You are on page 1of 8

TEORI PARADOX LEONTIF

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

disusun oleh:

Gina Deviyanti - 150610160069

Aulia Hasna - 150610160073

Paper ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perdagangan
Internasional

UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JATINANGOR
2018
Perdagangan tidak hanya terjadi pada individu atau kelompok tertentu saja dalam
suatu Negara, bahkan perdagangan bisa terjadi antar Negara di seluruh dunia.
Perdagangan yang melibatkan dua Negara atau lebih dinamakan perdagangan
internasional. Sejalan dengan apa yang dikatakan Sukirno (2015) kegiatan tukar menukar
barang dan jasa antar dua Negara ataupun lebih dengan kesepakatan yang sesuai antara
hokum yang berbeda pada masing-masing Negara dengan tujuan untuk saling mendapat
keuntungan.

Perdangan internasional dapat memberi keuntungan terhadap masing-masing Negara,


yaitu masing-masing Negara yang bekerja sama akan berkembang lebih cepat,
kesejahteraan masyarakat tiap Negara akan meningkat, memperluas pasar barang-barang
domestik (Sukirno, 2015).

Perdagangan internasional ini timbul dari beberapa pemikiran para ekonom seperti
Adam Smith, David Ricardo, Wassily Leontief dan yang lainnya. Pemikiran pertama
yang ada yaitu pemikiran Adam Smith yang selanjutnya pemikiran mengenai
perdagangan internasional berkembang sampai pemikiran Michael Porter. Perkembangan
pemikiran mengenai perdagangan internasional harus diketahui, jika seseorang akan
memasuki bidang tersebut. Oleh karena itu, makalah ini dibuat agar dapat memahami
teori yang dikembangkan oleh salah satu pakar ekonom yaitu Wassily Leontief yang
memiliki teori Paradox Leontief dalam ilmu perdagangan internasional.

Pada tahun 1953, Wassily Leontief seorang ekonom Rusia kelahiran tahun 1906
menerbitkan sebuah makalah yang berafiliasi dengan Harvard University, dimana
makalah tersebut berisi kontradiksi empiris yang bertentangan dengan teori Heckscher-
Ohlin. Leontief mengembangkan sebuah teori yang dikenal dengan “Theory Input
Output”. Teori tersebut menyebabkan Leontief menerima Nobel Prize in Economic pada
tahun 1973. Teori yang bersifat pendekatan statistik tersebut ditanggapi baik oleh
sebagian orang di dunia.

Table pertama yang dikembangkan Leontief adalah hasil penelitian di Amerika


Serikat tahun 1947. Secara umum Amerika Serikat diasumsikan sebagai suatu Negara
yang padat modal daripada padat karya dibandingkan Negara-negara lain. Mengingat
kelimpahan modal dari Negara-negara bersatu pada periode setelah perang dunia kedua
(Augusta, 2014).

Teori Heckscher-Ohlin menyatakan bahwa Amerika Serikat mengekspor barang-


barang yang padat modal (capital intensive) dan mengimpor barang-barang padat karya
(labour intensive). Sedangkan studi empiris yang dilakukan oleh Wassily Leontief
ternyata bertentangan dengan teori H-O, dimana Amerika Serikat mengekspor barang-
barang yang padat karya (labour intensive) dan mengimpor barang-barang yang padat
modal (capital intensive) sebagaimana ditunjukkan pada table berikut ini (Negem, 2015)

Tabel 1. Struktur Ekspor dan Impor Amerika Serikat Tahun 1947 Berdasarkan Kapital
dan Tenaga Kerja

Tahun Struktur Kebutuhan Faktor Rasio


Ekspor Impor
Input-Output Produksi/Juta $ M/X

Kapital $2.550.780 $3.091.339


Struktur I-O
Tenaga Kerja/Tahun 182 170
1947 1.3
$14.010 $18.180
(Leontief) Ratio Cap/Labour
/tenaga kerja /tenaga kerja

Berdasarkan data di atas, ternyata pada tahun 1947, ratio impr ekspor. Hasil tersebut
tidak sesuai dengan teori H-O yang mengharuskan nilai rasio :

𝐾𝑀 /𝐿𝑀
𝐾𝑋 /𝐿𝑋

dimana 𝐾𝑀 yaitu kapital ekspor dan 𝐿𝑀 labour ekspor, sedangkan 𝐾𝑋 yaitu capital impor

dan 𝐿𝑋 labor impor.

Menurut Heckscher-Ohlin jika rasio kurang dari 1 maka Negara tersebut padat
modal (memiliki modal yang melimpah) karena penyebutnya (capital/labor ratio ekspor)
lebih besar daripada pembilang (capital/labor rasio impor). Menurut Leontief jika rasio
lebih dari 1 maka Negara tersebut pada karya (memiliki tenaga kerja yang melimpah).
Leontief berharap bahwa Negara Amerika Serikat akan mengekspor barang-
barang padat modal dan mengimpor barang-barang padat karya. Namun hasil penelitian
yang ia lakukan pada data Amerika Serikat tahun 1947, hasilnya tidak sesuai dengan yang
ia harapkan . hasilnya menunjukkan bahwa Amerika Serikat mengekspor barang-barang
padat karya dan mengimpor barang-barang padat modal, karena hasil pengolahan data
menunjukan ratio ekspor dan impor >1. Hasil penelitian tersebut disebut Paradox
Leontief.

Dari hasil penelitian tersebut terdapat beberapa pertimbangan pemikiran


mengenai pertentangan (pardoks) tersebut sebagai berikut :

1). Kekeliruan Statistik

Beberapa orang menganggap bahwa data yang diambil oleh Leontief tidak
representative. Pada tahun 1947 perekonomian Amerika Serikat belum ternomalisasi
akibat pasca perang dunia kedua, sehingga data tersebut tidak bias dijadikan bahan
penelitian sebuah teori. Banyak juga hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain
mengenai tipe dan model tes hasilnya tidak selalu meyakinkan untuk dapat mendukung
temuan Leontief.

2). Kualitas tenaga kerja Amerika

Leontief berpendapat bahwa tenaga kerja Amerika Serikat jauh lebih produktif
dan efisien daripada tenaga kerja asing. Leontief menyatakan bahwa satu orang tenaga
kerja Amerika Serikat per tahun ekuivalen dengan tiga orang tenaga kerja asing per tahun.
Pendapat mengenai superioritas tenaga kerja tersebut terlalu berlebihan, karena menurut
Kreinen (1965) bahwa superioritas hanya mencapai 20 hingga 25 persen tidak mencapai
300 persen seperti yang dinyatakan Leontief (Cho & Changmoon, 2000)

3). Sumber daya alam

Leontief hanya menguji dua factor saja yaitu modal dan tenga kerja, dan
menghilangkan factor-faktor lain yang penting juga. Leontief menyadari bahwa
mengingat hanya tenaga kerja dan modal saja tidak realistis, oleh karena itu ia menyoroti
sumber daya alam sebagai factor yang penting. Vanek (1959) membuktikan bahwa
Amerika Serikat relative langka sumber daya alam, sehingga lebih banyak mengimpor
sumber daya alam daripada mengekspor. Mengimpor sumber daya alam berarti
mengimpor modal karena memproduksi sumber daya alam membutuhkan modal yang
besar.

4). Pembalikan intensitas factor

Leontief hanya menggunakan data barang-barang impor yang bersaing dari


Amerika Serikat dan bukannya menganalisis impor actual, karena data asing mengenai
perdagangan tidak tersedia. Sebagai contoh, Leontief memperhitungkan factor industry
tekstil Amerika Serikat dengan Negara Meksiko. Mungkin di Amerika Serikat industry
tekstil adalah padat modal, namun di Meksiko industry tekstil adalah padat karya. Sebagai
contoh lain, pertanian adalah padat modal di Amerika Serikat, tetapi padat karya di
Negara lain.

Selain beberapa pertimbangan yang mengkritik temuan Leontief, ada juga


penelitian yang mendukung temuan tersebut, menurut Augusta (2014) yaitu sebagai
berikut :

• Pada tahun 1971, Robert Baldin menunjukkan bahwa impor A.S. 27% lebih padat
modal daripada ekspor A.S. pada data perdagangan 1962, menggunakan ukuran
yang serupa dengan temuan Leontief.
• Pada tahun 1980, Edward Leamer mempertanyakan metodologi asli Leontief atas
dasar nilai tukar riil namun mengakui bahwa paradoks A.S. masih muncul dalam
data (selama bertahun-tahun selain 1947)
• Survei literatur ekonometrik tahun 1999 oleh Helper Elhanan menyimpulkan
bahwa paradoks tersebut tetap ada, namun beberapa penelitian dalam
perdagangan non-U.S justru sesuai dengan teori H-O.

Penelitian yang dilakukan Wassily Leontief tidak hanya memicu uji empiris
ekstensif terhadap teori endowmen, namun mendorong semakin banyak ekonom
melakukan banyak penelitian berharga secara mendalam untuk memberikan jawaban atas
paradox tersebut. Hal tersebut dikarenakan temuan Leontief dan Heckscher-Ohlin tidak
berjalan dengan baik didunia nyata. Dalam proses tersebut, peneliti setelahnya
memberikan penjelasan yang berbeda terhadap penemuan Leontief. Teori-teori yang
mereka temukan mencakup siklus produk, kesamaan Negara, dan perdagangan
berdasarkan pada skala ekonomi.
Contoh Kasus Paradox Leontif

A. Leontief Paradox : A re-Examination for Egypt

Mesir adalah negara yang terkenal memiliki modal yang melimpah ruah. Sehingga
orang orang berekspektasi Mesir mengekspor banyak produk padat modal, sesuai dengan
Teori H-O. Namun setelah adanya pemeriksaan ulang, Teori Leontif bisa dibuktikan
keberadaannya di Mesir, sehingga didapatkan hasil yaitu Mesir adalah negara yang
memiliki tenaga kerja yang melimpah ruah dan mengekspor dominan tenaga kerjanya
alias padat karya. Bagaimana itu bisa terjadi?

Leontif (1953) meragukan teori H-O berdasarkan studi empirisnya terhadap AS. AS
diasumsikan sebagai negara yang relatif memiliki modal/kapita lebih banyak dan tenaga
kerja lebih sedikit dibandingkan negara negara lain. Teori H-O mendasarkan ekspor AS
akan terdiri dari barang barang padat modal dan sebaliknya, impornya terdiri dari barang
barang padat karya. Namun hasil studi Leontif mengatakan ekspor AS justru terdiri dari
barang barang padat karya atau tenaga kerja.

Apabila berbicara masalah ekspor di Mesir, produk pertanian, manufaktur ringan


termasuk tekstil, dan minyak bumi adalah barang barang yang diekspor olehnya. Begitu
juga gas alam. Minyak bumi dan gas alam berkontribusi signifikan untuk ekonomi,
sebesar 8% dari GDP di 2002/03 dan hampir mencapai 40% dari seluruh barang ekspor.

Secara ekonomik, pemerintah Mesir membuat kesalahan besar saat menandatangani


persetujuan di tahun 2005 untuk mengekspor gas alam untuk Israel selama 20 tahun
dengan harga yang lebih murah dari harga rata ratanya, menghabiskan sumber vital, tanpa
persetujuan dari parlemen. Pemerintah Mesir juga melakukan negosiasi ulang harga yang
dibayar Prancis dan Spanyol. Hasilnya, tidak ada kontrak baru yang ditanda tangani untuk
mengekspor gas alam sampai pemerintah Mesir berpikir harga internasional stabil.
Namun ada perdebatan dari efek larangan pembagian gas alam untuk perusahaan asing
yang bekerja di Mesir. Kini, Mesir tidak mempunyai subsidi ekspor langsung. Dibawah
komitmennya dengan Bank Dunia, pemerintah Mesir menaikan harga pembelian kapas
dan energi serta mengurangi subsidi tidak langsung dari ekspor seperti input bersubsidi,
fasilitas kredit dan kepabeanan.

Terdapat 5 produk terbaik yang dimiliki Mesir yaitu minyak mentah dan produknya,
produk pertanian tanpa kapas, makanan, produk metal dan bahan bahan kimia.
Berdasarkan uji empiris dari model dengan data input-output, ditemukan bahwa ekspor
Mesir lebih padat modal sedangkan impornya lebih padat karya. Kondisi ini sesuai
dengan paradoks Leontif dan kurang sesuai dengan karakteristik yang diharapkan dari
perdagangan di Mesir berdasarkan tenaga kerja relatif dan modal abadi. Namun, dengan
tidak mengikutkan sektor minyak mentah pada uji tersebut yang merupakan padat modal
yang kuat di produksinya, hasil yang diperoleh adalah kebalikannya. Ekspor di Mesir
terlihat lebih padat karya dan impornya terlihat lebih padat modal. Hal ini kurang sesuai
dengan paradoks Leontif, dan lebih sesuai dengan model H-O dan faktanya tentang
intensitas faktor yang terjadi di Mesir. Karena itu, dapat disimpulkan yaitu dalam satu
negara teori Leontif dapat dipastikan keberadaannya di beberapa sektor namun di sektor
lainnya tidak. Hal ini sebagian besar bergantung dengan syarat – syarat faktor di tiap
sector.

DAFTAR PUSTAKA
Augusta, Nduka C. 2014. A Paper on The Critical Examination of The Leontief Paradox
And Why It Is A Paradox. Faculty of Business Administration Department of
Finance. University of Lagos.

Bazzazan F. 2012. Is Leontief Paradox Sarisfied in Foreign Trade in Iran?. Alzahra


University Tehran-Iran.

Casas, Francois R. & Choi, E.Kwan. 1985. The Leontief Paradox: Continued or Resolved.
Journal of Political Economy, 1985, vol. 93, no. 3

Cho, dong-sung & H. Changmoon. 2000. From Adam Smith To Michael Porter : Evolusi
Teori Daya Saing. Diterjemahkan oleh: Erly Suandy. Jakarta: Salemba Empat

Negem, Seham H. 2015. Leontief Paradox: A re-Examination for Egypt. International


Conference on Trade in Business and Economics (ICTBE’15), 2015 London
(UK)

Sattar. 2017. Buku Ajar Ekonomi Internasional. Yogyakarta: CV Budi Utama

Sukirno, Sadono. 2015. Makroenomi TeoriPengantar. Jakarta: Rajawali Press

Tambunan, Tulus. 2001. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran : Tepro


dan Temuan Empiris. Jakarta: Pustaka LP3ES

You might also like