You are on page 1of 33

LAPORAN PRE KLINIK

RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

BRAIN CENTRE

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA HEMIPLEGIA


DEXTRA ET CAUSE NON HEMORAGIC STROKE

OLEH:

NAMA : RINI ARIDHA

NIM : PO714241151033

KELAS : III.A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


MAKASSAR

D.IV FISIOTERAPI

TAHUN AJARAN 2018


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan kasus praktek klinik di Poliklinik Fisioterapi/Rehabilitasi Medik mulai


tanggal 16 sampai dengan 20 April 2018 dengan judul kasus “Penatalaksanaan fisioterapi
pada hemiplegia dextra et cause Non Hemoragic Stroke” telah disetujui oleh Pembimbing
Lahan (Clinical Educator) dan Preceptor (Dosen).

Makassar, ............................................

Clinical Educator, Preceptor,

NIP. NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga laporan kasus ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 20 Maret 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Stroke atau cedera cerebrovaskeler adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak yang menyebabkan

kelumpuhan atau kelemahan anggota gerak atas maupun bawah pada salah satu sisi

anggota tubuh yang biasa dikenal dengan sebutan hemiplegia dan hemiparese.

Stroke Non Hemoragik adalah masalah neurologik primer di AS dan di dunia.

Meskipunupaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden beberapa

tahun terakhir,stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian, dengan laju

mortalitas 18 % sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesr 62 % untuk stroke selanjutnya.

Terdapat kira-kira 2juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai beberapa

kecacatan; dari angka ini,40% memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-

hari.( Smeltzer C. Suzanne,2002, hal 2131).Penyakit ini merupakan peringkat ketiga

penyebab kematian di United State. Akibatstroke pada setiap tingkat umur tapi yang

paling sering pada usia antara 75 ± 85 tahun.(Long. C, Barbara;1996, hal 176)

Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua
di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin
penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang.( Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan
Pemulihan Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.).
Menurut taksiran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 20,5 juta
jiwa di dunia sudah terjangkit stroke pada tahun 2001. Dari jumlah itu 5,5 juta telah
meninggal dunia. Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5
juta kasus stroke di dunia.( Sutrisno, Alfred. Stroke? You Must Know Before you Get
It!. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2007. Hal: 1-13)Di Amerika Serikat,
stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang menyebabkan kematian.
Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan kanker. Di negeri Paman Sam ini,
setiap tahun terdapat laporan 700.000 kasus stroke. Sebanyak 500.000 diantaranya
kasus serangan pertama, sedangkan 200.000 kasus lainnya berupa stroke berulang.
Sebanyak 75 persen penderita stroke menderita lumpuh dan kehilangan
pekerjaan.(Sutrisno, Alfred. Stroke? You Must Know Before you Get It!. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. 2007. Hal: 1-13) Di Indonesia penyakit ini menduduki
posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28,5 persen penderita stroke
meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun total. Hanya 15
persen saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Otak


Masalah utama pada stroke adalah karena gangguan peredaran darah di otak,
sehingga kita perlu memahami tentang anatomi fungsional otak.
1. Anatomi Otak
Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat yang mengalami
perubahan dan pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga selaput pelindung
(meninges) dan berada di dalam rongga tengkorak (Chusid, 1979). Selain itu otak
juga merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh
tubuh manusia dan terutama berasal dari metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan
otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah
yang bersifat konstan (Wilson, 2002).
Bagian – bagian dari otak :
a. Hemisferium Serebri
Hemisferium serebri dibagi menjadi dua hemisferium yaitu hemisferium
kanan dan kiri yang dipisahkan oleh celah dalam yang disebut dengan fisura
longitudinalis serebri (Chusid, 1979). Bagian luar dari hemisferium serebri terdiri
dari substantia grisea yang disebut sebagai korteks serebri. Kedua hemisferium ini
dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut dengan corpus calosum.
Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing hemisferium dirangkap
dua, dan biasanya berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan. Hemisferium
serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisferium serebri kiri
mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Konsep fungsional ini disebut
pengendalian kontralateral (Wilson, 2002).
b. Korteks Serebri
Korteks serebri pada cerebrum mempunyai banyak lipatan yang disebut
dengan konvulsi atau girus. Celah-celah atau lekukan yang disebut sulcus
terbentuk dari lipatan-lipatan tersebut yang membagi setiap hemispherium
menjadi daerah-daerah tertentu, antara lain :

1). Lobus Frontalis


Lobus frontalis mencakup bagian dari korteks serebri ke depan dari sulkus
sentralis dan diatas sulkus lateralis. Bagian ini mengandung daerah-daerah
motorik. Daerah broca terletak di lobus frontalis dan mengotrol expresi bicara.
Lobus frontalis bertanggung jawab untuk perilaku bertujuan, penentuan
keputusanmoral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus ini juga memodifikasi
dorongan-dorongan emosional yang dihasilkan oleh sistem limbic.
Badan sel di daerah motorik primer lobus frontalis mengirim
tonjolantonjolan akson ke korda spinalis, yang sebagian besar berjalan dalam alur
yang disebut sebagai sistem piramidalis. Pada sistem ini neuron-neuron motoric
menyeberang ke sisi yang berlawanan. Informasi motorik sisi kiri korteks
serebrum berjalan ke bawah ke sisi kanan korda spinalis dan mengontrol gerakan
motorik sisi kanan tubuh, demikian sebaliknya. Sedangkan akson-akson lain dari
daerah motorik berjalan dalam jalur ekstrapiramidalis. Serat ini mengontrol
gerakan motorik halus dan berjalan di luar piramidal ke korda spinalis.

2). Lobus Temporalis


Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke
bawah dari fisura lateralis dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis.
Lobus ini adalah daerah asosiasi untuk informasi auditorik dan mencakup daerah
wernicke tempat interpretasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi bau
dan penyimpanan ingatan.
3). Lobus Parietalis
Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak dibelakang sulkus
sentralis, diatas fisura lateralis dan meluas ke belakang ke fisura
parietooksipitalis. Lobus ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk rasa
raba dan pendengaran.

4). Lobus Oksipitalis


Lobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum. Lobus ini
terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis dan diatas fisura
parietooksipitalis. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.

Gambar 1.Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Swaramuslim, 2009)

Gambar 2. Gyrus pada Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Putz, 1997)
Gambar 3. Gyrus pada Hemisferium Serebri dari medial (Putz, 1997)

Beberapa daerah tertentu korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi


spesifik. Pembagian dan klasifikasi korteks serebri telah diusahakan oleh banyak
peneliti berdasarkan arsitektur sel (cytoarchitecture). Sistem yang paling digunakan
ialah sistem dari von Economo dan Brodmann (gambar.4). Von Economo
membedakan 5 tipe isokorteks yang utama berdasarkan ciri-ciri lapisannya. Dengan
memakai angka-angka, Brodmann memberikan label pada masing-masing daerah
yang dianggap berbeda dengan yang lain. Daerah-daerah tersebut telah dipergunakan
sebagai penetapan lokalisasi proses-proses fisiologi dan patologis (Chusid, 1979).
Pada lobus frontalis terdiri dari area 4 yang merupakan daerah motorik yang utama,
area 6 merupakan bagian sirkuit traktus extrapiramidalis, area 8 berhubungan dengan
gerakan mata dan pupil, area 9, 10, 11,12 adalah daerah asosiasi frontalis. Lobus
parietalis terdiri dari area 3, 2, 1 merupakan daerah sensoris post-sentralis yang
utama. Lobus temporalis terdiri dari area 41 yang merupakan daerah auditorius
primer, area 42 merupakan korteks audiotorius sekunder atau asosiasi, area 38, 40,
20, 21 dan 22 adalah daerah asosiasi. Lobus oksipitalis terdiri dari area 17 yaitu
korteks striata, korteks visual yang utama, area 18 dan 19 merupakan daerah asosiasi
visual (Chusid, 1979).
Gambar 4.
A. Sensory Homunculus, dilihat dari potongan coronal
lewat girus post-sentralis,
B. Motor Homonculus, dilihat dari potongan coronal
lewat girus pre-sentralis (Binhasyim, 2007)

c. Ganglia Basalis
Ganglia basalis adalah massa substantia grisea yang terletak dibagian
dalam hemisferium serebri. Massa yang berwarna kelabu dalam ganglion basalis
terbagi menjadi empat bagian, yaitu nukleus kaudatus, nukleus lentiformis,
korpusamygdala dan claustrum. Nukleus kaudatus dan nukleus lentiformis
bersama fasiculus interna membentuk korpus striatum yang merupakan unsur
penting dalam sistem extrapiramidal. Fungsi dari ganglia basalis adalah pusat
koordinasi dan keseimbangan.

d. Traktus Extrapiramidalis
Traktus extrapiramidalis tersusun atas korpus striatum, globus palidus,
thalamus, substantia nigra, formation lentikularis, cerebellum dan cortex
motorik. Traktus extrapiramidalis merupakan suatu mekanisme yang tersusun dari
jalurjalurdari korteks motorik menuju Anterior Horn Cell (AHC). Fungsi utama
daritraktus extrapiramidalis berhubungan dengan gerakan yang berkaitan
pengaturansikap tubuh dan integrasi otonom. Lesi pada setiap tingkat dalam
traktusextrapiramidalis dapat menghilangkan gerakan dibawah sadar.
e. Traktus Piramidalis
Traktus piramidalis berasal dari sel-sel betz pada lapisan ke lima korteks
serebri pada girus presentralis lobus frontalis ke kapsula interna masuk ke
diencephalon diteruskan ke mesencephalon, pons varolli sampai
medullaoblongata. Di perbatasan medulla oblongata dan medulla spinalis
sebagian besar traktus ini merupakan penyilangan di dekusasio piramidalis.
Fungsi dari system pyramidalis berhubungan dengan gerakan terampil dan
motorik halus.

2. Anatomi Peredaran Darah Otak


Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya yang
diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan otak sangat
mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan harus terus dipertahankan
(Chusid, 1979). Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan
pembuluhpembuluh darah yang bercabang-cabang, behubungan erat satu dengan
yang lain sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel (Wilson,
2002).
a. Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan
arteri karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk
circuluswillisi (Wilson, 2002).
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis
yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir
arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicansposterior
yang bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior. Arteri serebri anterior
saling berhubungan melalui arteri communicans anterior (Chusid, 1979).
Arteri vertebralis kiri dan kanan bersal dari arteria subklavia sisi yang
sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteria inominata,
sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta. Arteri
vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan
pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris
(Wilson, 2002).

b. Peredaran Darah Vena


Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater,
suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater yang
liat. Sinus-sinus dura mater tidak mempunyai katub dan sebagian besar berbentuk
triangular.
Sebagian besar vena cortex superfisial mengallir ke dalam sinus
longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang utama
adalah vena anastomotica magna yang mengalir ke dalam sinus longitudinalis
superior dan vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus transversus.
Vena-vena serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal ganglia (Wilson,
2002).

3. Anatomi Medulla Spinalis

Medula spinalis adalah bagian dari


susunan saraf pusat yang seluruhnya
terletak dalam kanalis vertebralis.
Medula spinalis dikelilingi oleh
struktur-struktur yang secara
berurutan dari luar ke dalam terdiri
atas:
a. dinding kanalis vertebralis yang terdiri atas tulang vertebrae dan ligament
b. lapisan jaringan lemak ekstradural yang mengandung anyaman pembuluh
darah vena
c. meninges, yang terdiri atas:
d. dura mater (pachymeninx)
e. arachnoid (leptomeninx) yang menempel secara langsung pada dura mater,
sehingga di antara kedua lapisan ini dalam keadaan normal tidak dijumpai
suatu ruangan
f. ruangan subarachnoid yang di dalamnya terdapat cairan serebrospnal (CSF)
g. pia mater, yang menempel langsung pada bagian luar medula spinalis.

4. Saraf Otak

Urutan saraf Nama Saraf Sifat Saraf Memberikan saraf untuk


dan fungsi
I Nervus olfaktorius Sensorik Hidung, sebagai alat penciuman
II Nervus optikus Sensorik Bola mata, untuk penglihatan
III Nervus Motorik Penggerak bola mata dan
okulomotoris mengangkat kelopak mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata dan
penggerak bola mata

V Nervus trigeminus Motorik dan sensorik -

N. Oftalmikus Motorik dan sensorik Kulit kepala dan kelopak mata


atas
N. Maksilaris Sensorik Rahang atas, palatum dan
hidung
N. Mandibularis Motorik dan sensorik Rahang bawah dan lidah
VI Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
VII Nervus fasialis Motorik dan Sensorik Otot lidah, menggerakkan lidah
dan selaput lendir rongga mulut
VIII Nervus auditorius Sensorik Telinga, rangsangan
pendengaran
IX Nervus vagus Sensorik dan motorik Faring, tonsil, dan lidah,
rangsangan citarasa
X Nervus vagus Sensorik dan motorik Faring, laring, paru-paru dan
esophagus
XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot leher
XII Nervus hipoglosus Motorik Lidah, citarasa, dan otot lidah

5. Saraf otonom
a. Saraf Simpatis

Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan


sumsum tulang belakang melalui serabut – serabut saraf. Sistem simpatis terdiri
dari 3 bagian, yaitu :

1. Kornu anterior segmen torakalis ke – 1 sampai ke-12 dan segmen lumbalis 1-


3 terdapat nucleus vegetative yang berisi kumpulan – kumpulan sel saraf
simpatis. Sel saraf simpatis ini mempunyai serabut – serabut preganglion yang
keluar dari kornu anterior bersama- sama dengan radiks anterior dan nucleus
spinalis. Setelah keluar dari foramen intervertebralis, serabut – serabut
preganglion ini segera memusnahkan diri dari nucleus spinalis dan masuk ke
trunkus simpatikus serabut. Serabut preganglion ini membentuk sinap
terhadap sel – sel simpatis yang ada dalam trunkus simpatikus. Tetapi ada
pula serabut – serabut preganglion setelah berada di dalam trunkus simpatikus
terus keluar lagi dengan terlebih dahulu membentuk sinaps menuju ganglion –
ganglion / pleksus simpatikus.

2. Trunkus simpatikus beserta cabang – cabangnya. Di sebelah kiri dan kanan


vertebra terdapat barisan ganglion saraf simpatikus yang membujur di
sepanjang vertebra. Barisan ganglion – ganglion saraf simpatikus ini disebut
trunkus simpatikus. Ganglion – ganglion ini berisi sel saraf simpatis. Antara
ganglion satu dengan ganglion lainnya, atas, bawah, kiri, kanan, dihubungkan
oleh saraf simpatis yang keluar masuk ke dalam ganglion – ganglion itu. Hali
ini menyebabkan sepasang trunkus simpatikus juga menerima serabut –
serabut saraf yang datang dari kornu anterior. Trunkus simpatikus di bagi
menjadi 4 bagian yaitu :

a). Trunkus simpatikus servikalis.


Terdiri dari 3 pasang ganglion. Dari ganglion – ganglion ini keluar
cabang – cabang saraf simpatis yang menuju ke jantung dari arteri karotis.
Disekitar arteri karotis membentuk pleksus. Dari pleksus ini keluar cabang –
cabang yang menuju ke atas cabang lain mempersarafi pembuluh darah serta
organ – organ yang terletak di kepala. Misalnya faring, kelenjar ludah,
kelenjar lakrimalis, otot – otot dilatators, pupil mata, dan sebagainya.
b). Trunkus simpatikus torakalis.
Terdiri dari 10-11 ganglion, dari ganglion ini keluar cabang – cabang
simpatis seperti cabang yang mensarafi organ – organ di dalam toraks ( mis,
orta, paru – paru, bronkus, esophagus, dsb ) dan cabang – cabang yang
menembus diafragma dan masuk ke dalam abdomen, Cabang ini dalam
rongga abdomen mensarafi organ – organ di dalamnya.
c). Trunkus simpatikus lumbalis.
Bercabang – cabang menuju ke dalam abdomen, juga ikut membentuk
pleksus solare yang bercabang – cabang ke dalam pelvis untuk turut
membentuk pleksus pelvini.
d). Trunkus simpatikus pelvis. Bercabang cabang ke dalam pelvis untuk
membentuk pleksus pelvini.

3. Pleksus simpatikus beserta cabang cabangnya. Di dalam abdomen, pelvis,


toraks, serta di dekat organ – organ yang dipersarafi oleh saraf simpatis (
otonom ). Umumnya terdapat pleksus – pleksus yang dibentuk oleh saraf
simpatis / ganglion yaitu pleksus/ganglion simpatikus.

Ganglion lainnya ( simpatis ) berhubungan dengan rangkaian dua ganglion


besar, ini bersama serabutnya membentuk pleksus – pleksus simpatis :
1. Pleksus kardio, terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan cabangnya
ke daerah tersebut dan paru – paru
2. Pleksus seliaka, terletak di sebelah belakang lambung dan mempersarafi
organ – organ dalam rongga abdomen
3. Pleksus mesentrikus ( pleksus higratrikus ), terletak depan sacrum dan
mencapai organ – organ pelvis

Tabel 10-2 Organ tubuh dan system pengendalian ganda


Organ Rangsangan simpatis Rangsangan parasimpatis

Jantung Denyut dipercepat Denyut dipercepat


Arteri koronari Dilatasi Konstriksi
Pembuluh darah perifer Vasokonstriksi Vasodilatasi
Tekanan darah Naik Turun
Bronkus Dilatasi Konstriksi
Kelenjar ludah Sekresi berkurang Sekresi bertambah
Kelenjar lakrimalis Sekresi berkurang Sekresi bertambah
Pupil mata Dilatasi Konstriksi
Sistem pencernaan Peristaltik berkurang Peristaltik bertambah
makanan (SPM)
Kelenjar – kelenjar SPM Sekresi berkurang Sekresi bertambah
Kelenjar keringat Ekskresi bertambah Ekskresi berkurang

Fungsi serabut saraf simpatis

1. Mensarafi otot jantung


2. Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
3. Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan usus
4. Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
5. Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit
6. Mempertahankan tonus semua otot sadar.

b. Sistem Parasimpatis

Saraf cranial otonom adalah saraf cranial 3, 7, 9, dan 10. Saraf ini
merupakan penghubung, melalui serabut – serabut parasimpatis dalam perjalanan
keluar dari otak menuju organ – organ sebagian dikendalikan oleh serabut –
serabut menuju iris. Dan dengan demikian merangsang gerakan – gerakan saraf
ke -3 yaitu saraf okulomotorik.

Saraf simpatis sacral keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah
sacral. Saraf – saraf ini membentuk urat saraf pada alat – alat dalam pelvis dan
bersama saraf – saraf simpatis membentuk pleksus yang mempersarafi kolon
rectum dan kandung kemih.
Refleks miksi juga menghilang bila saraf sensorik kandung kemih
mengalami gangguan. System pengendalian ganda ( simpatis dan parasimpatis ).
Sebagian kecil organ dan kelenjar memiliki satu sumber persarafan yaitu
simpatis atau parasimpatis. Sebagian besar organ memiliki persarafan ganda
yaitu : menerima beberapa serabut dari saraf otonom sacral atau cranial. Kelenjar
organ dirangsang oleh sekelompok urat saraf ( masing – masing bekerja
berlawanan ).

Dengan demikian penyesuaian antara aktivitas dan tempat istirahat tetap


dipertahankan. Demikian pula jantung menerima serabut – serabut ekselevator
dari saraf simpatis dan serabut inhibitor dari nervus vagus. Saluran pencernaan
memiliki urat saraf ekselevator dan inhibitor yang mempercepaT dan
memperlambat peristaltic berturut – turut.

Fungsi serabut parasimpatis :

1. Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis, submandibularis,


dan kelenjar – kelenjar dalam mukosa rongga hidung.
2. Mmepersarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung, berpusat di nuclei
lakrimalis, saraf – sarafnya keluar bersama nervus fasialis.
3. Mempersarafi kelenjar ludah ( sublingualis dan submandibularis ), berpusat di
nucleus salivatorius superior, saraf – saraf ini mengikuti nervus VII
4. Mempersarafi parotis yang berpusat di nucleus salivatoris inferior di dalam
medulla oblongata, saraf ini mengikuti nervus IX
5. Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru – paru,
gastrointestinum, ginjal, pancreas, limfa, hepar, dan kelenjar suprarenalis yang
berpusat pada nucleus dorsalis nervus X
6. Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat
kelamin, berpusat di sacral II, III, IV.
7. Miksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflex yang berpusat di kornu
lateralis medulla spinalis bagian sacral. Bila kandung kemih dan rectum
tegang miksi dan defekasi secara reflex. Pada orang dewasa reflex ini dapat
dikendalikan oleh kehendak. Saraf yang berpengaruh menghambat ini berasal
dari korteks di daerah lotus parasentralis yang berjalan dalam traktus
piramidalis.

B. Patologi Non Hemorogic Strike


1. Definisi
Stroke merupakan penyakit yang terjadi karena terganggunya peredaran
darahotak yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkankelumpuhan bahkan kematian pada penderita stroke, stroke dibagi
menjadi duajenis yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik (Batticaca,
2008). Stroke non hemoragik merupakan terhentinya sebagaian atau keseluruhan
aliran darah ke otak akibat tersumbatnya pembuluh darah otak (Wiwit, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) dalam Muttaqin (2011)
stroke didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh gangguan peredarah
darahdiotak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik
localmaupun global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang dapat
menyebabkan kematian.
Hemiplegia adalah kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi,
menimbulkan kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada belahan tubuh sisi
kontralateral yang ringan sampai sedang.
2. Etiologi

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :

a. Thrombosis Cerebral

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi


sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema
dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas
simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah
thrombosis.

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :

1). Atherosklerosis

Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta


berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi
klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut :

 Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran


darah.
 Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
 Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus)
 Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian
robek dan terjadi perdarahan.
2). Hypercoagulasi pada polysitemia

Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit


meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.

3). Arteritis( radang pada arteri )

b. Emboli

Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak


oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli :

a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart


Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi, Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan
sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-
embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.

4. Tanda dan gejala


Menurut (Smeltzer & Bare, 2010) stroke menyebabkan berbagai
deficitneurologis, tergantung pada lesi atau pembuluh darah mana yang
tersumbat danukuran area yang perfusinya tidak adekuat.Fungsi otak yang
rusak tidak dapatmembaik sepenuhnya. Defisit neurologi pada stroke antara
lain:
a. Defisit motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah paralisis pada salah satu sisi
atauhemiplegia karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Diawal tahapan
stroke,gambaran klinis yang muncul adalah paralisis dan hilang atau
menurunnyarefleks tendon dalam atau penurunan kekuatan otot untuk
melakukanpergerakkan, apabila refleks tendon dalam ini muncul kembali
biasanya dalamwaktu 48 jam, peningkatan tonus disertai dengan spastisitas
atau peningkatantonus otot abnormal pada ekstremitas yang terkena dapat
dilihat.
b. Defisit komunikasi
Difungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal
berikut :
1) Kesulitan dalam membentuk kata (disartria), ditunjukkan dengan
bicarayang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot
yangbertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
2) Bicara defektif atau kehilangan bicara (disfasia atau afasia),
yangterutama ekspresif atau reseptif
3) Ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya(apraksia) seperti terlihat ketika penderita mengambil sisir
dan berusahauntuk menyisir rambutnya.
c. Defisit persepsi sensori
Gangguan persepsi sensori merupakan ketidakmampuan
untukmenginterpretasikan sensasi. Gangguan persepsi sensori pada stroke
meliputi:
1) Disfungsi persepsi visual, karena gangguan jaras sensori primer
diantaramata dan korteks visual. Kehilangan setengah lapang
pandang terjadisementara atau permanen (homonimus hemianopsia).
Sisi visual yangterkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis.
Kepala penderitaberpaling dari sisi tubuh yang sakit dan cendrung
mengabaikan bahwatempat dan ruang pada sisi tersebut yang disebut
dengan amorfosintesis.Pada keadaan ini penderita hanya mampu
melihat makanan pada setengahnampan, dan hanya setengah ruangan
yang terlihat.
2) Gangguan hubungan visual-spasial yaitu mendapatkan hubungan dua
ataulebih objek dalam area spasial sering terlihat pada penderita
denganhemiplegia kiri. Penderita tidak dapat memakai pakaian tanpa
bantuankarena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke
bagian tubuh.
3) Kehilangan sensori, karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan
ringanatau berat dengan kehilangan propriosepsi yaitu kemampuan
untukmerasakan posisi dan gerakan bagian tubuh serta kesulitan
dalammenginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius.
c. Defisit fungsi kognitif dan efek psikologi
Disfungsi ini ditunjukkan dalam lapang pandang terbatas, kesulitan
dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang menyebabkan penderita
ini menghadapi masalah stress dalam program rehabilitasi.
d. Defisit kandung kemih
Kerusakan kontrol motorik dan postural menyebabkan penderita pasca
strokemengalami ketidakmampuan menggunakan urinal, mengalami
inkontinensiaurinarius sementara karena konfusi. Tonus otot meningkat dan
refleks tendon kembali, tonus kandung kemih meningkat, dan spastisitas
kandung kemihdapat terjadi.

5. Proses patologi gangguan gerak dan fungsi


Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang
yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah.
Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi
koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak
membentuk hanya sekitar 2% (1200-1400 gram) dari berat tubuh total, tetapi
mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam
darah arterial. Dalam jumlah normal darah yang mengalir ke otak sebanyak
50-60ml per 100 gram jaringan otak per menit. Jumlah darah yang diperlukan
untuk seluruh otak adalah 700-840 ml/menit, dari jumlah darah itu di
salurkan melalui arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (dekstra
dan sinistra), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai
sirkulasi arteri serebrum anterior, yang kedua adalah vertebrobasiler, yang
memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi
arteri serebrum posterior, selanjutnya sirkulasi arteri serebrum
anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk
suatu sirkulus Willisi.
Gangguan pasokan darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk sirkulus willisi serta cabang-cabangnya. Secara
umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus 15 sampai 20 menit,
akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu di ingat bahwa oklusi di
suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang di perdarahi
oleh arteri tersebut dikarenakan masih terdapat sirkulasi kolateral yang
memadai ke daerah tersebut. Proses patologik yang sering mendasari dari
berbagi proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarhai otak
diantaranya dapat berupa :
1. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti
pada aterosklerosis dan thrombosis.
2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya
syok atau hiperviskositas darah.
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal
dari jantung atau pembuluh ekstrakranium.
Dari gangguan pasokan darah yang ada di otak tersebut dapat menjadikan
terjadinya kelainian-kelainan neurologi tergantung bagian otak mana yang tidak
mendapat suplai darah, yang diantaranya dapat terjani kelainan di system motorik,
sensorik, fungsi luhur, yang lebih jelasnya tergantung saraf bagian mana yang
terkena.

C. Pendekatan Intervensi Fisioterapi


1. Strengthening

Strengthening adalah latihan penguatan otot yang dilakukan untuk


membantu pasien meningkatkan fungsi dari otot. Tujuan akhirnya adalah :

a. Meningkatkan kekuatan otot (strength)


b. Meningkatkan daya tahan otot (muscular endurance).
c. Meningkatkan tenaga (power).
d. Ketahanan, dan menjaga meningkatkan lingkup gerak sendinya.
2. Breathing Exercise
Tujuan : untuk melatih pernapasan pasien akibat tirah baring lama.
3. Terapi Latihan
a. Pasif Movement Exrcise
Tujuan : untuk mempertahankan elastisitas pada otot.
b. PNF (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation ) dengan prinsip
Irradiasi
Tujuan : menguatkan otot yang mengalami kelumpuhan dengan
menggunakan aksi tubuh yang sehat dan memperbaiki postural.
c. Pelvic Tilting Exercise
Tujuan : untuk menguatkan otot-otot pelvic.
4. Edukasi
Tujuan : Pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami
intervensi yang diberikan dan dapat melakukan intervensi tersebut secara
mandiri. Serta memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
BAB III
PROSES FISIOTERAPI

A. Identitas Umum Pasien


Nama : Ny. MRT
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Toraja
No. rekam medic : 394148

B. Anamnesis Khusus
Keluhan utama : Lumpuh badan sebelah kanan
Letak keluhan : Badan sebelah kanan
Riwayat penyakit : Hipertensi, diabetes tipe 2
Riwayat Mengkonsumsi obat : Ya
Rpp : Dialami sejak ± 15 hari yang lalu, secara tiba-tiba saat pasien
bangun pagi. Awalnya pasien hendak duduk dari posisi tidur, namun terjatuh
kembali ditempat tidur. Nyeri kepala saat itu ada, tepatnya sebelum kejadian
tersebut. Pasien lalu dibawah ke rumah sakit Elim Rantepao, dan diukut Tekanan
Darah 200mmHg. Kemudian pasien di rawat selama 2 hari, pasien masih dapat
berdiri dan berkomunikasi, namun hari ke-3 perawatan, pasien tampak berbicara
pelo dan seperti mengantuk sehingga pasien dirawat di ICU. Setelah 3 hari di
ICU, pasien dirujuk ke RS wahidin dengan diagnosa penurunan kesadaran
lateralisasi dextra suspeck ich. Pasien ada riwayat hipertensi dan diabetes
melistus.
C. Pemeriksaan Vital Sign
Tekanan Darah : 179/93 mmHg
Denyut Nadi : 96x/menit
Suhu : 36,2oC

D. Inspeksi/Observasi
Statis
1.Kesadaran pasien menurun dan pasien menderita afasia.
2.Pasien terpasang kateter, NGT, dan bantuan oksigen.
Dinamis
1. Pasien tidak dapat menggerakkan tungkai dan lengan sisi kanan

E. Pemeriksaan Spesifik dan pengukuran fisioterapi


a. Palpasi
Hasil : Tidak ada oedem dan ada nyeri tekan.
b. Pemeriksaan MMT
Hasil pemeriksaan :
KananKiri

0 5

0 5

c. Pemeriksaan reflex
1). Reflex Patologis
Refleks Kanan Kiri

Babinski Positf Negatif

Chaddock Negatif Negatif


Gordon Negatif Negatif

Oppenheim Negatif Negatif

2). Refleks Fisiologis


Tidak dilakukan karena pada lengan pasien terpasang alat ekg dan pada kaki
terpasang inpus.
d. Pemeriksaan koordinasi
1. Tes Jari hidung : Sulit dilakukan
2. Tes tumit lutut : sulit dilakukan
3. Tes pegang jari : sulit dilakukan
4. Menggambar kingkaran dengan tangan : sulit dilakukan
5. Menggambar lingkaran dengan kaki : sulit dilakukan
Hasil : sulit dilakukan karena kondisi kesadaran pasien menurun, dan
pasien kesulitan berkomunikasi dengan fisioterapis.
e. Pemeriksaan fungsi motorik
1. Terlentang ke tidur miring pada sisi yang sehat : belum mampu
2. Terlentang ke duduk disamping bed : belum mampu
3. Keseimbangan dudu : belum mampu
4. Duduk ke berdiri : belum mampu
f. Tes tonus otot
Hasil : 0 pada extremitas atas dextra dan extremitas bawah dextra (Menurut
Skala Asward)

F. Diagnosa dan Problematika Fisioterapi (Konsep ICF)


Diagnosa : Hemiplegia dextra et.cause stroke Non-Hemoragic Stroke
Problematik Fisioterapi :
 Impairment
- Keterbatasan ROM
- Afasia
 Activity Limitation
- Kesulitan menggerakkan lengan dan tungkai sis kanan
- Gangguan ADL
 Participation Restriction
- Gangguan IADL
- Tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari

G. Rencana Intervensi Fisioterapi


1. Strengthening
2. PNF konsep Irradiasi
3. Breathing Exercise
4. Pasif exercise
5. Pelvic tilting
6. Edukasi
H. Program Intervensi Fisioterapi
a. Pasif Movement Exercise
 Tujuan : mempertahankan elastisitas,merangsang tonus otot
dan mengurangi spastic pada kedua tungkai.
 Posisi pasien : Lying dan dalam keadaan senyaman mungkin
 Tekhnik pelaksanaan : gerakan yang dilakukan semakin lama,
kecepatan semakin ditingkatkan.
- Fleksi dan Ekstensi Knee 8x repetisi
- Eksorotasi dan Endorotasi knee 8x repetisi

- Bengkok dan luruskan jari-jari dan ankle 8x repetisi

- Bergantian kaki inversi dan eversi 8x repetisi


b. PNF dengan Prinsip Irradiasi
 Tujuan : menguatkan otot yang mengalami kelumpuhan dengan
menggunakan aksi tubuh yang sehat.
 Posisi pasien : dalam posisi tidur terlentang
 Tekhnik pelaksanaan :
o Pasien dibantu fisioterapi melakukan gerakan fleksi trunk secara
maksimal sambil kedua tangan pasien saling menggenggam dan
kepala di fiksasi agar vertebra tidak ikut bergerak sampai otot-otot
kaki mengalami kontraksi.
o Dilakukan tahanan pada bahu pasien, lalu pasien akan melawan
tahanan yang diberikan oleh fisioterapis, maka kaki akan
berkontraksi.

c. Edukasi
Pasien dan keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami intervensi yang
diberikan dan dapat melakukan intervensi tersebut secara mandiri. Serta
memelihara perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal.

I. Evaluasi Fisioterapi
Setelah dilakukan intervensi beberapa hari pada pasien, kekuatan otot sudah
ada dan keadaan psikis pasien semakin membaik dan bertambah semangat untuk
latihan dan pasien sudah mulai merespon fisioterapis.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke atau cedera cerebrovaskeler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak yang menyebabkan
kelumpuhan atau kelemahan anggota gerak atas maupun bawah pada salah satu sisi
anggota tubuh yang biasa dikenal dengan sebutan hemiplegia dan hemiparese.
Menurut World Health Organization (WHO) dalam Muttaqin (2011) stroke
didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh gangguan peredarah
darahdiotak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik
localmaupun global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang dapat
menyebabkan kematian.
Hemiplegia adalah kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi,
menimbulkan kelumpuhan Upper Motor Neuron (UMN) pada belahan tubuh sisi
kontralateral yang ringan sampai sedang.

B. Saran
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang Hemiplegia dextra et cause
Non-hemoragic stroke dan dapat melakukan anamnesis dan pemeriksaan yang
sesuai. Mahasiswa juga diharapkan dapat melakukan intervensi fisioterapi serta
menentukan dosis treatment yang akan diberikan dengan mempelajari berbagai
jurnal serta referensi lain agar ilmu dapat diterapkan kepada masyarakat dan
terkhusus kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/22475411/KTI-Hemiparese-Post-Stroke-Non-Hemoragik

https://erepo.unud.ac.id/17414/3/1102106073-3-BAB%20II.pdf

http://seripayku.blogspot.co.id/2018/05/fisioterapi.html?m=1

You might also like