi kalau kita ngomong kan harus ada gestur.
Dian Budiargo: Tangannya harus menari-nari gimana ya?
Dona: Iya
Dian Budiargo: Oke.

Sekarang juga buat Anda, Peserta IndonesiaX, saya ditemani Dona dan Budi, Mbak Dona dan
Mas Budi, untuk memperagakan kalau tadi saya mengatatakan ada body language. Jadi lebih
enak kalau saya akan dibantu oleh mereka berdua, untuk memperagakan, untuk
menunjukkan bagaimana seharusnya kita membawa diri.

Halaman 4 dari 15
UT101

Kalau tadi Budi mengatakan bahwa lebih kepada nervous-nya. Dan dia bilang ternyata 10 kata
pertama, 10 detik pertama, itu sangat berpengaruh. Setelah itu jalan dengan lancar. Kalau
Dona lebih merasakan bagaimana caranya supaya pembawaan diri kita itu lebih enak.

Maka selanjutnya kita akan memperagakan. Saya minta tolong nanti memperagakan
bagaimana sebenarnya untuk tampil di depan umum supaya lebih enak, kemudian postur
tubuh kita juga lebih baik.

Dian Budiargo: Kita berdiri ya. Jadi gini, ini kan karena tentu saja cowok dan cewek berbeda
ya. Yang pertama adalah, kalau body language, pertama kita lihat postur. Cara kita berdiri.
Coba Dona silakan berdiri seperti biasa, seandainya mau tampil di depan. Mas Budi. Oke.
Tatap kamera. Kameranya sebelah sini atau sebelah sana? Sebelah sini ya kameranya? (Dian
Budiargo bertanya pada kru). Jadi tatap kamera, Mas Budi juga.

Mbak Dona berdirinya sudah oke, cuma Mas Budi supaya lebih tegak, nggak kaku, kalau
berdiri, kalau cowok, jangan biasakan untuk tetap begini (Dian memperagakan postur). Ada
sesuatu yang dipegang sebenarnya kalau kita berbicara di depan publik. Lebih enak, karena
biasanya kalau kita nervous, tidak ada pegangan. Jadi kita, aduh ngapain gitu ya dengan
tangan kita.

Dengan adanya note kecil, yang itu juga berfungsi, karena ada juga mic yang sifatnya standing,
yang berdiri. Kalau mic-nya berdiri, tangan kita lebih nganggur. Tapi kalau ada mic yang
dibawa, yang wireless, itu lebih enak, kita lebih leluasa bergerak.

Mas Budi, satu saja, bahwa Anda, bahu ini kurang tegak. Terus kemudian ini jangan terlalu
lebar (Dian menunjuk pada jarak antara kedua kaki Budi). Rapatkan sedikit. Jadi santai, tidak
terlalu lurus, siap gerak, agak lebar tapi jangan terkesan terlalu lebar. Kalau terlalu lebar juga
menjadi kesannya nggak enak, kayak orang istirahat. Mbak Dona, Oke berdirinya, cuma yang
(kaki) kiri agak (Dian membimbing Dona memperbaiki postur). Jadi memang kita harus..

Dian Budiargo: Ini jam berapa ya kalau kayak begini ini? (Dian Budiargo menunjuk pada posisi
kedua kaki dan mencoba menganalogikannya dengan posisi jarum jam)
Dona: Jam dua
Dian Budiargo: Jam dua ya. Angka dua. Kemudian posisinya seperti ini, tapi jangan terlalu
begini. Jangan terlalu ke samping. Boleh di-shoot di kakinya Mbak Dona. Jadi posisinya
adalah seperti jam dua. Kita berdiri seperti ini. Fungsinya, selain kita terlihat lebih slim.

Dian Budiargo kepada Dona: “Kebetulan Anda kecil banget. Slim banget. Jadi sudah tanpa
berdiri begini pun...”

Tapi lebih luwes sebagai wanita, juga kita lebih enak untuk memutarkan tubuh kita. Jadi
dengan posisi seperti ini, tubuh kita lebih luwes kalau mau menengok kiri, tengok kanan.
Daripada bandingkan Mbak Dona kalau posisinya seperti Mas Budi. Jadi kalau cewek
posisinya seperti ini, kamera bisa lihat sampai ke bawah, Kalau wanita atau cewek posisinya
seperti ini, maka akan memberi kesan kurang luwes.

Walau pun tertutup dengan, katakanlah, kita pakai baju panjang, pakai celana panjang, long
dress, tapi dengan posisi seperti ini lebih kesannya kepada kayak polwan. Tegap. Kalau
polwan sekarang kan cantik-cantik, kemudian tegap dan luwes, tapi dia di saat berbicara di
depan publik, dia harus posisinya seperti ini.

Halaman 5 dari 15
UT101

Dian Budiargo pada Dona: Jadi kembali lagi ke posisi semula. Jangan terlalu ke belakang, agak
ke depan. Ya, agak begitu ya. Jadi posisinya seperti ini. (Sambil memperagakan postur)

Kemudian posisi kepala, karena ini di kamera, atau lebih ke kamera. Ini di kamera, posisi
kepala. Jadi dagu usahakan lurus ke depan. Jadi kalau kita mencoba berdiri di tembok,
kemudian dagunya lurus, lurus rata. Kemudian, jangan sampai lurus ke atas, kalau ke atas
kesannya Anda sombong. Kalau ke bawah kesannya Anda takut terhadap audiens. Jadi dagu
seperti itu gerakannya.

Kemudian kalau tadi sudah saya berdiri, sekalian nih dengan sepatu. Kebetulan saya lihat
Mbak Dona.

Dian Budiargo: Mbak Dona, ini sepatunya haknya berapa senti(meter), Mbak?
Dona: 5 cm

Untuk wanita, ini untuk wanita ya, untuk cewek, untuk wanita, biasakan kalau kita mau tampil
atau di mana minimal memang 5 cm. Lebih enak buat jalan, buat berdiri, itu lebih luwes. Tapi,

Dian Budiargo pada Dona: Anda bawa sepatu yang contoh untuk yang flat
Dona: Bawa
Dian Budargo: Boleh diambil ya. Saya dengan Mas Budi dulu.

Untuk Mas Budi, kalau cowok memang, sebaiknya untuk acara formal, bisa di-shoot di sepatu
(Dian mengarahkan kru untuk menge-shoot sepatu). Kalau acara formal, memang sebaiknya
tidak menggunakan sepatu karet, tetapi sepatu yang pantofel, sehingga lebih kelihatan
formal. Tapi kalau acara kasual, ya biarkan, menggunakan ini bagus (menunjuk pada sepatu
yang tengah dikenakan Budi). Jadi kalau hari ini Anda menggunakan ini.

Dian Budiargo pada Dona: Mbak Dona, sudah? Boleh dicoba.

Nah ini adalah, mungkin bisa dibandingkan, tadi Mbak Dona dengan menggunakan sepatu
flat. Jadi, dari cara berdiri, apalagi cara jalan,

Dian Budiargo pada Dona: Merasakan perbedaan nggak?


Dona: Iya
Dian Budiargo: Bedanya apa?
Dona: Kalau tinggi biasanya punggungnya lebih tegak.

Lebih tegak ya. Jadi memang kalau kita pakai sepatu flat itu cenderung lebih santai, lebih easy
going. Tapi kalau begitu pakai sepatu ada haknya, ada heel-nya, entah itu 5 cm, 7 cm, itu lebih
enak, karena mau nggak mau badan kita lebih tegak atau lebih enak, karena ini ada menahan
di kaki, di haknya, sehingga lebih enak.

Dian Budiargo kepada Dona: Nah selain itu apalagi? Oh gestur tangan ya?
Dona: Iya
Dian Budiargo kepada Budi: Kalau Mas Budi yang paling enak posisi tangan kalau lagi
ngomong ngapain?
Budi: Kalau saya lebih, paling nyaman seperti ini, Bu (memperagakan posisi tahan di samping,
telapak tangan bersandar ke kantung samping celana)

Halaman 6 dari 15
UT101

Dian Budiargo: O seperti ini ya

Nah, ini begini, tangan di saku itu nggak boleh. Kenapa tidak boleh? Katanya, menunjukkan
rasa tidak percaya diri kita dan menunjukkan ada yang disembunyikan. Jadi kalau kita mau
pidato, mau bicara di depan umum, jangan sekali-sekali memasukkan tangan di baju. Karena
memberi kesan bahwa Anda menyembunyikan sesuatu. Jadi agar lebih fleksibel memang
biasa saja, jangan posisi lepas begini.

Dian Budiargo kepada Budi: Anda posisi yang paling enak kalau nggak lepas. Mesti membawa
catatan ya? Nah usahakan selalu membawa catatan agar catatan itu selain untuk membantu
Anda, membantu Anda mengingat, juga yang penting adalah supaya Anda lebih rileks, lebih
luwes, lebih enak.

Dian Budiargo kepada Dona: Oke, untuk Mbak Dona, posisi yang paling enak seandainya Anda
tidak membawa catatan seperti apa?
Dona: Nggak membawa catatan?
Dian Budiargo: Iya
Begini saja, Bu (memperagakan kedua tangan lurus menjuntai di depan, telapak
menelungkup ke paha)
Dian Budiargo: O begini saja ya (mengikuti postur yang diperagakan Dona)
Dian Budiargo: Tapi pada saat berbicara?
Dona: Kalau berbicara lebih enak begini (memperagakan posisi kedua tangan dilipat, bertemu
di tengah perut)

Oke. Benar sekali apa yang dilakukan oleh Dona, bahwa kalau tidak membawa catatan, dia
lebih baik posisinya seperti ini (memperagakan posisi kedua tangan bertemu di tengah perut),
tapi jangan sampai seperti ini ya (memperagakan posisi kedua tangan dilipat, bertemu lurus
& tegang di tengah perut). Ini kayak paduan suara nanti jadinya. Tapi rileks, benar posisinya
seperti itu tapi usahakan rileks. Tegak dan rileks.

Dian Budiargo kepada Dona: Gitu ya, Mbak ya. Lebih enak.

Apakah kita boleh menggunakan gerakan tangan? Sangat boleh. Kalau itu memang
membantu menekankan kalimat-kalimat yang ingin diucapkan. Karena kalau kita berbicara
di publik, kemudian kita hanya begini terus (memperagakan kedua tangan dilipat di depan
perut) juga nggak enak. Kecuali, kalau kita MC, sebagai master of ceremony, acara yang
sifatnya formal sekali. Maka, posisi tangan juga harus seperti ini (memperagakan posisi kedua
tangan dilipat, di depan dada) membawa catatan. Dan tidak boleh “Ya Saudara-saudara
sekalian, berikutnya kita ikuti” (sambil mengayunkan tangan). Nggak boleh. Tapi kalau itu
sambutan atau ketika kita berbicara di depan umum, silakan. Kalau ada podium lebih enak
karena tangan kita berada di podium. Jadi tidak kelihatan. Tapi kalau kita berdiri seperti
biasa, ada standing mic, maka sebaiknya menggunakan catatan.

Oke, ada lagi kira-kira yang untuk dipraktikkan, yang dirasakan Mas Budi dan Mbak Dona?
Oke, sekarang gini, sebagai seorang yang dilihat orang, tentu saja cara jalan juga harus
diperhatikan. Yang penting tegak. Saya tidak akan mempraktikkan cara jalan karena di sini
nggak ada ada cat walk. Yang penting posisinya,

Dian Budiargo kepada Dona: Diusahakan setiap hari seperti ini ya, Mbak
Dona: Iya

Halaman 7 dari 15
UT101

Jadi kalau kita berhenti, lagi ngobrol dengan teman, berhenti plek. Jadi diusahakan sudah
otomatis kaki kita seperti ini, kalau cewek.

Dian Budiargo kepada Budi: Kalau cowok jangan ya. Coba Anda praktikkan seperti Mbak Dona
jadinya seperti apa?
Budi: Begini (memperagakan)
Dian Budiargo: Nah jadi ayu. Jangan. Nah jadi kalau cowok tetap saja posisinya seperti tadi.
Tapi santai, lebih rileks. Jangan sampai nutup, jangan sampai nempel antara (kaki) kiri dan
kanan.

Dian Budiargo kepada Dona dan Budi: Juga saya titip pesan, karena Anda sebagai pembicara
nantinya pasti dilihat oleh orang banyak. Jadi mulai Anda masuk, Anda duduk, segala macam
juga harus diperhatikan. Karena ini di sofa jadi duduknya pasti seperti tadi. Jadi kita nggak
bisa sampai belakang duduknya. Nggak bisa bersandar gitu ya, karena bersandar memberi
kesan kita malas. Kita silakan duduk dulu lagi.

Bagaimana Saudara Peserta IndonesiaX, mudah-mudahan peragaan yang simpel dan


sederhana tadi memberikan gambaran kepada Anda bagaimana cara Anda membawakan diri
Anda. Nantinya juga akan dibahas atau ada kata “please” yang nantinya juga akan kami bahas
di sesi terakhir, bahwa itu merupakan pegangan agar kita ini bisa tampil dengan lebih enak
dilihat orang.

Dian Budiargo pada Dona dan Budi: Mbak Dona dan Mas Budi, terima kasih atas bantuannya.
Mudah-mudahan yang sebentar ini bisa mengubah dan dilatih terus ya supaya menjadi satu
kebiasaan. Anda masih muda, semoga menjadi pembicara yang handal. Oke, terima kasih ya!
Dona: Terima kasih, Bu
Budi: Terima kasih
Dian Budiargo: Sampai ketemu ya
Budi: Sampai ketemu lagi

Video 4: Menyusun Materi Presentasi

Nah, bagaimana, Anda sudah lihat berbagai bentuk dari body language? Karena memang lima
hal yang mendukung proses berbicara tadi di Public Speaking, itu tanpa kita sadari terkadang
keluar dengan sendirinya, kebiasaan-kebiasaan kita.

Nah, alangkah baiknya kalau walaupun kita tidak mau menjadi seorang speaker, misalnya,
tapi kebiasaan-kebiasaan tadi tetap kita lakukan supaya nanti di suatu saat tatkala kita akan
berbicara di depan umum, atau diminta orang untuk berbicara di depan umum, sudah ada
kebiasaan. Berdirinya, kemudian tatkala duduknya, atau bagaimana tersenyumnya pun,
kemudian grooming-nya pun juga sudah menjadi suatu kebiasaan yang bukan satu hal yang
baru yang aneh bagi Anda.

Saudara, walaupun kekuatan dukungan komunikasi nonverbal terhadap suatu presentasi


lebih besar dari verbalnya, namun kita tetap tidak boleh mengabaikan apa saja yang harus
ada pada suatu materi presentasi. Ada tiga hal utama juga. Pertama, adalah pendahuluan.
Ada yang mengatakan 10 kata pertama adalah hal yang sangat penting. Kemudian diikuti

Halaman 8 dari 15
UT101

dengan 10 menit berikutnya. Pendahuluan itu tidak panjang lebar, tetapi harus lengkap,
akomodasi semua hal yang akan dikatakan, untuk mencari perhatian dari audiens kita.

Jadi kalau kita bicara soal pendahuluan. Pendahuluan itu biasanya berisi greetings, salam.
Kemudian terima kasih kepada audiens yang sudah hadir. Biasanya begitu. Kemudian dia
bercerita tujuannya apa, hasil akhir yang diharapkan apa. Nah ini yang diharapkan, tujuan dan
hasil akhir ini, bisa mencuri atau mendapatkan perhatian dari audiens kita.

Yang kedua adalah isi atau body dari presentasi kita. Isi adalah bagian yang panjang dari suatu
presentasi, yang paling panjang. Jadi kita pilih tiga atau lima hal utama, poin-poin yang
utama, dibarengi dengan ilustrasi yang menarik dan tidak keluar dari topik utamanya.
Biasanya kurang lebih isi ini 70% dari total presentasi kita.

Dalam membangun suatu ide, usahakan memulai dengan sesuatu yang dikenal oleh audiens.
Jadi mulai dari yang dikenal, baru mengarah ke hal-hal yang memang baru atau belum
dikenal. Gunakan contoh-contoh konkret untuk memperjelas konsep yang digunakan.
Ilustrasikan suatu konsep dengan suatu bahasan yang memang dipahami oleh audiens.

Yang ketiga, sebagai kesimpulan dan penutup. Kesimpulan memang tidak begitu panjang dan
memang harus singkat, tapi padat. Namun bagian ini adalah penting, karena sebagai bagian
akhir dari suatu presentasi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat
kesimpulan. Jangan pernah mencetuskan atau mengeluarkan ide baru, materi baru dalam
kesimpulan. Hindari kesalahan-kesalahan pengucapan, karena ini akhir dari presentasi Anda.
Akhiri dengan gagasan yang memang harus diingat. Jadi Anda harus punya highlight.

Apa sih yang paling harus diingat oleh audiens Anda. Buat kesimpulan satu per satu. Jadi
misalnya kesimpulan itu pointers, lebih enak. Jadi misalnya kalau kita membuat kesimpulan,
jadi ada beberapa hal yang perlu Anda ingat. Satu, ABCD. Dua, FGHI, misalnya. Jadi, yang saya
maksud dengan satu per satu itu adalah pointer. Jadi itu semua adalah, mulai dari
introduction, pendahuluan, isi, kemudian baru kesimpulan. Berikut saya sertakan contoh
outline dari suatu presentasi yang bisa dijadikan pegangan dalam mempersiapkan presentasi
Anda.

Pendahuluan, itu totalnya kurang lebih 10% dari presentasi Anda. Biasanya selamat datang,
kemudian ada semacam pembukaan. Jadi ada perkenalan. Kemudian ada salam, tujuan, dan
sebagainya.

Kemudian yang kedua adalah isi atau body-nya. Ini besarnya kira-kira 70%. Bobotnya ya,
bukan besarnya, tapi 70% dari keseluruhan presentasi Anda. Jadi ada poin pertama,
kemudian apa sih maksudnya, kemudian isinya apa. Jadi, dalam isi itu memang harus
dikemukakan apa-apa saja poinnya yang akan kita bicarakan. Kemudian setelah itu poin
kedua, poin ketiga, dan selanjutnya.

Nah setelah kita pada body atau isi, kita sampai kepada penutup atau kesimpulan. Ini
bobotnya hanya 20% jadi singkat dan padat. Tentu saja ini isinya adalah summary dari poin-
poin yang sudah kita bicarakan tadi. Kemudian jangan lupa selalu ambil satu quotation atau
ungkapan yang mudah dikenal atau mudah diingat oleh audiens Anda.

Video 5: Style Direction

Halaman 9 dari 15
UT101

Saudara Peserta IndonesiaX, fokus kita kali ini pada faktor yang mendukung public speaking
atau faktor yang ikut men-support berhasil tidaknya Anda sebagai pembicara, yang sifatnya
bisa dianalogikan lebih kepada aksesorinya, namun aksesori yang wajib diperhatikan.
Aksesori ini bisa diidentikkan dalam komunikasi nonverbal.

Tapi jangan dibilang bahwa aksesori itu hanya untuk wanita, nggak ya. Jadi aksesori di sini
bukan diidentikkan dengan perhiasan.

Tetapi aksesori lebih kepada saya analogikan kalau misalnya katakanlah saya hari ini tidak
menggunakan scarf ini --ini adalah aksesori (menunjuk pada scarf)--, jadi tidak masalah,
nggak apa-apa.

Tapi saya tidak menggunakan scarf ini saya merasa lebih percaya diri. Jadi ini mendukung
penampilan saya. Itu yang saya maksud dengan aksesori.

Aksesori ini tadi saya katakan bisa diidentikkan dalam komunikasi nonverbal. Bahasa tubuh
yang positif bisa dibentuk melalui persiapan, dengan latihan-latihan.

Postur tubuh juga menjadi bagian dalam menilai seseorang. Kemudian bagaimana cara Anda
menuju atau maju ke depan juga menjadi perhatian audiens.

Bagaimana Anda menggunakan kontak mata, kemudian busana, posisi tangan, dan juga
senyum Anda, ini adalah aksesori yang berlaku bagi Anda, pria dan wanita. Jangan
diinterpretasikan aksesori seperti perhiasan.

Jadi apa yang dimaksud dengan aksesori ini adalah style direction kita. Kalau kita bicara style
direction itu sebenarnya kan arahan gaya. Wajah, yang pertama. Wajah di sini kita harus
mengenali wajah kita. Dalam pengertian begini. Apa sih yang sebaiknya digunakan untuk
wajah kita.

Penggunaan kacamata, gaya rambut, itu tergantung dengan wajah kita. Karena, nanti kita
ilustrasikan, bahwa bentuk wajah itu bermacam-macam. Ada yang oval, ada yang bulat, ada
yang segiempat, ada yang segitiga.

Jadi bentuk wajah ini akan berpengaruh terhadap gaya rambut Anda, akan berpengaruh
terhadap bagaimana Anda memilih kacamata, misalnya. Jadi ini yang disebut dengan
mengenali wajah kita. Kemudian ada juga figur. Figur ini lebih kepada bagaimana bentuk
tubuh kita. Bentuk tubuh itu macam-macam.

Jadi nanti kita perlihatkan gambar berikut mengenai bentuk tubuh kita. Dengan mengenal
tubuh Anda, Anda bisa memilih busana yang sesuai.

Kita tahu bahwa salah satu kegunaan busana adalah memang untuk menutupi kekurangan
kita, yang ada pada tubuh kita.

Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang sempurna. Pasti ada lah yang kakinya besar,
tangannya besar, pinggulnya besar, atau kita mau ideal sekali, tetap saja ada kekurangannya.
Tuhan sudah menciptakan kita dengan kekurangan dan kelebihan.

Halaman 10 dari 15
UT101

Guna baju adalah untuk menutupi hal-hal yang merupakan kelemahan kita. Jadi sekali lagi
jangan gunakan baju yang justru akan memperlihatkan kelemahan Anda. Kemudian warna.

Warna baju itu yang kita pilih juga menentukan bagaimana secara keseluruhan penampilan
kita. Kalau kita memang berkulit gelap, misalnya, kemudian ada juga yang tidak berani, kalau
berkulit gelap, tidak berani menggunakan baju-baju yang bright, yang mencolok.

Ini harus diubah paradigma ini. Karena apa? Kalau kita berkulit gelap kita harus berani show
off dengan menggunakan pilihan warna-warna baju yang memang terang, supaya bisa
mengkamuflase atau membuat kita semakin cerah.

Jangan kita menggunakan warna yang sifatnya deep color. Deep color itu warna-warna gelap,
abu-abu, coklat. Kalau mau coklat, coklat sekalian yang memang coklat yang terang. Jadi
memang ada hal-hal tertentu yang harus kita pahami.

Memahami karakteristik dari warna, ada terang, ada pastel, dan ada gelap. Kalau terang itu
seperti hijau, seperti yang saya pakai sekarang, merah yang terang, kuning, oranye, biru, itu
pun yang terang. Kemudian kalau warna-warna pastel, hijau pun bisa, dibilang hijau pastel.

Hijau yang sangat soft. Kalau pink itu kita sering mengenal adanya baby pink. Jadinya pink
tapi sangat soft. Dan warna gelap adalah, sudah jelas, hitam; biru; coklat; warna-warna yang
pekat.

Jadi, Saudara Peserta IndonesiaX, kemudian kalau kita sudah tahu warna, kemudian busana,
kemudian bentuk badan, wajah, maka sekarang sebenarnya apa sih, ribet banget sih, belajar
public speaking. Berapa baju sih yang harus saya sediakan kalau mau menjadi seorang
speaker yang baik? Jangan pernah gusar mengenai itu.

Karena ada satu hal yang harus Anda tahu, Anda catat, Anda camkan adalah wardrobe. Artinya
persediaan busana Anda yang ada di lemari itu harus berapa sih. Jangan sampai Anda setiap
mau tampil beli baju. Setiap mau ada acara beli baju lagi. Aduh itu namanya buang-buang
uang. Dan untuk apa. Jadi Anda nggak usah satu lemari atau butuh empat lemari untuk baju
Anda.

Tapi ada yang disebut core items atau item-item yang harus dimiliki oleh kita semua. Yang
dinamakan ada little black dress, ada skirt, bawahan yang berwarna hitam, ada celana
panjang berwarna hitam, ada blazer berwarna hitam. Itu satu hal yang memang wajib kita
miliki.

Karena biasanya acara-acara formal, kalau kita mendapatkan undangan kemudian ada dress
code, ada tulisan formal dress, itu biasanya lebih cenderung ke warna hitam, lebih aman.

Acara-acara pelantikan di kantor, acara-acara formal di kantor, itu biasanya menggunakan


warna-warna yang gelap: Hitam, coklat. Kemudian untuk dalamannya kita juga harus
menyediakan satu warna putih dengan mungkin dua-tiga model: yang pakai kerah, kemudian
atau yang hanya di dalam, kita bisa mengatakan tank top, kemudian atau yang menggunakan
lengan panjang.

Jadi core item itu hanya sedikit. Begitu juga dengan sepatu nantinya. Kita tidak perlu
menyesuaikan bahwa warna ini harus sepatunya ini segala macam. Tapi ada minimalis yang

Halaman 11 dari 15
UT101

memang sudah memenuhi syarat untuk tampil di depan publik. Untuk busana memang ada
orang-orang yang trendi dan juga ada yang klasik. Klasik bukan berarti nggak trendi

Orang-orang yang trendi itu biasanya adalah orang yang selalu mengikuti zaman. Jadi kalau
ada model lengan balon, dia ikut lengan balon. Padahal dia itu orangnya pendek, misalnya.
Sebaiknya kita memahami diri kita, kemudian kalau memang kita pengen menggunakan
lengan balon ya gunakanlah yang lengan balon tetapi yang pendek. Misalnya seperti itu.

Jadi kenapa tadi dikatakan bahwa mengenali tubuh kita itu adalah penting, sebenarnya untuk
kita menerapkan atau menggunakan aksesori, baju dan segala macam, menjadi lebih pas,
lebih enak dilihat. Satu hal yang memang kadang-kadang kita nggak enak melihatnya.

Kalau ada orang yang berperawakan kecil kemudian dia menggunakan blazer yang panjang
dengan celana panjang yang celananya itu model pensil. Itu pasti kelihatannya akan
kebesaran. Jadi nggak enak untuk dilihat. Jadi oleh karenanya penting sekali untuk
memahami bagaimana bentuk tubuh Anda.

Kalau tadi klasik. Klasik itu bisa dikatakan konservatif. Artinya dia tidak mengikuti mode yang
memang tidak sesuai dengan kepribadiannya. Tetapi dia bisa tampil, dia muncul dengan
trendi. Artinya walaupun dia tidak mengikuti mode dengan contohnya tadi baju mini, lengan
balon, kemudian yang lagi ngetren sekarang mulai kembali lagi adalah bawahan yang lebar,
yang lebar panjang.

Karena dia merasa bahwa dirinya, tubuhnya tidak bagus untuk mengadopsi model-model itu
maka dia menggunakan tetap baju-baju yang konservatif. Tapi dengan penampilan yang
tetap trendi. Bukan model-model yang kuno.

Misalnya kalau untuk zaman sekarang sudah nggak zaman memakai padding. Anda tahu
padding kan? Padding itu untuk menahan di dalam bahu, kemudian ada busa yang
ketebalannya kalau zaman dulu makin tebal makin oke. Sekarang sudah nggak model lagi.

Tapi bukan berarti kita tidak menggunakan itu. Itu kan model yang zaman dulu. Kita tetap
menggunakan blazer biasa tetapi tidak menggunakan padding yang tebal sekali. Jadi tetap
mengikuti mode tetapi bukan yang trendi-trendi, bukan yang benar-benar yang model
sekarang.

Bagaimana dengan Anda? Anda siap mencoba? Oke, Saudara Peserta IndonesiaX itu tadi
bahasan kita mengenai bagaimana kita mengenali tubuh kita.

Video 6: Tips Berbicara Di Depan Public

Saudara Peserta IndonesiaX,


Bagaimana kesiapan Anda untuk berbicara di depan publik? Tadi kita sudah membahas
mengenai style direction atau arahan gaya yang mendukung penampilan Anda. Secara
keseluruhan, public speaking itu merupakan kegiatan yang menyatu antara verbal, kata-kata,
dan nonverbal yang harus dibungkus dengan baik oleh yang namanya percaya diri.

Tumbuhkan rasa percaya diri dengan cara menumbuhkan dan menjaga rasa positif terhadap
diri sendiri dan juga kepada pihak lain, dengan tetap menyadari bahwa setiap orang pasti

Halaman 12 dari 15
UT101

memiliki kelebihan dan kelemahan. Implementasikan etika melalui etiket dalam berinteraksi.
Beragam etiket harus kita pelajari agar kita bisa masuk dalam pergaulan yang luas.

Perluas wawasan agar kita bisa selalu mudah bila bertemu dengan orang lain. Khususnya
orang baru. Agar kita mampu membuka interaksi dengan obrolan yang sifatnya umum. Dan
jangan pernah menjadi diri orang lain, sehingga jangan meniru gaya orang lain, walau pun itu
fans Anda, walau pun Anda menggemarinya. Anda penggemarnya.

Dan kemudian yang terakhir ada jeda dalam berbicara. Orang tidak bicara dari A sampai Z
terus saja ya.. hanya ada titik, koma. Tapi ada saat di mana harus ada saat istirahatnya. Tapi
jangan kelamaan, nanti ditinggal pergi sama audiensnya. Jadi ada jeda yang dimaksud Anda
sudah tahu. Dari alinea ke alinea berikutnya tentu saja ada pause sedikit. Ada jeda, agar
pendengar juga nggak merasa capai. Dan kita sendiri ada waktu untuk tarik nafas lebih enak.

Ya Saudara Peserta IndonesiaX, itu tadi bagaimana cara kita mengevaluasi kemudian ada juga
tips untuk berbicara di depan publik secara keseluruhan. Nah, pada bagian terakhir nanti,
bagian keempat, kita akan merangkum dan sekaligus menyimpulkan apa saja yang sudah kita
bicarakan selama empat minggu ini.

Video 7: Rangkuman Elemen Penting Dalam Berbicara Di Depan Public

Saudara Peserta IndonesiaX, tidak terasa tiga program sudah kami hadirkan untuk Anda.
Suatu program singkat untuk Public Speaking. Namun walau pun singkat kami tetap berharap
Anda bisa menjalaninya secara serius dan sekaligus santai sehingga apa yang kami berikan
lebih mudah dipahami dan diimplementasikan. Sebagai akhir dari program Public Speaking,
kami akan berikan rangkuman dari tiga program sebelumnya.

Jadi, kita mulai yang pertama. Lupakan rasa takut. Takut akan performa diri. Caranya
bagaimana? Ambil nafas panjang. Ambil nafas melalui hidung, tahan sebentar, dan buang
perlahan melalui hidung. Jangan (buang) melalui mulut, karena apa? Ini bisa menyebabkan
mulut kita kering. Kemudian relaxation. Relaxation adalah gerakan kaki Anda, tangan Anda.

Jadi gerakan secara rileks, secara enak. Rileks saja. Kaki Anda juga begitu. Digoyang-
goyangkan untuk membantu merileksasi peredaran darah. Gerakan leher memutar ke kiri dan
ke kanan, serta sebaliknya. Kanan ke kiri, kiri ke kanan.

Bagaimana kalau saya takut dengan audiens? Ketahui siapa audiens Anda. Beri passion
bahwa ini penting. Artinya bangkitkan niat atau hasrat dari audiens terhadap materi yang
Anda sampaikan. Ingat Anda adalah pakarnya. Anda diundang untuk berbicara. Jadi jangan
pernah takut terhadap audiens Anda.

Bagaimana kalau saya takut dengan materinya? Nah, ini tidak boleh terjadi. Karena apa? Anda
harus persiapkan materi dengan baik. Latihan di depan kaca, dan juga usahakan untuk
direkam agar Anda dapat melakukan evaluasi diri dengan baik.

Kemudian kata kunci atau key words. Selain menggunakan kata kunci ini fungsinya untuk
supaya Anda bisa berinteraksi dengan baik dengan audiens Anda, Anda juga tidak akan
kehilangan runtutannya. Jadi kata kunci itu kan hanya pointers saja, sehingga Anda tidak
melompat-lompat dalam memberikan ulasan.

Halaman 13 dari 15
UT101

Kemudian, dengan spontanitas. Spontanitas ini biasanya lebih rileks, lebih enak, tetapi
tanggung jawabnya lebih besar, karena kita tidak menggunakan bacaan atau notes dan tidak
menggunakan, tidak membawa kata kunci.

Suara, penyampaian yang bagus. Suara. Volume, kecepatan, jeda, intonasi, pronunciation,
dan artikulasi, serta dialek itu harus dipelajari atau harus diusahakan. Anda ingat kemarin
pada saat saya memberi contoh? Bagaimana pembicara pertama yang pertama berbicara,
menyampaikan idenya kemudian diubah sedikit dengan menggunakan modulasi suara yang
lebih rendah, maka akan menghasilkan hal yang berbeda.

Komunikasi nonverbal lebih kepada penampilan, kemudian gerakan tubuh, gerakan tangan,
eyes contact. Dan dari semua itu, sebagai pegangan dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan pihak lain, khususnya berbicara di depan publik, maka ingatlah kata “Please”.

Apa sih please itu? Please terdiri dari P adalah posture, L look and listen, E yang pertama
adalah expression, A appearance, S speech, dan E berikutnya adalah eagerness to help others.
Jadi, Saudara Peserta IndonesiaX, kata please adalah kata yang selalu saya pegang di mana
pun saya berada, walau pun tidak sebagai seorang pembicara.

Karena please ini menyangkut kepada postur bagaimana saya harus tetap tegak, bagaimana
saya harus terlihat sehat dengan postur saya, kemudian bagaimana saya bisa melihat orang
lain, mau berinteraksi, mau mendengarkan orang lain, bagaimana saya mengekspesikan, jadi
saya selalu berusaha untuk tersenyum tatkala kita berinteraksi dengan orang lain.

Kemudian penampilan kita dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bagaimana kita berbicara,
speech-nya, dan bagaimana niat kita untuk mau membantu orang lain. Artinya di sini adalah
ada orang-orang contohnya eagerness to help other.

Ada orang-orang yang sering kalau temannya ada masalah dia menjadi tempat curhat. Itu
tandanya bahwa orang itu dari auranya sudah terlihat bahwa dia senang membantu orang
lain. Dan ini susah sekali untuk dipraktikkan tetapi bisa dipelajari.

Saudara Peserta IndonesiaX, keberhasilan terhadap sesuatu tidak pernah mustahil,


sebagaimana dengan public speaking. Semua bisa dipelajari dan dilatih. Yang penting adalah
“be your self”. Jadilah diri Anda sendiri.

Mengagumi gaya seseorang boleh saja, tetapi jangan pernah meniru untuk menjadi orang itu.
Tanamkan pada diri kita, diri Anda, diri sendiri. Jauh lebih bermanfaat dalam menggapai
kesuksesan. Jadi ada dua kata yang sangat mendasar, menjadi diri sendiri, “be your self”, dan
percaya diri, confident.

Saudara, saya mewakili tim Universitas Terbuka, mengucapkan terima kasih atas perhatian
Anda. Dan mohon maaf bila selama kami hadir melalui empat program ini, ada hal-hal yang
kurang berkenan. Semua yang kami sampaikan hanya mempunyai satu tujuan: Berbagi untuk
membangunkan talenta Anda yang mungkin tidak Anda sadari untuk menjadikan Anda
menjadi yakin bahwa Anda bisa.

Selain itu bila Anda ingin mengambil materi lain, selain melalui IndonesiaX, UT juga
menyediakan program MOOCs dari beberapa materi menarik lainnya. Silakan Anda buka di

Halaman 14 dari 15
UT101

website Universitas Terbuka, www.ut.ac.id. Semoga apa yang kami berikan melalui empat
program singkat ini memberi manfaat bagi kehidupan Anda dan karier Anda.

Anda adalah Anda. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Namun Anda bisa menjadi
istimewa tatkala Anda mempunyai keyakinan “Ya, saya bisa”.

Saudara Peserta IndonesiaX, saya Dian Budiargo, dari Universitas Terbuka untuk IndonesiaX.
Tetap sehat, semangat, sukses untuk kita semua dan Anda.

Halaman 15 dari 15

You might also like