Professional Documents
Culture Documents
anggap mereka miliki dengan tokoh media (Rubin & McHugh, 1987; Giles, 2001
dalam Devito, 2008: 147). Khalayak dapat mengembangkan hubungan ini dengan
selebriti yang nyata ataupun dengan karakter fiksional (Devito, 2008: 147).
antara pemirsa televisi dengan performer, sebagai hasil rekaan dari media massa,
hubungan parasosial dan interaksi parasosial memiliki definisi yang serupa, oleh
yang kurang atau jarang melakukan hubungan sosial akan lebih sering
oleh karena itu mereka lebih memilih untuk menonton televisi dan
saksikan di televisi.
5. Individu yang tidak bisa keluar rumah (housebound infirm). Mereka yang
parasosial.
perilaku parasosial lebih kuat dan lebih sering terjadi pada perempuan
(Hoffner, 2002).
Selain faktor karakteristik personal individu, terdapat beberpa faktor lainnya yang
dirinya. Misalnya persamaan dalam jenis kelamin, etnis, kelas sosial, usia,
individu menonton televisi, maka individu tersebut akan semakin intim dengan
(Hoffner, 2002). Hal ini dapat terjadi karena individu merasa mengetahui
favoritnya di dalam film atau pun di dunia nyata untuk mengartikan dan
5. Pemirsa patologis. Interaksi yang sangat kuat antara individu dan selebriti
Customer Equity Test” yang ditulis oleh Blattberg & Deighton (1996). Blattberg
& Deighton (1996), mendefinisikan customer Equity adalah “the total of the
discounted lifetime values summed over all of the firm’s customer”. Asumsi dasar
customer equity adalah bahwa pelanggsan merupakan aset finansial yang harus
diukur, dikelola dan dimaksimalkan oleh setiap perusahaan atau organisasi, sama
pendekatan ekiutas pelanggan. Pertama, beberapa teknologi baru yang kritis yang
merek yang didasarkan pada persepsi tentang apa yang diberikan untuk
(2011:132), adalah nilai yang ditentukan oleh konsumen pada suatu merek
menunjukan apa yang konsumen sukai dan yang tidak disukai. Defenisi tersebut
konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bias
sikap, dan prilaku juga terkait dengan konsep atribut produk. Atribut produk
objek tersebut bias terkait dengan berbagai konsep konsumsi dan pemasaran
seperti produk, merek, iklan, harga, kemasan, penggunaan dan media. Misalnya,
dari orang lain , atau terpapar oleh iklan di media massa , internet , dan berbagai
yaitu mereka dapat mendorong konsumen kearah perilaku tertentu atau menarik
3. Konsistensi Sikap
silver, ia menyukai BMW silver. Inilah konsistensi antara sikap dan prilaku.
Namun, factor situasi sering menyebabkan inkonsistensi antara sikap dan prilaku.
Seseorang mneyukai sedan Jaguar, namun ia tidak memiliki sedan tersebut. Factor
daya beli mungkin menyebabkan tidak konsistennya antara sikap dan prilaku.
yang memiliki dimensi positif, negative, dan netral disebut sebgai karakteristik
6. Resistensi Sikap
Seorang konsumen yang tidak menyukai tomat kemudian disarankan oleh dokter
konsumen agar bias menerapkan strategi pemasaran yang tepat. Pemasaran ofensif
bias diterapkan untuk mengubah sikap konsumen yang sngat resistens atau
7. Persistensi Sikap
8. Keyakinan Sikap
Misalnya, seseorang mungkin tidak suka minum jus jeruk pada pagi hari, tetapi
menyukai minum jus jeruk pada siang hari atau malam hari. Demikian pula,
seseorang mungkin menyukai makan siang direstoran fast food, namun ia merasa
bahwa fast food restoran bukanlah tempat yang cocok untuk makan malam
Indikator sikap konsumen menurut (Kothler dan Amstrong, 1995: 246) adalah:
yang ingin diamati dan diukur dengan melalui penelitian yang akan dilakukan.
serta memberikan landasan yang kuat terhadap topik yang dipilih dan disesuaikan
dengan masalah yang terjadi. Agar konsep-konsep ini mampu diamati dan diukur,
1.5 Hipotesis
yang dapat diperoleh. Berdasarkan uraian literatur diatas, maka dapat dirumuskan