You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Akhlak berasal dari bahasa Arab “Khuluqun” yang berarti budei
pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak merupakan kelakukan yang
timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,pikiran, perasaan, bawaan, dan
kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang
dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Baik buruk manusia bias terlihat
dalam akhlak dalam keseharian.
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia
memiliki rasa saling ketergantungan antara satu dengan yang lain, sehingga
mereka saling berinteraksi dan berkomunikasi untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kehidupan sosial memiliki pengertian kehidupan yang di
dalamnya terdapat unsur-unsur sosial/kemasyarakatan. Sebuah kehidupan
disebut sebagai kehidupan sosial jika disana ada interaksi antara individu satu
dengan individu lainnya, dan dengannya terjadi komunikasi yang kemudian
berkembang menjadi saling membutuhkan kepada sesama. Dalam kehidupan
sosial, diperlukan suatu akhlakyang baik agar keseimbangan masyarakat dapat
terjaga. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai pandangan
Islam tentang kehidupan sosial, masyarakat dambaan Islam, toleransi inter dan
antar umat beragama, prinsip-prinsip Islam dalam mewujudkan kesejahteraan
sosial, dan pandangan Islam terhadap beberapa persoalan hidup.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan Islam tentang kehidupan sosial?
2. Bagaimana masyarakat dambaan Islam?
3. Bagaimana toleransi inter dan antar umat beragama dalam Islam?

1
4. Bagaimana prinsip-prinsip Islam dalam mewujudkan kesejahteraan sosial?
5. Bagaimana pandangan Islam terhadap beberapa persoalan: kemiskinan,
kebodohan dan pengangguran?

C. Tujuan
1. Mengetahui pandangan Islam tentang kehidupan sosial
2. Mengetahui masyarakat dambaan Islam
3. Mengetahui toleransi inter dan antar umat beragama dalam Islam
4. Mengetahui prinsip-prinsip Islam dalam mewujudkan kesejahteraan sosial
5. Mengetahui pandangan Islam terhadap beberapa persoalan: kemiskinan,
kebodohan dan pengangguran

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pandangan Islam tentang kehidupan sosial


Aklak sosial Islami adalah suatu perilaku atau perangai yang baik
dalam pandangan Islam, baik akhlak kepada Allah Swt maupun akhlak kepada
manusia. Akhlak Islami meliputi saling menyayangi, beramal soleh, saling
menghormati, berlaku adil, menjaga persaudaraan, berani membela kebenaran,
tolong menolong, dan musyawarah. Pandangan Islam tentang kehidupan
sosial, yaitu:
1. Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan
kebaikan dengan sesama seperti dengan tetangga maupun anggota
masyarakat lainnya masing-masing dengan memelihara hak dan
kehormatan baik dengan sesama muslim maupun dengan non-muslim,
dalam hubungan ketetanggaan bahkan Islam memberikan perhatian sampai
ke area 40 rumah yang dikategorikan sebagai tetangga yang harus
dipelihara hak-haknya.

‫ح وا ب َ يْ َن أ َ َخ َو يْ ك ُ ْم ۚ َو ا ت َّق ُوا َّللاَّ َ ل َ ع َ ل َّ ك ُ ْم ت ُ ْر َح ُم و َن‬ ْ َ ‫الْ ُم ْؤ ِم ن ُو َن إ ِ ْخ َو ة ٌ ف َ أ‬


ُ ِ‫ص ل‬
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-
Hujurat:10).
2. Setiap keluarga harus menunjukkan keteladanan dalam bersikap baik
kepada tetangga, memelihara kemuliaan dan memuliakan tetangga,
bermurah hati kepada tetangga yang ingin menitipkan barang atau
hartanya, menjenguk bila tetangga sakit, mengasihi tetangga sebagimana
mengasihi keluarga/diri sendiri, menyatakan ikut bergembira/senang hati
bila tetangga memperoleh kesuksesan, menghibur dan memberikan
perhatian yang simpatik bila tetangga mengalami musibah atau kesusahan,

3
menjenguk/melayat bila ada tetangga meninggal dan ikut mengurusi
sebagaimana hak-hak tetangga yang diperlukan, bersikap pemaaf dan
lemah lembut bila tetangga salah, jangan selidik-menyelidiki keburukan-
keburukan tetangga, membiasakan memberikan sesuatu seperti makanan
dan oleh-oleh kepada tetangga, jangan menyakiti tetangga, bersikap kasih
sayang dan lapang dada, menjauhkan diri dari segala sengketa dan sifat
tercela, berkunjung dan saling tolong menolong, dan melakukan amar
ma’ruf nahi munkar dengan cara yang tepat dan bijaksana.
3. Dalam bertetangga dengan yang berlainan agama juga diajarkan untuk
bersikap baik dan adil, mereka berhak memperoleh hak-hak dan
kehormatan sebagai tetangga, memberi makanan yang halal, dan
memelihara toleransi sesuai dengan prinsip-prinsip yang diajarkan Agama
Islam.
4. Dalam hubungan-hubungan sosial yang lebih luas baik sebagai individu,
keluarga, maupun jamaah (warga) dan jam’iyah (organisasi) haruslah
menunjukkan sikap-sikap sosial yang didasarkan atas prinsip menjunjung
tinggi nilai kehormatan manusia, memupuk rasa persaudaraan dan
kesatuan kemanusiaan, mewujudkan kerjasama umat manusia menuju
masyarakat sejahtera lahir dan batin, memupuk jiwa toleransi,
menghormati kebebasan orang lain, menegakkan cita masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya.1

B. Masyarakat dambaan Islam


Masyarakat dambaan Islam adalah masyarakat dengan semangat Islam
sebagai penyatunya untuk membentuk tatanan-tatanan yang bersumber dari
hukum yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Tatanan-tatanan tersebut
bersendikan:
1. Tauhidullah

1
Asymuni Abdurrahman dkk., Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2002), hlm. 18-22.

4
Setiap individu yang merasa anggota masyarakat Islam semestinya
mendasarkan hidupnya pada prinsip tauhid, yaitu mengesakan Allah dan
tercermin dalam kehidupannya, seperti:
a. Tauhid dalam mencari nafkah dan berekonomi, yaitu keyakinan tidak
ada zat yang memberi rezeki dan pemilik mutlak dari seluruh alam
semesta kecuali Allah
b. Tauhid dalam kegiatan dakwah dan pendidikan yaitu keyakinan tidak
ada zat yang dapat memberi petunjuk kecuali Allah
c. Kegiatan berpolitik, yaitu suatu keyakinan tidak ada penguasa yang
paling mutlak dan maha adil kecuali Allah, juga kekuasaan dan
kemuliaan yang diperoleh semata-mata hanya datang dari Allah
d. Pelaksanaan hukum, yaitu keyakinan bahwa hukum yang mutlak benar
dan adil adalah hukum yang datang dari Allah
e. Sikap hidup secara keseluruhan termasuk ucapan-ucapan sebagai
ungkapan hati dalam menerima peristiwa sehari-hari, tidak ada yang
patut ditakuti kecuali Allah
f. Seorang anggota masyarakat Islam akan senantiasa mengikhlaskan
seluruh hidupnya untuk beribadah kepadanya serta tetap menjaga
kesucian amaliyahnya baik lahir maupun batin
2. Ukhuwah islamiyyah
Ukuwah islamiyah adalah sebuah istilah yang menunjukan
persaudaraan antara sesama muslim diseluruh dunia tanpa melihat
perbedaan wana kulit, bahasa,suku, bangsa, dan kewarganegaraan. Yang
mengikat persaudaraan itu adalah persamaan keyakinan atau iman kepada
Allah dan Rasul-Nya.2 Supaya ukuwah islamiyah dapat tegak dengan
kokoh diperlukan empat tiang penyangga, yaitu
a. Ta’aruf

2
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam
UMY, 2007), hlm. 221.

5
Ta’aruf berarti saling kenal mengenal, tidak hanya ta’aruf fisik, atau
biodata ringkas belaka, tapi juga ta’aruf latar belakang pendidikan,
budaya, keagamaan, pemikiran, ide-ide, cita-cita, dan problem
kehidupan yang di hadapi.
b. Tafahum
Tafahum berarti saling memahami kelebihan dan kekurangan,
kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga segala macam
bentuk kesalahfahaman dapat dihindari.
c. Ta’awun
Ta’awun berarti saling tolong menolong. Yang kuat menolong yang
lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang kekurangan.
d. Takaful
Takaful berarti saling memberikan jaminan, sehingga menimbulkan
rasa aman. Tidak ada rasa kekhawatiran dan kecemasan menghadapi
hidup ini karena ada jaminan dari sesama saudara untuk memberikan
pertolongan.3
3. Persamaan dan kesetiakawanan
Bila hidup menyadari sebagai hamba Allah, maka hanya Allahlah
yang Maha Kuasa dan Maha Mulia. Perasaan ini akan menumbuhkan
persamaan, kebersamaan, dan kesetiakawanan yang bersumber dari lubuk
hati yang diteduhi iman. Cintanya kepada sesame manusia merupakan
wujud kecintaan kepada Allah. Perbedaan-perbedaan yang nampak akan
dijadikan sarana untuk saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan,
bukan untuk saling menghancurkan.
4. Musyawarah dan tasamuh
Secara etimologis, musyawarah (musyawarah) berasal dari kata
syawara yang pada mulanya bermakna mengeluarkan madu dari sarang
lebah. Makna ini kemudian berkembang, sehingga mencakup segala
sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari yang lain termasuk
pendapat. Musyawarah juga dapat berarti mengatakan atau mengajukan

3
Ibid., hlm. 223.

6
sesuatu. Kata musyawarah pada dasrnya hanya digunakan untuk hal-hal
yang baik, sejalan dengan makna dasarnya.
Musyawarah atau syura adalah sesuatu yang sangat penting guna
menciptakan peraturan didalam masyarakat manapun. Setiap Negara maju
yang menginginkan keamanan, ketentraman, kebahagiaan, dan kesuksesan
bagi rakyatnya, tetap memegang prinsip musyawarah ini. Tidak aneh jika
Islam sangat memperhatikan dasar musyawarah ini. Islam menamakan
salah satu surat Al-Qur’an dengan Asy-Syura, di dalamnya dibicarakan
tentang sifat-sifat kaum mukminin, antara lain, bahwa kehidupan mereka
itu berdasarkan atas musyawarah, bahkan segala urusan mereka
diputuskan berdasarkan musyawarah diantara mereka.4

‫ل َّ ِذ ي َن ا سْ ت َ َج ا ب ُوا ل ِ َر ب ِ ِه ْم َو أ َق َ ا ُم وا ال صَّ ََل ة َ َو أ َ ْم ُر ه ُ ْم ش ُ و َر ٰى ب َ ي ْ ن َ هُ ْم َو ِم َّم ا‬


‫َر زَ ق ْ ن َا ه ُ ْم ي ُنْ فِ ق ُو َن‬
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (Q.S. Asy-Syuro:38)

Tata cara musyawarah yang dilakukan oleh Rasululloh ternyata


sangat bervariasi:
a. Kadang kala seseorang memberikan pertimbangan kepada beliau, lalu
beliau melihat pendapat itu benar, maka beliau mengamalkannya.
Seperti pendapat Al-Hubab ibn al-Mundzir tentang pemilihan tempat
yang strategis dalam perang Badar dan pendapat Salman Al-Farisi
tentang penggalian parit pertahanan dalam perang kandak
b. Kadang-kadang beliau bermusyawarah dengan dua atau tiga orang
saja. Kebanyakan dengan Abu Bakar dan Umar

4
Ibid., hlm. 229.

7
c. Kadang kala beliau juga bermusyawarah dengan seluruh massa melalui
cara perkawinan, seperti yang terjadi setelah perang Hunain tentang
5
rampasan perang dan permohonan bantuan melalui utusan hawazin.
5. Jihad dan amal soleh
Jihad mengandung arti bekerja dengan kesungguhan hati, berusaha
mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Itulah jihad yang merupakan karakter
seorang mukmin. Ia terus bekerja dan berusaha menciptakan kesejahteraan
untuk dirinya, keluarga, masyarakat, dan negara sebagai wujud amal
solehnya.
6. Istiqomah
Istiqomah artinya lurus terus,artinya setiap muslim akan tetap
memegang dan memperjuangkan kebenaran yang datang dari Allah Swt.

C. Toleransi inter dan antar umat beragama dalam Islam


1. Pengertian toleransi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata
“toleran” (Inggris tolerance, Arab tasamuh) yang berarti batas ukur untuk
penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara
etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan
kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah, toleransi yaitu bersifat atau
bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan) yang berbeda dan
bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi beragama adalah sikap sabar
dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama
atau system keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.
2. Karakteristik toleransi
Toleransi menurut Syekh Salim bin Hilali memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan
b. Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan

5
Ibid., hlm. 233.

8
c. Kelemahlembutan karena kemudahan
d. Muka yang ceria karena kegembiraan
e. Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan
f. Mudah dalam berhubungan sosial (mu’amalah) tanpa penipuan dan
kelalaian
g. Menggampangkan dalam berdakwah ke jalan Allah tanpa basa-basi
h. Terikat dan tunduk kepada agama Allah Swt tanpa ada rasa keberatan
3. Toleransi inter sesama muslim
Toleransi (tasamuh) intern umat Islam berarti berpegang teguh
pada pendapat sendiri, akan tetapi berkenan mengerti pendapat saudaraya
sesama muslim. Mengembangkan sikap toleransi dapat dimulai dengan
bagaimana kemampuan kita mengelola dan menyikapi perbedaan
pengdapat dalam keluarga atau saudara sesame muslim. Sikap toleransi
dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan
menyadari adanya perbedaan. Selain itu, perlu disadari bahwa kita
bersaudara, maka akan timbul rasa kasih sayang, saling pengertian dan
pada akhirnya akan bermuara pada sikap toleran.
4. Toleransi antar umat beragama
Dalam berhubungan dengan masyarakat non muslim, Islam
mengajarkan untuk toleransi, yaitu menghormati keyakinan umat lain
tanpa berusaha memaksakan keyakinan kita kepada mereka. Kalau
berdialog dengan mereka, kita berdialog dengan cara yang baik. Tidak
boleh menghina keyakinan atau agama mereka, apalagi mencela Tuhan
mereka. Jika dalam aspek sosial kemasyarakatan semangat toleransi
menjadi sebuah anjuran, ummat Islam boleh saling tolong menolong,
bekerja sama dan saling menghormati dengan orang-orang non Islam,
tetapi dalam soal aqidah sama sekali tidak dibenarkan adanya toleransi
antara ummat Islam dengan orang-orang non Islam.
Toleransi tidak berarti mengakui kebenaran agama mereka, tapi
mengakui keberadaan agama mereka dalam realitas bermasyarakat.
Toleransi juga bukan berarti kompromi atau bersifat sinkretisme dalam

9
keyakinan dan ibadah. Kita sama sekali tidak boleh mengikuti agama dan
ibadah mereka dengan alasan apapun.6
Islam mengajarkan kita toleransi dengan membiarkan ibadah dan
perayaan non muslim. Sebagaimana firman Allah Swt:

‫ِين‬
ِ ‫يد‬َ ‫لَ ُك ْم دِينُ ُك ْم َو ِل‬
“Untukmu agamamu, untukkulah agamaku.”(Q.S. Al-Kafirun:6).

D. Prinsip-prinsip Islam dalam mewujudkan kesejahteraan sosial


Mewujudkan kesejahteraan sosial yang universal dan menyeluruh
menurut Islam dilakukan dengan menerapkan sistem syariah Islam pada
kehidupan sehari-hari, baik pada level pemerintah pusat maupun daerah. Salah
satu caranya yaitu dengan ekonomi syariah. Ekonomi syariah adalah ekonomi
Islam yaitu ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang
perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun Iman dan rukun Islam. Tujuan ekonomi
Islam berpedoman pada segala aturan yang diturunkan Allah Swt dalam
sistem Islam mengarah pada tercapainya kesejahteraan. Dalam hal ekonomi,
tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan
akhirat. Prinsip-prinsip Islam dalam mewujudkan kesejahteraan sosial, yaitu:
1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah
Swt kepada manusia
2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai
oleh segelintir orang saja
5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya
direncanakan untuk kepentingan banyak orang
6. Setiap muslim harus takut kepada Allah Swt dan hari penentu akhirat
7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)

6
Ibid., hlm. 209.

10
8. Islam melarang riba dalam segala bentuk7

E. Pandangan Islam terhadap beberapa persoalan: kemiskinan, kebodohan


dan pengangguran
1. Kemiskinan
Kemiskinan adalah salah satu sebab kemunduran dan kehancuran
suatu bangsa. Bahkan islam memandang kemiskinan merupakan suatu
ancaman dari setan. Allah Swt berfirman:

َ‫ان يَ ِعدُ ُك ُم ْالفَق‬


ُ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
َّ ‫ال‬
“ Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan.” (Q.S Al
Baqarah [2]: 268).
Menurut mepengrtian sa’ara miskin adalah orang yang sama sekali
tidak mempunyai apa-apa. Sedangkan fakir adalah orang yang tidak
mempunyai kecukupan harta untuk memenuhi kebutuhan pokonya seperti
makanan, pakaian dan tepmapt tinggal.kemiskinan menurut islam
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karenaketerbatasan untuk
berusaha, penindasan, cobaan tuhan, dan pelanggaran terhadaphukum-
hukum Tuhan. Syariat islam telah menetapkan kebutuhan pokok bagi
setiap individu adalah panagn, sandang, dan papan.
Menurut Yusuf Qardhawi, akibat kefakiran akan menimbulkan
bahaya yang mengancam individu maupun masyarakat. Bahaya tersebut
akan mengancam akidah/iman, dan akhlak/moral. Kefakiran juga akan
mengancam kestabilan pemikiran, keluarga dan masyarakat.8
Allah Swt sesungguhnya telah menciptakan manusia, sekaligus
mnyediakan sarana-sarana untuk memenuhi kebutuhannya.secara I’tiqadhi
jumlah kekayaan alam yang disediakan Allah untuk manusia pasti
mencukupi. Hanya saja apabila kekayaan alam ini tidak dikelola dengan
benar tentu akan terjadi ketimpangan dalam distribusinya. Islam memiliki

7
Hendri Sudarsono, M.B, Pengantar Ekonomi Mikro Islam (Yogyakarta: Ekonosia,
2002), hlm. 105.
8
Yusuf Qardawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan (Jakarta: Gema Insani Press,
1995), hlm. 24.

11
cara yang khas dalam menyelesaikan masalah kemiskinan. Syariat islam
memiliki banyak hukum yang berkaitan dengan pemecahan masalah
kemiskinan baik kemiskinan alamiah, kultural, maupun struktural. Islam
mengatasi kemiskinan dengan cara jaminan pemenuhan kebutuhan primer,
pengaturan kepemilikan, penyediaaan lapangan kerja, dan penyediaan
layanan pendidikan.
2. Kebodohan
Bodoh disini tidak dapat memahami agam Islam bukan karena IQ
rendah, namun karena seseorang tidak mau menggali ilmu yang dapat
menguatkan imannya. Bisa juga karena belum sampainya hidayah Allah
kepada-Nya.
Uwes Al-Qorni mengatakan ada dua kebodohan dalam agama:
a. Bodoh Basith, yaitu kebodohan seseorang dalam meyakini sesuatu
yang diyakinunya, karena dia benar-benar tidak tahu. Seperti orang-
orang jaman jahiliyyah memilih Tuhan yang mereka sembah serta
keyakinan mereka tentang benar-tidaknya hukum yang mereka
ciptakan sendiri.dalam Al-Qur’an, orang-orang yang bodoh dalam
memahami agama Islam disebut sebagai orang-orang yang tidak
berakal. Allah berfirman:

‫إ ِ َّن شَ َّر ال د ََّو اب ِ ِع نْ د َ َّللاَّ ِ ال صُّ مُّ ال ْ ب ُكْ مُ ال َّ ِذ ي َن ََل ي َ ع ْ قِ ل ُو َن‬


“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi
Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tida mengerti
apapun.” (QS. Al-Anfal:22).

b. Bodoh Murakkab, yaitu kebodohan seseorang dalam meyakini sesuatu


yang diyakininya dan dia benar-benar meyakini kebenarannya itu
sehingga sangat sulit diluruskan. Bodoh Murakab artinya bodoh yang
tersusun dari dua materi: pertama, dalam keyakinannya, dan kedua,
dalam meyakini sesuatu yang salah. Contohnya para Yahudi dalam
meyakini bahwa Uzair adalah anak Allah, sedangkan orang Nasrani
dengan aqidahnya bahwa Isa adalah anak Allah juga, dan Majusi

12
dengan keyakinan sesatnya bahwa api Tuhan adalah sumber segala
kekuatan. Kebodohan kategori ini amat berbahaya, karena termasuk
penyakit hati yang harus dijauhi oleh para Mukmin agart terhindar dari
prnyimpangan aqidah.
Solusi Islam dalam mengatasi kebodohan. Ada beberapa hal yang
bisa dilakukan ketika kita ingin menghindari atau ingin menyembuhkan
kebodohan dalam diri yakni dengan:
a. Menuntut ilmu dan banyak bertanya jalan terbaik untuk
menghilangkan keadaan bodoh adalah mempelajari ilmu-ilmu yang
bermanfaat . karena kebodohan adalah penyakit hati yang tidak ada
obatnya kecuali dengan ilmu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW
“tidak lain obatnya kebodohan selain bertanya” (HR Ibnu Majjah dan
Ahmad). Ada banyak sekali ilmu yang berkembang saat ini pelajarilah
sebanyak mungkin ilmu-ilmu yang membawa kemaslahatan bagi
manusia dan diridhoi Allah SWT. Carilah guru atau orang-orang
pandai yang bisa menjadi tempat kita bertanya. Janganlah berhenti
setiap kali menemukan kesulitan. Ketekunan mempelajari banyak ilmu
akan membawa kita pada kedewasaan berfikir dan bertindak, sehingga
kita bisa menjadi umat yang bisa membangun masyarakat maju dan
adil.
b. Menjadikan Al-Qur’an sebagai obat oleh karena itu Allah SWT
menurunkan Al-Qur’an sebagai obat bagi segala penyakit hati. Al-
Qur’an tak lain adalah dokter yang kita butuhkan yaitu dokter hati.
Perlunya hati terhadap ilmu seperti perlunya nafas terhadap udara
bahkan lebih besar. Ilmu bagi hati laksana air bagai ikan, apabila
hilang air maka matilah ikan. Jadi kedudukan ilmu bagi hati tak
ubahnya cahaya bagi mata, mendengarkan telinga terhadap ucapan
lisan. Apabila semua ini hilang maka hati itu laksana mata yang buta,
telinga yang tuli dan lisan yang bisu.
3. Pengangguran

13
Islam telah memperingatkan agar umatnya jangan sampai ada yang
menganggur dan terpeleset ke jurang kemiskinan. Walaupun Allah telah
berjanji akan menanggung rezeki kita semua, namun kita harus tetap
berusaha untuk mencari rezeki yang dijanjikan itu, karena Allah telah
menciptakan system yaitu siapa yang bekerja maka dialah yang akan
mendapatkan rezeki dan siapa yang berpangku tangan maka dia akan
kehilangan rezeki. Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang
dihadapi oleh segolongan tenaga kerja, yang telah berusaha mencari
pekerjaan, tetapi tidak memperolehnya. 9
Menurut Qardhawi, pengangguran dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pengangguran jabariyah (terpaksa)
Status pengangguran dimana seseorang tidak mempunyai hak
sedikitpun memilih status ini dan terpaksa menerimanya.
Pengangguran seperti ini umumnya terjadi karena seseorang tidak
mempunyai keterampilan sedikitpun, yang sebenarnya bisa dipelajari
sejak kecil sebagai modal untuk masa depannya atau seseorang telah
mempunyai keterampilan tetapi tidak berguna sedikitpun karena
adanya perubahan lingkungan dan perkembangan zaman.
b. Pengangguran khiyariyah
Seseorang yang memilih untuk menganggur padahal pada
dasarnya mampu untuk bekerja, namun memilih untuk berpangku
tangan dan bermalas-malasan hingga menjadi beban bagi orang lain.
Dia tidak pernah mengusahakan suatu pekerjaan dan mempunyai
pribadi yang lemah.
Pembagian dua kelompok ini mempunyai kaitan erat dengan solusi
yang ditawarkan Islam untuk mengatasi masalah pengangguran.
Kelompok pengangguran jabariyah mendapat perhatian dari pemerintah
agar mereka dapat bekerja. Sebaliknya, Islam tidak mengalokasikan dan

9
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), hlm. 355.

14
dan bantuan untuk pengangguran khiyariyah karena pada prinsipnya
mereka memang tidak memerlukan bantuan, mereka mampu bekerja hanya
saja mereka malas untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki dan lebih
memlih menjadi beban bagi orang lain.
Qardhawi telah merinci dampak buruk pengangguran dalam dua
tingkatan, yaitu:
a. Dampak buruk pengangguran bagi individu
1) Secara ekonomi tidak memiliki pemasuka atau penghasilan
2) Secara kesehatan akan mengurangi gerakan tubuh
3) Secara kejiwaan seseorang akan hidup dalam kekosongan waktu
dan akan menimbulkan perasaan dengki dan iri terhadap
keberhasilan seseorang
4) Dampak buruk bagi kehidupan keluarganya
b. Dampak buruk pengangguran bagi masyarakat
1) Perkembangan ekonomi akan terhambat karena dalam masyarakat
terdapat kerusakan dan kekurangan daya produksi
2) Dampak terhadap interaksi sosial dimana seseorang yang
pengangguran akan merasa kehilangan semua kemampuannya dan
akan selalu merasa pesimis dalam hidupnya
3) Dampak terhadap moralitas dalam masyarakat, yaitu munculnya
kecenderungan atau indikasi untuk berbuat kriminalitas
karenaseseorang yang menganggur pada umumnya akan memiliki
banyak kekosongan dan kekhawatiran
Kebijakan yang perlu dilakukan, diantaranya:
a. Pemerintah mendata pengangguran dan kemiskinan secara tepat tanpa
kepentingan apapun dan mencari jalan keluar untuk masalah ini
b. Menjaga stabilitas politik dan ekonomi agar pengusaha dalam maupun
luar negeri merasa nyaman dalam menjalankan usahanya. Bangkitnya
dunia usaha akan menyerap pengangguran yang ada
c. Meningkatkan kemampuan kerja dengan melakukan pendidikan dan
pelatihan keterampilan

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aklak sosial Islami adalah suatu perilaku atau perangai yang baik
dalam pandangan Islam, baik akhlak kepada Allah Swt maupun akhlak kepada
manusia. Akhlak Islami meliputi saling menyayangi, beramal soleh, saling
menghormati, berlaku adil, menjaga persaudaraan, berani membela kebenaran,
tolong menolong, dan musyawarah. Masyarakat dambaan Islam adalah
masyarakat dengan semangat Islam sebagai penyatunya untuk membentuk
tatanan-tatanan yang bersumber dari hukum yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw. Tatanan tersebut bersendikan tauhidullah, ukuwah
islamiyah, persamaan dan kesetiakawanan, musyawarah dan tasamuh, jihad
dan amal soleh, dan istiqomah. Toleransi yaitu bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan) yang berbeda dan bertentangan dengan
pendiriannya. Toleransi harus ditumbuhkan dalam hubungan sosial, baik
toleransi kepada sesama muslim maupun toleransi kepada non muslim. Islam
berusaha untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Salah satu cara
yang dilakukan adalah melalui ekonomi syariah. Islam memperhatikan
masalah-masalah yang mucul dalam kehidupan sosial, seperti kemiskinan,
kebodohan, dan pengangguran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Asymuni, dkk. 2002. Pedoman Hidup Islami Warga


Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan


Pengamalan Islam UMY.

Qardawi, Yusuf. 1995. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Jakarta: Gema


Insani Press.

Sudarsono, M.B, Hendri. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro Islam. Yogyakarta:


Ekonosia.

Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

17

You might also like