You are on page 1of 8

Strategi Tingkat Situasi Studi : Unit Analisis Horison

Penelitian : Intervensi Diatur


(Populasi Waktu :
Eksperimen Peneliti : yang akan One Shot
Penelitian Minimal : Tidak diatur Diteliti) : (Cross-
Survei Mengamati Individu Section)
Observasi kejadian- Longitudinal
Studi Kasus kejadia Pasangan (Time-Series)
Teori Dasar sebagaimana (Dyads)
Penelitian hal tersebut Organisasi
Tindakan terjadi secara
Metode Mesin
normal
Campuran Manipulasi Dll.
Pernyataan Masalah

dan/atau
kontrol Analisis Data :
dan/atau 1. Feel for Data
simulasi 2. Goodness of
Data
3. Pengujian
hipotesisi

Pengukuran

Metode Desain Pengukuran


Pengumpulan Sampel : dan Ukuran
Data : Probability/ :
Interview Nonprobability Definisi
Observasi Ukuran sampel Operasional
Kuisioner
Pengukuran
(n) Item (ukuran) 6
Skala
Fisik Kategori
Metode Umum Kode
(Unobtrutive)
Ringkasan Chapter 6 Uma Sekaran

Research Design

Figur 6.1 Desain Penelitian

1)
Pengamatan
Mengidentifikasi
minat bidang
penelitian yang
luas

3) 4)
Definisi Kerangka 5) 7)
6)
Masalah Teoretis Penyusunan Pengumpulan.
Desain
Menentukan Hipotesis Analisis dan
Penelitian
masalah Mengidentifikasi Interpretasi
Ilmiah
penelitian dan Data
menguraikan
2) variabel dengan
Pengumpulan jelas
data awal
Wawancara, 8)
Survei Deduksi
literatur Hipotesis diterima?
Pertanyaan peneliti
terjawab?

Tidak Ya

9) 10) 11)
Penulisan Presentasi Pengambilan
Laporan Laporan Keputusan
Manajerial

Setelah mengidentifikasi variabel dan mengembangkan kerangka teoritis serta


menyusun hipotesis, maka langkah selanjutnya adalah mendesain penelitian dengan cara di
mana data yang diperlukan dapat dikumpulkan dan dianalisis hingga mencapai solusi untuk
masalah yang mengkatalisasi proyek penelitian. Desain penelitian (research design) adalah
rencana untuk pengumpulan, pengukuran, dan analisis data, berdasarkan pertanyaan
penelitian dari studi.
A. Strategi Penelitian

Dalam pembahasan ini, akan menjelaskan strategi penelitian yang berupa eksperimen, survei,
observasi, studi kasus, teori dasar, dan penelitian tindakan.

1. Eksperimen

Eksperimen biasanya berhubungan dengan penelitian deduktif dan pendekatan ilmiah


atau hipotesis-deduktif untuk penelitian. Desain eksperimen sering kali digunakan untuk
menemukan hubungan kausal. Seperti yang diperkirakan, desain eksperimen kurang berguna
untuk banyak – studi eksploratif atau deskriptif – pertanyaan bisnis dan manajemen lainnya.

2. Penelitian Survei

Survei adalah sebuah sistem untuk mengumpulkan informasi dari atau tentang orang-
orang untuk mendeskripsikan, membandingkan, atau menjelaskan pengetahuan, sikap, dan
perilaku mereka (Fink,2003). Strategi survei sangat populer dalam penelitian bisnis, karena
hal ini membuat peneliti dapat mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif untuk banyak
jenis pertanyaan penelitian. Tentu, survei digunakan dalam penelitian eksploratif, deskriptif,
dan kausal untuk mengumpulkan data tentang orang, kejadian, atau situasi. Sebagai contoh,
dalam konteks bisnis, survei sering kali dilakukan pada subjek pengambilan keputusan
konsumen, kepuasan konsumen, kepuasan kerja, penggunaan layanan kesehatan, sistem
informasi, dan lainnya. Banyak survei semacam itu merupakan survei satu waktu. Survei
yang lain memiliki sifat berkelanjutan, membuat peneliti dapat mengobservasi perubahan dari
waktu ke waktu. Pertanyaan-pertanyaan dalam instrumen survei biasanya dibuat untuk angket
(self-administered question) di mana responden menyelesaikan pertanyaan tersebut sendiri,
baik pada kertas maupun melalui komputer. Instrumen survei yang lain adalah wawancara
dan observasi terstruktur.

3. Observasi

Strategi yang berguna untuk mengumpulkan data pada tindakan dan perilaku orang-
orang adalah observasi. Observasi termasuk datang ke lingkungan alami dari orang-orang,
melihat apa yang mereka kerjakan, menganalisis, dan menginterpretasikan apa yang
seseorang lihat. Observasi didefinisikan sebagai pengamatan; pencatatan; analisis; dan
interpretasi perilaku, tindakan, atau kejadian yang terencana. Terkadang observasi diberi
label yang lebih luas untuk melibatkan penggunaan metode lain seperti wawancara. Berbagai
pendekatan observasi telah digunakan dalam penelitian bisnis, digolongkan dengan empat
dimensi utama yang membedakan cara observasi dilakukan: kontrol (adalah observasi yang
dilakukan dalam lingkungan buatan atau lingkungan alami), apakah pengamat adalah anggota
dari kelompok yang diamati atau tidak (observasi partisipan versus nonpartisipan), terstruktur
(sejauh mana observasi difokuskan, ditentukan sebelumnya, sistematik, dan bersifat
kuantitatif), dan penyembunyian observasi (anggota dari kelompok sosial yang diteliti
diberitahu bahwa mereka sedang diteliti atau tidak).

4. Studi Kasus

Studi kasus berfokus pada pengumpulan informasi terkait objek tertentu, acara, atau
kegiatan, seperti unit atau organisasi bisnis tertentu. Dalam studi kasus, kasus adalah
individu, organisasi, acara, atau situasi yang diminati oleh peneliti. Ide di balik studi kasus
adalah bahwa untuk mendapatkan gambaran yang jelas akan suatu masalah, seseorang harus
mengamati situasi di kehidupan nyata dari berbagai sudut pandang dan perspektif dengan
menggunakan berbai metode pengumpulan data. Sejak awal, seseorang dapat menentukan
studi kasus sebagai strategi penelitian yang melibatkan investigasi empiris terhadap fenomena
kontemporer tertentu dalam konteks kehidupan nyata yang menggunakan berbagi metode
pengumpulan data (Yin, 2009). Harus diperhatikan, bahwa studi kasus dapat menyediakan
baik data kualitatif maupun kuantitatif untuk analisis dan interpretasi. Seperti halnya dalam
penlitian eksperimental, hipotesis dapat dibuat dalam studi kasus. Namun demikian, jika
hipotesis tertentu belum dapat dibuktikan bahkan dalam satu studi kasus yang lain, tidak ada
bukti yang dapat ditemukan untuk hipotesis alternatif yang dikembangkan.

5. Teori Dasar

Teori dasar (grounded theory) merupakan serangkaian prosedur sistematis utuk


mengembangkan teori yang dibuat secara induktif dari data (Strauss & Corbin, 1990). Alat
penting dari teori dasar adalah pengambilan sampel teoretis, pengkodean, dan perbandingan
konstan. Pengambilan sampel teoretis merupakan “proses pengumpulan data untuk membuat
teori di mana analis secara bersamaan mengumpulkan, membuat kode, dan menganalisis data,
serta memutuskan apakah data yang akan dikumpulkan selanjutnya dan di mana
menemukannya, dengan tujuan untuk mengembangkan teori ketika teori tersebut muncul”
(Glase & Strauss, hlm.45). Dalam perbandingan konstan, kita membandingan data (misalnya,
suatu wawancara) dengan data yang lain (misalnya, wawancara yang lain). Setelah teori
muncul dari proses ini, kita membandingkan data dengan teori kita, Jika terdapat kesesuaian
antara data (wawancara) atau antara data dan teori kita, maka kategori dan teori harus diubah
hingga kategori dan teori kita sesuai dengan data. Dalam perbandingan konstan, kasus
ketidaksesuaian dan perbedaan memainkan peran penting dalam membuat kategori dan teori
(dasar).

6. Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan (action research) terkadang dilakukan oleh konsultan yang ingin
memprakarsai proses perubahan dalam organisasi. Dengan kata lain, penelitian tindakan
adalah metodologi paling tepat ketika berkenaan dengan perubahan yang direncanakan. Di
sini, peneliti memulai dengan sebuah masalah yang telah diidentifikasi dan mengumpulkan
data yang relevan untuk memberikan solusi sementara pada masalah. Solusi tersebut
kemudian dilaksanakan, dengan kesadaran bahwa mungkin terdapat konsekuensi yang tidak
diinginkan yang mengikuti pelaksanaan tersebut. Pengaruh tersebut kemudian dievaluasi,
didefinisikan, didiagnosis, dan penelitian berlanjut hingga masalah tersebut sepenuhnya
terselesaikan. Dengan demikan, penelitian tindakan merupakan proyek yang berkembang
secara terus-menerus dengan saling memengaruhi antara masalah, solusi, pengaruh, atau
konsekuensi, dan solusi baru. Definisi masalah dengan pemahaman yang baik dan realistis
serta cara pengumpulan data yang kreatif merupakan hal penting dalam penelitian tindakan.

B. Tingkat Intervensi Peneliti Terhadap Studi

Tingkat intervensi oleh peneliti memiliki keterkaitan langsung dengan apakah studi
yang dilakukan adalah korelasional atau kasual. Studi korelasional dilakukan dalam
lingkungan alami (misalnya, supermarket atau ruang karyawan produksi – factory floor)
dengan intervensi minimum dari peneliti dan arus kejadian yang normal. Misalnya, jika
seorang peneliti ingin mempelajari faktor yang memengaruhi efektivitas pelatihan (studi
korelasional), semua yang harus dilakukan oleh individu adalah menjelaskan dengan tepat
variabel-variabel yang relevan, mengumpulkan data yang relevan, dan menganalisisnya untuk
menghasilkan temuan. Meskipun, terdapat sejumlah gangguan pada arus kerja normal dalam
sistem tersebut saat peneliti mewawancari karyawan dan memberikan kuesioner di tempat
kerja, intervensi peneliti dalam fungsi rutin sistem tersebut bersifat minimal jika
dibandingkan dengan yang disebabkan selama studi kausal dan desain eksperimental.

Dalam studi yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat, peneliti


mencoba memanipulasi variabel tertentu untuk mempelajari akibat manipulasi terseut pada
variabel terikat yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti dengan sengaja, berubah variabel
tertentu dalam konteks dan mengintervensi peristiwa. Sebagai contoh, seorang peneliti ingin
mempelajari pengaruh kondisi penerangan ruangan pada kinerja buruh, oleh karena itu,
memanipulasi penerangan dalam situasi kerja untuk bermacam-macam intensitas. Dalam hal
ini, terdapat intervensi cukup besar antara peneliti dengan situasi alami yang normal. Dalam
kasus lain, peneliti bahkan mungkin ingin menciptakan sebuah situasi buatan yang sama
sekali baru, dimana hubungan sebab-akibat dapat dipelajari dengan memanipulaso variabel
tertentu dan dengan ketat mengendalikan variabel lainnya, seperti dalam sebuah
laboratorium. Dengan demikian, ada bermacam-macam intervensi peneliti dalam
memanpuulasi dan kontrol variabel dalam studi penelitian, entah dalam situasi alami atau
dalam situasi lab artifisial. Dalam penelitian terdapat beragam tingkat intervensi, diantaranya
intervensi minimal, sedang, dan berlebih.

C. Situasi Studi : Diatur dan Tidak Diatur

Seperti yang telah kita lihat, penelitian bisnis dapat dilakukan dalam lingkungan alam
di mana kejadian berlangsung secara normal (yaitu, dalam situasi tidak diatur – noncontrived
setting) atau dalam keadaan artifisial dan situasi yang diatur (contrived setting). Studi
korelasional yang selalu dilakukan dalam situasi tidak diatur, sedangkan penelitian kausal
dilakukan dalam situasi laboratorium yang diatur.

Studi korelasional yang dilakukan dalam organisasi disebut studi lapangan (field
study). Studi yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat menggunakan
lingkungan alami yang sama, dimana karyawan berfungsi secara normal disebut eksperimen
lapangan (field experiment). Disini, peneliti melakukan intervensi terhadap peristiwa alami
karena variabel bebas dimanipulasi. Eksperimen yang dilakukan untuk mentukan hubungan
sebab-akibat yang melampaui kemungkinan dari setidaknya keraguan memerlukan
pembuatan sebuah lingkungan yang artifisial dan teratur, dimana semua faktor asing
dikontrol dengan ketat. Subjek yang sama dipilih secara seksama untuk merespon stimulan
tertentu yang dimanipulasi. Studi terseebut dianggap sebagai eksperimen lab (lab
experiment).

D. Unit Analisis (Populasi yang akan Diteliti: Individu, Dua, Kelompok, Organisasi,
Budaya
Unit analisis merujuk pada tingkat agregasi data yang dikumpulkan selama tahap
analisis data selanjutnya. Pertanyaan penelitian kami menentukan unit analisis. sebagai
pertanyaan penelitian kami membahas masalah-masalah yang menjauh dari individu menjadi
dua, kelompok, organisasi, dan negara-negara, begitu juga halnya unit pergeseran analisis
dari individu ke dua, kelompok, organisasi, dan bangsa. Karakteristik tingkat analisis ini
adalah bahwa tingkat yang lebih rendah yang dimasukkan dalam tingkat yang lebih tinggi.
Perlu untuk memutuskan dalam unit analisis bahkan ketika kita merumuskan pertanyaan
penelitian, karena metode pengumpulan data, ukuran sampel, dan bahkan variabel termasuk
dalam kerangka kerja kadang-kadang dapat ditentukan atau dipandu oleh tingkat di mana data
yang dikumpulkan untuk analisis.

 Individu sebagai unit analisis : Misalnya, pernyataan masalah berfokus pada bagaimana
meningkatkan motivasi karyawan secara umum, maka kita memperhatikan individu
karyawan dan harus menemukan apa yang bisa kita lakukan untuk memotivasi mereka.
 Pasangan sebagai unit analisis : Jila peneliti berminat mempelajari interaksi dua orang,
maka beberapa kelompok dua orang, atau disebut pasangan (dyads), akan menjadi unit
analisis.
 Kelompok sebagai unit analisis : Jika pernyataan masalah terkait dengan ekeftifias
kelompok, maka unit analisis adalah pada tingkat kelompok.
 Divisi sebagai unit analisis : Ketika unit analisis adalah divisi, pada tingkat di mana data
akan dikumpulkan.
 Industri sebagai unit analisis : Data dari subunit yang termasuk dalam setiap industri dan
melaporkan proporsi tenaga kerja yang dipekerjakan pada tingkat industri, harus
dikumpulkan untuk melihat seberapa banyak karyawan yang diperjakan oleh industri. Hal
tersebut harus dilakukan untuk setiap industri lainnya.
 Negara sebagai unit analisis : Data yang harus dikumpulkan pada tingkat negara. Seperti
yang dapatdilihat dengan mudah, pengumpulan data dan proses pengambilan sampel
menjadi semakin sulit pada tingkat unit analisis yang lebih tinggi (industri, negara)
dibandingkan pada tingkat yang lebih rendah (individu dan pasangan). Jelas bahwa unit
analisis harus diidentifikasi dengan jelas sebagaimana ditunjukkan dengan pertanyaan
penelitian. Keputusan rencana pengambilan sampel juga akan dipengaruhi oleh unit
analisis.
E. Horison Waktu : Studi Cross-Sectional versus Longitudinal
1) Studi Cross-Sectional
Setiap studi dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin
selama periode harian, mingguan atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan
penelitian, Studi semacam itu disebut studi one-shot atau cross-sectional. Pengumpulan data
pada satu batas waktu tertentu sudah memadai. Keduanya merupakan cross-sectional.
2) Studi Longitudinal
Peneliti mungkin ingin mempelajari orang atau fenomena pada lebih dar satu batas
waktu dalam rangka menjaawab pertanyaan penelitian. Misalnya, peneliti mungkin ingin
mempelajari perilaku karyawan sebelum atau sesudah pergantian manajemen puncak, untuk
mengetahui pengaruh pergantian tersebut. Dalam hal ini, karena data dikumpulkan pada dua
batas waktu berbeda, studi bukan termasuk studi cross-sectional, namun membujur
(longitudinal) melintasi suatu perode waktu. Studi semacam itu, jika data variabel terikat
dikumpulkan pada dua atau lebih batas waktu untuk menjawab pertanyaan penelitian, disebut
studi longitudinal.
Studi longitudinal membutuhkan lebih banyak waktu, usaha, dan biaya dibandingkan
studi cross-sectional tapi studi longitundinal yang direncanakan dengan baik, di antaranya,
membantu mengidentifikasi hubungan sebab-akibat. Design eksperimental selalu menjadi
studi longitudinal, karena data dikumpulkan baik sebelum dan sesudah manipulasi. Studi
longitudinal pasti diperlukan jika seorang manager ingin memastikan bahwa dia mengetahui
faktor tertentu selama satu periode waktu untuk menilai peningkatan, atau mendeteksi
kemungkinan hubungan kausal. Meskipun mahal, studi longitudinal memberikan sejumlah
wawasan yang baik.

F. Dampak Manajerial

Pengetahuan tentang masalah desain penelitian membantu manajer untuk memahami


apa yang peneliti coba lakukan. Manajer juga memahami mengapa laporan terkadang
menunjukkan data hasil analisis berdasarkan ukuran sampel yang kecil, ketika banyak waktu
yang telah dihabiskan dalam mengumpulkan data dari skor beberapa individu, seperti dalam
kasus penelitian yang melibatkan kelompok, departemen, atau kantor cabang.

You might also like